You are on page 1of 11

TUGAS MATERI MATA KULIAH

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN SETAHUN


Hama Penggerek Batang Padi dan Wereng

Disusun oleh
Kelompok 1
1. Rafiatul Rahmah A24080002
2. Rahayu Novrina Rosa A24080006
3. Andrixinata B A34070016
4. Jessica Valindria A34070067
5. Elysa Fitri A34080001
6. Swinda Kristina S A34080003
7. Ni Nengah Putri A A34080013
8. Iis Risa Maftuhah A34080014
9. Lestari Pebriyeni A34080017

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010
PENDAHULUAN

Sebagai salah satu bahan pangan pokok, padi banyak dibudidayakan oleh
petani Indonesia. Dalam budi-dayanya sering dijumpai ber-bagai kendala, seperti
musim, serangan hama dan penyakit, kebijakan pemerintah sampai harga jual
yang rendah. Adanya serangan hama dan penyakit seperti penggerek batang,
wereng coklat maupun tungro dan dain-lain masih menjadi kendala utama bagi
petani. Petani seakan sudah kehilangan akal untuk mengatasi serangan-serangan
ini.  Kerugian yang ditimbulkan tidak sedikit dan mengancam produksi beras nasi-
onal.  Akibat serangan ini, produksi bisa turun dari serangan rendah (15%) sampai
serangan berat (79%). Penurunan produksi akibat serangan ini dapat dikurangi
bila kita mengenali terlebih dahulu karateristik hama dan penyakitnya sehingga
kita dapat mencari cara yang efektif dalam me-ngendalikannya.

Dalam prakteknya di lapangan, sebagian besar petani masih belum begitu


memahami karakteristik hama-hama tanaman padi. Sementara itu, dalam proses
pengendalian hama tersebut setidaknya dibutuhkan pengetahuan tentang
karakteristik dari hama yang akan dikendalikan. Sebab, pada umumnya
karakteristik serangan hama, memiliki korelasi dengan teknik pengendalian yang
akan dilakukan. Oleh sebab itu, sering sekali terjadi pengambilan keputusan yang
salah dalam pengendalian hama maupun penyakit sehingga menimbulkan dampak
negatif baik dalam jangka panjang atupun dalam jangka pendek.

Berikut ini adalah beberapa jenis hama pada tanaman padi yang juga
merupakan hama-hama utama pada pertanaman padi di indonesia khususnya.
Hama-hama tersebut adalah penggerek batang, dan wereng. Kudua jenis hama ini
memiliki berbagai jenis spesies dan serangan. Dampak serangan yang pernah
ditimbulkan di pertanaman padi di indonesia juga sudah sangat banyak sehingga
hama-hama ini sudah dikategorikan sebagai hama penting dalam pertanaman padi.
HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN WERENG

A. Penggerek Batang Padi

Penggerek batang padi merupakan hama yang sangat penting pada padi
dan sering menimbulkan kerusakan dan menurunkan hasil panen secara nyata.
Terdapatnya penggerek di lapang dapat dilihat dari adanya ngengat di pertanaman
dan larva di dalam batang. Mekanisme kerusakan disebabkan larva merusak
sistem pembuluh tanaman di dalam batang. Stadia tanaman yang rentan terhadap
serangan penggerek adalah dari pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala
kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep
pada tanaman stadia vegetatif dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia
generatif. Siklus hidupnya 40-70 hari tergantung pada spesiesnya. Ambang
ekonomi penggerek batang adalah 10% anakan terserang; 4 kelompok telur per
rumpun (pada fase bunting). Perlu diketahui bahwa kerusakan pada stadia
generatif maka tindakan pengendalian sudah terlambat atau tidak efektif lagi.

Jenis – jenis Penggerek batang padi

Pengerek Batang Padi Putih(Tryporyza innotata)

Tryporyza innotata dinamakan pengerek batang padi putih karena


ngegatnya berwarna putih. Dahulu hama ini dikenal hama yang menghuni
hamparan sawah tadah hujan. Hama ini dominan didaerah tadah hujan karena ham
aini mampu berpuasa 3 sampai 6 bulan pada saat tanah sedang kering dan tidak
ada tanaman padi. Namun demikian hama ini justru lebih banyak ditemukan
didaerah berpengairan teknisseperti di jalur pantura (pantai utara jawa). Perubahan
prilaku ini diduga merupakan akibat dari pembangunan saluran irigasi dan
pengaruh pestisida yang digunakan secara terus menerus.

 Pengerek Batang Padi Kuning (Scirpopaga incertulas)

Scirpopaga incertulas atau disebut juga Tryporyza incertulas dkenal


sebagai pengerek batang padi kuning karena ngegatnya berwarna kuning
kecoklatan. Ciri lain dari ngegat ini adalah titik hitam dibagian belakang sayap
depannya. Pada ngegat betina titik hitam ini lebih besar dan lebih jelas disbanding
dengan titik hitam yang ada pada ngegat jantan. Dahulu hama ini dikenal sebagai
hama yang ada pada pengairan yang baik dimana ngegat tidak mengalami masa
puasa. Namun demikian kini hama ini justru menyebar di daerah yang menanam
padi dua kali setahun.

 Pengerek Batang Padi Merah Jambu (Sesamia inferen)

Sesamia inferen disebut sedagai pengerek batang padi merah jambu karena
ulatnya berwarna merah jambu. Pengerek batang ini tidaklah sepenting pengerek
batang padi putih dan pengerek batang padi kuning. Populasinnya hanya sedikit
dan belum pernah dilaporkan yang mengakibatkan kerusakan serius. Pengerek
batang padi merah jambu hanya menyerang bersama-sama dengan pengerek
batang padi kuning atau pengerek batang apadi putih.

 Pengerek Batang Padi Bergaris ( Chilo supressalis)

Chilo supressalis disebut pengerek batang apdi bergaris karena ulatnya


memiliki dua garis memanjang. Hama ini juga tidak terlalu mengakibatkan
kerusakan yang berarti pada tanaman padi.

Pengerek Batang Padi Berkepala Hitam (Chilo polychrysus)

Chilo polychrysus disebut pengerek batang padi berkepala hitam karena


ngengatnya berkepala hitam. Dan hama ini juga tidak menimbulkan kerusakan
yang berarti pada tanaman padi.

Pengerek Batang Padi Mata Bertungkai (Diopsis macropthalma)

Diopsis macropthalma disebut penegerek batang padi mata bertangkai


karena bagian kepalanya mempunyai tonjolan berwarna merah yang bagian
ujungnya membulat seperti mata yang bertangkai. Hama ini ditemukan dibenua
Afrika.

Gejala yang ditimbulkan

Penggerek batang padi memiliki karakteristik gejala serangan yang unik


dan juga sangat merugikan. Gejal tersebut berbeda berdasarkan waktu atau usia
padi saat terjadi serangan hama. Gejala yang terjadi pada padi yang terserang pada
fase vegetatif disebut sundep, sedangkan gejala yang terjadi pada padi fase
generatif disebut sundep.

Beluk

Hama menyerang daun muda, masuk melalui ketiak daun teratas,


kemudian menggerek sampai pada batang bagian dalam. Akibatnya, daun teratas
menjadi mati perlahan dengan menunjukkan gejala kuning terang dan
pertumbuhan daun terhenti (tidak menghasilkan daun baru). Daun yang
menguning gampang dicabut dan pada bagian yang tergerek tampak bekas
gerekan dan kotoran. Kadang dapat ditemukan larva di bagian gerekan.

Sundep

Hama menyerang padi pada masa generatif atau reproduktif, dengan


menggerek bagian pangkal batang dibawah tangkai bulir padi. Bulir yang tergerek
akan hampa dan tegak, berwarna putih pucat dan gampang dicabut.

 beberapa musuh alami dari hama pengerek batang padi :


pada saat pengerek batang padi masih berupa telur, pengerek batang padi
ini mempunyai musuh alami sebagai berikut :

Parasit Telur Telenomus

Parasit telur Telenomus (Telenomus rowani;Hymenoptera;Scelionidae)


merupakan parsit kecil berwarna hitam yang memparasiti telur-telur pengerek
batang padi.tabuhan telenomus mencari ngegat betina pengerek batang yang telah
siap bertelur dan kemudian hinggap di ujung perut ngegat dewasa, dekat dengan
ovipositor (alat untuk meletakkan telur). Ketika ngegat mulai bertelur, tabuhan ini
segera menitipkan telurnya dengan menyuntikkan kedalam telur-telur yang abru
keluar dari ngegat-ngengat dewasa. Setelah 10-14 hari, yang keluar dari kelompok
telur tersebut bukan ulat pengerek batang padi namun yang keluar tersebut adalah
tabuhan telenomus baru yang siap mengamankan sawah dari serangan pengerek
batang padi. Tingkat parasitasi tabuhan telenomus dilapangan adalah antara 36%-
90%.

Parasit Trichogramma

Parasit Trichogramma (Trichogramma japonicum; Hymenoptera;


Trichogrammitidae) ini berwarna hitam, lebih kecil dari semut. Hama ini sering
muncul dari kelompok telur pengerek batang. Parasit ini meletakkan telur dengan
menyuntikkan ovipositornya diantara bulu-bulu halus yang menutup telur. Telur
parasit diletakkan satu per satu pada tiap telur pengerek batang. Tingkat parsitasi
dilapangan berkisar antara 40%.

Jangkrik Ekor Pedang

Jangkrik ekor pedang (Metioche vittaticollis atau Anaxpha longipennis;


Orthroptera: Gryllidae) merupakan jangkrik pemangsa. Jangkrik ini disebut
jangkrik ekor pedang karena memiliki ekor seperti pedang. Cirri lain dari jangkrik
ekor pedang adalah sungutnya yang panjang sehingga dibeberapa tempat jangkrik
ini juga disebut jangkrik sungut panjang.bukan hanya jangkrik dewasa, jangkrik
ekor pedang muda pun merupakan pemangsa kelompok telur pengerek batang
padi yang rakus.

 Dan masih banyak musuh-musuh lami yang lain, yang memangsa dari
hama pengerek batang padi sesuai dengan fase-fase dari hama pengerek batang
tersebut. Musuh-musuh alami ini dapat digunakan dalam pertanian organic yang
memamnfaatkan musuk alami sebagai pengendali hama dan bukan mengunakan
pestisida yang dapat membunuh segala macam mahluk hidup yang ada
diekosistem tersebut.

Aplikasi insektisida dilakukan bila keadaan serangan melebihi ambang


ekonomi atau jika populasi ngengat meningkat pada saat tanaman fase generatif.
Gunakan insektisida yang berbahan aktif karbofuran, bensultap, bisultap,
karbosulfan, dimehipo, amitraz, atau fipronil.
B. Wereng

Wereng sebelumnya termasuk hama sekunder dan menjadi hama penting


akibat penyemprotan pestisida yang tidak tepat pada awal pertumbuhan tanaman,
sehingga membunuh musuh alami. Pertanaman yang dipupuk nitrogen tinggi
dengan jarak tanam rapat merupakan kondisi yang sangat disukai wereng. Stadia
tanaman yang rentan terhadap serangan wereng coklat adalah dari pembibitan
sampai fase matang susu. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman
menguning dan cepat sekali mengering. Umumnya gejala terlihat mengumpul
pada satu lokasi - melingkar disebut hopperburn. Ambang ekonomi hama ini
adalah 15 ekor per rumpun. Siklus hidupnya 21-33 hari. Mekanisme kerusakan
adalah menghisap cairan tanaman pada sistem vaskular (pembuluhtanaman).

Gejala Serangan

        Pada padi yang terserang wereng coklat terlihat helaian daun padi yang
paling tua berangsur-angsur berwarna kuning.   Bila hal itu dibiarkan akan
ditandai dengan adanya massa berupa jamur jelaga. Serangan wereng coklat
dengan tingkat populasi yang tinggi akan menyebabkan warna daun dan batang
tanaman menjadi kuning kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya seluruh
tanaman menjadi kering seperti terbakar. Berkembangnya serangan wereng coklat
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (1) wereng coklat adalah
serangga yang mampu berkembang biak dengan cepat dimana dalam masa
reproduksinya, satu buah induk betina wereng coklat mampu menghasilkan 100-
600 butir telur. Dengan daya sebar yang cepat dan ganas serta kemampuan
menemukan sumber makanan, membuat serangan wereng coklat ini semakin
meluas. (2) penanaman varietas padi yang peka/tidak tahan terhadap wereng
coklat, kemudian (3)   adanya pola tanam yang tidak teratur dan (4) penggunaan
pestisida yang kurang tepat sehingga tidak efektif dalam membasmi wereng coklat
tersebut.

       Berbeda dengan serangan hama wereng coklat, serangan penyakit tungro ini
disebabkan oleh virus. Penyebaran serangan penyakit ini sangat cepat karena
dibantu oleh vektor  (serangga penular) yaitu we-reng hijau (Nephotettix virescens
dan N. nigropictus).  Adapun gejala / tanda kerusakan yang ditimbulkan dari
penyakit ini adalah : Gejala serangan awal di lahan biasanya khas dan menyebar
secara acak. Daun  padi yang terserang virus tungro mula-mula berwarna kuning
oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan berkembang ke bagian
bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam.  Bila keadaan ini dibiarkan
jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai
yang terbentuk lebih pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak
berisi (hampa) sehingga tidak bisa menghasilkan.  Seperti halnya wereng coklat,
penyebaran penyakit ini juga sangat cepat. Cepatnya perkem-bangan penyakit
tungro disebabkan antara lain oleh : (1) cepatnya perkembangan serangga penular 
(wereng hijau),(2) masih dilakukannya penanaman bibit padi yang tidak diketahui
asal usul dan kesehatannya, terutama dari daerah endemis tungro, (3) adanya
penanaman varietas tidak  tahan tungro yang didu-kung pola tanam tidak teratur,
dan (4) para petani masih enggan melakukan pemusnahan (eradikasi) pada
tanaman yang terkena serangan tungro akibatnya tanam padi sehat yang lain ikut
terkena penyakit ini.

Penyebaran dan Siklus Hidup

       Pengendalian hama wereng coklat dan penyakit tungro ini akan lebih efektif
bila kita mengetahui bagaimana gejala, sistem penularan dan siklus hidup
serangga penyebar penyakit itu.  Penularan penyakit tung-ro pada padi bersumber
dari singgang (sisa tanaman padi setelah dipanen) dan rumput-rumput yang berada
di sekitar tanaman padi.  Virus tungro ini dibawa oleh wereng hijau dengan
menghisap tanaman sakit dan me-nyebarkannya melalui jaringan tanaman padi.
Penularan penyakit oleh wereng hijau ini berlangsung secara non persisten, yaitu
segera terjadi dalam waktu 2 jam setelah menghisap tanaman, dan menimbulkan
tanda serangan setelah  6 – 9 hari kemudian.  Selain wereng hijau dewasa, nimfa
(larva) dari serangga ini pun dapat menularkan virus tungro.  Virus ini tidak dapat
ditularkan melalui : telur wereng hijau, biji padi, atau gesekan antara tanaman
sehat dengan tanaman sakit.  Berdasarkan hal itu, maka bila kita ingin
mengendalikan penyakit akibat virus ini, maka yang perlu kita kendalikan adalah
faktor penyebarnya yaitu wereng hijau, tanaman yang sakit dan singgang-
singgang sebagai sumber penyakit. 

       Dalam siklus hidupnya wereng coklat terbagi kedalam 3 fase yaitu telur,
nimfa dan serangga dewasa.  Wereng coklat betina meletakkan telur-telurnya di
dalam pelepah dan tulang daun.  Setelah 7-9 hari kemudian telur-telur tersebut
menetas dan menjadi nimfa.  Pada fase nimfa inilah serangga wereng coklat
berbahaya karena pada fase ini nimfa-nimfa bersaing untuk men-dapatkan sumber
makanan agar bisa tumbuh menjadi serangga dewasa. Dalam menunjang
perkembangannya menjadi dewasa itulah nimfa ini kemudian merusak tanaman
dengan cara memakan dan menghisap cairan yang ada dalam tanaman padi. 
Nimfa ini sendiri terbagi ke dalam 5 instar sesuai warnanya.  Instar  pertama ber-
warna putih dan selanjutnya berubah menjadi warna coklat.  Pada umur 13-15
hari, nimfa sudah berkembang menjadi serangga dewasa. Wereng cok-lat
mempunyai keistimewaan yaitu mampu membentuk biotipe baru. Pembentukan
biotipe ini terjadi bila terjadi pergantian varietas padi yang tahan wereng. 
Penggunaan perstisida yang kurang benar akan menimbulkan biotipe baru yang
menyebabkan wereng tersebut semakin kebal ter-hadap insektisida yang
diberikan.

Jenis – jenis Wereng

Wereng coklat Nilavarpata lugens Stall.

Serangga hama ini dikenal dengan wereng coklat, termasuk ordo


Homoptera, famili Delphacidae dan mempunyai daerah peenyebaran di Indonesia.
Wereng coklat hidup pada bagian bawah batang padi yang mempunyai
keleembaban nisbi cukup tinggi dari bagian atasnya. Telurnya menetas setelah 7-
11 hari sedangkan stadium nimfanya 10-15 hari. Wereng coklat mengisap cairan
tanaman dengan menusukkan stiletnya ke bagian bawah batang padi. Tusukan itu
dilakukan berulang kali sehingga tanaman padi mudah rebah. Pada populasi
wereng coklat tinggi, tanaman ini akan, menyebabkan tanaman padi menjadi
"terbakar" dan gejala itu disebut hopper burn. Wereng coklat merupakan vektor
penyakit kerdil rumput dan penyakit kerdil hampa. Gejalanya tanaman padi
mudah rebah dan bulirnya hampa dengan warna abu kehitaman. Pada populasi
wereng tinggi akan menyebabkan tanaman "terbakar" atau "hopper burn".
Serangan wereng biasanya dimulai dari tengah petak sawah. Tanaman inangnya
tebu, Panicum, jagung, Poa annia L,Eleusine Geertner.

Wereng coklat dapat menyebabkan daun berubah kuning oranye sebelum


menjadi coklat dan mati. Dalam keadaan populasi wereng tinggi dan varietas yang
ditanam rentan wereng coklat dapat mengakibatkan tanaman seperti terbakar atau
“hopperburn”. Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus kerdil hampa
dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak. Ledakan WCK
biasanya terjadi akibat penggunaan pestisida yang tidak tepat, penanaman varietas
rentan, pemeliharaan tanaman, terutama pemupukan, yang kurang tepat, dan
kondisi lingkungan yang cocok untuk WCK (lembab, panas, dan pengap). Adapun
langkah-langkah pengendalian yang dapat dilakukan adalah:

Pencegahan

Bersihkan gulma dari sawah dan areal sekitarnya., Hindari penggunaan


pestisida secara tidak tepat yang dapat menyebabkan terbunuhnya musuh alami.
Gunakan varietas tahan seperti Ciherang, Mekongga, dan Cigeulis. Jumlah kritis:
pada kepadatan 1 wereng coklat per batang atau kurang, masih ada peluang
menekan populasi. Amati wereng di persemaian setiap hari, atau setiap minggu
setelah tanam pindah pada batang dan permukaan air. Periksa kedua sisi
persemaian. Pada tanaman yang lebih tua, pegang tanaman dan rebahkan sedikit
dan tepuk dengan pelan dekat bagian basal untuk melihat kalau ada wereng yang
jatuh ke permukaan air. Gunakan perangkap cahaya waktu malam ketika terlihat
ada gejala serangan wereng. Jangan tempatkan cahaya dekat persemaian atau
sawah.Bila perangkap cahaya diserbu oleh beratus wereng, berarti persemaian dan
sawah perlu segera diperiksa; lalu amati setiap hari dalam beberapa minggu
berikutnya. Pupuk lengkap (NPK), dosis 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg
KCl/ha dapat membantu upaya pencegahan.

Pengendalian secara kultural dan penanaman varietas yang tahan wereng


coklat sangat dianjurkan. Beberapa varietas yang dilepas oleh IRRI yang
mengandung gen ketahanan terhadap wereng coklat adalah IR26, IR36, IR56,
IR64 dan IR72. Varietas tahan wereng coklat yang sudah dilepas antara lain:
Widas, Ketonggo, Ciherang, Cisantana, Tukad Petanu, Tukad Balian, Tukad
Unda, Kalimas, Singkil, Bondoyudo, Sintanur, Cimelati, Konawe, Batang Gadis,
Ciujung, Conde, dan Angke. Sewaktu-waktu varietas tahan dapat menjadi rentan
akibat perubahan biotipe wereng coklat.

Pengendalian secara mekanik dan fisik


Pengendalian dapat dilakukan dengan menggenangi persemaian, selama
sehari, sampai hanya ujung bibit saja yang terlihat.kemudian menyapu persemaian
dengan jaring untuk menghilangkan wereng (tapi tidak telurnya), terutama dari
persemaian kering. Pada kepadatan wereng yang tinggi, penyapuan tidak akan
dapat menghilangkan wereng dalam jumlah banyak dari bagian basal tanaman.

Pengendalian hayati

Bila musuh alami lebih banyak jumlahnya daripada wereng, risiko ledakan
serangan kecil. Musuh alami wereng termasuk laba-laba, predator Coccinella
reponda Theobold, C. arcuata F, Verania sp, Harmoni sp, Cyrtorhinus
lividipennis. Parasitoidnya adalah Anagrus sp, Oligosita, Gonatocerus sp.
Pipuncolus sp.

Pengendalian kimiawi

Gunakan insektisida di persemaian dalam kondisi rata-rata lebih dari 1


ekor wereng per batang, lebih banyak wereng daripada musuh alami, dan
penggenangan persemaian tidak memungkinkan. Bila terpaksa, gunakan
insektisida yang berbahan aktif amitraz, buprofezin, beauveria bassiana, BPMC,
fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, metolkarb, MIPC, propoksur, atau
tiametoksam. Penggunaan insektisida harus mempertimbangkan risiko terhadap
kesehatan dan lingkungan. Penggunaan insektisida yang tidak sesuai dengan
prinsip tepat jenis, tepat dosis, dan tepat waktu akan mengganggu keseimbangan
alami karena terbunuhnya musuh alami wereng, menyebabkan resurjensi atau
ledakan serangan hama. Baca petunjuk yang tertera di label dengan teliti sebelum
pestisida digunakan.

Wereng Hijau

Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat menyebarkan


(vektor) virus penyebab penyakit tungro. Kepadatan populasi wereng hijau
biasanya rendah, sehingga jarang menimbulkan kerusakan karena cairan tanaman
dihisap oleh wereng hijau. Namun karena kemampuan pemencaran (dispersal)
yang tinggi, bila ada sumber inokulum sangat efektif menyebarkan penyakit.
Populasi wereng hijau hanya meningkat pada saat tanam hingga pembentukan
malai. Kepadatan populasi tertinggi pada saat itu mencapai 1 ekor per rumpun.
Gejala kerusakan yang ditimbulkannya adalah tanaman menjadi kerdil, anakan
berkurang, daun berubah warna menjadi kuning sampai kuning oranye. Ambang
kendali adalah 5 ekor wereng hijau per rumpun. Jika tungro juga ada di lapang, 2
tanaman bergejala tungro per 1000 rumpun pertanda tungro telah ditularkan dan
dapat merusak tanaman. Siklus hidup 23-30 hari. Wereng hijau umumnya
ditemukan di sawah irigasi dan tadah hujan, tidak lazim di pertanaman padi gogo.
Wereng hijau lebih menyukai menghisap cairan tanaman pada daun bagian
pinggir daripada di pelepah daun atau daun bagian tengah. Hama ini sangat
menyukai tanaman yang dipupuk nitrogen tinggi.

Cara pengendalian
 Tanam varietas tahan wereng hijau seperti IR72 dan IR66.
 Pengendalian dilakukan jika di lapang terlihat gejala tungro.
 Pemberian insektisida dilakukan apabila sudah mencapai ambang batas
ekonomi. Insektisida (bila diperlukan) antara lain gunakan yang berbahan
aktif BPMC, buprofezin, etofenproks, imidakloprid, karbofuran, MIPC, atau
tiametoksam.
DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Tanaman Padi. 2008. Hama Penyakit Tanaman Padi.
http://balitpa.litbang.deptan.go.id (diakses 12 November 2010)
Untung K, Harsono Lanya, dan Yadi Rusyadi. Penerjemah. 1995. Permasalahan
Lapangan tentang Padi di Daerah Tropika. International Rice Research
Institute, APO Box 7777, Metro Manila, Filipina.
Zuliyanti S, Ameilia. 2007. Hama-Hama Tanaman Padi. Medan : USU
Repository

You might also like