Professional Documents
Culture Documents
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Inna hamda lillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
mamberikan petunjuk serta melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan ini dapat
diselesaikan dengan judul:
Karya ini disusun dalam rangka untuk menyelesaikan tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang diselenggarakan pada tanggal 25 Februari 2010, khususnya untuk mata pelajaran Biologi.
Dalam penyelesaian karya ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Maryana, M.M. selaku kepala SMA Negeri 8 Yogyakarta, yang telah
memberikan kesempatan kepada kami akan terciptanya kreativitas sehingga kami mendapat
dukungan penuh.
2. Bapak Suripto, S.Pd. beserta dewan guru, selaku pembimbing, yang senantiasa memberikan
masukan dan dorongan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.
3. Keluarga kami yang telah memberikan dukungan hingga terselesaikannya laporan ini.
4. Kepada para narasumber yang kami wawancarai ketika kami melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) pada tanggal 25 Februari 2010, di daerah Kulon Progo.
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti
Halaman
Lembar Pengesahan....................................................................................... ii
Daftar Isi......................................................................................................... iv
Daftar Lampiran.............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Sampah................................................................................ 4
B. Gambaran Wilayah Penelitian.............................................. 4
C. Ternak.................................................................................. 5
BAB III Urutan Kerja
A. Latar Belakang
Masalah energi yang kian hari kian mengkhawatirkan telah menjadi permasalahan
global. Tak dapat dipungkiri, energi merupakan kebutuhan absolut bagi manusia. Energi yang
kita nikmati saat ini berasal dari sumber daya alami yang telah disediakan alam secara cuma-
cuma. Lampu, kipas, kulkas, AC, TV, mobil, motor adalah sedikit contoh dari barang-barang
kebutuhan manusia yang memanfaatkan energi. Tak sebanding dengan proses pembuatannya
yang lama, pemanfaatan energi oleh manusia yang serakah menyebabkan persediaan energi kini
semakin menipis. Berdasarkan hasil kajian Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
tentang kondisi energi di Indonesia, jika tidak ada eksplorasi baru, menurut kalkulasi ESDM
cadangan minyak kita hanya cukup untuk 18 tahun lagi. Gas 60 tahun dan batu bara 150 tahun
(KOMPAS, 2005).
Upaya-upaya penghematan energi itu sendiri sebenarnya telah digalakkan sejak lama. Akan
tetapi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia yang dapat dikatakan cukup
signifikan, terlebih lagi di negara-negara berkembang seprti di Indonesia, upaya penghematan
energi yang dilakukan kiranya belum sebanding konsumsi yang dilakukan masyarakatnya. Maka
lazimlah jika penggunaan energi cenderung meningkat. Contoh kecilnya adalah minyak bumi.
Beralih dari krisis energi, satu momok lain yang menghatui kebanyakan masyarakat dunia
adalah permasalahan limbah. Dengan adanya modernisasi teknologi yang saat ini tampak
berkembang pesat, produksi limbah baik itu limbah rumah tangga, limbah pabrik maupun
limbah-limbah lain yang berbahaya mutlak akan meningkat. Dalam jangka waktu tertentu
limbah-limbah tersebut nantinya akan membawa sejuta dampak negatif bagi kelestarian alam
terlebih lagi bagi kelangsungan hidup manusia. Dampak negatif yang dapat kita rasakan saat ini
misalnya saja timbulnya polusi, penyakit, bencana alam di berbagai wilayah, dan yang lebih
parahnya lagi adalah timbulnya pemanasan global yang seperti saat ini sedang booming.
Oleh sebab itu, salah satu upaya efektif yang dapat kita lakukan untuk menekan laju
peningkatan dua masalah di atas kiranya adalah dengan mencari sumber energi alternatif yang
ramah lingkungan. Yang paling murah untuk skala rumah tangga serta peternakan adalah
dengan biogas. Proses pembuatan biogas yang tidak rumit, dapat diibaratkan bak peribahasa
sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Artinya, dengan menggunakan biogas dampak dari bau
yang tidak sedap yang ditimbulkan dari limbah rumah tangga dan dari limbah kotoran hewan
ternak akan dapat sekaligus teratasi. Selain itu, zat sisa pembuatan biogas pun dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik.
C. Rumusan Masalah
1. Apa keunggulan biogas kotoran sapi?
2. Bagaimana cara pembuatan biogas kotoran sapi?
3. Bagaimana prinsip kerja instalasi biogas kotoran sapi?
4. Bagaimana dampak keberadaan biogas kotoran sapi bagi kehidupan manusia?
5. Bagaimana dampak keberadaan instalasi biogas kotoran sapi terhadap kelestarian
lingkungan?
6. Faktor apa yang dapat mempengaruhi optimalisasi biogas kotoran sapi?
D. Tujuan
Laporan ini dibuat bertujuan untuk:
1. Mengetahui keunggulan biogas kotoran sapi.
2. Mengetahui cara pembuatan biogas kotoran sapi.
3. Mengetahui prinsip kerja instalasi biogas kotoran sapi.
4. Mengetahui dampak keberadaan biogas kotoran sapi bagi kehidupan manusia.
5. Mengetahui dampak keberadaan biogas kotoran sapi terhadap kelestarian
lingkungan.
6. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi optimalisasi biogas kotoran
sapi.
E. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini, antara lain:
1. Secara praktis
Sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi permasalahan limbah.
Sebagai strategi efektif untuk menghadapi krisis energi.
Memberikan informasi kepada khalayak luas mengenai sumber energi
alternatif biogas kotoran sapi.
Menjabarkan informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan biogas
kotoran sapi.
Sebagai bahan acuan penelitian bagi pihak-pihak terkait dan lembaga
berkepentingan lainnya.
Bagi peneliti, yakni untuk menambah wawasan mengenai upaya-upaya
penghematan energi; upaya-upaya untuk menghadapi permasalahan limbah
dan hal-hal lain yang menjadikannya sebuah pembahasan yang menarik.
A. Pengertian Biogas
Biogas atau Biomassa merupakan suatu bentuk energi alternatif yang paling siap untuk
diolah menjadi sumber energi yang jumlahnya banyak, berada di sekitar kita serta ramah
lingkungan. Tumbuh-tumbuhan, sampah organik dan kotoran hewan dapat menghasilkan biogas
yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi pengganti minyak, gas, kayu bakar dan batu bara.
Biogas merupakan sumber energi yang bisa diperbarui (renewable) sehingga tidak perlu ada
kekhawatiran akan semakin menipisnya persediaan sumber energi. (Nurandani, 2008).
Biogas adalah gas yang berasal dari penguraian bahan-bahan organik dengan bantuan
bakteri pada proses anaerob (kedap cahaya dan langka/non oksigen). Kandungan biogas adalah
60% CH4 (Metana), 38% CO2 (Karbon Dioksida), 2% campuran Nitrogen (N 2), Oksigen (O2),
Hidrogen Sulfida (H2S), Amoniak (NH3), dan Hidrogen (H2). (Anonim,2009).
Biogas merupakan wujud lain dari pemafaatan gas biomassa. Biogas menjadi salah satu
elternatif energi terbarukan yang sangat mungkin didesetralisasikan hingga pedesaan, bahkan
ke rumah-rumah.Merupakan hasil fermentasi dari kotoran organik yang menghasilkan gas
metan (CH4).(Rama, 2007).
Dari tiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biogas atau biomassa merupakan
sumber energi alternatif yang berwujud gas pengganti gas, kayu bakar, dan batu bara; berasal
dari penguraian tumbuh-tumbuhan, sampah organik maupun kotoran hewan ternak dengan
bantuan bakteri methan serta bakteri asam pada proses anaerob. Kandungan biogas antara lain
terdiri dari: 60% CH4 (Metana), 38% CO2 (Karbon Dioksida), 2% campuran Nitrogen (N 2), Oksigen
(O2), Hidrogen Sulfida (H2S), Amoniak (NH3), dan Hidrogen (H2).
B. Sejarah Biogas
Kebudayaan Mesir, China, dan Roma kuno diketahui telah memanfaatkan gas alam ini
(biogas) dengan cara dibakar untuk menghasilkan panas. Namun, orang pertama yang
mengaitkan gas bakar ini dengan proses pembusukan bahan sayuran adalah Alesandro Volta,
tahun 1776. Sedangakan Wilia Henry pada tahun 1806 mengidetifikasi gas yang dapat terbakar
tersebut sebagai methan (CH 4). Becham (1868), Louis pasteur dan Tappeiner (1882),
memeperlihatkan asal mikrobiologis dari pembetukan methan.
Akhir abad ke-19 ada beberapa riset dalam bidang ini dilakukan Jerman dan Perancis
melakukan riset beberapa unit pembangkit biogas dengan memanfaatkan limbah pertanian pada
masa antara dua perang dunia. Selama perang dunia II banyak petani Inggris dan benua Eropa
yang membuat digester kecil untuk menghasilkan biogas yang digunakan untuk menggerakkan
Bentuk reaktor (digester) biogas sangat barvariasi dari segi ukuran, konstruksi, bahan
pembuatnya maupun teknologi yang digunakan. Akan tetapu, bagaimanapun rancangan yang
digunakan, baik desain sderhana untuk skala pedesaan ataupun desain kompleks untuk skala
industri, digester harus mampu memenuhi fungsi-fungsi pokok berikut ini:
1. Dapat menampung seluruh volume limbah bahan baku biogas, air, biogas yang
dihasilkan maupun slurry sisa proses pembuatan biogas sesuai dengan kapasitas
produksi yang telah ditentukan.
2. Dapat menampung serta menyimpan biogas hasil proses secara aman.
3. Mempunyai mekanisme pengadukan bahan baku di dalam reaktor (digester) yang
dapat diatur secara berkala.
4. Dapat menampung kelebihan volume campuran bahan baku.
5. Mampu menjaga kestabilan suhu pada saat proses reaksi berlangsung.
6. Menyediakan mekanisme pembuangan slurry atau lumpur sisa proses pembuatan
biogas.
7. Memiliki akses untuk pemeliharaan dan perbaikan.
Dilihat dari sisi konstruksinya, pada umunya reaktor biogas diklasifikasikan menjadi dua
jenis, yakni fixed dome dan floating drum.
1. Fixed Dome
Reaktor biogas golongan ini mewakili konstruksi yang memiliki voleme tetap
sehingga gas akan meningkatkan tekanana udara di dalam reaktor.
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa kedua jenis konstruksi reaktor biogas
tersebut tidak jauh berbeda, kedua jenis tersebut memiliki komponen tangki utama,
saluran slurry masuk dan residu keluar, separator (optional), dan saluran gas keluar.
Perbedaan yang cukup mencolok antara keduanya adalah pada bagian pengumpul gasnya
(gas collector).
Pada konstruksi fixed dome, gas yang terbentuk akan langsung disalurkan ke
pengumpul gas di luar reaktor. Pengumpul yang dimaksud berupa kantung yang berbentuk
balon (akan mengembang bila tekanannya naik). Dan pada jenis konstruksi ini pula perlu
diberikan katup pengaman untuk membatasi tekanan maksimal reaktor sesuai dengan
kekuatan konstruksi reaktor dan tekanan hidrostatik slurry di dalam reaktor. Katup
pengaman yang sederhana dapat dibuat dengan mencelupkan bagian pipa terbuka ke dalam
air pada ketinggian tertentu seperti dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Pada gambar di atas, ditunjukkan skema katup pengaman tekanan sederhana. Katup
pengaman ini terutama penting untuk reaktor biogas jenis fixed dome. Sedangkan pada jenis
floating drum, pengumpul gas berada dalam satu kesatuan dengan reaktor itu sendiri.
Produksi gas akan ditandai dengan naiknya floating drum. Katup gas bisa dibuka untuk
menyalurkan gas ke kompor bila floating drum sudah terangkat.
Apabila dilihat dari aliran bahan baku (limbah), reaktor biogas dapat digolongkan ke
dalam dua tipe, yakni tipe batch (bak) dan continuous (mengalir).
1. Tipe Batch (Bak)
Berdasarkan suhu reaksi yang digunakan dan jenis mikroba yang bekerja, digester
dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Tipe Mesophilic
Bekerja pada suhu reaksi antara 28 oC – 48 oC. Tipe ini tidak membutuhkan alat
pemanas tambahan karena sesuai dengan suhu udara normal. Namun untuk negara
sub tropis, dibutuhkan alat pemanas selama musim dingin.
2. Tipe Thermophilic
Bekerja pada suhu reaksi yang lebih tinggi ± 60 oC. Tipe ini membutuhkan alat
pemanas tambahan dan memerlukan mekanisme pengendalian proses yang
kompleks. Digester ini biasanya dipakai untuk skala industri di mana tipe ini lebih
memungkinkan untuk dimaksimalisasi produksi biogasnya.
Dari segi input materialnya, digester dibagi menjadi dua jenis, antara lain sebagai berikut:
Berdasarkan jumlah digester yang digunakan, tipe digester dapat dibagi menjadi dua
macam, yakni:
1. Kondisi reaksi pembuatan biogas di dalam digester bersifat hangat dan lembab
sehingga bersifat korosif terhadap logam. Pada saat pembuatan digester harus
diusahakan agar material yang dipakai tahan terhadap karat.
2. Semua kandungan logam kecuali besi, baja , nikel dapat meracuni bakteri
metanogenesis apabila terjadi kontak langsung. Apabila terpaksa menggunakan besi
untuk bahan konstruksi, maka harus dipastikan agar tidak mengandung logam lain
sebagai campurannya.
3. Digester dapat dibangun di atas tanah maupun di dalam tanah. Apabila digester
dibangun di atas tanah, konstruksinya harus mampu menahan tekanan maksimum
yang mungkin timbul dari tekanan biogas yang dihasilkan. Digester yang dibangun di
dalam tanah lebih aman karena tanah akan membantu dinding digester menahan
tekanan dari biogas. Selain itu proses pemasukan bahan baku lebih mudah karena
dibantu oleh gayagravitasi. Namun akses untuk pemeliharaan dan perbaikan akan
relatif lebih sulit.
Reaksi fermentasi yang terdapat dalam proses pembuatan biogas terbagi menjadi dua tipe
dari segi kehadiran oksigen (O2). Semua material organik baik yang berasal dari hewan maupun
tumbuhan dapat didekomposisikan dengan kedua jenis reaksi tersebut, akan tetapi hal ini
nantinya dapat mempengaruhi hasil akhir reaksinya. Kedua jenis reaksi itu adalah:
1. Reaksi aerobik
Reaksi ini meliputi reaksi fermentasi yang terjadi dengan bantuan oksigen. Hasil
akhirnya adalah karbon dioksida, amonia dan sejumlah kecil gas-gas lainnya. Reaksi
ini menghasilkan energi panas yang cukup besar. Selain itu, ampas sisa reaksi dapat
digunakan sebagai pupuk.
2. Reaksi anaerobik
Reaksi ini merupakan reaksi fermentasi tanpa kehadiran oksigen sama sekali, hasil
akhirnya berupa gas metana, karbon dioksida, hidrogen, dan sejumlah kecil gas-gas
lainnya. Reaksi ini menghasilkan energi panas yang kecil serta ampas sisa reaksinya
dapat digunakan sebagai ppupuk dengan kandungan nitrogen yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil reaksi aerobik. Pembuatan biogas yang umum digunakan
memanfaatkan reaksi fermentasi anaerobik.
Daya kerja bakteri dalam proses pembentukan biogas sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan reaksi. Apabila kondisi lingkungan reaksi tidak diatur dan distabilkan sedemikian rupa,
maka laju reaksi pembentukan biogas dapat berkurang atau bahakan berhenti. Tahap-tahap reaksi
pembentukan biologis dan kimia dari fermentasi anaerobik biogas dapat dilihat pada gambar di
bawah ini:
Komponen %
Hidrogen (H2). 1 – 5
1. Nilai kalori dari 1 m3 biogas adalah sekitar 6 kWh yang setara dengan ½ liter
minyak diesel.
2. Tidak seperti LPG yang bisa dicairkan dengan tekanan tinggi pada suhu normal,
biogas hanya dapat dicairkan pada suhu –178 oC sehingga kemungkinan untuk
menyimpannya dalam sebuah tangki yang praktis sangat sulit. Jalan yang paling
baik adalah menyalurkan biogas yang dihasilkan untuk langsung dipakai baik
sebagai bahan bakar untuk memasak, penerangan dan lain–lain.
3. Daya rambat pembakaran biogas sangat lambat (± 430 mm per detik), namun
biogas dengan udara (oksigen) dapat membentuk campuran yang mudah
meledak apabila terkena nyala api. Konsentrasi 5% - 20% biogas di udara bebas
sudah bisa terbakar.
4. Biogas tidak menghasilkan karbon monoksida apabila dibakar sehingga aman
apabila dipakai untuk keperluan rumah tangga.
Pengumpulan data dilakukan di salah satu instalasi biogas kotoran sapi milik
warga sekitar kawasan Konservasi Orang Utan, Perbukitan Menoreh, Kulon Progo,
Yogyakarta. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2010
ketika kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung.
B. Analisis
1. Gambaran Umum Biogas
Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi
bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap
udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas,
namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air
kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Biogas adalah gas mudah
terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-
bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis
bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik
(padat, cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk
sistem biogas sederhana.
Semakin menipisnya cadangan minyak bumi serta semakin tercemarnya ekologi lingkungan
hidup) menjadikan banyak kalangan berinisiatif mengembangkan energi terbarukan sekaligus
ramah lingkungan. Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan limbah orgnik menjadi biogas.
Pembuatan dan penggunaan biogas sebagai energi seperti layaknya energi dari kayu bakar,
minyak tanah, gas, dan sebagainya sudah dikenal sejak lama, terutama di kalangan petani
Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Sedangkan di Benua Asia, tercatat negara India sebagai
pelopor dan pengguna energi biogas yang sangat luas, bahkan sudah disatukan dengan WC
biasa.
Dalam kehidupan sehari-hari, gas metan telah terbukti dapat digunakan sebagai sumber
energi alternatif, misalnya saja sebagai bahan baku pengganti gas LPG, menyalakan lampu,
sebagai minyak goreng dan lain-lain. Di samping itu, gas metan hasil dari pembutan biogas
kotoran ternak dalam hal ini hewan ternak yang penulis bahas adalah sapi juga dapat
menghasilkan pupuk organik. Adapun langkah-langkah pembuatan biogas kotoran sapi sebagai
berikut:
1. Sediakan wadah atau bejana untuk mengolah kotoran sapi menjadi biogas. Jika hanya
diperuntukkan pribadi sebaiknya cukup menggunakan bak yang terbuat dari semen yang
cukup lebar atau drum bekas yang masih cukup kuat. Selain itu perlunya kesediaan
kotoran hewan sapi yang merupakan bahan baku biogas merupakan suatu hal yang
mutlak.
2. Proses kedua adalah mencampurkan kotoran sapi dengan air. Biasanya campuran antara
kotoran dan air menggunakan perbandingan 1:1 atau bisa juga menggunakan
perbandingan 1:1,5. Air berperan sangat penting di dalam proses biologis pembuatan
biogas. Artinya jangan terlalu banyak (berlebihan) juga jangan terlalu sedikit
(kekurangan). Air ini nantinya akan digunakan oleh bakteri metan untuk melakukan
proses pencernaannya.
3. Suhu selama proses berlangsung diusahakan agar tetap terjaga kurang lebih pada suhu
35 oC. Dengan temperatur itu, proses pembuatan biogas akan berjalan sesuai dengan
waktunya.
4. Perhatikan apakah perbandingan bakteri methanogen serta bakteri asam dalam wadah
atau tangki tersebut sudah seimbang. Pantaulah dengan cara mengukur pH bahan baku
(kotoran sapi yang telah dicampur air) yang sedang diproses di dalam reaktor.
5. Untuk mendapatkan biogas yang diinginkan, bak penampung (bejana) kotoran organik
harus bersifat anaerobik(kedap udara). Dengan kata lain, di dalam tangki itu tidak boleh
ada oksigen dan udara yang masuk sehingga kotoran sapi yang dimasukkan ke dalam
reaktor bisa dikonversi mikroba. Keberadaan udara menyebabkan gas CH 4 tidak akan
terbentuk. Untuk itu maka reaktor harus selalu dalam keadaan tertutup rapat.
6. Setelah proses ini selesai, maka selama dalam kurun waktu 1 minggu didiamkan, maka
gas metan sudah terbentuk dan siap dialirkan untuk keperluan memasak. (Dhiya, 2009).
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan biogas. Seperti
misalnya sifat biogas yang tidak berwarna, tidak berbau dan sangat cepat menyala. Oleh
karena itu, jika lampu atau kompor mengalami kebocoran akan sulit dideteksi dengan
Pada dasarnya prinsip biogas didasarkan atas prinsip kerja bakteri methanogen. Proses
pencernaan bakteri methanogen yang produknya berup gas methana (CH4). Gas methana hasil
pencernaan bakteri tersebut bisa mencapai 60% dari total gas yang dihasilkan suatu reaktor
biogas, sementara sisanya didominasai oleh CO 2. Bakteri methanogen bekerja di dalam
lingkungan kedap udara (anaerob), sehingga proses tersebut dikenal sebagai pencernaan
anaerob (anaerob digestion).
Secara natural, bakteri methanogen dapat kita temui dalam limbah yang mengandung bahan
organik, seperti kotoran binatang, kotoran manusia, dan sampah organik rumah tangga. Tingkat
keberhasilan proses pencernaan sangat tergantung terhadap kelangsungan bakteri methanogen
di dalam reaktor. Atas dasar itulah kondisi-kondisi yang mendukung perkembangbiakan bakteri
ini di dalam reaktor perlu diperhatikan secara saksama, misalnya temperatur, keasaman, dan
banyaknya material organik yang hendak dicerna. Tahap pencernaan material organik oleh
bakteri methanogen dapat dijelaskan secara lengkap sebagai berikut (Wikipedia, 2005):
1. Hidrolisis
Pada tahap ini, molekul organik yang kompleks diuraikan menjadi bentuk yang lebih
sederhana, seperti karbohidrat (simple sugars), asam amino, dan asam lemak.
2. Asidogenesis
Pada tahap ini terjadi proses penguraian yang menghasilkan amonia, karbon
dioksida, dan hidrogen sulfida.
3. Asetagenesis
Pada tahap ini dilakukan proses penguraian produk acidogenesis; menghasilkan
hidrogen, karbon dioksida, dan asetat.
4. Methanognesis
Ini adalah tahapan terakhir dan sekaligus yang paling menentukan, yakni dilakukan
penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya untuk menghasilkan gas methana
(CH4). Hasil lain dari proses ini berupa karbon dioksida, air, dan sejumlah kecil
senyawa gas lainnya.
Sebenarnya bukan hanya bakteri methanogen yang berperan di dalam proses pembuatan
biogas, namun di dalam reaktor biogas terdapat jenis bakteri lain yang memiliki ambil bagian
ckup besar dalam proses pembuatan biogas, yaitu bakteri asam. Kedua jenis bakteri ini perlu
eksis dalam jumlah yang berimbang. Mayoritas kegagalan proses pembuatan biogas di dalam
reaktor dikarenakan tidak seimbanganya populasi bakteri methan terhadap bakteri asam yang
mengakibatkan lingkungan di dalam reaktor menjadi sangat asam (pH kurang dari 7) yang dalam
Perkembangan zaman yang terus berlangsung menuntut penggunaan energi yang besar
pula. Penggunaan energi fosil secara besar-besaran oleh manusia membawa dampak krisis
energi. Keberadaan energi fosil sebagai sumber energi terbesar di dunia kian waktu kian kritis.
Jika tak dilakukan pencarian sumber energi alternatif baru, maka energi tersebut akan habis
seiring waktu, karena energi fosil membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses
pembentukannya, tak sebanding dengan usia manusia.
Sumber energi alternatif yang saat ini sedang marak dikembangkan oleh masyarakat adalah
biogas. Bahan baku biogas dapat berasal dari berbagai macam bahan organik. Yang paling
terkenal adalah kotoran ternak, khususnya kotoran sapi. Kotoran ternak sapi memang menjadi
salah satu bahan baku utama pembuatan bioreaktor skala rumah tangga. Mudahnya untuk
didapatkan serta murahnya kotoran sapi menjadi salah satu keunggulan biogas ini.
Penggunaan biogas sebagai sumber energi alternatif dapat membawa berbagai dampak,
baik bagi kehidupan manusia maupun bagi kelestarian lingkungan, antara lain:
1. Penggunaan biogas kotoran sapi dapat mengurangi pencemaran air, tanah, dan udara
akibat kotoran sapi.
2. Energi yang dihasilkan biogas, dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Misalnya
untuk sumber listrik dan sumber bahan bakar gas yang dapat digunakan untuk
memasak. Selain itu, biogas juga dapat dimanfaatkan sebagai cadangan energi bagi
manusia di masa depan.
3. Meningkatkan kesejahteraan manusia. Keunggulan biogas kotoran sapi yang mudah dan
murah untuk digunakan dapat menghemat pengeluaran masyarakat khususnya bagi
peternak sapi.
a. Ketersediaan ternak
Jenis jumlah dan sebaran ternak di suatu daerah dapat menjadi potensi bagi
pengembangan biogas. Hal ini karena biogas dijalankan dengan memanfaatkan kotoran
ternak. Kotoran ternak yang dapat diproses menjadi biogas berasal dari ternak ruminansia
dan non ruminansia seperti sapi potong, sapi perah dan babi; serta unggas. Jenis ternak
b. Kepemilikan Ternak
Jumlah ternak yang dimiliki oleh peternak menjadi dasar pemilihan jenis dan
kapasitas biogas yang dapat digunakan. Saat ini biogas kapasitas rumah tangga terkecil dapat
dijalankan dengan kotoran ternak yang berasal dari 3 ekor sapi atau 7 ekor babi atau 400
ekor ayam. Bila ternak yang dimiliki lebih dari jumlah tersebut, maka dapat dipilihkan biogas
dengan kapasitas yang lebih besar (berbahan fiber atau semen) atau beberapa biogas skala
rumah tangga.
Ketersediaan kotoran ternak perlu dijaga agar biogas dapat berfungsi optimal.
Kotoran ternak lebih mudah didapatkan bila ternak dipelihara dengan cara dikandangkan
dibandingkan dengan cara digembalakan.
d. Ketersediaan Lahan
e. Tenaga Kerja
f. Manajemen Limbah/Kotoran
Bahan baku (raw material) reaktor biogas adalah kotoran ternak yang komposisi
padat cairnya sesuai yaitu 1 berbanding 2. Pada peternakan sapi perah komposisi padat cair
kotoran ternak biasanya telah sesuai, namun pada peternakan sapi potong perlu
penambahan air agar komposisinya menjadi sesuai.
Frekuensi pemasukan kotoran dilakukan secara berkala setiap hari atau setiap 2 hari
sekali tergantung dari jumlah kotoran yang tersedia dan sarana penunjang yang dimiliki.
g. Kebutuhan Energi
Bila energi dari sumber lain tersedia, peternak dapat diarahkan untuk mengolah
kotoran ternaknya menjadi kompos atau kompos cacing (kascing).
Energi yang dihasilkan dari reaktor biogas dapat dimanfaatkan untuk memasak,
menyalakan petromak, menjalankan generator listrik, mesin penghangat telur/ungas dll.
Selain itu air panas yang dihasilkan dapat digunakan untuk proses sanitasi sapi perah.
Pemanfaatan energi ini dapat optimal bila jarak antara kandang ternak, reaktor
biogas dan rumah peternak tidak telampau jauh dan masih memungkinkan dijangkau
instalasi penyaluran biogas. Karena secara umum pemanfaatan energi biogas dilakukan di
rumah peternak baik untuk memasak dan keperluan lainnya.
Pupuk yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sendiri atau dijual kepada
kelompok tani setempat dan menjadi sumber tambahan pandapatan bagi peternak.
j. Sarana Pendukung
Sarana pendukung dalam pemanfaatan biogas terdiri dari saluran air/drainase, air
dan peralatan kerja. Sarana ini dapat mempermudah operasional dan perawatan instalasi
biogas. Saluran air dapat digunakan untuk mengalirkan kotoran ternak dari kandang ke
reaktor biogas sehingga kotoran tidak perlu diangkut secara manual. Air digunakan untuk
membersihkan kandang ternak dan juga digunakan untuk membuat komposisi padat cair
kotoran ternak yang sesuai. Sedangkan peralatan kerja digunakan untuk
mempermudah/meringankan pekerjaan/perawatan instalasi biogas.
1. Biogas kotoran sapi memiliki keunggulan: Pertama, mudah untuk diperoleh. Kedua,
dalam proses pengolahannya memerlukan biaya yang cukup lebih murah jika
dibandingkan dengan biogas yang berbahan dasar selain kotoran sapi.
2. Langkah-langkah pembuatan biogas antara lain:
a. Pertama-tama kotoran sapi (cairan limbah) tersebut disaring dahulu kemudian
dimasukkan ke dalam tangki yang disebut tangki homogenasi, tangki ini
dilengkapi dengan pompa pengaduk cairan limbah.
b. Setelah melalui proses homogenasi, limbah dimasukkan ke tangki sedimentasi
untuk dihilangkan endapannya.
c. Selanjutnya barulah limbah disalurkan ke dalam tangki anaerobik, yang nantinya
akan menghasilkan gas metana yang siap digunakan sebagai bahan bakar.
d. Gas metana yang telah siap tersebut kemudian akan dihubungkan dengan
tabung gas menggunakan semacam selang yang dipasangi alat pengikat gas
hidrogen sulfida (H2S) yang terbuat dari besi pipih (khusus untuk industri rumah
tangga).
3. Prinsip kerja biogas kotoran sapi didasarkan atas prinsip kerja bakteri methanogen yang
terkandung dalam kotoran sapi.
4. Biogas kotoran sapi bagi kehidupan manusia antara lain dapat digunakan sebagai
sumber energi alternatif bagi keperluan rumah tangga dan dapat digunakan sebagai
sarana untuk meningkatkan kesejahteraan peternak.
5. Biogas kotoran sapi dapat mengurangi dampak pencemaran air, tanah, dan udara.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi biogas kotoran sapi adalah: ketersediaan
ternak, kepemilikan ternak, pola pemeliharaan ternak, ketersediaan lahan, tenaga kerja,
manajemen limbah/kotoran, kebutuhan energi, jarak (kandang-reaktor-rumah),
pengelolaan hasil samping biogas, dan sarana pendukung.
http://elviradelimasuciana.blogspot.com/2009/01/biogas.html
http://faradlinam.blogspot.com/2009/11/biogas.html
http://limbahb3.com/index.php/biogas-limbah-peternakan-sapi.html
http://mrfoe30jgj.blogspot.com/2008/11/biogas.html
http://www.radar.co.id/berita/pembaca/55/2010/TEKNIK-PENGOLAHAN-BIOGAS-DENGAN-
APLIKASI-REAKTOR-P
http://limbahb3.com/index.php/biogas-limbah-peternakan-sapi.html
http://www.tenangjaya.com/index.php/relevan-artikel/biogas-limbah-peternakan-sapi.htm
http://www.alpensteel.com/article/67-107-energi-bio-gas/1049--biogas-sebagai-sumber-energi-
alternatif.pdf
http://www.pustaka-deptan.go.id/primatani/pt08093.pdf
www.google.com