You are on page 1of 5

MAKALAH

ETIKA PROFESI
(ETIKA BISNIS DAN PENDIDIKAN)

Oleh :
ABDUL KHOLID
06.230.0038

SEKOLAH TINGGI MENAJEMEN INFORMASI DAN KOMPUTER


(STMIK) WIDYA PRATAMA PEKALONGAN
2008
ETIKA BISNIS DAN PENDIDIKAN

Dalam sistem perekonomian pasar bebas, perusahaan diarahkan untuk


mencapai tujuan mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin, sejalan dengan
prinsip efisiensi. Namun, dalam mencapai tujuan tersebut pelaku bisnis kerap
menghalalkan berbagai cara tanpa peduli apakah tindakannya melanggar etika
dalam berbisnis atau tidak.

Hal ini terjadi akibat manajemen dan karyawan yang cenderung mencari
keuntungan semata sehingga terjadi penyimpangan norma-norma etis, meski
perusahaan perusahaan tersebut memiliki code of conduct dalam berbisnis yang
harus dipatuhi seluruh organ di dalam organisasi. Penerapan kaidah good
corporate governace di perusahaan swasta, BUMN, dan instansi pemerintah juga
masih lemah. Banyak perusahaan melakukan pelanggaran, terutama dalam
pelaporan kinerja keuangan perusahaan.

Prinsip keterbukaan informasi tentang kinerja keuangan bagi perusahaan


terdaftar BEJ misalnya seringkali dilanggar dan jelas merugikan para pemangku
(stakeholders), terutama pemegang saham dan masyarakat luas lainnya. Berbagai
kasus insider trading dan banyaknya perusahaan publik yang disuspend
perdagangan sahamnya oleh otoritas bursa menunjukkan contoh praktik buruk
dalam berbisnis. Belum lagi masalah kerusakan lingkungan yang terjadi akibat
eksploitasi sumber daya alam dengan alasan mengejar keuntungan setinggi-
tingginya tanpa memperhitungkan daya dukung ekosistem lingkungan.

Bisa dibayangkan, dampak nyata akibat ketidak pedulian pelaku bisnis


terhadap etika berbisnis adalah budaya korupsi yang semakin serius dan merusak
tatanan sosial budaya masyarakat. Jika ini berlanjut, bagaimana mungkin investor
asing tertarik menanamkan modalnya di negeri kita? Situasi ini menimbulkan
pertanyaan tentang mengapa kesemua ini terjadi? Apakah para pengusaha tersebut
tidak mendapatkan pembelajaran etika bisnis di bangku kuliah? Apa yang salah
dengan pendidikan kita, karena seharusnya lembaga pendidikan berfungsi sebagai
morale force dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dalam berbisnis?
Bagaimana sebenarnya etika bisnis diajarkan di sekolah kalaupun ada dan di
perguruan tinggi? Etika bisnis merupakan mata kuliah yang diajarkan di
lingkungan pendidikan tinggi yang menawarkan program pendidikan bisnis dan
manajemen. Beberapa kendala sering dihadapi dalam menumbuh kembangkan
etika bisnis di dunia pendidikan.

Pertama, kekeliruan persepsi masyarakat bahwa etika bisnis hanya perlu


diajarkan kepada mahasiswa program manajemen dan bisnis karena pendidikan
model ini mencetak lulusan sebagai mencetak pengusaha. Persepsi demikian
tentu tidak tepat. Lulusan dari jurusan / program studi nonbisnis yang mungkin
diarahkan untuk menjadi pegawai tentu harus memahami etika bisnis. Etika bisnis
adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha, termasuk
dalam berinteraksi dengan stakeholders, termasuk tentunya karyawan.

Etika bisnis sebaik apa pun yang dicanangkan perusahaan dan dituangkan
dalam pedoman perilaku, tidak akan berjalan tanpa kepatuhan karyawan dalam
menaati norma-norma kepatutan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Kedua,
pada program pendidikan manajemen dan bisnis, etika bisnis diajarkan sebagai
mata kuliah tersendiri dan tidak terintegrasi dengan pembelajaran pada mata
kuliah lain. Perlu diingat bahwa mahasiswa sebagai subjek didik harus
mendapatkan pembelajaran secara komprehensif. Integrasi antara aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif dalam proses pembelajaran harus diutamakan.
Sehingga masuk akal apabila etika bisnis aspek afektif sikap dalam hal ini
disisipkan di berbagai mata kuliah yang ditawarkan. Ketiga, metode pengajaran
dan pembelajaran pada mata kuliah ini cenderung monoton. Pengajaran lebih
banyak menggunakan metode ceramah langsung.

Kalaupun disertai penggunaan studi kasus, sayangnya tanpa disertai


kejelasan pemecahan masalah dari kasus-kasus yang dibahas. Hal ini disebabkan
substansi materi etika bisnis lebih sering menyangkut kaidah dan norma yang
cenderung abstrak dengan standar acuan tergantung persepsi individu dan institusi
dalam menilai etis atau tidaknya suatu tindakan bisnis. Misalnya, etiskah
mengiklankan sesuatu obat dengan menyembunyikan informasi tentang indikasi
pemakaian? Atau membahas moral hazard pada kasus kebangkrutan perusahaan
sekelas Enron di Amerika Serikat. Keempat, etika bisnis tidak terdapat dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.

Nilai-nilai moral dan etika dalam berperilaku bisnis akan lebih efektif
diajarkan pada saat usia emas (golden age) anak, yaitu usia 4–6 tahun. Karena itu,
pengajarannya harus bersifat tematik. Pada mata pelajaran agama, misalnya, guru
bisa mengajarkan etika bisnis dengan memberi contoh bagaimana Nabi
Muhammad SAW berdagang dengan tidak mengambil keuntungan setinggi langit.
Kelima, orangtua beranggapan bahwa sesuatu yang tidak mungkin mengajarkan
anak di rumah tentang etika bisnis karena mereka bukan pengusaha. Pandangan
sempit ini dilandasi pemahaman bahwa etika bisnis adalah urusan pengusaha.

Padahal, sebenarnya penegakan etika bisnis juga menjadi tanggung jawab


kita sebagai konsumen. Orangtua dapat mengajarkan etika bisnis di lingkungan
keluarga dengan jalan memberi keteladanan pada anak dalam menghargai hak atas
kekayaan intelektual (HaKI), misalnya dengan tidak membelikan mereka VCD,
game software, dan produk bajakan lain dengan alasan yang penting murah.
Keenam, pendidik belum berperan sebagai model panutan dalam pengajaran etika
bisnis. Misalnya masih sering kita mendapati fenomena orangtua siswa memberi
hadiah kepada gurunya pada saat kenaikan kelas dengan alasan sebagai rasa
terima kasih dan ikhlas.

Pendidik menerima hadiah tersebut dengan senang hati dan dengan sengaja
menunjukkan hadiah pemberian orangtua siswa tersebut kepada teman sejawatnya
dengan memuji-muji nilai atau besaran hadiah tersebut. Tidakkah kita sadari,
kondisi seperti ini akan memberikan kesan mendalam pada anak kita?
Mengurangi praktik pelanggaran etika dalam berbisnis merupakan tanggung
jawab kita semua. Sebagai pengusaha, tujuan memaksimalkan profit harus
diimbangi peningkatan peran dan tanggung jawab terhadap masyarakat.
Perusahaan turut melakukan pemberdayaan kualitas hidup masyarakat melalui
program corporate social responsibility (CSR).

Pada saat kita berperan sebagai konsumen, seyogianya memahami betul hak
dan kewajiban dalam menghargai karya orang lain. Orangtua harus menjadi
model panutan engan memberikan contoh baik tentang perilaku berbisnis kepada
anak sehingga kelak mereka akan menjadi pekerja atau pengusaha yang mengerti
betul arti penting etika bisnis. Pemerintah sebagai regulator pasar turut berperan
mengawasi praktik negatif para pelaku ekonomi. Sudah saatnya pemerintah
mempertimbangkan etika bisnis termuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan
menengah. Peran aktif para pelaku ekonomi ini pada akhirnya akan menjadikan
dunia bisnis di Tanah Air surga bagi investor asing.

Kesimpulan komentar :
Dalam dua hal tersebut memang sangat saling terkait, karena dunia bisnis
harus diawali dari dunia pendidikan (formal atau non formal), materi yang
tawarkan atau diberikan oleh bangku pendidikan memang sangat variatif dalam
hal penyampaiannya ada yang monoton dan ada yang mengeksplor materi
tersebut. Tetapi yang jadi pembahasan kita adalah efek apa yang ditimbulkan oleh
pendidikan etika bisnis dan pendidikan dibangku pendidikan formal maupun non
formal.
Pada pembahasan paragraf terakhir artikel tersebut dijelaskan bahwa
pendidikan etika bisnis haruslah perlu dipikirkan oleh pemerintah dari proses
sampai dengan hasil yang diperoleh, dengan sistem tersebut etika bisnis sudah
tentu dikenal oleh anak cucu bangsa sejak dini ( dari bangku Sekolah Dasar
sampai dengan Perkuliahan) karena penanaman moral pada anak didik haruslah
dari usia dini.

Oleh : Drs. Dedi Purwana E.S., M.Bus. Direktur Eksekutif the Indonesian Council
on Economic Education (ICEE)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/periskop/etika-bisnis-dan-
pendidikan.html

You might also like