Professional Documents
Culture Documents
Ledakan jumlah penduduk Indunesia yang diperkirakan mencapai 400 juta jiwa pada
2035 menuntut penyediaan pangan dua kali lipat kebutuhan pangan saat ini. Sampai saat ini
Indonesia harus menguras cadangan devisa sebesar 2 milyar USD untuk mengimport delapan
komoditas utama pangan demi memenuhi kebutuhan pangan nasional. Besarnya jumlah
penduduk, bila tidak diiringi dengan kemampuan memenuhi kebutuhan pangan sendiri,
maka hanya akan menjadi obyek pasar produk pangan impor. Ketergantungan pangan yang
tinggi tidak hanya merugikan dari segi ekonomi, tetapi juga menimbulkan kerawanan sosial
dan politik.
Kebijakan penyeragaman pangan pokok ke beras di zaman orde baru, memicu tingkat
konsumsi masyarakat Indonesia tinggi mencapai 99 kg/kapita/tahun. Ketergantungan
terhadap suatu jenis bahan pangan tertentu menyebabkan kerawanan pangan. Terlebih lagi,
saat ini telah terjadi perubahan trend pola makan masyarakat Indonesia yang semakin
menyukai berbagai produk pangan olahan berbasis gandum, seperti mie, roti, humberger.
Pemenuhan gandum ini sepenuhnya berasal dari import, karena bahan pangan ini belum
bisa diproduksi di Indonesia. Ketergantungan kita akan gandum bisa menjadi jebakan pangan
(food trap) dan mengancam ketahanan pangan Indonesia.
Sebagai Negara agraris, Indonesia kaya akan jenis bahan pangan yang tersebar di
berbagai wilayah. Selain beras sebagai bahan pangan pokok utama, Indonesia kaya akan
jagung, sagu, umbi-umbian seperti singkong, ubi jalar, sebagai sumber karbohidrat.
Bagaimanapun, jumlah lahan pertanian yang semakin sempit, dan rendahnya tingkat
pendapatan petani, menyebabkan penurunan minat masyarakat Indonesia bekerja di sektor
pertanian. Terlebih lagi, tingkat penguasaan teknologi para petani yang relatif masih rendah,
membuat daya saing produk pertanian kita semakin tidak kompetitif.
Kualitas produk pangan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan mutu dan keamanan
produk pangan. Populasi muslim di Indonesia yang mencapai 88% dari total penduduk,
menuntut tersedianya produk pangan yang tidak hanya berkualitas tetapi juga halal. Pasar
industri halal yang mencapai 2.1 triliun USD pertahun merupakan peluang yang harus
direbut. Kemajuan dan variasi produk pangan yang ada, menuntut penerapan teknologi yang
canggih untuk mengawasi kehalalan produk pangan. Kerjasama antara pemerintah dan MUI
perlu diperbaiki untuk standarisasi sistem sertifikasi produk halal.
Kekayaan alam Indonesia akan sumber bahan pangan alami (natural product resources)
harus dieksplorasi untuk alternative bahan pangan yang murah dan sehat. Bahan pangan
fungsional yang tidak hanya bergizi, tetapi juga bermanfaat bagi kesehatan seperti
kemampuan menurunkan tekanan darah tinggi, diabetes, kanker dan tumor perlu
dipromosikan untuk meningkatkan tingkat konsumsinya. Diversifikasi bahan pangan
merupakan keniscayaan untuk mengurangi ketergantungan terhadap suatu produk pangan
tertentu. Penerapan teknologi untuk memodifikasi bahan pangan alternative seperti tepung
cassava termodifikasi (MOCAL) akan meningkatkan penggunaannya untuk mensubstitusi
beras dan gandum.
II. REKOMENDASI KLASTER TEKNOLOGI DAN KETAHANAN PANGAN
Berdasarkan Undang Undang No. 7 1996, definisi Ketahanan adalah sebagai berikut: Kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau
SARAN:
Kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap individu, yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau dan sesuai
dengan preferensi pangan untuk hidup yang sehat dan produktif.
[1]
Preferensi = kesesuaian, baik kesesuaian dengan selera, kesukaan kebudayaan, maupun
kepercayaan.
Prioritas pada beberapa komoditi pangan tertentu, seperti beras, juga jagung,
kedele, ubi kayu, ikan, daging ayam, daging sapi, gula
Harus ada simpul kordinasi yang berjenjang dari mulai pemerintah pusat sampai
desa, yang dilakukan melalui pendekatan ikatan emosional seluruh pemangku
kebijakan
Perlu adanya insentif bagi petani: benih, pupuk, pembiayaan, asuransi pertanian
C. Diversifikasi pangan
Perlu adanya upaya pengembangan pangan olahan berbahan baku pangan lokal
dan produk diversifikasi yang menarik dan disukai, misalnya dengan aplikasi
teknologi pengemasan, teknik pemasaran yang modern, dll.
Ikut mengambil peluang industri halal yang besarnya 3,1 triliun US dollar/tahun.
Dengan demikian perlu adanya penguatan riset terkait halal seperti yang
dilakukan Malaysia.
Adanya badan khusus yang menjembatani antara industri dan inovasi. Badan ini
mestilah secara proaktif melakukan pendekatan-pendekatan ke Universitas,
Lembaga penelitian serta pihak-pihak lain yang berminat dengan hasil inovasi
tersebut.
E. Kampanye
1. Membuka jalinan kerjasama antara ilmuwan luar negeri dengan dalam negeri
5. Perlu adanya kebijakan yang tegas dari pemerintah terhadap industri pangan untuk
menggunakan bahan pangan lokal, misalnya penggunaan substitusi bahan baku ubi
kayu pada terigu dalam pembuatan mie instan, roti, biskuit dan sejenisnya.