You are on page 1of 9

PAPER PRAKTIKUM

HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN (PTN303)

HAMA TANAMAN KELAPA DAN SAWIT

Oleh:

Andrixinata
A34070016
B

Dosen
Dr. Ir. Nina maryana, M.Si

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
PENDAHULUAN

Tanaman kelapa (Cocos nucifera L.) dan kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.)
merupakan komoditas unggul yang memiliki tingkat produksi dan nilai ekonomi
tinggi di Indonesia.Budidaya tanaman kelapa dan sawit di Indonesia sangat luas
sehingga banyak masalah terkait budidaya kelapa dan sawit.Salah satu permasalahan
dalam perkebunan kelapa dan sawit di Indonesia saat ini adalah produktivitas yang
masih di bawah potensi produksi. Hal ini antara lain disebabkan oleh gangguan OPT
(Suhardiono 1993). Oleh sebab itu, untuk mengendalikannya diperlukan pengenalan
OPT yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit.
Hama merupakan salah satu OPT yang menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan dalam perkebunan kelapa dan sawit. Perbedaan hama dari penyakit
adalah kerusakan yang ditimbulkan. Hama menimbulkan kerusakan fisik seperti
gerekan, tusukan, dan lain-lain.Sementara penyakit menimbulkan gangguan fisiologis
pada tanaman. Kerusakan yang ditimbulkan hama cukup besar, baik penurunan
produksi maupun kematian tanaman. Jenis kerusakan yang ditimbulkan hama dapat
berakibat langsung pada komoditas, seperti serangan pada buah atau tidak langsung
seperti serangan pada bagian tanaman lainnya. Hama dapat menyerang tanaman
mulai dari pembibitan hingga tanaman menghasilkan.
Sebagian besar hama yang menyerang tanaman kelapa dan sawit adalah
golongan serangga dan mamalia. Hama ini masing-masing menyerang bagian
tanaman tertentu seperti hama daun, batang, buah dan akar. Daya rusak masing-
masing serangga berbeda satu sama lain, sehingga terdapat hama yang dianggap
penting dan kurang penting.
Hama penyerang daun umumnya berupa kutu-kutuan (Hem: Aphididae) atau
penggerek, baik itu ulat penggerek atau kumbang penggerek. Hama penyerang batang
umumnya adalah penggerek dan nematoda. Kemudian hama penyerang akar
umumnya serangga-serangga tanah. Lalu hama yang paling penting adalah hama
penyerang buah yang umumnya mamalia dan serangga.
Pengendalian hama pada tanaman sawit, seperti halnya pada komoditas lain
umumnya dilakukan pengendalian sesuai dengan tingkat keparahan serangan.
Tingakat toleransi keparahan ini tergantung dari ambang ekonomi setiap
komoditas.Umumnya, ambang ekonomi suatu komoditas pertanian adalah 10%.
Ambang ekonomi ini digunakan untuk meminimaliasasi biaya untuk pengendalian,
sehingga biaya pengendalian dapat ditekan sama atau kurang dari kerugian yang
ditimbulkan hama secara ekonomi.
HAMA TANAMAN KELAPA DAN KELAPA SAWIT

Hama Penyerang Pucuk


Kumbang Penggerek(Oryctes rhinoceros)
Kumbang penggerek (Oryctes rhinoceros) (Coleoptera: Scarabaidae)
merupakan kumbang penggerek yang umum dijumpai di Indonesia. Serangga ini
umumnya menyerang tanaman belum menghasilkan.Ciri-ciri serangga ini bentuk
kumbang dengan ukuran 20-40 mm warna hitam dengan cula pada kepala. Serangan
Oryctes rhinoceros pada tanaman muda berhubungan erat dengan teknik  land
clearing dan cara penanamannya. Populasi Oryctes rhinoceros yang tinggi dapat
menimbulkan kerusakan yang serius pada tanaman sawit.
Tingkat serangan hama ini akan semakin tinggi apabila kelembaban disekitar
tanaman tinggi dan terdapat makan bagi hama. Kondisi yang memungkinkan naiknya
tingkat serangan hama ini diantaranya tanaman kelapa sawit ditumbang dan disusun
diantara gawangan, kemudian pada lahan terdapat sisa-sisa tunggul tanaman lain yang
dibiarkan lama membusuk, dan penumpukan janjang kosong disekililing gawangan
atau piringan.
Gejala serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada pangkal daun tombak
dan jaringan leher akar, lubang pada pangkal batang mengarah pada titik tumbuh
tanaman.Kerusakan pada daun tombak biasanya mengakibatkan malformasi.
Serangan yang berulang-ulang akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan saat
menjadi dewasa menjadi terlambat. Periode umur tanaman paling kritis pada 2 tahun
pertama setelah tanam (Warisno.1998). Tingkat serangan menurun ketika kanopi
telah saling menutup.Kerusakan jarang terjadi pada tanaman yang telah
menghasilkan.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara fisik seperti pengguanaan
kacangan penutup tanah (Legume cover crop) yang mampu tumbuh lebih cepat,
penutupan atau pembuangan sisa-sisa pohon atau tanaman yang telah membusuk.
Kemudian pengendalian secara manual yaitu dengan mengumpulkan larva yang
terdapat pada sisa-sisa batang yang membusuk atau penangkapan kumbang
dewasa.Pengendalian dengan biopestisida menggunakan virus Bacullovirus oryctes
dan Mettarrizium arrisophiae.Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
aplikasi insektisida seperti curater dan furadan 3G pada kanopi tanaman dengan
interval sebulan sekali. 

Kumbang sagu (Rhynchophorus ferruginous)


Ciri-ciri kumbang imago masa perkembangan 11-18 hari, serangga ini tinggal
di dalam kokon sampai kulitnya keras.Seranggamerusak akar tanaman muda, batang
dan tajuk, pada tanaman dewasa merusak tajuk, gerekan pada pucuk menyebabkan
patah pucuk, liang gerekan keluar lendir berwarna merah coklat.
Pengendalian dapat dilakukan dengan menghindari perlukaan, bila luka dapat
dillumuri ter. Memotong dan membakar tanaman yang terserang,
sanitasi.Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida Thiodan 35 EC 2-3 ml/liter
larutan, Basudin 10 G dan sevin 85 SP pada luka dan diperkirakan ada serangan
Kumbang sagu.

Hama Perusak Daun

Belalang pedang (Sexava sp)


Ciri-ciri serangga ini berupa belalang sempurna dengan ukuran 70-90 mm,
berwarna hijau kadang-kadang coklat.Masa perkembangan 40 hari.Serangga merusak
daun tua dan dalam tertentu juga merusak daun muda, kulit buah dan bunga-
bunga.Populasi meingkat pada musim kemarau.Tingkat serangan parah, daun kelapa
tinggal lidi-lidinya saja.
Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis dengan menghancurkan telur dan
nimfanya, menangkap belalang (di Sumatera dengan perekat dicampur Agrocide,
Lidane atau HCH, yang dipasang sekeliling batang) untuk menghalangi betina
bertelur di pangkal batang dan menangkap nimfa yang akan naik ke pohon.
Pengendalian dengan kultur teknis dengan menanam tanaman penutup tanah (LCC),
misalnya Centrosema sp., Calopogonium sp., dan sebagainya. Pengendalian secara
kimia dapat dilakukan dengan menyemprot dengan salah satu atau lebih insektisida,
seperti BHC atau Endrin 19,2 EC 2 ml/liter air, insektisida disemprotkan disekitar
pangkal batang sampai tinggi 1 meter, tanah sekitar pangkal batang diameter 1,5 m 6
liter/pohon. Insektisida lain yang dapat digunakan antara lain Sumithion 50 EC,
Surecide 25 EC, Basudin 90 SC atau Elsan 50 EC. Pengendalian secara biologis
dengan menggunakan parasit Leefmansia bicolor.

Kutu Aspidiotus sp
Ciri-ciri kutu berperisai, jantan bersayap dengan ukuran 1,5-2 mm betina,
jantan 0,5 mm. Imago jantan berwarna merah atau merah muda dan betina berwarna
kuning sampai merah. Gejala serangan hama ini berupa bercak-bercak kuning pada
permukaan bagian bawah daun. Pada tingkat serangan berat daun akan berwarna
merah keabu-abuan, tidak berkembang (tetap kecil), tidak tegak, kemudian tajuknya
terkulai dan mati. Serangan yang berlangsung terus-menerus dalam waktu 2-5 tahun
akan mengakibatkan tanaman tidak mau berbuah. Pengendalian dapat dilakukan
dengan menggunakan musuh alami yaitu predator Cryptognatha nodiceps
Marshall.atau parasit Comperiella unifasciata Ishii.

Parasa lepida
Ciri-ciri kupu-kupu memiliki rentang sayap 32-38 mm berwarna kuning emas
muda, masa pertumbuhan ± 375 hari. Gejala yang ditimbulkan berupa gerekan
transparan pada anak daun bagian bawah, bekas ketaman/gigitan yang melebar dan
tersisa urat-urat serta jaringan daun bagian atas, ulat yang instar tua merusak daun
dari pinggir ke tengah sampai lidi, serangan berat menyebabkan daun hanya tinggal
lidinya dan nampak gundul. Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan
musuh alami parasitoid larva Apanteles parasae, menggunakn lalat parasitoid pupa
Chaetexorista javana.Pengendalian manual dengan pengumpulan dan pemusnahan
larva dan kepompongnya.Pengendalian secara kimiawi dengan penyemprotan
insektisida Dimecron 50 EC.Suprecide 10 atau menyuntik batang dengan Ambush 2
EC 2-3 cc/liter air pada stadium larva.

Darna sp
Ciri-ciri imago berbentuk kupu-kupu dengan rentang sayap 14-20 mm. Masa
pertumbuhan 30-90 hari. Serangan terjadi pada musim kering, gejala berupa bekas
gigitan tidak teratur pada daun tua, pelepah daun terbawah terkulai, daun-daun yang
mengalami kerusakan parah berwarna merah padam, kecuali pucuknya dan beberapa
daun yang termuda, tandan-tandan buah dan daun sebelah bawah terkulai seperti layu
terutama saat kering dan akhirnya jatuh, daun-daun muda jarang mengalami
kerusakan. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemangkasan dan pembersihan
daun.Pengendalian biologis dengan menggunakan parasitoid pupa Chaetexorista
javana, Ptycnomyaremota, Musca conducens, atau tabuhan-tabuhan parasit Chrysis
dan Syntomosphyrum. Pengandalian kimiawi dengan menyuntikkan pestisida
Ambush 2 EC 2-3 ml/liter air atau penyemprotan pada stadium larva atau insektisida
Agrothion 50 EC dengan konsentrasi 0,2-0.4%, Basudin 60 EC dengan konsentrasi
0,3%.

Ulat Artona (Artona catoxantha)


Gejala kerusakan berupa kerusakan pada helaian daun berbentuk lubang seperti
jendela kecil, pada tingkat serangan berat, tajuk tanaman kelapa nampak layu dan
seperti terbakar, pada bagian bawah anak daun terlihat beberapa /bekas serangan
menyerupai tangga, dengan tulang daun arahnya melintang seperti anak tangga.
Pengendalian secara mekanis dengan pemangkasan daun.Pengendalian biologi
menggunakan Apanteles artonae yang merusak ulat atau Ptircnomya dan Cardusia
leefmansi.Pengendalian kimia menggunakan insektisida Ambush 2 EC 5 gram/hektar
melalui suntikan batang ataupun penyemprotan pada stadium larva.

Hama Perusak Bunga

Ngengat bunga kelapa (Batrachedra sp.)


Gejala berupa lubang pada seludang bunga yang belum membuka, kemudian
masuk ke dalam bunga jantan dan betina.Dalam waktu singkat bunga jantan menjadi
kehitam-hitaman, bunga betina mengeluarkan getah dan akhirnya rontok.
Pengendalian dapat dilakukan dngan mengisi lubang dengan Basudin 60 EC atau
disemprot dengan BHC dengan konsentrasi 0,1%. Pengendalian secara biologis
dengan parasit Sylino sp.

Ulat Tirathaba
Ciri-ciri ulat berwarna coklat kotor bergaris memanjang pada punggungnya,
berukuran 22 mm. Masa keperidiannya 12-31 hari. Gejala kerusakan pada bunga
jantan berlubang-lubang lebih banyak dari bunga betina, buah yang baru muncul
kadang berlubang-lubang, terdapat banyak kotoran ulat diarea sekitar lubang, bunga-
bunga jantan gugur dan kotoran-kotoran ulat melekat menjadi satu bergumpal-gumpal
kecil, bongkol bunga penuh kotoran ulat dan berbau menyengat. Pengendalian dapat
dilakukan dengan mengumpulakn bunga-bunga yang terserang dan membakarnya,
pemotongan mayang dan membakarnya, membersihan pangkal daun kelapa dari pupa
dan larva. Pengendalian secara biologis dengan menggunakan parasioid telur
Telenomus tirathabae, parasitoid larva Apanteles Tirathabae, lalat parasitoid larva
Eryciabasivulfa sp, parasitoid pupa Melachnineumon muciallae, Trichhospilus
pupivora dan Anacryptus, predator cocopet Exypnus pulchripenneis. Pengendalian
secara kimia dengan menggunakan insektisida Sevin 85 S dengan menyemprotkan
pada bagian bunga dan bagian pangkal daun.

Hama Perusak Buah

Tikus pohon (Rattus rattus roque)


Ciri-ciri hidup di tanah, pematang sawah, atau dalam rumah. Gejala kerusakan
berupa lubang dekat tampuk buah kelapa, lubang pada serabut dan tempurung sama
besar. Bentuk tidak rata kadang bulat, kadang melebar (Setyamidjaja 1986).
Pengendalian dapat dilakukan dengan memburu tikus, memasang perangkap atau
umpan-umpan beracun, sanitasi mahkota daun kelapa agar tidak menjadi sarang tikus
dan memasang seng berbentuk kerucut di batang tanaman sehingga tikus tidak dapat
naik ke batang tanaman dan penggunaan predator burung hantu Tyto alba.

Tupai/ bajing (Callosciurus notatus dan C. Nigrovitatus)


Tupai menggerek buah kelapa yang sudah agak tua di bagian ujung buah,
lubang gerekan pada bagian tempurung bulat, tetapi lubang pada bagian serabut tidak
rata, daging buah habis dimakan 2-3 hari, seekor bajing mampu merusak 1-2 buah
dalam 1 bulan. Pengendalian yang dilakukan sama dengan pemberantasan tikus.

Hama Perusak Bibit

Rayap (Coptotermes curvignatus)


Ciri-ciri imago berwarna coklat-hitam (laron, kalekatu, siraru) berkelompok
membentuk sarang.Rayap menyerang bibit dengan merusak serabut buah atau benih
yang disemai. Serangan terjadi pada lahan lateris yang bertekstur pasir berlempung,
bibit layu pada bagian pucuk kemudian mati. Pohon kelapa muda kadang-kadang
dapat mati pucuknya kemudian mati.Pada batang sering nampak lubang rayap yang
dibuat dari tanah, dari bawah menuju ke atas.Pengendalian dapat dilakukan dengan
menyingkirkan sisa-sisa tanaman pada waktu membuat persemaian dan membuka
tanah, membuat persemaian dengan lapisan pasir sungai yang bersih dan tebal atau
mencampur tanah dengan BHC 10% dengan dosis 65 kg/ha sebelum menyemai,
dengan melakukan seedtreatment pada benih sebelum disemai dengan Azodin.

Kumbang bibit kelapa (Plesispa reichei Chap.)


Ciri-ciri imago berbentuk kumbang dengan siklus hidup hingga 90 hari. Gejala
kerusakan pada daun bibit atau daun kelapa muda yang berumur 1-4 tahun mula-mula
bergaris-garis bekas dimakan kumbang, kemudian garis-garis menyatu membusuk
atau kering, daun kelapa menjadi kering dan rusak seperti terkena angina, serangan
berat dapat mematikan bibit atau tanaman muda. Pengendalian dapat dilakukan
dengan cara manual yaitu dengan penangkapan kumbang atau larva, penyemprotan
dengan Diacin 60 EC dengan dosis 1,5-2 ml/liter air, pemberian Furadan 3G di
polybag 2-5 gram per bibit. Pengendalian secara biologis dengan parasitoid telur
Oencyrtus corbetti dan Haeckliana brontispae, parasitoid larva dan pupa
Tetrastichodes plesispae.

Belalang bibit kelapa (Valanga transiens)


Ciri-ciri imago berwarna abu-abu coklat kemerahan, tungkai berwarna
kekuning-kuningan, pada tungkai belakang terdapat 2 bercak hitam, terdapat warna
merah pada pangkal sayap belakang, Panjang belalang jantan 37-50 mm, betina 55-60
mm. Gejala kerusakan berupa gerigitan yang tidak beraturan pada daun bibit yang
berada dibawah 1 tahun dan yang belum terbelah, tingkat serangan menurun pada
bibit yang daunnya telah membuka. Pengendalian dapat dilakukan dengan
penyemprotkan basudin 60 EC atau Dimecron 50 EC.
DAFTAR PUSTAKA

Kelapa. 1987. Jakarta: CV. Yasaguna.


Suhardiono L. 1993. Tanaman Kelapa. Ygyakarta: Kanisius.
Setyamidjaja D.1986, Bertanam Kelapa Hibrida. Yogyakarta: Kanisius.
Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Didi Darmadi. 2008. Hama dan Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit
[internet].Diunduh pada 2011 April 20. http://mablu.wordpress.com/
2008/01/24/hama-dan-penyakit-tanaman-kelapa-sawit/.

You might also like