Professional Documents
Culture Documents
PENGERTIAN KOLOID
Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara larutan dan suspensi.
Larutan memiliki sifat homogen dan stabil. Suspensi memiliki sifat heterogen dan labil.
Sedangkan koloid memiliki sifat heterogen dan stabil. Koloid merupakan sistem
heterogen, dimana suatu zat "didispersikan" ke dalam suatu media yang homogen.
Ukuran zat yang didispersikan berkisar dari satu nanometer (nm) hingga satu mikrometer
(µm).
Jika kita campurkan air dengan sirup maka sirup akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara homogen (bening) Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah dan juga tidak
dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa maupun penyaringan yang lembut
(penyaringan mikro). Secara makroskopis maupun mikroskopis mcampuran ini tampak
homogen, tidak dapat dibedakan mana yang air dan mana yang sirup. Campuran seperti
inilah yang disebut larutan.
Jika kita campurkan susu (misalnya, susu instan) dengan air, ternyata susu "larut" tetapi
"larutan" itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan, campuran itu tidak memisah
dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan (hasil penyaringan tetap keruh).
Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, jika diamati dengan
mikroskop ultra ternyata masih dapat dibedakan partikel-partikel lemak susu yang
tersebar di dalam air. Campuran seperti inilah yang disebut koloid.
Jika kita campurkan air dengan pasir maka pasir akan terdispersi (bercampur) dengan air
secara heterogen dan langsung memisah antara air dengan pasir, yang keadaannya pasir
akan mengendap di dasar air dan dapat dipisahkan dengan penyaringan biasa, bahkan
dapat dipisahkan dengan cara dituang perlahan-lahan. Secara makroskopis campuran ini
sudah tampak hetrogen, dapat dibedakan mana yang air dan mana yang pasir. Campuran
seperti inilah yang disebut suspensi.
Jadi, koloid tergolong campuran heterogen (dua fase) dan setabil. Zat yang didipersikan
disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan zat
disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat diskontinu (terputus-putus), sedangkan
medium dispersi bersifat kontinu. Pada campuran susu dengan air, fase terdispersi adalah
lemak, sedangkan medium dispersinya adalah air.
PEMBUATAN KOLOID
Cara Kondensasi
contoh :
Reaksi Redoks
2 H2S(g) + SO2(aq) ------> 3 S(s) + 2 H2O(l)
Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l) ------> Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Reaksi Substitusi
2 H3AsO3(aq) + 3 H2 ------> S(g) As2S3(s) + 6 H2O(l)
Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat membentuk
partikel koloid dengan pereaksi yang encer.
AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer) ------> AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)
Cara Dispersi
Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara fisika:
Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
JENIS KOLOID
• Aerosol : suatu sistem koloid, jika partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh : debu, kabut, dan awan.
• Sol : suatu sistem koloid, jika partikel padat terdispersi dalam zat cair.
• Emulsi : suatu sistem koloid, jika partikel cair terdispersi dalam zat cair.
• Emulgator : zat yang dapat menstabilkan emulsi dan (Sabun adalah emulgator
campuran air dan minyak dan Kasein adalah emulgator lemak dalam air?.
• Gel : koloid liofil yang setengah kaku.
• Gel terjadi jika medium pendispersi di absorbs oleh partikel koloid sehingga
terjadi koloid yang agak padat. Larutan sabun dalam air yang pekat dan panas
dapat berupa cairan tapi jika dingin membentuk gel yang relatif kaku. Jika
dipanaskan akan mencair lagi.
1. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:
a. Sol Padat
Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah
paduan logam, gelas berwarna, dan intan hitam.
Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat,
tinta, tepung dalam air, tanah liat, dll.
Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di
udara, asap pembakaran, dll.
1. Efek Tyndall
Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan
dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel
yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan
sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati.
2. Gerak Brown
Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat
bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini
dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada penjelasan
berikut:
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid,
maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium
pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka
gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Apabila partikel-partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka
pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan terakumulasi pada permukaan zat padat
tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi. Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi adalah
fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas permukaannya,
melainkan di dalam sol padat tersebut.
Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel
pada permukaannya, baik partikel netral atau bermuatan (kation atau anion) karena
mempunyai permukaan yang sangat luas.
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid pasti
mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya sejenis, maka
terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini mengakibatkan partikel-partikel
tersebut tidak mau bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid.
Namun demikian, system koloid secara keseluruhan bersifat netral karena partikel-
partikel koloid yang bermuatan ini akan menarik ion-ion dengan muatan berlawanan
dalam medium pendispersinya. Berikut ini adalah penjelasannya:
Partikel-partikel koloid mendapat muatan listrik melalui dua cara, yaitu dengan
proses adsorpsi dan proses ionisasi gugus permukaan partikel.
• Proses Adsorpsi
Proses adsorpsi ini merupakan peristiwa dimana partikel koloid menyerap partikel
bermuatan dari fase pendispersinya. Sehingga partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis
muatannya tergantung pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau
kation.
Partikel koloid sol tersebut tidak selalu mengadsorpsi ion yang sama. Hal itu
tergantung pada muatan yang berlebih dari medium pendispersinya. Misalnya, jika sol
AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan kation Ag+ berlebih, maka AgCl akan
bermuatan positif. Sedangkan jika AgCl terdapat pada medium pendispersi dengan anion
Cl- berlebih, maka sol AgCl akan bermuatan negatif.
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus yang ada
pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah koloid protein dan koloid sabun/
deterjen.
a. Pada koloid protein:
Koloid ini adalah jenis sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH)
dan basa (-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada
molekul-molekul protein.
Pada pH rendah (konsentrasi H+ tinggi), gugus basa –NH2 akan menerima proton
+
(H ) dan membentuk gugus –NH3+
NH2 + H+ à -NH3+
COOH + H+ à –COO-
Maka, partikel sol protein bermuatan positif pada pH rendah dan bermuatan
negatif pada pH tingi. Pada titik pH isoelektrik, partikel-partikel protein bermuatan netral
karena muatan -NH3+ –COO- saling meniadakan menjadi netral.
Molekul sabun dan deterjen lebih kecil daripada molekul koloid. Pada konsentrasi
relatif pekat, kedua molekul ini dapat bergabung dan membentuk partikel-partikel
berukuran koloid yang disebut misel. Lalu zat-zat yang tergabung dalam suatu fase
pendispersi dan membentuk partikel-partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Anion
D. Elektroforesis
E. Koagulasi
3. Penambahan elektrolit
Jika suatu elektrolit ditambahkan pada system koloid, maka partikel koloid yang
bermuatan negatif akan mengasorpsi ion positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga
sebaliknya, partikel positif akan mengasorpsi ion negative (anion) dari elektrolit. Dari
adsorpsi diatas, maka terjadi proses koagulasi.
4. Pendidihan
f. Koloid pelindung
antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun,
deterjen.
- Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-
menarik yang lemah atau
bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Contoh, disperse
Partikel dari zat pelarut bisa mengganggu kestabilan koloid sehingga harus
dimurnikan. Ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu dialisis, elektrodialisis, dan
penyaring ultra.
1. Dialisis
2. Elektrodialisis
3. Penyaring Ultra
Apabila kertas saring tersebut diresapi dengan selulosa seperti selofan, maka
ukuran pori-pori akan berkurang. Kertas saring ini telah dimodifikasi menjadi penyaring
ultra.
2. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase
terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya,
emulsi dapat dibagi menjadi:
Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair
seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan
pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek
Tyndall, gerak Brown.
a) Emulsi Cair
Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair
melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan
yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan
zat lainnya seperti minyak.
1. Demulsifikasi
2. Pengenceran
Gel elastis
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan
kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.
Gel non-elastis
Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya.
Contoh adalah gel silika.
3. Koloid Buih
Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium
pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film
antara dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat
difusi.
Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.
b) Buih Padat
Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium
pendispersi zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan).
Beberapa buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll.
Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase
terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong
sebagai larutan.