You are on page 1of 9

TUJUAN DAN FUNGSI GERAKAN SHALAT

Mungkin anda menganggap fungsi shalat hanya untuk beribadah terhadap Allah SWT
saja,dan hanya untuk menunaikan kewajiban sebagai orang yang beragama islam.

Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-
gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut
medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis penyakit.

Allah, Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh ciptaanNya,
khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga
mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Misalnya, puasa, perintah
Allah di rukun Islam ketiga ini sangat diakui manfaatnya oleh para medis dan ilmuwan
dunia barat. Mereka pun serta merta ikut berpuasa untuk kesehatan diri dan pasien
mereka.

Begitu pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk
metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun
mempunyai manfaat masing-masing.

Pengertian Shalat

Shalat secara etimologi berarti memohon (do’a) dengan baik, yaitu memohon
keselamatan, kesejahteraan, dan kedamaian hidup didunia dan akhirat kepada Allah Swt.
permohonan dalam shalat tidak sama dengan permohonan di luar shalat, sebab di dalam
shalat telah diatur dengan tata cara yang baku, tidak boleh dikurangi ataupun ditambah.
Sedangkan menurut istilah shalat adalah perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Seorang yang melaksanakan shalat seharusnya dapat
melaksanakannya dengan baik, konsaisten, tertib dan khusyu’. Sehingga ia mendapatkan
hikmah dari apa yang dikerjakan, pengertian ini didasarkan pada asumsi bahwa orng
yang tekun melaksanakan shalat memilki kepribadian yang lebih shhaleh dan sehat,
ketimbang orang yang tidak mengerjakan shalat.

Tujuan sholat adalah pengakuan hati bahwa Allah SWT sebagai pencipta adalah Maha
Agung, dan pernyataan patuh terhadap-Nya serta tunduk atas kebesaran dan kemuliaan-
Nya, yang kekal dan abadi. Karena itu bagi orang yang melaksanakan sholat dengan
khusuk dan ikhlas, maka hubungannya dengan Allah SWT akan kokoh, kuat, dan
istiqamah dalam beribadah, dan menjalankan ketentuan yang digariskan-Nya.

Kewajiban melakukan shalat lima kali sehari juga dapat diapandang sebagai bentuk
praktis dari olah raga. Keseluruhan gerakan dalam shalat bersifat tenang, berulang-ulang
dan melibatkan senua otot dan persendian, sehingga dapat menjaga keseimbangan energi
hal ini disebabkan oleh pembakaran kalori dengan teratur.

Adapun manfaat – manfaat gerakan pada saat kita shalat, yaitu :


Takbiratul ikhrom: Berdiri tegak lurus

Berdiri berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di depan
perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini melancarkan aliran darah, getah bening dan
kekuatan otot lengan Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar
ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran
darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut
atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian,
khususnya pada tubuh bagian atas.

Ketika mulai berdiri tubuh terasa ringan karena berat tubuh tertumpu pada dua kaki. Otot-
otot punggung sebelah atas dan bawah dalam keadaan kendur. Punggung dalam keadaan
lurus, dengan pandangan terpusat pada tempat sujud. Pikiran berada dalam keadaan
terkendali. Pusat otak, atas dan bawah menyatu membentuk kesatuan tujuan. Hal ini juga
merupakan cerminan diri dan hati di hadapan Allah. Walau dalam kondisi berdiri tegak
namun kepala ditundukkan ke tempat sujud, hal ini mengisyaratkan bahwa kita
diwajibkan untuk bertawadhu’ (rendah hati) dan menghindari kesombongan, ini juga
merupakan suasan yang sangat dahsyat dimana kita berdiri dihadapan Allah seperti
suasana saat nanti manusia di hadapan Allah pada hari pengadilan (yaum al-dîn). Saat
kita berhadapan dengan Allah Yang Maha Mengetahui diri kita, dan kita berhadapan
dengan dzat yang sangat kita cintai, maka saat itu pula pikiran kita akan menjadi tenang,
anggota badan tertunduk dan semua eksistensi diri kita menjadi tenteram.

Ruku’

Ruku’ adalah membengkokan tulang belakang, dan meluruskannya meregangkan antara


tulang dan otot punggung, ruku’ yang sempurna adalah ditandai tulang belakang yang
luruh sehingga bila diletakkan segelas air diatas punggung tersebut tidak akan tumpah.
Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Meletakkan tangan pada lutut seraya
meluruskan tulang belakang dan menahannya akan mempelancar perdarahan dan gerah
bening. Karena itu, makanan bagi tulang belakang beserta ligament dan otot
pendukungnya akan terjamin. Lebih jauh Aliah BP. Hasan dalam bukunya Pengantar
Psikologi Kesehatan Islami mengatakan bahwa ruku’ merupakan salah satu metode untuk
menguatkan otot-otot pada persendian kaki yang dapat meringankan tegangan pada lutut ,
ketika ruku’ seseorang meregangkan otot punggung sebelah bawah, otot paha, dan otot
betis secara penuh. Tekanan akan terjadi pada otot lambung, perut dan ginjal, sehingga
darah akan terpompa ke atas tubuh. Dan ketika melakukanqauna atau berdiri setelah
ruku’,

Secara spiritual ruku’ dapat membentuk seseorang dalam kehidupannya tidak sombong,
memulai merendahkan dan menundukkan diri, dan senantiasa berusaha dalam
memperhalus hati dan memperbaharui kekhusyu’an shalat, merasakan bahwa dirinya hina
dan merasakan pula kemuliaan Allah, kemudian ia memuji dan mengakui keagungan
Allah. hal ini tercermin dalam ucapan dalam ruku’ “Subhâna Rabbî al-‘adhîmi wa
bihamdihi” ( Maha suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan segala puji bagi-Nya ).
I'tidal

Bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak setelah, mengangkat kedua tangan setinggi
telinga. i'tidal adalah variasi postur setelah rukuk dan sebelum sujud. Gerak berdiri
bungkuk berdiri sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan
di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya,
pencernaan menjadi lebih lancar. postur tubuh kembali tegak, sehingga memberikan
tekanan pada aliran darah untuk bergerak keatas. Hal ini dapat membuat tubuh
mengalami relaksasi dan melepaskan ketegangan, hal serupa juga terjadi ketika berdiri
setelah sujud.

Sujud

Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada
lantai.sujud bermanfaat memompa aliran getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi
jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak.
Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Karena itu, lakukan sujud dengan
tuma'ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini
juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud
memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

Gerakan dalam sujud juga mempunyai metode yang dapat membawa kedamaian,
keselarasan, kesesuaian, ketenangan dan kebahagiaan. Dalam sujud badan dari belakang
rata ke depan, kedua telapak tangan ditempelkan pada lantai/tanah, dan kaki ditekuk.
Sujud adalah pijatan usus yang sudah dimulai sejak ruku’. Dilakukan dengan meluruskan
tulang belakang dan meregang otot hingga rongga perut mengecil. Otot yang bertambah
kuat akan mencegah berbagai penyakit seperti heria dan membantu persalinan, sedangkan
usus yang dipijat akan melancarkan peristalsis dan memudahkan buang air besar; aliran
darah bebas hambatan akan mencegah ambeien. Muka yang menempel pada lantai
Rasulullah Saw. Pernah bersabda, “jangan kau usap kerikil yang menempel di muka
(wajah) mu itu akan menjadi mutiar kelak di surga”. Jika ditinjau dari kesehatan bahwa
wajah / muka yang terkena kerikil dalam keadaan sujud adalah merupakan pijatan
refleksi yang berfungsi melancarkan peredaran darah dan mengendorkan syaraf-syaraf
yang ada di muka, sehingga jika syaraf-syaraf muka kendur dan peredaran darahnya
lancar niscaya terhindar dari penyakit kepala, seperti pusing-pusing, migrant, dll.

Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk
menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala
yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Itu artinya, otak mendapatkan
pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang
tumakninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan.

Sujud jika ditinjau dari perspektif spiritual bahwa sujud menggambarkan tentang derajat
ketundukan yang paling tinggi, karena anggota badan yang paling berharga, yaitu wajah
di tempelkan pada sesuatu yang paling rendah, yaitu tanah. Jika memungkinkan, sujudlah
langsung ke tanah tanpa alas, karena ini bisa membuat lebih khusyu’ dalam shalat dan
dalam berdo’a, dan bukti yang paling baik atas kerendahan. Sujud juga merupakan posisi
terbaik berdialog dengan Allah, dan juga posisi terbaik untuk bertemu dengan Allah
(misalnya kematian) adalah ketika sujud. Cara terbaik untuk berterima kasih kepada
Allah dan memuji-Nya juga ketika sujud. Melalui proses sujud, seseorang akan terserap
ke dalam ketakterbatasan, dengan keabadian dan dengan dunia luar. Ketika seseorang
mencapai keadaan kesatuan penuh dengan Allah Yang Maha Kuasa, seluruh tubuh
bergetar dan menangis, dan doanya sampai kepada Allah ( Aliah BP. Hasan 2005)

Duduk Tasyahud

Duduk ada dua macam, yaitu iftirosy (tahiyyat awal) dan tawarruk (tahiyyat akhir).
Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. Manfaatnya,saat iftirosy, bertumpu pada
pangkal paha yang terhubung dengan syaraf.
Posisi ini menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan
penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarruk sangat baik bagi pria sebab tumit
menekan aliran kandung kemih (urethra), kelenjar kelamin pria (prostata) dan saluran vas
deferens. Jika dilakukan. dengan benar, postur irfi mencegah impotensi. Variasi posisi
telapak kaki pada iffirosy dan tawarruk menyebabkan seluruh otot tungkai turut
meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang
menjaga. kelenturan dan kekuatan organ-organ. “Nabi duduk dengan tuma’ninah
sehingga ruas tulang belakangnya mapan” . Duduk dalam tasyahud dengan menekukan
jari – jari yang berada pada kaki yang kanan, ini berfungsi untuk me-refleksi (berfungsi
pijat refleksi) syaraf-yaraf kaki dan memperlancar peredaran darah hingga ke syaraf
kepala, posisi duduk tasyahud juga dapat membantu pencernaan dengan menggerakkan
isi perut ke arah bawah. Tubuh akan mengalami relaksasi, dan merangsang otot-otot
pangkal paha, sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan sakit pada pangkal paha.

Salam

Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Manfaatnya untuk
relaksasi otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan
ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.

Thuma’ninah

Sudah seharusnya shalat kita dilaksanakan dengan thuma’ninah yaitu dengan tenang,
rileks, dan santai setelah melakukan aktivitas dalam mengarungi semua dimensi
kehidupan. Hamper semua rukun-rukun shalat untuk melakukan thuma’ninah.
Thuma’ninah merupakan bentuk relaksasi dalam shalat, dimana seseorang berdiam
sejenak untuk merasakan istirahat atau bersantai-santai setelah mengalami kontraksi atau
peregangan otot dan syaraf. Melalui thuma’ninah diharapkan seseorang mengalami
kedamaian dan ketenangan, sehingga dapat mengurangi rasa kecemasan, dll.

Kesimpulan
Ketenangan, ketenteraman dan kesehatan orang yang diperoleh melalui shalat memiliki
nilai spiritual yang cukup tinggi, dan gerakan yang sangat banyak. Hal ini disebabkan
oleh karena dalam shalat terdapat dimensi dzikrullah dan juga dimensi gerak / olah raga,
karena gerakan dalam shalat dilakukan dengan continue/istiqamah. Dimensi ini
merupakan inti yang menyebabkan orang yang melaksanakan shalat senantiasa
mengingat Allah sehingga hatinya menjadi tenang, dan gerakan dalam shalat merupakan
olah raga yang dapat memberikan kekebalan pada tubuh, dan juga merupakan terapi dari
beberapa penyakit yang ada pada tubuh kita. Hal ini dapat kita ibaratkan jika seseorang
melakukan shalat sehari semalam 17 rakaat, dengan asumsi bahwa setiap rakaat shalat ia
akan melakukan + 7 gerakan dan ditambah 2 gerakan salam, maka sehari semalam orang
yang melasanakan sahalat dia akan menggerakan anggota tubuh sebanyak 7 X 17 = 119,
dan 10 gerakan salam, maka total menjadi = 129 gerakan, hal ini 1 hari, dan hanya jika ia
melaksanakan shalat fardlu,. jika seseorang melaksanakan shalat fardlu dalam satu bulan
berarti ia telah melakukan : 125 X 30 = 3.870 gerakan.

Referensi :

B.P Hasan, Aliah, 2005 Pengantar Psikologi Islami, Proses Cetak

ungsi Shalat
25 02 2010

Terdapat dua fungsi utama shalat dan satu fungsi tambahan

Shalatlah dengan berjamaah

Dua fungsi utama itu jika berhasil terlaksana maka orang yg melaksanakannya adalah
termasuk orang beruntung. Kedua fungsi tersebut adalah :

- Untuk membersihkan diri dari perbuatan kotor dan tercela

- Untuk mengingat allah

Kedua fungsi ini tercakup dalam firman allah :

‫صّلى )العلى‬
َ ‫سَم َرّبِه َف‬
ْ ‫ن َتَزّكى َوَذَكَر ا‬
ْ ‫ح َم‬
َ ‫)َقْد َأْفَل‬

Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri, dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia sembahyang

Allah saw (‫ ) وال اعلم‬dalam ayat ini seolah-olah berkata “telah beruntunglah orang yang
hendak membersihkan diri, dan hendak berdzikir mengingat nama Tuhannya maka ia
shalat” yakni dengan mentakdirkan lafadz ‫ أراد‬sebelum lafadz ‫ َتَزّكى‬yg berarti hendak
seperti yg sudah maklum dalam bahasa arab dimana kata kerja terkadang disebutkan
namun yg dimaksud adalah hendak melakukan pekerjaan.

Untuk lebih jelasnya lagi mengenai fungsi pertama, simaklah firman allah :

‫ان الصلة تنهى عن الفحشاء والمنكر‬

Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan tercela dan perbuatan munkar

Sedang untuk fungsi kedua disebutkan dalam ayat :

‫واقم الصلة لذكري‬

Dirikanlah shalat untuk mengingatku

Untuk memperjelas lagi simaklah firman allah :

‫ن )المؤمنون‬
َ ‫شُعو‬
ِ ‫خا‬
َ ‫لِتِهْم‬
َ‫ص‬
َ ‫ن ُهْم ِفي‬
َ ‫ن اّلِذي‬
َ ‫ح اْلُمْؤِمُنو‬
َ ‫)َقْد َأْفَل‬

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang


khusyu’ dalam sembahyangnya

Jadi seperti halnya dalam surat Al-A’la Allah menyebutkan bahwa orang yang
membersihkan diri, dan berdzikir kepada Allah maka ia shalat adalah orang yang
beruntung, maka pada firman Allah diatas, Allah menyebutkan bahwa orang mukmin
yang shalatnya khusyuk adalah orang yang beruntung.

Pada ayat diatas dapat menjadi jelas bahwa shalat yang mampu menjalankan fungsinya
yakni membersihkan diri dan berdzikir kepada allah sehingga yang melaksanakannya
mendapat keberuntungan adalah shalat yang dilaksanakan dengan khusyuk.

Sedang fungsi tambahan shalat adalah sebagai wasilah untuk minta tolong kepada allah.
Allah berfirman :

‫صلَِة )البقرة‬
ّ ‫صْبِر َوال‬
ّ ‫سَتِعيُنوا ِبال‬
ْ ‫)َوا‬

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu

Sahabat ibn abbas ketika diberitahukan padanya perihal kematian putranya beliau
langsung shalat (sunnah) dan setelah selesai beliau berkata ‫ انال وانااليه راجعون‬lalu
membaca ayat di atas.

Walaupun begitu tidak berarti fungsi ini hanya dilaksanakan pada waktu tertimpa
musibah saja, namun juga ketika anda mempunya hajat atau kepentingan. Karena itu
rasulullah mengajarkan kepada kita apa yang oleh para ulama disebut shalat hajat.
Adapun mengenai shalat yang akan kita bahas di bawah ini ialah yang sebagaimana
difirmankan Allah SWT yang bunyi-Nya :

(45)…‫شاِء َواْلُمْنَكِر‬
َ ‫ح‬
ْ ‫ن اْلَف‬
ِ‫ع‬َ ‫لَة َتْنَهى‬
َ‫ص‬ّ ‫ن ال‬
ّ ‫… ِإ‬

“….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar….”


(Q.S. Al-Ankabuut : 45).

Pengertiannya :

• Bahwa shalat itu berfungsi bagi diri supaya mencegah kekejian dan kemunkaran.
Jadi, terhadap yang melakukannya, tetapi bermasa bodo terhadap berlakunya
kemunkaran, maka berarti shalatnya itu tidak sejalan dengan yang dimaksud oleh
ayat tersebut di atas itu.
• Bahwa konsekwensi dari shalat itu harus sedapat mungkin berusaha mencegah
perbuatan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Artinya ; bagi setiap
yang sudah melakukan shalat dan sesuai dengan esensi yang dikandung dalam
shalat, maka dirinya akan terus bergerak melawan kemunkaran.

1. Menerima Sebagai Aparat Allah

Pada dasarnya bahwa seseorang yang sudah melakukan shalat, maka sesungguhnya telah
“berjanji” kepada Allah, sebagaimana yang dikandung dalam ungkapan kalimat “Iyyaka
na’ budu” yang artinya : “Hanya kepada engkau kami beribadah”. Ibadah berasal dari
kata “abada” (menyembah, mengabdi/berbakti). Menyembah atau berbakti kepada Allah
berarti bernaung di bawah ketentuan Hukum-Hukum Islam. Maka, dalam shalat itu
juga berarti telah memberikan pernyataan diri sebagai “aparat/petugas” dari
Kerajaan Allah. Sehingga dirinya itu bersiap sedia pula melawan setiap kekuatan yang
menghalangi tegaknya undang-undang yang telah diturunkan Allah SWT.

Tentu lain lagi halnya terhadap seseorang yang berjanji ketika melakukan shalatnya,
sedang dalam hal itu menyetujui berlakunya hukum-hukum Jahiliyah (thagut), atau rela
bila hukum Islam dicampakkan dari dirinya, maka sama artinya dengan melanggar
janjinya sendiri yang berarti shalatnya itu yang palsu. Kita ingat sabda Rasulullah SAW
:

‫عَمِلِه‬
َ ‫ساِئُر‬
َ ‫سَد‬
َ ‫ت َف‬
ْ ‫سَد‬
َ ‫ن َف‬
ْ ‫عَمِلِه َوِا‬
َ ‫ساِئُر‬
َ ‫ح‬
َ ‫صَل‬
َ ‫ت‬
ْ ‫ح‬
َ ‫صَل‬
َ ‫ن‬
ْ ‫لُة َفِا‬
َ‫ص‬ّ ‫ب ِبِه اْلَعْبُد َيْوَم اْلِقَياَمِة ال‬
ُ ‫س‬
َ ‫حا‬
َ ‫َاّوُل َماُي‬

“Yang paling utama dihisab (ditanya) seseorang hamba pada hari kiamat ialah
mengenai shalat. Apabila beres shalatnya, beres segala amalnya. Dan jika rusak, maka
rusak pula segala amalnya”. (H. R. Thabrany).

Yang akan diperiksa dari hal melakukan shalat itu, tidak hanya yang mengenai
rukun-rukun atau wujudnya secara lahiriyah saja. Sebab, bila hanya untuk itu, maka
orang-orang munafik dan fasik pun dapat melakukannya. Tegasnya, bahwa yang akan
diperiksa mengenai shalatnya seseorang itu adalah mencakup pula akan isinya antara
lain :

• Sudahkah dengan shalatnya itu dia mencegah kemunkaran dan kekejian


sebagaimana yang disebutkan oleh ayat tadi di atas ?.
• Sungguhkah dia melakukan shalat itu dengan beritikad sedia menjalankan seluruh
Perintah Allah, sebagaimana esensi shalat, atau hanya mengakui sebagiannya
saja ; sebagiannya lagi dia pakai aturan kafir ?.
• Dan adakah janji dalam shalatnya itu merupakan janji yang
dipertanggungjawabkan untuk ditepati atau hanya janji kosong ? Atau memang
sengaja dia telah berani merusak janjinya, karena menganggap sepele terhadap
arti tujuan menyembah kepada Allah ?.

2. Berkaitan Dengan “Ibadah Ghairu Mahdhoh”

Shalat, merupakan ibadah yang secara vertikal berhubungan dengan Allah SWT. Akan
tetapi, realisasi dari shalat itu tidak lepas dari ibadah yang secara horizontal berhubungan
dengan kemasyarakatan. Umpamakan saja diri kita sebagai pegawai yang diberi dua
macam tugas seperti kita sebutkan di bawah ini :

• Apel menghadap pimpinan, dalam rangka berjanji setia terhadap perintah dari
atasan. Juga, melaporkan diri bahwa kita sudah menjalankan pekerjaan yang
sesuai dengan peraturan dari pimpinan.
• Menjalankan pekerjaan di lapangan.

Vertikalnya yaitu bertugas menghadap pimpinan. Dan horizontalnya ialah menjalankan


tugas di lapangan. Maka, jelas bahwa hubungan antara kedua macam tugas itu tidak dapat
dipisahkan. Maksudnya ialah bahwa menghadap pimpinan berarti kita sudah siap
menjalankan tugas di lapangan dengan mentaati intruksi dari pimpinan. Dan kita
melaporkan pekerjaan yang sudah dikerjakan. Begitu juga menjalankan tugas di
lapangan, maka harus sesuai pula dengan materi janji ketika sedang menghadap
pimpinan.

Bagi pimpinan yang sangat menguasai administrasi kepegawaian dalam perusahaannya,


tentu dapat mengetahui kejujuran dan kelicikan pegawainya, cukup dengan terlebih dulu
memeriksa laporan yang disesuaikan dengan fakta-faktanya. Apabila antara isi laporan
dan fakta yang ada di kantor pimpinan itu ditemui “ketidakberesan”, maka kemudian
diperiksa pula bukti-bukti yang telah kita kerjakan di lapangan. Jelas sekali bahwa
menuju beresnya pemeriksaan mengenai laporan yang tiap hari kita sampaikan itu, harus
beres pula dengan pekerjaan kita di lapangan.

Dalam bacaan shalat ada kalimat tauhid “Asyhadu anlaa ilaha illallaah”, artinya “aku
menyaksikan bahwasanya tidak ada Robb selain Allah”. Terdahulu kita terangkan bahwa
pengertian tentang “Tuhan” menurut Islam adalah Tuhan sebagai “Rabb” yang
memberi tugas beserta peraturan-peraturan-Nya, dan kita tidak boleh merobah-robah-
Nya. Dengan itu, maka kalimat tauhid yang kita nyatakan ketika melakukan shalat
mengandung arti tidak ada ketaatan kepada sesuatu yang bertentangan dengan
undang-undang dari Allah. Maka, adakah pernyataan kita itu dibuktikan dengan
perbuatan sehari-hari di dalam masyarakat kita ?.

Menghadapi pemeriksaan mengenai shalat, adalah tetap menyangkut dengan ibadah-


ibadah yang berhubungan dengan kemasyarakatan (horizontal)/ghairu mahdhoh). Sebab,
bahwa ungkapan kalimat “hanya kepada engkau kami menyembah”, dalam shalat
dimaksudkan juga sebagai laporan sehari-hari yang terus bertumpuk. Dan akan
diperiksa pada hari kiamat. Serta tepat atau tidaknya dengan kenyataan, itu pula
menjadi pokok tujuan dalam pemeriksaan. Bilamana dalam kehidupan sehari-harinya itu
rela dilandasi dengan hukum-hukum kafir dengan tidak mencari jalan keluar darinya,
maka akan sama halnya dengan mereka yang merusak janji. Dan laknat bagi yang
merusak janji (Al-Baqarah : 27, Ar-Raa’d : 25). Sama keadaannya dengan shalatnya
orang munafik (An-Nisa : 142).

Lain pula halnya bagi yang telah membuktikan diri dengan sehabis-habisnya usaha dalam
mempraktekkan esensi shalatnya di dalam tata kehidupan bermasyarakat, maka dijuluki
sebagai “Aparat” Kerajaan Allah di muka bumi. Bila pada waktu subuh dia (shalat)
menghadap Allah, maka sekitar jam 9.00-11.00 siang pun berada dalam posisi
menjalankan atau memperjuangkan hukum-hukum Islam supaya berlaku di dalam
masyarakat. Kemudian bila pada waktu dhuhur dia melaporkannya lagi kepada Allah,
maka laporannya pun tidaklah bohong. Demikianlah shalat yang dilakukan oleh umat
yang bertanggung jawab dalam menjalankan Undang-Undang Allah, karena diri
berfungsi sebagai aparat Kerajaan-Nya di muka bumi.

Sungguh berbeda dengan yang dilakukan oleh orang-orang fasik ; yang mana tidak
bertanggung jawab terhadap esensi shalat. Dan tidak meyakini kebenaran Islam.
Sehingga mereka tidak dapat mengendalikan nafsu yang bertentangan dengan isi
shalatnya. Sebab itu, telah dijelaskan bahwa setiap yang menolak tegaknya kekuasaan
Islam, maka adalah musuh Islam yang nyata.

Kesimpulannya, bahwasanya Allah sebagai Raja (Mulkussamawaati wal ardhi),


juga Al-Qur’an merupakan Undang-Undang-Nya, maka yang beriman dan beramal
shaleh adalah aparat-Nya di bumi. Sehingga fungsi shalat yang dilakukannya
merupakan laporan (sapta marga) ciri kesediaan menjadi petugas yang patuh
terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Rabbul a’lamiin (Raja semesta alam).
Bila sudah sedemikian menghayatinya, maka Insya Allah shalatnya dapat menggetarkan
jiwa untuk siap berpijak pada Kebenaran Allah. Selanjutnya terjun ke medan jihad hingga
hidupnya ditujukan guna pengabdian kepada Allah, tempat kembali.

You might also like