You are on page 1of 4

PENDAHULUAN sifat gampang dibentuk (Malanga M et al

2010). Polistirena yang memiliki sifat isotaktik


Monomer Stirena ditemukan oleh dapat dihasilkan dengan menggunakan katalis
Newman dari distilasi cairan amber, ziegler, dan polimer ini dapat membentuk
sedangkan polimerisasi dari monomer stirena bahan polimer yang sangat berkristal (Storbl
telah diketahui pada tahun 1839 oleh Eduard 2007).
Simon seorang apoteker Jerman (Dekker
2005). Namun penggunaan polimer stirena
secara luas baru sekitar 60 tahun yang lalu.
Penggunaan polistirena yang meluas
disebabkan oleh harganya yang murah,
kemurnian tinggi, penggunaan elektrik yang
baik, kemampuan untuk dibentuk, dan mudah
dipolimerisasi (Malanga M et al 2010). Gambar 2 Sintesis stirena cara hidrogenasi
Polistirena adalah sebuah polimer dengan (Dekker 2005)
monomer stirena, sebuah hidrokarbon cair Viskositas adalah derajat kekentalan dari
yang dibuat secara komersial dari minyak suatu zat cair karena adanya gesekan antar
bumi. Polimer ini merupakan plastik yang kuat molekul. Kekentalan merupakan suatu sifat
dan murah, yang merupakan salah satu cairan yang menggambarkan hambatan untuk
polimer golongan vinil (Storbl 2007). mengalir. Semakin tinggi kekentalan, semakin
polistirena biasanya bersifat termoplastik besar nilai viskositasnya (Rosen 1993). Alat
padat pada suhu ruang, dan mencair pada yang digunakan untuk mengukur viskositas
suhu yang lebih tinggi. Secara struktur, biasanya berupa alat kaca yang disebut
polistirena merupakan rantai panjang viskometer (Rosen 1993). Viskometer yang
hidrokarbon dengan gugus fenil yang biasa digunakan adalah viskometer Ostwald.
berdekatan dengan setiap atom karbon (Storbl Viskometer Ostwald terdiri atas tabung input
2007). larutan, garis ukur waktu, tabung kapiler, dan
reservoir (Rosen 1993). Prinsip pada metode
viskometri adalah viskositas ditentukan
dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi
cairan uji untuk lewat antara dua tanda ketika
ia mengalir karena gravitasi, melalui suatu
tabung kapiler vertikal. Waktu alir dari cairan
yang diuji dibandingkan dengan waktu yang
(a) (b) dibutuhkan bagi suatu cairan yang
Gambar 1 (a)Struktur Stirena, (b)Struktur viskositasnya sudah diketahui (Rosen 1993).
polistirena (Sumber: Storbl Massa molekul nisbi digunakan untuk
2006) menentukan karakteristik polimer yang
Sebagian besar pembuatan monomer ditentukan secara akurat. Teknik yang
stirena dibuat dari proses hidogenasi digunakan akan memengaruhi ketepatan
etilbenzena pada suhu tinggi dan (Cowd 1991). Viskositas dari larutan polimer
menggunakan katalis besi oksida (Dekker yang encer merupakan fungsi dari dimensi dan
2005). Selain itu, Monomer stirena juga dibuat zat yang terlarut.
melalui alkilasi benzena dengan AlCl3
kemudian ditambah etana dan dihasilkan etil
benzene, kemudian etil benzena direduksi
sehingga dihasilkan stirena (Cowd 1991). Dan
dan melalui jalur pathway etilbenzena
menggunakan pelarut toluene (Dekker 2005).
Pembuatan polistirena biasanya melalui
polimerisasi adisi radikal atau polimerisasi
anionic (Allock & Lampe 1981). Pembutan
polimer seperti ini biasanya menghasilkan METODE PERCOBAAN
polistirena yang ataktik dan amorf (Storbl
2006). Polistirena ini memiliki suhu Tg Alat dan Bahan
(transisi gelas) sekitar 100°C yang memilki
Alat yang digunakan dalam percobaan sebanyak 10 ml dan diukur laju alirnya
adalah neraca analitik, viscometer Ostwald, masing-masing tiga kali ulangan.
labu ukur, gelas ukur, beker gelas, stopwatch,
thermometer, batang pengaduk, dan buret.
Bahan yang digunakan dalam percobaan PEMBAHASAN
adalah stirofoam (polistirena), toluena,
metanol, dan aseton. Percobaan bertujuan untuk menentukan
bobot molekul polistirena pada pelarut yang
Prosedur berbeda. Selain itu, percobaan ini juga
Percobaan pengukuran viskositas larutan digunakan untuk mengetahui dimensi rantai
polistirena dalam pelarut toluene diawali polimer polistirena pada pelarut yang berbeda.
dengan pembuatan larutan polistirena 1% Percobaan dilakukan menggunakan metode
dengan cara sebanyak 0,2501 gram polistirena viskometri dan alat yang digunakan adalah
ditimbang dan dilarutkan dengan toluena. viskometer Ostwald. Pengkuran laju alir
Kemudian polistirena yang telah larut larutan, dimulai dari polistirena dengan
dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dan konsetrasi paling encer, hal ini dilakukan agar
ditera dengan toluena. Selanjutnya dibuat tidak terjadi perubahan konsentrasi.
larutan polistirena 0,1%; 0,3%; dan 0,5% Percobaan dilakukan denagan
dengan cara pengenceran dari larutan ynag menggunakan dua pelarut, yaitu pelarut
konsentrasinya lebih besar. Selanjutnya toluena dan pelarut Φ. Toluena merupakan
viskometer dibilas dengan aquades dan aseton, pelarut organik yang volatil, tidak bewarna,
dan kemudian bilas dengan larutan yang akan tidak berbau, dan mudah terbakar (Dekker
diukur viskositasnya. Setelah itu, sebanyak 10 2005). Pelarut Φ yang digunakan merupakan
ml toluena murni dimasukkan ke dalam campuran etanol dan toluena dengan
viskometer dan laju alirnya diukur sebanyak perbandingan 1:24 yang diperoleh dari
tiga kali ulangan. Setelah itu, berturut-turut percobaan. Pelarut Φ merupakan pelarut suatu
larutan polistirena 0,1%; 0,3%; 0,5%; dan 1% polimer yang mencapai keadaan kritik (Rosen
juga diambil sebanyak 10 ml dan diukur laju 1993). Perbandingan etanol toluena yang
alirnya masing-masing tiga kali ulangan. digunakan untuk pelarut Φ pada percobaan
Percobaan pengukuran viskositas larutan berbeda dengan yang diperoleh Riquet et al
polistirna dalam pelarut teta diawali dengan (2000), perbandingan etanol:toluena yang
cara sebanyak 2,5 ml larutan induk polistirena diperoleh adalah sebesar 1,5:23,5.
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan Percobaan pengkuran viskositas dilakukan
methanol dimasukkan ke dalam buret. Metanol pada temperatur ruang. Temperatur juga
ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam memengaruhi laju alir larutan. Semakin besar
larutan induk sambil diaduk-aduk hingga temperatur, maka laju alir akan semakin
larutan menjadi keruh. Volume metanol yang berkurang (Rosen 1993). Tabel 1 dan Tabel 3
digunakan untuk membuat pelarut tΦ adalah 1 menunjukkan hasil percobaan pengukuran laju
ml, sedangkan toluena yang digunakan adalah alir. Diperoleh hasil yang sesuai literatur, yaitu
24 ml. Larutan induk dalam pelarut Φ dibuat semakin besar konsentrasi polistirena, maka
dengan cara 0,2516 gram polistirena waktu laju alir akan semakin lama.
dilarutkan dengan toluena, dan dimasukkan ke Larutan polistirena menggunakan pelarut
dalam labu takar 25 ml, setelah itu ditera toluena diukur terlebih dahulu. Hasil
dengan pelarut Φ. Kemudian polistirena yang percobaan dapat dilihat pada Gambar 3, yang
telah larut dimasukkan ke dalam labu takar 25 menunjukkan hubungan antara viskositas
ml dan ditera dengan toluena. Selanjutnya reduksi terhadap fungsi konsentrasi. Diperoleh
dibuat larutan polistirena 0,1%; 0,3%; dan kelinieran yang cukup besar, yaitu 0,972 yang
0,5% dengan cara pengenceran dari larutan menunjukkan ketelitian hasil cukup tinggi.
yang konsentrasinya lebih besar Selain itu, diperoleh viskositas intirinsik dari
menggunakan pelarut toluena. Laju alir diukur persamaan garis sebesar 2,6899. Viskositas
dengan cara sebanyak 10 ml toluena murni intrinsik ini digunakan untuk menentukan
dimasukkan ke dalam viskometer dan laju bobot molekul (Mv). Bobot molekul yang
alirnya diukur sebanyak tiga kali ulangan. diperoleh pada percobaan adalah sebesar
Setelah itu, berturut-turut larutan polistirena 1969,0957 g/mol. Hasil yang diperoleh ini
0,1%; 0,3%; 0,5%; dan 1% juga diambil lebih kecil daripada literatur. Bobot molekul
polistirena dalam pelarut toluena yang
diperoleh pada literatur adalah sekitar 2×104 - halangan sterik dari pelarut Φ sehingga
2×106 g/mol pada suhu 20-30°C (Allock & viskostiasnya berkurang.
Lampe 1981). Nilai α yang diperoleh adalah Hasil pengukuran pada Tabel 4
0,0372 (α<1). Jika α kurang dari 1 menghasilkan kurva kalibrasi antara
menunjukkan toluena memiliki interaksi yang konsentrasi dengan viskositas reduksi yang
baik dengan polistirena (Allock & Lampe terlihat pada Gambar 4. Viskositas intrinsik
1981). merupakan nilai a dari persamaan regresi,
yaitu 59,4420. Dari nilai viskositas intrinsik
ini, diperoleh bobot molekul polistirena
sebesar 140.783,8146 gram/mol. Nilai yang
besar ini menunjukkan bahwa polistirena
masih berupa makromolekul yang besar
(Riquet et al 2000). Nilai R2 yang diperoleh
pada percobaan sangat kecil yaitu 0,0000 yang
menunjukkan ketelitian percobaan sangat
kecil. Seharusnya kemiringan kurva yang
diperoleh bernilai negatif, karena pada pelarut
Φ interaksi antara semua komponen sama,
sehingga semakin banyak polistirena, interaksi
akan semakin berkurang sehingga kekentalan
akan menurun (Melad et al 2003). Kesalahan
Gambar 3 Kurva hubungan antara fungsi ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam
konsentrasi dengan viskositas pengukuran konsentrasi polistirena dan
reduksi polistirena dalam pelarut kesalahan paralaks dalam menentukan waktu
toluena alir.

Nilai β yang diperoleh pada percobaan


adalah 1,1158×10-6, nilai ini digunakan untuk
mencari nilai kuadrat jari-jari dan jara rata-rata
antara ujung rantai polimer. Konstanta
universal ϕ yang digunakan untuk
menemukan nilai β merupakan hasil dari
perbandingan penghamburan sinar antara
pelarut (Flodas et al 1993). Nilai kuadrat jarak
rata-rata yang diperoleh adalah sebesar
9,6872×10-17, sedangkan kuadrat jari-jari garis
rata-rata adalah 2,2107×10-11. Jarak dan jari-
jari garis yang kecil ini menunjukkan bahwa
polistirena cenderung membuka rantainya dan
merubah dimensi semula makromolekulnya Gambar 4 Kurva hubunga antara fungsi
(Allock & Lampe 1981). konsentrasi dengan viskositas
Percobaan berikutnya adalah mengukur reduksi polistirena dalam
laju alir polistirena pada pelarut Φ. Pelarut teta pelarut Φ
adalah pelarut yang memiliki interaksi yang
sama kuat antara polimer dengan polimer,
pelarut dengan pelarut dan pelarut dengan
polimer (Allock & Lampe 1981). Menurut Nilai koefisien ekspansi (α) yang
Flory pelarut Φ merupakan pelarut yang diperoleh dari percobaan adalah 0,8864. Nilai
memiliki nilai koefisien ekspansi (α) sama α yang diperoleh ini tidak sesuai dengan
dengan 1 (Allock & Lampe 1981). Nilai laju literature, yaaitu nilai α sama dengan 1 jika
alir polistirena pada pelarut Φ yang terlihat berada dalam pelarut Φ. Kesalahan ini dapat
pada Tabel 3 memiliki nilai yang lebih kecil disebabkan kesalahan paralaks dalam
daripada pelarut toluena pada konsentrasi 1%. penambahan methanol untuk pembuatan
Nilai yang lebih kecil ini disebabkan oleh pelarut Φ, sehingga campuran pelarut kurang
polistirena yang larut lebih sedikit akibat tepat untuk menjadi pelarut Φ. Nilai kuadrat
jarak rata-rata yang diperoleh adalah sebesar
9,4955×10-12 . Nilai kuadrat jarak rata-rata ini Melad O, Baraka R, Salem JK, Hilles H, El-
lebih kecil daripada pelarut toluena murni. Hal Khazandar A. 2003. Viscometry study of
ini menunjukkan bahwa pada pelarut Φ poly(methyl methacrylate) and
polistirena lebih cenderung mempertahankan polystyrene blends in different solvent.
dimensi awalnya daripada polistirena pada Chinese Journal of Polymer Science 21:
pelarut toluena. Dengan demikian, interaksi 15-19
antara polistirena pada pelarut Φ lebih kecil Riquet AM, Bosc V, Feigenbaum A. 2000.
daripada polistirena pada pelarut toluena Tailoring fatty food simulants made from
murni. solvent mixtures (1): comparison of
methanol, ethanol and isopropanol
behaviour wi th polystyrene. Food
SIMPULAN Additive and Contaminants 18: 165-167
Rosen SL. 1993. Fundamental Principles of
Bobot molekul yang diperoleh pada Polymeric Materials. New York: Jhon
pelarut polistirena sebesar 1969,0957 g/mol. Wiley and Sons
Nilai ini lebih kecil daripada yang diperoleh Strobl G. 2007. The Physics of Polymer:
pada pelarut Φ yaitu sebesar 140.783,8146 Concepts for Understanding Their
gram/mol. Nilai α dan , jari-jari jarak rata-rata Structures and Behavior. New York:
yang diperoleh pada pelarut toluena juga lebih Springer Berlin Heilderberg
kecil daripada pelarut Φ. Hal ini menunjukkan
bahwa dimensi pelarut toluena lebih kecil
daripada pelarut Φ sehingga interaksinya lebih
baik. Kesalahan yang mungkin terjadi selama
percobaan adalah kesalahan dalam pembuatan
pelarut Φ, kesalahan konsentrasi larutan
polistirena, dan kesalahan paralaks.

DAFTAR PUSTAKA

Allock HR, Lampe FW. 1981. Contemporary


Polymer Chemistry. Engelwood: Prentice
Hall inc.
Cowd MA. 1991. Kimia Polimer. Harry
Firman, penerjemah. Bandung: ITB.
Terjemahan dari : Polymer
Chemistry.
Dekker M. 2005. Handbook Of Polymer
Synthesis. Second Ed. Oxford:
Oxford University Press.

Floudas G, Steffen W, Fischer EW. 1993.


Solvents and polymer dynamics in
concentrated polystyrene/toluene
solutions. J. Chem. Phys. 99: 695-703
Malanga M, Iwasaki S, Isogai O, Yamada T,
Kuramoto M. 2010. Historical Overview
and Commercialization of Syndiotactic
Polystyrene. Di dalam: Schellenberg J,
editor. Syndiotactic Polystyrene:
Synthesis, Characterization, Processing,
And Applications. Hoboken: Jhon Wiley
& Sons

You might also like