You are on page 1of 16

PEDOMAN

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JAMINAN MUTU ( QA )

DI RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2. Tujuan.

II. PROGRAM JAMINAN MUTU

1. Prinsip-Prinsip Program Jaminan Mutu di Rumah Sakit

2. Pentahapan Program Jaminan Mutu di Rumah Sakit.

III. PENTAHAPAN PELATIHAN JAMINAN MUTU DI RUMAH SAKIT.

1. Inisiasi

2. Transformasi

3. Integrasi.

IV. PENUTUP
Bab I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan dibidang pelayanan langsung seperti Rumah sakit, bertujuan untuk me-
ningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara
terpadu serta meningkatkan dan memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi
kegiatan peren-canaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.

Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan informasi
yang demikian cepat dan diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang lebih baik
meng-haruskan sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus menerus
seiring dengan perkembangan yang ada pada masyarakat tersebut. Pengembangan yang
dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah
sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada.

Apabila rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan masyarakat akan mencari sarana
kesehatan alternatif. Untuk itu setiap rumah sakit harus meningkatkan penampilannya secara
terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat agar dapat terus berkembang.

Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing masing sarana pelayanan seperti rumah sakit
adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit pelayanan, baik pada unit pelayanan
medik, pelayanan penunjang medik, ataupun pada unit pelayanan administrasi dan manajemen
melalui program jaminan mutu.

Kegiatan peningkatan mutu tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan berbagai pendekatan atau
kegiatan mutu diantaranya dengan mengembangkan Gugus Kendali Mutu, Pengendalian Mutu
Terpadu, Penyusunan/Penerapan standar pelayanan atau penyediaan pelayanan prima di rumah
sakit.

Seperti diketahui Mutu Pelayanan Rumah Sakit merupakan derajat kesempurnaan pelayanan Rumah
Sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/konsu-men akan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar profesi dan standar pelayanan profesi dengan menggunakan potensi sumber daya
yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan
memuaskan sesuai norma, etika, hukum dan sosio budaya, dengan memper-hatikan keterbatasan
dan kemampuan pemerintah dan masyarakat sebagai konsumen.

Didalam mencapai mutu tersebut diatas, maka upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit
disusun berupa kegiatan yang komprehensif dan integratif yang menyangkut Struktur, Proses dan
Out Put/Out Come secara objektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu serta
kewajaran pelayanan tehadap pasien, menggunakan peluang untuk meningkatkan pelayanan pasien
dan memecah-kan masalah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit
berdaya guna dan berhasil guna. Upaya peningkatan mutu di rumah sakit bertujuan untuk
memberikan asuhan atau pelayanan sebaik baiknya kepada pasien.

Adapun strategi upaya peningkatan mutu rumah sakit adalah sebagai berikut :

a. Rumah Sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan
rumah sakit sehingga dapat menyusun langkah langkah upaya peningkatan mutu masing masing
rumah sakit.

b. Memberi prioritas pada peningkatan sumberdaya manusia di rumah sakit termasuk


kesejahteraan karyawan, memberikan imbalan yang layak, program keselamatan dan kesehatan
kerja, program pendidikan dan pelatihan , dll.

c. Menciptakan budaya mutu di rumah sakit, termasuk didalamnya menyusun program mutu
rumah sakit, menyusun tema yang akan dipakai sebagai pedoman, memilih pendekatan yang
akan dipakai dalam penggunaan standar prosedur serta menetapkan mekanisme monitoring dan
evaluasi.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dibeberapa rumah sakit, menunjukkan bahwa sebagian besar
Rumah Sakit terutama yang berada diluar pulau Jawa belum atau sedikit sekali tersentuh oleh
pelatihan yang berwawasan mutu. Walaupun sebagian rumah sakit sudah tersentuh, tetapi hanya
dalam penyebarluasan informasi tentang mutu saja, belum sampai pada tingkat konsep ataupun
aplikasinya.

Pelatihan peningkatan mutu yang sekarang ini dilaku-kan di rumah sakit diantaranya :

• Pelatihan Total Quality Manajemen.


• Pelatihan Fasilitator Gugus Kendali Mutu.
• Pelatihan Manajemen Strateji RS
• Pelatihan Teknik Dokumentasi Standar Pelayanan Mutu RS
• Pelatihan Standar Asuhan Keperawatan.
• Pelatihan Akreditasi Rumah Sakit.
• Pelatihan Sumber Daya Manusia.
• Pelatihan Manajemen Pimpinan RSUD
• Dll

Untuk memperoleh keseragaman dalam penyeleng-garan pendidikan dan pelatihan mutu tersebut
diatas, maka perlu disusun suatu pedoman yang merupakan petunjuk umum dalam penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan mutu tersebut.

B. TUJUAN

Tujuan Umum :
Tujuan dari pada kegiatan ini adalah tersusunnya pedoman penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan jaminan mutu di Rumah Sakit.

Tujuan Khusus :

Tersusunnya jenis pelatihan pada setiap fase dari langkah langkah penerapan jaminan mutu rumah
sakit yaitu fase Inisiasi, Transformasi dan Integrasi.
Bab II

PROGRAM JAMINAN MUTU

A. PRINSIP-PRINSIP JAMINAN MUTU

Mutu tidak akan pernah dicapai dalam jangka waktu yang singkat. Hal tersebut memerlukan waktu
yang sangat bervariasi tergantung dari pada standar mutu yang dinginkan. Pengertian tentang
program jaminan mutu mungkin sudah sering kita ketahui dari berbagai sumber yang sangat
bervariasi.

Secara singkat disebutkan bahwa program jaminan mutu melibatkan setiap orang yang berada dalam
organisasi untuk peningkatan pelayanan yang terus menerus dimana mereka akan memenuhi
kebutuhan standar dan harapan dari pada pelanggan, baik pelanggan intern ataupun ekstern. Hal ini
adalah suatu metode yang mengkombinasikan teknik manajemen, keterampilan teknik, dan
pemanfaatan penuh potensi sumber daya manusia dalam organisasi rumah sakit.

Program Jaminan Mutu dapat dibedakan dengan bentuk manajemen yang lain, dimana jaminan mutu
didasarkan pada prinsip prinsip sebagai berikut :

1. Setiap orang didalam organisasi harus dilibatkan dalam penentuan , pengertian dan
peningkatan proses yang berkelanjutan dengan masing masing kontrol dan bertanggung jawab
dalam setiap mutu yang dihasilkan oleh masing masing orang.

2. Setiap orang harus sepakat untuk memuaskan masing masing pelanggan baik pelanggan
eksternal maupun pelanggan internal.

3. Peningkatan mutu dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah yaitu dengan


menggunakan data untuk pengambilan keputusan , penggunaan alat alat statistik dan
keterlibatan setiap orang yang terkait.

4. Adanya pengertian dan penerimaan terhadap suatu perbedaan yang alami.

5. Pembentukan teamwork . Baik itu dalam part time teamwork, fulltime teamwork ataupun cross
functional team .

6. Adanya komitmen tentang pengembangan karyawan (development of employees ) melalui


keterlibatan didalam pengambilan keputusan.

7. Partisipasi setiap orang dalam merupakan dorongan yang positif dan harus dilaksanakan.

8. Program pendidikan dan pelatihan dianggap sebagai suatu investment/modal dalam rangka
pengembangan kemampuan dan pengetahuan pegawai untuk mencapai potensi yang mereka
harapkan.
9. Supliers dan Customer diintegrasikan dalam proses peningkatan mutu.

1. ORIENTASI PADA PELANGGAN

Dalam pandangan tradisional, pelanggan berarti orang yang membeli dan menggunakan produk
suatu perusahaan/organisasi. Dalam hal ini pelanggan tersebut berinteraksi dengan perusahaan
setelah proses menghasilkan produk. Sedangkan pihak pihak yang berhubungan dengan
organisasi/perusahaan sebelum tahap proses disebut sebagai pemasok.

Dalam konsep quality manajemen, pelanggan dan pemasok ada didalam dan diluar organisasi.
Pelanggan dikenal sebagai pelanggan eksternal dan pelanggan internal. Pelanggan eksternal adalah
orang yang menggunakan produk atau jasa perusahaan . Pemasok eksternal adalah orang diluar
organisasi yang menjual bahan mentah/bahan baku, informasi atau jasa lain kepada organisasi.
Sedangkan didalam organisasi juga ada pelanggan internal dan pemasok internal. Misalnya dalam
pelayanan pasien dirumah sakit. Dalam pemeriksaan laboratorium misalnya, dokter dan tenaga
paramedis merupakan pelanggan internal dari pada petugas laboratorium, sedangkan bagian logistik
yang menyediakan bahan bahan pemeriksaan dan peralatan lainnya merupakan pemasok internal.
Oleh karena itu kualitas pekerjaan dari bagian logistik akan mempengaruhi kualitas pekerjaan
petugas laboratorium sekaligus akan mempengaruhi kualitas pekerjaan dari pada tenaga medis.

Pada hakikatnya tujuan dari pada bisnis adalah untuk menciptakan dan mempertahankan para
pelanggan. Demikian pula dalam kegiatan pelayanan kesehatan, target utamanya adalah untuk
kepuasan pelanggan dalam hal ini kesembuhan dari penyakit. Oleh karena itu hanya dengan
memahami proses dan pelanggan maka organisasi dapat memahami dan menghargai makna dari
pada kualitas. Semua usaha manajemen dalam jaminan mutu diarahkan pada satu tujuan utama
yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Apapun yang dilakukan manajemen tidak akan ada gunanya
bila akhirnya tidak menghasilkan peningkatan kepuasan pelanggan. Adanya kepuasan pelanggan
dapat memberikan manfaat diantaranya :

1. Hubungan antara Rumah Sakit dengan para pasien menjadi harmonis.

2. Memberikan dasar yang baik bagi kunjungan ulang.

3. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut ( word of mouth ) yang menguntungkan
bagi rumah sakit.

4. Reputasi rumah sakit menjadi baik dimata pelanggan / pasien dan keluarga.

5. Penghasilan rumah sakit meningkat.

2. CONTINOUS IMPROVEMENT

Persaingan global dan perubahan yang terjadi pada setiap pelanggan merupakan alasan perlunya
dilakukan perbaikan yang berkesinambungan. Untuk mencapai perbaikan yang berkesinambungan,
para manajer rumah sakit tidak cukup hanya menerima ide perbaikan, akan tetapi juga secara aktif
mendorong setiap orang untuk mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan.
Pelaksanaan proses berke-sinambungan ini meliputi penentuan dan pemecahan masalah yang
memungkinkan, pemilihan dan imple-mentasi pemecahan yang paling efektif dn efisien, serta
evaluasi ulang, standarisasi dan pengulangan proses.

Proses pembelajaran merupakan elemen yang penting dalam perbaikan. Pembelajaran memberikan
dasar rasional untuk bertindak dan merupakan elemen penting kedua dalam perbaikan. Tingkat dan
luasnya perbaikan dapat ditingkatkan dengan membuat perbaikan proses dan sistem sebagai bagian
dari strategi organisasi, serta menciptakan suatu sistem untuk perbaikan. Sistem tersebut haruslah
mendukung pengembangan keterampilan dan pengetahuan anggota organisasi untuk melaksanakan
perbaikan. Hal hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem perbaikan antara lain:
Pendidikan, Keteladanan manajer, Tanggung jawab yang jelas, Perbaikan diidentifikasi sebagai
strategi yang penting, Identifikasi dan prioritas tindakan perbaikan, metode sistematis untuk
perbaikan, dan lain lain.

Perbaikan terhadap mutu yang berkesinambungan memerlukan beberapa persyaratan yang harus
diperhatikan diantaranya adalah :

a. Perbaikan tersebut haruslah berdasarkan pada visi dan misi rumah sakit.

Didalam implementasi jaminan mutu di rumah sakit, visi dan misi harus ditentukan dan
merupakan dasar serta sentra yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan seluruh kegiatan. Visi
dan Misi rumah sakit harus diinformasikan kepada semua karyawan mulai dari tingkat Manajer
puncak sampai dengan pelaksana ditingkat front line. Dengan harapan apabila setiap orang yang
terlibat di rumah sakit sudah mengetahui visi dan misi rumah sakit maka mereka akan bekerja
dengan suatu arah yang dan terencana dengan baik.

b. Mengikuti Tahap Strategi Perbaikan.

Didalam menerapkan perbaikan, dikenal berbagai proses. Tidak ada satupun cara yang paling
tepat untuk memperbaiki proses perbaikan, baik itu dalam bidang manufaktur ataupun dalam
bidang jasa. Meskipun demikian ada beberapa strategi standar yang biasanya digunakan.
Strategi tersebut antara lain :

· Menggambarkan proses yang ada

· Membakukan proses

· Menghilangkan kesalahan pada proses

· Merampingkan proses

· Mengurangi sumber sumber terjadinya variasi

· Menerapkan pengendalian proses statistikal

· Memperbaiki rancangan

3. SCIENTIFIC APPROACH
Pendekatan ilmiah merupakan langkah sistematis bagi setiap individu maupun Tim dalam proses
pemecahan masalah dan perbaikan proses. Hal ini berarti bahwa dalam pengambilan keputusan
harus selalu berdasarkan pada data, dan bukan merupakan perkiraan saja. Disamping itu harus pula
melihat pada akar permasalahan dan bukan hanya berdasarkan gejala gejala yang terlihat pada
permukaan. Demikian juga dengan pemilihan alternatif pemecahan masalah yang dipilih haruslah
betul merupakan alternatif solusi yang baik, jangan merupakan solusi yang setiap saat harus
diperbaiki.

Fokus pada pendekatan ilmiah adalah pengumpulan , pengolahan dan pemanfaatan data. Dalam
proses pengumpulan dan pemanfaatan data tersebut tidak dianjurkan untuk menggunakan ilmu
statistik yang rumit. Dengan hanya menggunakan alat alat statistik yang sederhana seperti Grafik,
Bar Chart, Peren-canaan waktu (Time Plot) dapat membantu para manajer atau petugas kesehatan
untuk menghasilkan suatu peningkatan mutu secara terus menerus dan dengan demikian selanjutnya
akan mengatasi seluruh permasalahan yang ada.

Banyak diantara kita telah bekerja selama bertahun tahun tanpa menggunakan data. Kita datang
dengan berbagai ide untuk meningkatkan kinerja organisasi, akan tetapi kita hanya berangkat hanya
berdasarkan pengalaman yang diterapkan dalam pekerjaan sehari hari atau hanya berdasarkan
pembicaraan informal dengan para pasien atau pelanggan lainnya. Akibatnya adalah apabila terjadi
masalah dikemudian hari, kita akan menggunakan pengalaman tersebut untuk mencari pemecahan
masalahnya, maka kemungkinannya adalah bahwa masalah tersebut mungkin teratasi atau sama
sekali tidak teratasi.

Tidak ada yang menyalahkan pengambilan keputusan yang dilakukan berdasarkan pengalaman,
pengeta-huan, perkiraan ataupun dengan intuisi seperti diatas. Kalau demikian halnya mengapa
ditekankan tentang pemanfaatan data? Alasannya adalah sangat sederhana sekali yaitu bahwa
pemanfaatan data adalah alat yang sangat tangguh yang dapat diikutkan atau diperhitungkan dalam
proses pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Pemanfaatan data tidak dapat
menggantikan pengalaman ataupun pengetahuan dalam peningkatan proses ataupun dalam
pengambilan keputusan, akan tetapi pengalaman dan pengetahuan tidaklah cukup untuk
menghasilkan suatu keputusan yang tepat.

Apabila kita dihadapkan dengan masalah-masalah yang baru, biasanya kita membentuk suatu teori
tentang apa yang telah terjadi berdasarkan pengalaman. Hal ini adalah suatu keadaaan yang
normal. Akan tetapi kecenderungan yang sering terjadi adalah bahwa kita sering kali hanya melihat
terhadap kesamaan dari pada kedua kejadian tersebut dan kita tidak melihat terhadap
perbedaannya. Dengan meng-gunakan data, kita dapat menghindarkan perangkap-perangkap yang
demikian. Penggunaan data dapat menolong kita untuk mengerti lebih dalam apa yang telah terjadi
pada proses, service maupun produk.

Dengan menggunakan data akan membantu kita dalam memfokuskan permasalahan terhadap
faktor-faktor yang betul-betul membuat suatu perbedaan atau variasi. Disamping itu pemanfaatan
data dapat mem-bantu kita menghemat waktu, energi dan penggunaan sumber daya yang lebih
efektif.

4. PEMBENTUKAN TEAM

Sekarang ini kita sudah memasuki lingkungan atau keadaan dimana goncangan-goncangan atau
gangguan menjadi sesuatu hal yang biasa dan perubahan merupakan suatu yang tetap terjadi.
Banyak faktor yang memaksa pengelola suatu rumah sakit mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan
pasar/pelanggan dengan cara efektif dan efisien. Faktor-faktor ini diantaranya adalah termasuk
kebutuhan untuk merespon perubahan teknologi yang begitu cepat dan luas, kecenderungan
globalisasi disemua sektor dan tekanan-tekanan pengertian pasar termasuk keinginan dari pad
pasien.

Untuk menghadapi kondisi tersebut dibutuhkan penge-tahuan, ketrampilan, pengalaman dan


perspektif yang luas dan dilakukan secara bersama-sama dengan orang orang yang bekerja atau
berkaitan dengan rumah sakit. Dengan demikian setiap rumah sakit diharapkan dapat mengatasi
masalah yang dihadapi, membuat keputusan yang baik dan menyampaikan solusi tersebut terhadap
para costumer (pelanggan).

Dengan perkataan lain dibutuhkan kerja sama dalam bentuk tim. Tim akan menciptakan suatu
kondisi dimana para anggota akan tetap mempertahankan perubahan, mempelajari lebih banyak
tentang kebutuhan dan memperoleh ketrampilan dalam kerja sama.

Dalam suatu organisasi, Team dibutuhkan apabila :

· Tugas-tugas yang diemban sangat kompleks.

· Kreatifitas dibutuhkan

· jalan yang harus ditempuh belum jelas

· Penggunaan sumber daya yang lebih efisien dibutuhkan

· Dibutuhkan belajar lebih cepat

· Mengerjakan komitmen yang tinggi

· Pelaksanaan dari rencana membutuhkan kerja sama dengan orang lain

· Tugas-tugas atau proses bersifat cross fungsional

Semakin banyak tugas-tugas yang berhubungan dengan hal diatas, maka organisasi akan
membentuk tim untuk mengatasi tantangan tersebut.

Perusahaan/Organisasi akan lebih tergantung pada tim bila mereka menemukan bahwa metode
pemecahan masalah yang tradisional, pengambilan keputusan, komunikasi dan kompetensi tidak
cepat atau cukup flkesible untuk merespon terhadap perubahan yang ada. Tim-tim yang dibentuk
akan digunakan untuk bentuk, seperti Manajemen Team On going work team, Improvment Team,
Gugus Kendali Mutu, Forum Manajemen Menengah dll.

Rumah sakit menggunakan/memanfaatkan team untuk mencapai tujuan-tujuan dengan perbedaan


yang luas, mengurangi penggunaan waktu yang tidak perlu, menambah siklus, mengurangi
kesalahan pelayanan pada pasien dan melaksanakan pekerjaan sehari-hari, meningkatkan transaksi,
merancang kembali sistem yang ada, lebih mengerti tentang kebutuhan pasien dan pelanggan
lainnya.

Bab III
PENTAHAPAN PROGRAM JAMINAN MUTU

1. FASE INISIASI

1.1. Training Need Assessment (TNA)

Perbaikan mutu yang diberikan dengan terburu buru sering menyebabkan diambilnya keputusan
yang salah tentang jenis pelatihan yang akan diberikan. Kesalahan kesalahan yang paling umum
terjadi adalah sebagai berikut :

• Seorang petugas mengatakan kepada admi-nistrator rumah sakit bahwa ia


mempunyai keterampilan baru. Mendapat informasi demikian, manajemen rumah sakit
yang bersangkutan segera memberikan keterampilan tersebut kepada karyawannya
tanpa mengetahui apakah karyawannya telah siap untuk mempelajarinya.
• Sebuah Rumah Sakit membeli peralatan baru untuk produk jasa pelayanan
yang baru tanpa mempertimbangkan aspek pelatihan terlebih dahulu.
• Rumah Sakit melaksanakan pelatihan umum mengenai konsep kualitas secara
luas tanpa menghiraukan bagaimana karyawannya akan menerapkan konsep tersebut
dalam pekerjaannya sehari hari agar kualitasnya menjadi lebih baik.
• Suatu Rumah Sakit mengetahui bahwa pesaingnya sedang menerapkan teknik
kualitas tertentu atau manajer rumah sakit membaca dari majalah atau surat kabar
bahwa teknik tersebut sedang populer, sehingga dengan segera manajer tersebut
memutuskan untuk melaksanakan pelatihan mengenai penerapan teknik kualitas tanpa
memikirkan apakah hal tersebut cocok bagi rumah sakitnya.

Pelatihan yang baik dalm prosesnya dimulai dengan pengumpulan data dan informasi yang dapat
menggambarkan jenis keterampilan yang dimiliki karyawan saat ini, dan keterampilan apa yang
mereka perlukan untuk mencapai rencana jangka pendek dan jangka panjang yang telah
ditetapkan, memuaskan pelanggan dan memperbaiki kualitas. Setelah data tersebut terkumpul,
kemudian diolah dianalisis sehingga akhirnya kebutuhan akan pelatihan dapat ditentukan.

Pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan adalah sebagai
berikut

1. Menentukan keterampilan karyawan yang diperlukan untuk mencapai strategi kualitas yang
ditentukan oleh Rumah Sakit. Ada beberapa metode yang dapat digunakan oleh para manajer
untuk menentukan kebutuhan pelatihan, diantaranya adalah :

a. Observasi.

Manajer RS dapat melakukan observasi terhadap beberapa aspek pokok, misalnya apakah
terdapat masalah masalah yang spesifik dalam masing masing bagian? Apakah karyawan
menghadapi masalah dalam melaksanakan tugas tugas tertentu dan Apakah pekerjaan
pekerjaan secara konsisten mendukung proses ?

b. Wawancara

Manajer dapat mewawancarai para karyawan agar mereka mengungkapkan kebutuhannya


berdasarkan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki. Karyawan mengetahui tugas yang
harus mereka kerjakan setiap hari. Mereka juga harus mengetahui tugas mana yang dapat
mereka kerjakan dengan baik, mana yang tidak dan mana yang tidak dapat dikerjakan
sama sekali. Brainstorming merupakan cara efektif dalam proses perbaikan yang
berkesinambungan bila karyawan bersedia mengemukakan pikiran dan pendapatnya.

c. Survei Job - Task Analysis

Dalam tahap ini dilakukan analisis terhadap dua aspek utama. Pertama terhadap aspek
pekerjaan secara keseluruhan dan kedua terhadap aspek pengetahuan, keterampilan serta
sikap yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tersebut.

Berdasarkan informasi dari hasil analisis tersebut, maka instrumen survei dikembang-kan
dan disebarkan kepada para karyawan yang akan diteliti. Dalam mengembangkan
instrumen, ada baiknya melibatkan karyawan yang akan disurvei agar informasi yang
diperoleh lengkap dan tidak mengabaikan kriteria kriteria seperti kerja sama tim,
sensitivitas terhadap umpan balik pelanggan terutama pelanggan internal dan keterampilan
interpersonal.

d. Focus Group Diskusi (FGD)

Dalam metode ini kelompok karyawan tertentu diminta untuk membicarakan siklus mutu
yang berkaitan dengan pelatihan. Rapat yang dilakukan tanpa manajer atau penyelia
tersebut akan menjadi lebih terbuka untuk menyadari bahwa mereka memerlukan
pelatihan.

e. Sistem saran

Sistem saran organisasi ( baik melalui kotak saran, maupun saran yang diajukan secara
langsung) juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan pelatihan.

2. Melakukan penilaian kebutuhan pelatihan secara periodik untuk mengidentifikasi topik topik
yang baru.

3. Menggunakan proses identifikasi kebutuhan berkelanjutan yang meliputi evaluasi terhadap


pelatihan yang telah diikuti karyawan dan saran dari unit bisnis maupun para manajer akan
diperlukannya suatu pelatihan baru.

4. Melakukan Benchmarking (patok duga ) terhadap rumah sakit lain untuk menentukan apa
yang mereka lakukan dan dimana mereka melakukan program pelatihan bagi para
karyawannya.

1.2. SEMINAR TENTANG SADAR MUTU.

( Quality Awareness Workshop ).

Kegiatan ini sangat penting dilaksanakan sebelum kegiatan program jaminan mutu dilakukan pada
suatu tempat. Adapun tujuan dari pada kegiatan ini adalah untuk membangun suatu komitmen
yang tinggi dari pada petugas kesehatan terutama petugas rumah sakit beserta instansi terkait dari
tingkat manajemen atas sampai dengan tingkat pelaksana mutu itu sendiri.
Adapun topik topik yang diberikan dalam seminar ini adalah : Pengertian mutu, Jaminan Mutu,
Budaya Mutu, Konsep Pelanggan, Manfaat Mutu dll, tergantung dari waktu yang disediakan dalam
workshop tersebut.

1.3. MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN MUTU.

Kepemimpinan yang berwawasan mutu merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat


orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab menyeluruh terhadap usaha mencapai
suatu tujuan.

Fungsi kepemimpinan mutu adalah sebagai berikut :

1). Perencanaan Mutu :

Fungsi ini meliputi identifikasi pelanggan dan kebutuhannya, mengembangkan produk sesuai
kebutuhan pelanggan, mengembangkan metode dan proses kerja serta mengubah hasil
perencanaan kedalam tindakan.

2). Pengendalian Mutu :

Fungsi ini mencakup langkah langkah evaluasi kinerja aktual, membandingkan kinerja dengan
tujuan, melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi perbedaan kinerja yang ada.

3). Perbaikan Mutu.

Fungsi ini meliputi penyediaan prasarana untuk perbaikan mutu secara berkesinambungan,
identifikasi proses satu metoda yang membutuh-kan perbaikan, membentuk tim yang
bertanggung jawab atas program perbaikan mutu, menye-diakan sumber daya serta pelatihan
yang dibutuhkan oleh tim dalam memecahkan masalah.

1.4. MENETAPKAN TUJUAN PENINGKATAN MUTU

Pada langkah ini perlu dirumuskan secara tepat dan benar tentang tingkat kesenjangan kinerja
yang terjadi, sehingga akan semakin jelas dan tepat kearah mana tujuan yang ingin dicapai dalam
peningkatan mutu.

Tujuan digambarkan dalam bentuk kuantitas yang harus dicapai ketika program sudah selesai.
Beberapa petunjuk yang perlu untuk menuliskan tujuan adalah sebagai berikut :

1. Spesifik.

Tujuan harus bersifat spesifik, dan tidak mengambang. Spesifik berarti bahwa target yang
akan kita capai itu sudah menjurus atau terfokus pada suatu issue/topik.

2. Measurable.

Tujuan yang akan kita capai sedapat mungkin harus dapat diukur melalui indikator tertentu.

3. Achievable.

Tujuan yang telah ditetapkan sedapat mungkin harus dapat dicapai


4. Realistis.

Tujuan yang diinginkan sifatnya realis, dan tidak muluk muluk.

5. Time Bound.

Untuk mencapai tujuan tersebut haruslah dalam batas waktu tertentu.

1.5. MENYUSUN RENCANA STRATEJIK DAN OPERASIONAL

Penyusunan rencana stratejik dan rencana operasional rumah sakit sebaiknya berdasarkan pada
analisa SWOT dengan memperhitungkan faktor faktor eksternal dan internal dari pada rumah
sakit. Kesenjangan nilai yang ditemukan berdasarkan analisa tersebut, disusun suatu rencana aksi
yang kegiatannya berfokus pada visi dan misi organisasi.

Jenis-Jenis Pelatihan pada fase ini antara lain :

• Pelatihan/Orientasi tentang Mutu


• Pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pelatihan ( TNA ).
• Pelatihan Kepemimpinan Mutu

2. FASE TRANSFORMASI

Pada fase ini beberapa strategi yang disarankan adalah sebagai berikut :

· Pemilihan proses proses prioritas yang akan ditingkatkan dalam bentuk proyek percontohan.

· Pembentukan kelompok kelompok kerja yang kompeten terhadap proses proses tersebut.

· Identifikasi anggota untuk masing masing kelompok kerja

· Proses dalam kelompok kerja untuk melakukan perbaikan yang berkesinambungan dengan
siklus PDCA atau PDSA

· Pelatihan Penyusunan Standar dan Dokumentasi Mutu.

· Pelatihan Internal Audit Mutu and Corective Action

· Pelatihan Manajemen Stratejik

· Evaluasi

Jenis-jenis Pelatihan dalam fase ini antara lain :

1). Pelatihan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

2). Tim Building


3). Analisa tugas dan Analisa Jabatan.

4). Supervisi

5) Management and Statistic Tools


3.FASE INTEGRASI

Pada fase ini strategi yang disarankan adalah :

· Mengintegrasikan pelaksanaan CQI pada seluruh jajaran organisasi

· Membentuk dan mempertahankan komitmen terhadap mutu melalui optimalisasi dan proses
perbaikan yang berkesinambungan

· Pelatihan pada seluruh karyawan

· Penetapan indikator mutu

· Pengembangan sistem surveilance dan evaluasi mutu yang tepat

· Penerapan proses perbaikan mutu yang berke-sinambungan pada semua unit dan lintas unit
dengan membentuk kelompok-kelompok kerja yang mandiri

Jenis Jenis Pelatihan pada fase ini antara lain misal :

• pelatihan team based


• pelatihan GKM, PKM, BPI
• Asuhan Keperawatan
• Standar Pelayanan Medis
• Manajemen Review
• Penyusunan Indikator
• Monitoring dan Evaluasi

Bab IV

PENUTUP

Kegiatan Jaminan Mutu merupakan suatu kegiatan yang integral yang harus tersirat dalam setiap
kegiatan pelayanan kesehatan. Mutu harus dilihat dari berbagai dimensi , dan pemenuhan setiap
dimensi mempunyai persyaratan persyaratan tertentu.

Untuk menghasilkan suatu pelayanan yang bermutu diperlukan waktu yang relatif panjang dan
membutuhkan kerja sama yang baik dari pada semua unsur yang terlibat dalam rumah sakit.

Beberapa prinsip dalam jaminan mutu yang harus diikuti adalah Fokus pada pelanggan, Pendekatan
ilmiah, Perbaikan yang berkesinambungan dan Pemanfaatan Tim dalam pengambilan keputusan.

You might also like