You are on page 1of 28

Materi olimpiade kebumian meliputi : geologi, meteorologi, astronomi, oseanografi.

Di SMA ilmu kebumian diajarkan secara parsial dalam pelajaran geografi dan terbatas
serta sebagian ilmu astronomi diajarkan dalam fisika (juga terbatas).

Materi Tes Tertulis Olimpiade Kebumian :

GEOLOGI -GEOFISIKA (GEOSFER)

 Konsep tektonik lempeng seperti jumlah, jenis dan komposisi lempeng


pembentuk kerak bumi dan dinamika lempeng
 Sayatan/ struktur dalam bumi, komposisi bumi
 Batuan beku dan metamorf seperti granit, riolit, basalt, andesit, gabro, sekis,
genes, marmer, kuarsit, beserta struktur dan teksturnya seperti lineasi, foliasi,
skoria, pegmatif, porfiri.
 Mineral hasil proses pembekuan magma dan metamorfosime seperti kuarsa,
ortoklas, plagioklas, biotit, muskovit, garnet
 Tubuh batuan beku seperti lava, korok (dike, sill)
 Pembentukan batuan beku dan metamor dalam konteks tektonik lempeng
 Batuan sedimen seperti batu pasir, batu lempung, batu gamping, batu kapur, batu
dolomit, batu garam, beserta struktur dan teksturnya seperti pelapisan, gradded
bedding, silang siur, ripple marks.
 Mineral hasil proses sedimentasi seperti kalsit, lempung, halit, gipsum, pirit.
 Pembentukan batuan sedimen dalam konteks tektonik lempeng
 Siklus batuan dalam konsep tektonik lempeng
 komposisi tanah secara umum
 struktur geologi seperti lipatan, sesar (patahan), kekar dan proses
pembentukannya
 Bentukan morfologi permukaan bumi dan proses pembentukannya
 fosil dan proses pemfosilan
 sejarah bumi sebagaimana dalam teori-teori pembentukan tata surya (bumi)
sampai munculnya kehidupan
 sumber daya mineral dan energi, seperti : emas, perak, batubara, minyak dan gas
bumi
 bencana geologi, seperti : gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, tanah
longsor

METEOROLOGI-KLIMATOLOGI (Atmosfer)

 Temperatur, tekanan, kelembaban


 Struktur vertikal atmosfer (troposfer, stratosfer, exosfer, mesosfer, dll)
 terjadinya arah dan jenis angin
 jenis dan komposisi massa udara
 terjadinya dan jenis awan serta hujan
 tephigram
 pembentukan cuaca dan iklim
 iklim bumi dan perubahan iklim global
 bencana meteorologi/ klimatologi seperti badai tropis, siklon, el nino, la nina,
kekeringan
 observasi dan instrumentasi meteorologi
ASTRONOMI (SISTEM PLANET)

 Teori-teori pembentukan tata surya


 problem dua benda dan orbit benda langit
 kategori planet
 besar, massa dan kerapatan planet
 gerak dan bola langit
 ekliptika
 sistem koordinat lintang-bujur, horizon, asensiorekta-deklinasi
 waktu/ hari matahari dan sideris
 gaya pasang surut
 pengaruh matahari pada cuaca dan kehidupan

GEOHIDROLOGI-OSEANOGRAFI (HIDROSFERA)

 Penyebaran dan sirkulasi air di bumi


 Pembentukan dan jenis mata air dan sungai
 Pembentukan dan karakteristik penyimpanan air (akuifer, akuitar, akuiklud)
 Pembentukan lautan dan samudera
 lingkungan/ morfologi pesisir/pantai
 morfologi dasar laut/ samudera
 komposisi dan sirkulasi air laut

Lebih jelas lagi silakan menuju blog Bapak Mustar (Guru SMAN-25 Bandung)
Untuk Seleksi Tingkat Kota maupun Provinsi diberikan dalam bentuk Tes tertulis 100
soal. Sementara Seleksi Tingkat Nasional 70% materi tertulis pada seleksi tingkat
sebelumnya (Kabupaten/Kota dan Provinsi) ditambah 30% tes praktikum yang
dilaksanakan di laboratorium atau di lapangan. Untuk menjajal kemampuan olimpiade
kebumian silakan download soalnya berikut ini
Bahan-bahan belajar bisa dibaca di blog Bung Doddy

atau pada Blog Jejak Petualang ini atau menuju Blog Bu Ivy

Tentang oseanografi belajar di tempat lautan teduh


Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah
atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas
atmosferis dan fisika ionosfer. Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah
permukaan bumi melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-
parameter fisika yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat
ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara
vertikal maupun horisontal.

Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk
menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan
pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi
geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).

Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri yang ada.
Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang
memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi
hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan Ilmu bumi.

Bidang kajian ilmu geofisika meliputi meteorologi (udara), geofisika bumi padat dan
oseanografi(laut).

Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang
mempelajari gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi) atau volcanology,
geodinamika yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan
eksplorasi seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.
Metode-metode geofisika
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan
aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh
bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur
respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi
gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik
dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktivitas bumi. Medan buatan dapat berupa
ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain
sebagainya.

Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampak seperti tabel
di bawah ini:

Metode Parameter yang diukur Sifat-sifat fisika yang terlibat


Waktu tiba gelombang seismik Densitas dan modulus elastisitas
Seismik pantul atau bias, amplitudo dan yang menentukan kecepatan
frekuensi gelombang seismik rambat gelombang seismik
Variasi harga percepatan gravitasi
Gravitasi Densitas
bumi pada posisi yang berbeda
Variasi harga intensitas medan Suseptibilitas atau remanen
Magnetik
magnetik pada posisi yang berbeda magnetik
Resistivitas Harga resistansi dari bumi Konduktivitas listrik
Tegangan polarisasi atau
Polarisasi
resistivitas batuan sebagai fungsi Kapasitansi listrik
terinduksi
dari frekuensi
Potensial diri Potensial listrik Konduktivitas listrik
Respon terhadap radiasi Konduktivitas atau Induktansi
Elektromagnetik
elektromagnetik listrik
Waktu tiba perambatan gelombang
Radar Konstanta dielektrik
radar
Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan γράφειν atau
graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu
kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera
dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau
deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat
diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala
fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi
terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan
bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem
ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer.

Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan
dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik
lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik di dalam
samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin
yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai
samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan
fisika.

Beberapa sumber lain berpendapat bahwa ada perbedaan mendasar yang membedakan
antara oseanografi dan oseanologi. Oseanologi terdiri dari dua kata (dalam bahasa
Yunani) yaitu oceanos (laut) dan logos (ilmu) yang secara sederhana dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang laut. Dalam arti yang lebih lengkap, oseanologi
adalah studi ilmiah mengenai laut dengan cara menerapkan ilmu-ilmu pengetahuan
tradisional seperti fisika, kimia, matematika, dan lain-lain ke dalam segala aspek
mengenai laut.

Oseanografi adalah bagian dari ilmu kebumian atau earth sciences yang mempelajari
laut,samudra beserta isi dan apa yang berada di dalamnya hingga ke kerak samuderanya.
Secara umum, oseanografi dapat dikelompokkan ke dalam 4 (empat) bidang ilmu utama
yaitu: geologi oseanografi yang mempelajari lantai samudera atau litosfer di bawah laut;
fisika oseanografi yang mempelajari masalah-masalah fisis laut seperti arus, gelombang,
pasang surut dan temperatur air laut; kimia oseanografi yang mempelajari masalah-
masalah kimiawi di laut, dan yang terakhir biologi oseanografi yang mempelajari
masalah-masalah yang berkaitan dengan flora dan fauna atau biota di laut.

Studi menyeluruh (komprehensif) mengenai laut dimulai pertama kali dengan


dilakukannya ekspedisi Challenger (1872-1876) yang dipimpin oleh naturalis bernama
C.W. Thomson (yang berkebangsaan Skotlandia) dan John Murray (yang
berkebangsaan Kanada). Istilah Oseanografi sendiri digunakan oleh mereka di dalam
laporan yang diedit oleh Murray. Selanjutnya Murray menjadi pemimpin dalam studi
berikutnya mengenai sedimen laut. Keberhasilan dari ekspedisi Challenger dan
pentingnya ilmu pengetahuan tentang laut dalam perkapalan/perhubungan laut,
perikanan, kabel laut dan studi mengenai iklim akhirnya membawa banyak negara untuk
melakukan ekspedisi-ekspedisi berikutnya. Organisasi oseanografi internasional yang
pertama kali didirikan adalah The International Council for the Exploration of the Sea
(1901).
Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer bumi khususnya untuk keperluan
prakiraan cuaca. Kata ini berasal dari bahasa Yunani meteoros atau ruang atas
(atmosfer), dan logos atau ilmu.

Meteorologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas gejala


perubahan cuaca yang berlangsung di atmosfer.
Klimatologi (Yunani: κλίμα, Klima, "wilayah, zona"; dan-λογία,-logia) adalah
studi iklim, ilmiah didefinisikan sebagai kondisi cuaca rata-rata selama periode
waktu tertentu, dan merupakan cabang dari ilmu atmosfer . Pengetahuan dasar
iklim dapat digunakan dalam peramalan cuaca jangka pendek dengan
menggunakan teknik analog seperti El Niño - Southern Oscillation (ENSO),
yang Madden-Julian Oscillation (MJO), Osilasi Atlantik Utara (NAO), Annualar
Utara Mode (NAM ), osilasi Arktik (AO), Pasifik Utara (NP) Index, Decadal
Pasifik Oscillation (PDO), dan Pasifik Interdecadal Osilasi (IPO). Model iklim
digunakan untuk berbagai tujuan dari studi mengenai dinamika iklim cuaca dan
sistem untuk proyeksi iklim di masa mendatang.

Sejarah
Mungkin orang yang paling awal untuk mengadakan hipotesa konsep perubahan iklim
adalah abad pertengahan ilmuwan Cina Shen Kuo (1031-1095 AD). Shen Kuo berteori
bahwa iklim secara alamiah bergeser lebih dari satu rentang waktu yang sangat besar,
setelah mengamati bambu membatu ditemukan di bawah tanah dekat Yanzhou (modern
Yan'an, provinsi Shaanxi), wilayah iklim kering tidak cocok untuk pertumbuhan pohon
bambu.

Peneliti iklim awal termasuk Edmund Halley, yang menerbitkan peta angin
perdagangan pada 1686, setelah perjalanan ke belahan bumi selatan. Benjamin Franklin,
di abad ke-18, adalah orang pertama yang memetakan jalannya Streaming Teluk untuk
digunakan di luar negeri mengirim surat dari Amerika Serikat ke Eropa. Francis Galton
menemukan istilah anticyclone. Helmut Landsberg menyebabkan analisis statistik yang
digunakan dalam klimatologi, yang menyebabkan evolusinya menjadi ilmu fisik.

Pendekatan
Klimatologi didekati dengan berbagai cara. Paleoklimatologi berusaha untuk
merekonstruksi masa lalu dengan memeriksa catatan iklim seperti inti es dan lingkaran
pada pohon (dendroclimatology). Paleotempestology menggunakan catatan yang sama
ini untuk membantu menentukan frekuensi badai selama ribuan tahun. Studi tentang
iklim kontemporer meteorologi menggabungkan data yang terkumpul selama bertahun-
tahun, seperti catatan curah hujan, suhu dan komposisi atmosfer. Pengetahuan tentang
dinamika atmosfer dan juga diwujudkan dalam model, baik statistik atau matematika,
yang membantu dengan mengintegrasikan berbagai pengamatan dan menguji
bagaimana mereka cocok bersama. Model ini digunakan untuk memahami masa lalu,
sekarang dan masa depan potensi iklim. Klimatologi sejarah adalah studi tentang iklim
yang terkait dengan sejarah manusia dan dengan demikian berfokus hanya pada
beberapa ribu tahun terakhir.

Penelitian iklim dibuat sulit oleh skala besar, jangka waktu yang panjang, dan proses
kompleks yang mengatur iklim. Iklim diatur oleh hukum-hukum fisika yang dapat
dinyatakan sebagai persamaan diferensial. Persamaan ini digabungkan dan nonlinier,
sehingga penyelesaian perkiraan diperoleh dengan menggunakan metode numerik untuk
menciptakan model-model iklim global. Iklim kadang-kadang dimodelkan sebagai
proses stokastik tapi ini secara umum diterima sebagai sebuah pendekatan untuk proses
yang sebaliknya terlalu rumit untuk dianalisis.

Indeks
Para ilmuwan menggunakan indeks iklim dalam usaha mereka untuk ciri dan
memahami berbagai mekanisme iklim yang berujung pada cuaca sehari-hari kita.
Banyak cara Dow Jones Industrial Average, yang didasarkan pada harga saham 30
perusahaan, digunakan untuk mewakili fluktuasi di pasar saham secara keseluruhan,
indeks iklim digunakan untuk mewakili unsur-unsur penting iklim. Indeks iklim
umumnya dirancang dengan tujuan kembar kesederhanaan dan kelengkapan, dan setiap
indeks biasanya mewakili status dan waktu dari faktor iklim yang diwakilinya. Sesuai
dengan sifatnya, indeks yang sederhana, dan menggabungkan banyak detail menjadi
umum, keseluruhan deskripsi tentang suasana atau laut yang dapat digunakan untuk
menandai faktor-faktor yang memengaruhi sistem iklim global.

Models
Model iklim menggunakan metode kuantitatif untuk mensimulasikan interaksi atmosfer,
lautan, permukaan tanah, dan es. Mereka digunakan untuk berbagai tujuan dari studi
mengenai dinamika iklim cuaca dan sistem untuk proyeksi iklim di masa mendatang.
Semua model iklim keseimbangan, atau sangat hampir keseimbangan, energi yang
masuk sebagai gelombang pendek (termasuk terlihat) radiasi elektromagnetik ke bumi
dengan energi keluar sebagai gelombang panjang (inframerah) radiasi elektromagnetik
dari bumi. Setiap hasil ketidakseimbangan dalam perubahan dalam suhu rata-rata bumi.

Yang paling banyak dibicarakan model beberapa tahun terakhir telah temperatur yang
berkaitan dengan emisi karbon dioksida (lihat gas rumah kaca). Model ini memprediksi
tren kenaikan dalam catatan suhu permukaan, serta lebih cepat peningkatan suhu pada
ketinggian yang lebih tinggi.

Model dapat berkisar dari yang relatif sederhana yang cukup kompleks:

 Berseri-seri sederhana model perpindahan panas yang memperlakukan bumi


sebagai satu titik dan rata-rata energi keluar
 Ini dapat diperluas secara vertikal (konveksi radiasi-model), atau horizontal
 Akhirnya, (ditambah) atmosfer-laut-laut es discretise model iklim global dan
memecahkan persamaan penuh massa dan energi untuk transfer dan pertukaran
berseri-seri.

Perbedaan dengan meteorologi


Berbeda dengan meteorologi, yang berfokus pada sistem cuaca jangka pendek yang
berlangsung hingga beberapa minggu, klimatologi mempelajari frekuensi dan
kecenderungan sistem tersebut. Ini mempelajari periodisitas peristiwa cuaca selama
bertahun-tahun untuk milenium, serta perubahan dalam jangka panjang pola cuaca rata-
rata, dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer. Climatologists, orang-orang yang
praktik klimatologi, mempelajari baik sifat iklim - lokal, regional atau global - dan alam
atau manusia yang disebabkan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan iklim.
Klimatologi mempertimbangkan masa lalu dan masa depan dapat membantu
memprediksi perubahan iklim.

Iklim fenomena menarik termasuk lapisan batas atmosfer, pola sirkulasi, perpindahan
panas (radiasi, konveksi dan laten), interaksi antara atmosfer dan lautan dan permukaan
tanah (terutama vegetasi, penggunaan lahan dan topografi), dan komposisi kimia dan
fisik dari atmosfer

Penggunaan di prakiraan cuaca


Cara yang lebih rumit untuk membuat perkiraan, teknik analog memerlukan cuaca
sebelumnya mengingat peristiwa yang diharapkan akan ditiru oleh peristiwa yang akan
datang. Apa yang membuat teknik yang sulit untuk digunakan adalah bahwa ada analog
jarang yang sempurna untuk sebuah event di masa depan. Ada yang menyebut jenis
peramalan ini pola pengakuan, yang tetap metode yang berguna untuk mengamati data
curah hujan di atas kekosongan seperti lautan dengan pengetahuan tentang bagaimana
citra satelit berkaitan dengan tingkat curah hujan atas tanah, dan juga meramalkan
jumlah curah hujan dan distribusi di masa depan. Sebuah variasi pada tema ini adalah
Medium Range digunakan dalam peramalan, yang dikenal sebagai teleconnections,
ketika Anda menggunakan sistem di lokasi lain untuk membantu pin ke lokasi sistem
lain dalam rezim sekitarnya. Salah satu metode untuk menggunakan teleconnections
adalah dengan menggunakan indeks iklim seperti yang terkait dengan fenomena ENSO.

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan
lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian
dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-
hal yang dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu
diantaranya adalah kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis
batuan yang berbeda satu sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut
dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan. Mereka adalah : batuan beku
(igneous rocks), batuan sediment (sedimentary rocks), dan batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks). Batuan-batuan tersebut berbeda-
beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses terbentuknya.

Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk
dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma.
Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan
beku plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar
mineral penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,
diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan
beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat
(misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi rumah), dan
dacite 
Batuan sediment atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang
terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan
dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya terendapkan. Batuan
sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan
sediment klastik, batuan sediment kimia, dan batuan sediment organik. Batuan
sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material
yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik
bervariasi dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan
tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa
juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).
Contohnya batu konglomerat, batu pasir dan batu lempung. Batuan sediment
kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan
tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi.
Contohnya anhidrit dan batu garam (salt). Batuan sediment organik terbentuk
dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini biasanya menjadi batuan
induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah
batugamping terumbu.

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan
baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut
adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu
marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang
merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang
sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk magma yang
kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan
baru lagi.

Proses-proses tersebut berlangsung sepanjang waktu baik di masa lampau


maupun masa yang akan datang. Kejadian alam dan proses geologi yang
berlangsung sekarang inilah yang memberikan gambaran apa yang telah terjadi
di masa lampau seperti diungkapkan oleh ahli geologi “JAMES HUTTON”
dengan teorinya “THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST”

Referensi :
Batuan metamorf
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Kuarsit, salah satu jenis batuan metamorf

Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil
transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith,
oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk".
Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °Celsius) dan tekanan ekstrem akan
mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan
sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh
batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya
serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi.

Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan
pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan
tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Mineral
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Istilah mineral
termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak
termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi.

Magma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Lava Hawaii yang mengalir (lava adalah magma yang mengalir keluar)

Magma merupakan batu-batuan cair yang terletak di dalam kamar magma di bawah
permukaan bumi. Magma di bumi merupakan larutan silika bersuhu tinggi yang
kompleks dan merupakan asal semua batuan beku. Magma berada dalam tekanan tinggi
dan kadang kala memancut keluar melalui pembukaan gunung berapi dalam bentuk
aliran lava atau letusan gunung berapi.

Hasil letupan gunung berapi ini mengandung larutan gas yang tidak pernah sampai ke
permukaan bumi. Magma terkumpul dalam kamar magma yang terasing di bawah kerak
bumi dan mengandung komposisi yang berlainan menurut tempat magma itu didapati.
Batuan sedimen
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari

Batu kapur, jenis umum batuan endapan

Batuan endapan atau batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama
batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui
tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena
aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum
seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung, termasuk dalam batuan endapan. Batuan
endapan meliputi 75% dari permukaan bumi.

Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan tersebut
Penamaan tersebut adalah: breksi, konglomerat, batupasir, batu lempung

 Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2
mm dengan bentuk butitan yang bersudut
 Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar
dari 2 mm dengan bentuk butiran yang membudar
 Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm
sampai 1/16 mm
 Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm
sampai 1/256 mm
 Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil
dari 1/256 mm

Geologi struktur
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Formasi batuan terlipat, salah satu subjek studi geologi struktur

Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan
permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.

Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi
geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga
dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik,
lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat
dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi,
untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.

Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan
proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan,
atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.

Sebelumnya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat
berubah menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi
batuan lainnya. Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi
partikel-partikel atau pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa
membentuk batuan sedimen. Batuan juga bisa melebur atau meleleh menjadi
magma dan kemudian kembali menjadi batuan beku. Kesemuanya ini disebut
siklus batuan atau ROCK CYCLE.

 Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan


mengalami pelapukan. Penyebab pelapukan tersebut ada 3
macam:

1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas


ke dingin akan membuat batuan mengalami
perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada
di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut
dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan
batu gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis
batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah “hujan asam” yang sangat
mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses
fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah
pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang
disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-
akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di
batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih
kecil lagi.

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan


tersebut akan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi
sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya
tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses
erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:

1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka


pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau
menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan
tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang
lain. Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan
sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di
daerah gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang
ada di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan
batuan yang ada.

Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak


dapat terbawa selamanya. Seperti halnya sungai akan
bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga
glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan
batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang
sering disebut proses pengendapan. Selama proses
pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana
pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti
pecahan yang lebih ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan
membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen
saat ini. 

Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk,


tekanan yang ada di perlapisan yang paling bawah akan
bertambah akibat pertambahan beban di atasnya. Akibat
pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan
batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan
yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi. Pada saat
yang bersamaan pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai bersatu.
Adanya semen seperti lempung, silika, atau kalsit diantara partikel-partikel yang
ada membuat partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang lebih keras.
Proses ini sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan sementasi
terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada
sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis. Batuan
sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat dibedakan
dari batuan lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen yang
menjadi satu akibat adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut
terendapkan saat pecahan batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi
dan akhirnya tersementasikan bersama-sama. 

Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang
ada sangatlah tinggi. Kondisi tekanan dan suhu yang sangat
tinggi seperti ini dapat mengubah mineral yang dalam batuan.
Proses ini sering disebut proses metamorfisme. Semua
batuan yang ada dapat mengalami proses metamorfisme.
Tingkat proses metamorfisme yang terjadi tergantung dari:

1. Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang
tinggi.
2. Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
3. Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.

Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi,


kemungkinan batuan yang ada melebur kembali menjadi
magma sangatlah besar. Ini karena tekanan dan suhu yang
sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat
densitas dari magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan
sekitarnya, maka magma tersebut akan mencoba kembali ke
permukaan menembus kerak bumi yang ada. Magma juga terbentuk di bawah
kerak bumi yaitu di mantle bumi. Magma ini juga akan berusaha menerobos
kerak bumi untuk kemudian berkumpul dengan magma yang sudah terbentuk
sebelumnya dan selanjutnya berusaha menerobos kerak bumi untuk
membentuk batuan beku baik itu plutonik ataupun vulkanik. 

Kadang-kadang magma mampu menerobos sampai ke


permukaan bumi melalui rekahan atau patahan yang ada di
bumi. Pada saat magma mampu menembus permukaan
bumi, maka kadang terbentuk ledakan atau sering disebut
volcanic eruption. Proses ini sering disebut proses ekstrusif.
Batuan yang terbentuk dari magma yang keluar ke
permukaan disebut batuan beku ekstrusif. Basalt dan pumice (batu apung)
adalah salah satu contoh batuan ekstrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat
proses ini tergantung dari komposisi magma yang ada. Umumnya batuan beku
ekstrusif memperlihatkan cirri-ciri berikut:

1. Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke


permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat cepat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan tidak
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk akibat
gas yang terkandung dalam batuan atau yang sering disebut “gas
bubble”.

Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang sangat


tinggi sering membentuk magma chamber dalam kerak bumi.
Magma ini bercampur dengan magma yang terbentuk dari
mantle. Karena letak magma chamber yang relatif dalam dan
tidak mengalami proses ekstrusif, maka magma yang ada
mengalami proses pendinginan yang relatif lambat dan
membentuk kristal-kristal mineral yang akhirnya membentuk batuan beku
intrusif. Batuan beku intrusif dapat tersingkap di permukaan membentuk pluton.
Salah satu jenis pluton terbesar yang tersingkap dengan jelas adalah batholit
seperti yang ada di Sierra Nevada – USA yang merupakan batholit granit yang
sangat besar. Gabbro juga salah satu contoh batuan intrusif. Jenis batuan yang
terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi magma yang ada.
Umumnya batuan beku intrusif memperlihatkan cirri-ciri berikut:

1. Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke


permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat lambat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif
memperlihatkan angular interlocking.

Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang
akan datang. Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang
ada di bumi.

Tektonika lempeng
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Tektonik)
Langsung ke: navigasi, cari
Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad
ke-20.

Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang
geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti
pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan
juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh
pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun
1960-an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas terdapat
litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan padat. Di
bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa mengalir
seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat lama
karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi,
bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya
bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,


terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil.
Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif
satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen
(bertumbukan), ataupun transform (menyamping). Gempa bumi, aktivitas vulkanik,
pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi
di daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan
50-100 mm/a.[1]
Perkembangan Teori

Peta dengan detail yang menunjukkan lempeng-lempeng tektonik dan arah


vektor gerakannya

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakan-
kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis
seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan
dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera Atlantik
yang berhadap-hadapan antara benua Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan
Amerika Selatan memiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu.
Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana.[2]
Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi
semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.[3]

Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian
ulang umur bumi,[4] karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya
dan dengan asumsi permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam.[5] Dari perhitungan
tersebut dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda
yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa
puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para
ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya
masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.

Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift)
yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912.[6] dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan
bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak
menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan
es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang
lebih padat.[7][8] Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang
dilibatkan, teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan
inti yang cair, tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak
tersebut dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam
mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.[3][9][10]

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan didapatkan


dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang berbeda
usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di Tasmania
tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi,[11]
namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng
yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal
(upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus
membesar atau berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona
subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada
waktu itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori
yang umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet
bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G.
Mason[12][13][14][15] menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan
vertikal batuan yang baru.

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajur-lajur
sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-
oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat dalam
teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng
sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.

Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang berkembang
pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan teori ini.
Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960-an dan
telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga
membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam
fenomena geologis dan juga implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi
dan paleobiologi.

[sunting] Prinsip-prinsip Utama


Bagian luar interior bumi dibagi menjadi litosfer dan astenosfer berdasarkan perbedaan
mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Litosfer lebih dingin dan kaku,
sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer
kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan
panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian
ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan
kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel. Suatu bagian
mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda,
tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempeng
adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempeng-lempeng tektonik yang berbeda-beda.
Lempeng ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai viskoelastisitas
sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempeng biasanya bisa mencapai 10-40
mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun mencapai
160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.[16][17] Lempeng-
lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang di atasnya
dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak. Yang pertama adalah
kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan
magnesium. Jenis yang kedua yaitu kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan
dari silikon dan aluminium. Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana
kerak benua memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak
samudera. Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya
5-10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah
di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan
kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera.
Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti
Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan
dikenal luas.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri
dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia. Perbedaan antara kerak benua dan
samudera ialah berdasarkan kepadatan material pembentuknya. Kerak samudera lebih
padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai
elemen, khususnya silikon. Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang
mengandung lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini,
kerak samudera dikatakan lebih bersifat mafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak
samudera umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng
Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah
prinsip yang dikenal dengan isostasi.

[sunting] Jenis-jenis Batas Lempeng

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak relatif
terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan fenomena
yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak
dan mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di
sepanjang sesar transform (transform fault). Gerakan relatif kedua
lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat)
ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat).
Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries)
terjadi ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-
oceanic ridge dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas
divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)
terjadi jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di
zona subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung
banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini
dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan
menyebabkan pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik.
Contoh kasus ini dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika
Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island arc).

[sunting] Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng


Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer samudera dan
karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel telah didapati
sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik lempeng. Pandangan yang
disetujui sekarang, meskipun masih cukup diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan
kepadatan litosfer samudera yang membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi
adalah sumber terkuat pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean
ridge, litosfer samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari
astenosfer di sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena
terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif
terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke mantel yang
dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar kekuatan penggerak
pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan lempeng untuk bergerak
secara mudah menuju ke arah zona subduksi [19] Meskipun subduksi dipercaya sebagai
kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng, masih ada gaya penggerak lain yang
dibuktikan dengan adanya lempeng seperti lempeng Amerika Utara, juga lempeng
Eurasia yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak
ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya
distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam
kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi struktur
mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal dari energi panas).
Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral adalah konveksi mantel dari
gaya apung (buoyancy forces) [20] Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara
langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang
dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini
harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis
gaya yang utama dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi.

[sunting] Gaya Gesek


Basal drag
Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui
astenosfer, sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara
astenosfer dan litosfer.
Slab suction
Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona
subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini
bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal terus
bekerja pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel,
meskipun sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi
lempengan, atas dan bawah

[sunting] Gravitasi
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya
lempeng di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih
padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka
dengan ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke
dalam mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan
sedikit inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam
teks-teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut
sebagai sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat
adalah runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat
berbeda-beda dan topografi pematang (ridge) yang melakukan
pemekaran hanyalah fitur yang paling dominan. Sebagai contoh,
pembengkakan litosfer sebelum ia turun ke bawah lempeng yang
bersebelahan menghasilkan kenampakan yang bisa memengaruhi
topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi bawah lempeng
tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.
Slab-pull (tarikan lempengan)
Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng
yang dingin dan padat yang turun ke mantel di palung samudera. [21] Ada
bukti yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel dengan
skala cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge
mungkin sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal
Tektonik Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini
menumpang di atas sel-sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan
ilmuwan sekarang percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk
secara langsung menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu.
Slab pull sendiri sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja
pada lempeng. Model yang lebih baru juga memberi peranan yang
penting pada penyerotan (suction) di palung, tetapi lempeng seperti
Lempeng Amerika Utara tidak mengalami subduksi di manapun juga,
tetapi juga mengalami pergerakan seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia,
dan Antarktika. Kekuatan penggerak utama untuk pergerakan lempeng
dan sumber energinya itu sendiri masih menjadi bahan riset yang
sedang berlangsung

[sunting] Gaya dari luar

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari buletin
Geological Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia dan Amerika
Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke barat berasal dari
rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya. Mereka berkata karena Bumi
berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan meskipun sangat kecil menarik
lapisan permuikaan bumi kembali ke barat. Beberapa juga mengemukakan ide
kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga menjelaskan mengapa Venus dan Mars
tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya
ukuran bulan Mars untuk memberi efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran ini sendiri
sebetulnya tidaklah baru. Hal ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari hipotesis
ini sendiri, Alfred Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang
menghitung bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat
membawa rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak lempeng juga bergerak
ke utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar Samudera Pasifik
adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera Pasifik
yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel bawah, ada
sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua lempeng
[sunting] Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

Pergerakan lempeng berdasar pada data satelit GPS NASA JPL. Vektor di sini
menunjukkan arah dan magnitudo gerakan.

Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi fungsi semua
gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah seberapa besar setiap
proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng Keragaman kondisi geodinamik
dan sifat setiap lempeng seharusnya menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-
proses tersebut secara aktif menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah
ini adalah dengan melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan
mempertimbangkan bukti yang ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini
sejauh mungkin. Salah satu hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa
lempeng litosferik yang lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih
cepat daripada lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona
subduksi (Ring of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik
yang lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya
yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab
suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng kecuali
untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga, kekuatan
penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan dan riset
para ilmuwan

[sunting] Lempeng-lempeng utama


Peta lempeng-lempeng tektonik

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

 Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua


 Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
 Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India
antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
 Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
 Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut -
Lempeng benua
 Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
 Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India, Lempeng
Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos, Lempeng Nazca,
Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan benua seiring


berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang mencakup hampir
semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan terbentuk 1 miliar tahun
yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua di Bumi dan terpecah menjadi
delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu. Delapan benua ini selanjutnya tersusun
kembali menjadi superkontinen lain yang disebut Pangaea yang pada akhirnya juga
terpecah menjadi Laurasia (yang menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana
(yang menjadi benua sisanya)

You might also like