You are on page 1of 10

Pengertian Janin

Janin atau embryo adalah makhluk yang sedang dalam tingkat tumbuh dalam kandungan.
Kandungan itu berada dalam tubuh induk atau diluar tubuh induk (dalam telur)

Tumbuh adalah perubahan dari bentuk sederhana dan muda sampai bentuk yang komplek atau
dewasa. Sedangkan dalam Microsoft Encarta 2006 disebutkan bahwa janin merupakan suatu
hewan bertulang belakang yang belum lahir pada suatu fase dimana semua ciri struktural orang
dewasa sudah dapat dikenal, terutama keturunan manusia yang belum lahir setelah delapan
minggu pertumbuhan.

Proses Pembentukan Janin a. Spermatogenesis


Peralihan dari bakal sel kelamin yang aktif membelah ke sperma yang masak serta menyangkut
berbagai macam perubahan struktur yang berlangsung secara berurutan. Spermatogenesis
berlangsung pada tubulus seminiferus dan diatur oleh hormone gonadtotropin dan testosterone.

Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu : 1. Spermatocytogenesis


Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit
primer.

Spermatogonia
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan
cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi
spermatosit primer.

Spermatosit Primer
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami
meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.

2. Tahapan Meiois
Spermatosit I (primer) menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera
mengalami meiosis I yang kemudian diikuti dengan meiosis II. Sitokenesis pada meiosis I dan II
ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu
jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti
yang gelap.

3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi,
fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa masak.
Dua spermatozoa akan membawa kromosom penentu jenis kelamin wanita “X”. Apabila salah
satu dari spermatozoa ini bersatu dengan ovum, maka pola sel somatik manusia yang 23 pasang
kromosom itu akan dipertahankan. Spermatozoa masak terdiri dari :

1. Kepala (caput), tidak hanya mengandung inti (nukleus) dengan kromosom dan bahan
genetiknya, tetapi juga ditutup oleh akrosom yang mengandung enzim hialuronidase yang
mempermudah fertilisasi ovum.
2. Leher (servix), menghubungkan kepala dengan badan.
3. Badan (corpus), bertanggungjawab untuk memproduksi tenaga yang dibutuhkan untuk
motilitas.
4. Ekor (cauda), berfungsi untuk mendorong spermatozoa masak ke dalam vas defern dan
ductus ejakulotorius.

b. Oogenesis
Sel-Sel Kelamin Primordial
Sel-sel kelamin primordial mula-mula terlihat di dalam ektoderm embrional dari saccus
vitellinus, dan mengadakan migrasi ke epitelium germinativum kira-kira pada minggu ke 6
kehidupan intrauteri. Masing-masing sel kelamin primordial (oogonium) dikelilingi oleh sel-sel
pregranulosa yang melindungi dan memberi nutrien oogonium dan secara bersama-sama
membentuk folikel primordial.

Folikel Primordial
Folikel primordial mengadakan migrasi ke stroma cortex ovarium dan folikel ini dihasilkan
sebanyak 200.000. Sejumlah folikel primordial berupaya berkembang selama kehidupan
intrauteri dan selama masa kanak-kanak, tetapi tidak satupun mencapai pemasakan. Pada waktu
pubertas satu folikel dapat menyelesaikan proses pemasakan dan disebut folikel de Graaf dimana
didalamnya terdapat sel kelamin yang disebut oosit primer.

Oosit Primer
Inti (nukleus) oosit primer mengandung 23 pasang kromosom (2n). Satu pasang kromosom
merupakan kromosom yang menentukan jenis kelamin, dan disebut kromosom XX. Kromosom-
kromosom yang lain disebut autosom. Satu kromosom terdiri dari dua kromatin. Kromatin
membawa gen-gen yang disebut DNA.

Pembelahan Meiosis Pertama


Meiosis terjadi di dalam ovarium ketika folikel de Graaf mengalami pemasakan dan selesai
sebelum terjadi ovulasi. Inti oosit atau ovum membelah sehingga kromosom terpisah dan
terbentuk dua set yang masing-masing mengandung 23 kromosom. Satu set tetap lebih besar
dibanding yang lain karena mengandung seluruh sitoplasma, sel ini disebut oosit sekunder. Sel
yang lebih kecil disebut badan polar pertama. Kadang-kadang badan polar primer ini dapat
membelah diri dan secara normal akan mengalami degenerasi. Pembelahan meiosis pertama ini
menyebabkan adanya kromosom haploid pada oosit sekunder dan badan polar primer, juga
terjadi pertukaran kromatid dan bahan genetiknya. Setiap kromosom masih membawa satu
kromatid tanpa pertukaran, tetapi satu kromatid yang lain mengalami pertukaran dengan salah
satu kromatid pada kromosom yang lain (pasangannya). Dengan demikian kedua sel tersebut
mengandung jumlah kromosom yang sama, tetapi dengan bahan genetik yang polanya berbeda.

Oosit Sekunder
Pembelahan meiosis kedua biasanya terjadi hanya apabila kepala spermatozoa menembus zona
pellucida oosit (ovum). Oosit sekunder membelah membentuk ovum masak dan satu badan polar
lagi, sehingga terbentuk dua atau tiga badan polar dan satu ovum matur, semua mengandung
bahan genetik yang berbeda. Ketiga badan polar tersebut secara normal mengalami degenerasi.
Ovum yang masak yang telah mengalami fertilisasi mulai mengalami perkembangan embrional.
c. Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru
dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Fertilisasi merupakan masuknya
spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu
baru. Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim
yang memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih
mudah. Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida
hanya untuk satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk
ke dalam ovum. Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus)
ovum mengalami pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga
terbentuk kromosom diploid (2n).

d. Perkembangan Janin di Rahim Pembelahan


Pada manusia pembelahan terjadi secara holobastik tidak teratur. Dimana bidang dan waktu
tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai daerah zigot. Awalnya
zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian tingkat 4 sel, diteruskan
tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk balstomer yang terdiri dari
60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula. Pembelahan atau segmentasi terjadi
setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai terdiri dari berpuluh sel kecil yang
disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian, bias pula hanya sebagian kecil
zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh oleh arah pembelahan ketika
zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut bidang pembelahan. Ada 4
macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan latitudinal

Blastulasi dan Nidasi


Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di
tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga
disebut blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.
Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari.
Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula
blastosis terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo
akan mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap
selanjutnya. Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi
atau nidasi. Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)

Gastrulasi
Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi. Gastrula berlangsung pada hari
ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis bagi embryo. Pada
gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi perpindahan sel, perubahan
bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu. Kumpulan sel yang semula
terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan interkasi yang bersifat
merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini menghasilkan 3 lapisan
lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah tengah dan ectoderm di
sebelah luar.Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan
perbanyakan sel, terjadi pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan
menyusun sesuai dengan bentuk dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.
Tubulasi
Tubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan
pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm,
mesoderm dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak
mengalami pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi
proses differensiasi setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan
berikutnya akan menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf
berlangsung, terjadi pula differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh
menjadi encephalon (otak) dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural
(saraf). Pada bumbung endoderm terjadi differensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan
belakang. Pada bumbung mesoderm terjadi differensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka,
bagian dermis kulit dan jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.

Organogenesis
Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitive yang berubah menjadi bentuk
yang lebih definitive dan memmiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies.
Organogensisi dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan
berakhirnya organogenesis maka cirri-ciri eksternal dan system organ utama sudah terbentuk
yang selanjutnya embryo disebut fetus. Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi
transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embryo dari bentuk primitive sehingga
menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan memiliki bentuk yang khusus bagi suatu
spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian secara halus bentuk definitive sehingga
menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embryo mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis
kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah yang khusus bagi setiap individu.

Organogenesis pada bumbung-bumbung: 1. Bumbung epidermis


Menumbuhkan:
a. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik,
bulu, kuku, tanduk, cula, taji.
b. Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender,
kelenjar air mata.
c. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.
d. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah
dan indra pengecap.
e. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.
f. Lapisan enamel gigi.

2. Bumbung endoderm
a. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.
b. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang
mengandung enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.
c. Lapisan epitel paru atau insang.
d. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan
kelamin (ductus genitalis).
e. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
3. Bumbung neural (saraf)
a. Otak dan sumsum tulang belakang.
b. Saraf tepi otak dan punggung.
c. Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.
d. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.

4. Bumbung mesoderm
a. Otot:lurik, polos dan jantung.
b. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.
c. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.
d. Ginjal dan ureter.
e. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica
musclarismucosa dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea,
bronchi, dan pembuluh darah.
f. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan
mesenterium.
g. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.
h. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.
Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat
sehingga kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih
lebih besar daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7
embryo berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan
lurus, genetalia eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada
akhir minggu ke 8 maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.

Karakteristik Janin
Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya
sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X
menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom
X membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari
gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim
membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli
membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor
anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula
seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi
menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra.
Selanjunya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis
terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum mkin
lmamakin besar testis terpisah dari rongga pelvis.

Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer
berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal
menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi
ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium
sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi
oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi.
Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun smpai rongga pelvis kemudian
berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang. Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya
sama yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak
berkembang secara sempurna. Pada laki-laki evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya
sinus urogenitalis dari cloaca.
berbagai sumber

Related Posts by Categories

kehamilan

• SEKS YANG AMAN DALAM KEHAMILAN


• FERTILISASI
• SUPLEMEN FOLAT MENURUNKAN RISIKO TERLEPASNYA PLASENTA
SEBELUM PERSALINAN
• PANGGUL WANITA (BIDANG -UKURANNYA)
• MENENTUKAN USIA KEHAMILAN
• TES KEHAMILAN BARU DENGAN USB
• KONSEP DASAR ASUHAN KEHAMILAN
• INFEKSI CYTOMEGALOVIRUS (CMV) KONGENITAL
• KEPUTIHAN DALAM KEHAMILAN

Model Pendokumentasian ada 5, yaitu :


1) POR (Problem Oriented record)
Pendekatan orientasi masalah pertama kali dikenalkan oleh Dr. Lawrence Weed tahun 1960 dari
Amerika Serikat yang kemudian disesuaikan pemakaiannya oleh perawat.
Dalam format aslinya pendekatan orientasi masalah ini dibuat untuk memudahkan
pendokumentasian dengan catatan perkembangan yang terintegritas dengan sistem ini semua tim
petugas kesehatan mencatat observasinya dari suatu daftar masalah. Pelaksanaan dari Pendekatan
Orientasi Masalah ini (PORS), dapat disamakn dengan membuat satu sebagai bab-bab dari buku-
buku tersebut.

Beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem pencatatan ini yaitu :


PORS : Problem Oriented Record, juga dikenal sebagai orientasi pada masalah
POR : Problem Oriented Record
POMR : Problem Oriented Medical Record
PONR : Problem Oriented Nursing Record, yaitu Metode untuk menyusun data pasien yang
diatur untuk mengidentifikasikan masalah keperawatan dan medik

Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien.
Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan
oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada
klien.
Model dokumentasi ini terdiri dari empat komponen, yaitu :
a) Data Dasar
Data dasar berisi semua informasi yang telah dikaji dari klien ketika pertama kali masuk Rumah
Sakit. Data dasar mencakup pengkajian keperawatan, riwayat penyakit/kesehatan, pemeriksaan
fisik, pengkajian ahli gizi dan hasil laboratorium. Data dasar yang telah terkumpul selanjutnya
digunakan sebagai sarana mengidentifikasi masalah klien

b) Daftar Masalah
Daftar masalah berisi tentang masalah yang telah teridentifikasi dari data dasar. Selanjutnya
masalah disusun secara kronologis sesuai tanggal identifikasi masalah. Daftar masalah ditulis
pertama kali oleh tenaga yang pertama bertemu dengan klien atau orang yang diberi tanggung
jawab. Daftar masalah ini dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosio kultural,
spiritual, tumbuh kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini kultural, spiritual, tumbuh
kembang, ekonomi dan lingkungan. Daftar ini berada pada bagian depan status klien dan tiap
masalah diberi tanggal, nomor, berada pada bagian depan status klien dan tiap masalah diberi
tanggal, nomor, dirumuskan dan dicantumkan nama orang yang menemukan masalah tersebut.

c) Daftar Awal Rencana Asuhan


Rencana asuhan ditulis oleh tenaga yang menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya,
sedang perawat menulis instruksi keperawatan atau rencana asuhan keperawatan.

d) Catatan Perkembangan (Progress Notes)


Progress Notes berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap – tiap masalah yang telah dilakukan
tindakan dan disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan
perkembangan pada lembar yang sama.

Beberapa acuan progress note dapat digunakan antara lain :


a. SOAP (Subyektif data, Obyektif data, Analisis/Assesment dan Plan)
b. SOAPIER (SOAP ditambah Intervensi, Evaluasi dan Revisi)
c. PIE (Problem – Intervensi – Evaluasi)

Keuntungan
1) Fokus catatan asuhan keperawatan lebih menekankan pada masalah klien dan proses
penyelesaian masalah dari pada tugas dokumentasi
2) Pencatatan tentang kontinuitas dari asuhan keperawatan
3) Evaluasi dan penyelesaian masalah secara jelas dicatat. Data disusun berdasrakan masalah
yang spesifik
4) Daftar masalah merupakan “checklist” untuk diagnosa keperawatan dan untuk masalah klien.
Daftar masalah tersebut membantu mengingatkan perawat untuk suatu perhatian
5) Data yang perlu diintervensi dijabarkan dalam rencana tindakan keperawatan

Kerugian
1) Penekanan pada hanya berdasarkan amalah, penyakit dan ketidak mampuan dapat
mengakibatkan pada pendekatan pengobatan yang negatif
2) Kemungkinan adanya kesulitan jika daftar masalah belum dilakukan tindakan atau timbulnya
masalah yang baru
3) Dapat menimbulkan kebingungan jika setiap hal harus masuk dalam daftar masalah
4) SOAPIER dapat menimbulkan pengulangan yang tidak perlu, jika sering adanya target
evaluasi dan tujuan perkembangan klien sangat lambat
5) Perawatan yang rutin mungkin diabaikan dalam pencatatan jika flowsheet untuk pencatatan
tidak tersedia
6) P (dalam SOAP) mungkin terjadi duplikasi dengan rencana tindakan keperawatan

2) SOR (Source Oriented record)


Model ini menempatkan catatan atas dasar disiplin orang atau sumber yang mengelola
pencatatan. Bagian penerimaan klien mempunyai lembar isian tersendiri, dokter menggunakan
lembar untuk mencatat instruksi, lembaran riwayat penyakit dan perkembangan penyakit,
perawat menggunakan catatan keperawatan, begitu pula disiplin lain mempunyai catatn masing-
masing.

Catatan berorientasi pada sumber terdiri dari lima komponen, yaitu :


a) Lembar penerimaan berisi biodata
b) Lembar order dokter
c) Riwayat medik/penyakit
d) Catatan perawat
e) Catatan dan laporan khusus

Keuntungan :
a) Menyajikan data yang secara berurutan dan mudah diidentifikasi
b) Memudahkan perawat untuk secara bebas bagaimana informasi akan dicatat
c) Format dapat menyederhanakan proses pencatatan masalah, kejadian, perubahan, intervensi
dan respon klien atau hasil

Kerugian :
a) Potensial terjadinya pengumpulan data yang terfragmentasi karena tidak berdasarkan urutan
waktu
b) Kadang-kadang mengalami kesulitan untuk mencari data sebelumnya, tanpa harus mengulang
pada awal
c) Superficial pencatatan tanpa data yang jelas
d) Memerlukan pengkajian data dari beberapa sumber untuk menentukan masalah dan tindakan
kepada klien
e) Waktu pemberian asuhan memerlukan waktu yang banyak
f) Data yang berurutan mungkin menyulitkan dalam interpretasi/analisa
g) Perkembangan klien sulit di monitor

3) CBE (Charting By Exeption)


CBE adalah sistem dokumentasi yang hanya mencatat secara naratif hasil atau penemuan yang
menyimpang dari keadaan normal atau standar.

Keuntungan CBE yaitu


mengurangi penggunaan waktu untuk mencatat sehingga lebih banyak waktu untuk asuhan
langsung pada klien, lebih menekankan pada data yang penting saja, mudah untuk mencari data
yang penting, pencatatan langsung ketika memberikan asuhan, pengkajian yang terstandar,
meningkatkan komunikasi antara tenaga kesehatan, lebih mudah melacak respons klien dan lebih
murah.

CBE mengintegrasikan 3 komponen penting, yaitu :


a) Lembar alur (flowsheet)
b) Dokumentasi dilakukan berdasarkan standar praktik
c) Formulir diletakkan di tempat tidur klien sehingga dapat segera digunakan untuk pencatatan
dan tidak perlu memindahlan data

Keuntungan :
a) Tersusunnya standar minimal untuk pengkajian dan intervensi
b) Data yang tidak normal nampak jelas
c) Data yang tidak normal secara mudah ditandai dan dipahami
d) Data normal atau respon yang diharapkan tidak menganggu informasi lain
e) Menghemat waktu karena catatan rutin dan observasi tidak perlu dituliskan
f) Pencatatan dan duplikasi dapat dikurangi
g) Data klien dapat dicatat pada format klien secepatnya
h) Informasi terbaru dapat diletakkan pada tempat tidur klien
i) Jumlah halaman lebuh sedikit digunakan dalam dokumentasi
j) Rencana tindakan keperawatan disimpan sebagai catatan yang permanen

Kerugian
a) Pencatatan secara narasi sangat singkat. Sangat tergantung pada “checklist”
b) Kemungkinan ada pencatatan yang masih kosong atau tidak ada
c) Pencatatan rutin sering diabaikan
d) Adanya pencatatan kejadian yang tidak semuanya didokumentasikan
e) Tidak mengakomodasikan pencatatan disiplin ilmu lain
f) Dokumentasi proses keperawatan tidak selalu berhubungan dengan adanya suatu kejadian

Pedoman Penulisan CBE


a) Data dasar dicatat untuk setiap klien dan disimpan sebagai catatan yang permanen
b) Daftar diagnosa keperawatan disusun dan ditulis pada waktu masuk rumah sakit dan
menyediakan daftar isi untuk semua diagnosa keperawatan
c) Ringkasan pulang ditulis untuk setiap diagnosa keperawatan pada saat klien pulang
d) SOAPIER digunakan sebagai catatan respon klien terhadap intervensi melalui tempat tinggal
klien
e) Data diagnosa keperawatan dan perencanaan dapat dikembangkan
f) Kartu KARDEKS dan rencana tindakan dikembangkan setiap klien

4) Kardeks
Sistem ini terdiri dari serangkaian kartu yang disimpan pada indeks file yang dapat dengan
mudah dipindahkan yang berisikan informasi yang diperlukan untuk asuhan setiap hari.
Informasi yang terdapat dalam kardeks meliputi : data demografi dasar, diagnosis medik utama,
instruksi dokter terakhir yang harus dilaksanakan perawat, rencana asuhan keperawatan tertulis
9digunakan jika rencana formal tidak ditemukan dalam catatan klien), instruksi keperawatan,
jadwal pemeriksaan dan prosedur tindakan, tindak pencegahan yang dilakukan dalam asuhan
keperawatan serta faktor yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari. Karena sering
ditulis dengan pensil kecuali jika kardeks digunakan sebagai bagian permanen dari catatan klien.

Potter dan Perry (1989) menekankan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penulisan rencana asuhan pada kardeks, yaitu : rencana asuhan ditulis ketika perawat :
a) Membahas tentang masalah kebutuhan klien
b) Melakukan rode setelah identifikasi atau peninjauan masalah klien
c) Setelah diskusi dengan anggota tim kesehatan lain yang bertanggung jawab terhadap klien
d) Setelah berinteraksi dengan klien dan keluarganya

Dalam kardeks harus ditulis tentang data pengkajian keperawatan yang berhubungan diagnostik,
instruksi (observasi yang harus dilakukan, prosedur terkait dengan pemulihan, pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan, cara khusus yang digunakan untuk mengimplementasikan tindakan
keperawatan, melibatkan keluarga dan perencanaan pulang serta hasil yang diharapkan.

Keuntungan menggunakan sistem kardeks


karena memungkinkan mengkomunikasikan informasi yang berguna kepada sesama anggota tim
keperawatan tentang kebutuhan unik klien terkait, diit, cara melakukan tindakan
penanggulangan, cara meningkatkan peran serta klien atau waktu yang tepat untuk melakukan
kegiatan keperwatan tertentu.

Kelemahan dari sistem kardeks, yaitu


informasi dalam kardeks hanya terbatas untuk tim keperawatan saja dan tidak cukup tempat
untuk menulis rencana keperawatan bagi klien dengan banyak masalah.

5) Komputerisasi
Sistem dokumentasi dengan menggunakan komputer sudah makin luas digunakan di Rumah
sakit dan instruksi pelayanan kesehatan terutama di negara yang telah berkembang. Perawat
adalah pemakai utama sistem yang mengintegrasikan semua sumber informasi ini, serta
memungkinkan semua tenaga kesehatan untuk dapat menggunakan informasi tersebut.
Keuntungan menggunakan sistem dokumentasi dengan komputer antara lain memudahkan
perawat merencanakan asuhan keperawatan, dapat mengevaluasi dan memperbarui informasi
setiap saat, memanggil data yang sesuai dengan diagnosis keperawatan tertentu, serta
mengurangi penggunaan berbagai flowsheet. Hanya kelemahan dari sistem dokumentasi dengan
menggunakan komputer adalah dalam menjaga kerhasiaan informasi klien. Karena makin mudah
menggunakan komputer, makin mudah pula untuk menyalahgunakan.

Sumber:
1. Kusnadi, Dadang, , Dokumentasi Catatan Medik Rumah Sakit, Rumah sakit Budi Mulia.
2. lawintano, Laurensia, 2000, Dokumentasi Kebidanan, Jakarta; St. Carolus.
3. http://infobidanfitri.blogspot.com/

Related Posts by Categories

You might also like