You are on page 1of 24

BAB I

POTRET DAERAH

A.Keadaan Umum Kabupaten Malang

Kabupaten Malang adalah sebuah kabupaten di Provinsi


Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya saat ini berada di kota
Kepanjen. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun
2008, Kota Kepanjen ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten
Malang yang baru. Kota Kepanjen saat ini sedang berbenah diri
agar nantinya layak sebagai ibu kota kabupaten. Kabupaten ini
berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten
Mojokerto, Kota Batu, dan Kabupaten Pasuruan di utara, Kabupaten Lumajang di
timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di
barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa sejuk,
Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur.

• Keadaan geografis

Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah


Kabupaten Banyuwangi. Sebagian besar wilayahnya berupa pegunungan. Bagian
barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno
(3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air
Sungai Brantas, sungai terpanjang di Jawa Timur.

Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru,


dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m).
Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang sendiri
berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan
berupa pegunungan dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan
cukup sempit dan sebagian besar pantainya berbukit.

1| teknologi tepat guna


• Pembagian administratif

Kabupaten Malang terdiri atas 33 kecamatan,


yang dibagi lagi menjadi sejumlah desa dan
kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan
Kepanjen. Pusat pemerintahan sebelumnya
berada di Kota Malang. Kota Batu dahulu
bagian dari Kabupaten Malang, sejak tahun 2001 memisahkan diri setelah
ditetapkan menjadi kota. Ibukota kecamatan yang cukup besar di Kabupaten
Malang antara lain Lawang, Singosari, Dampit, dan Kepanjen.

2| teknologi tepat guna


BAB II
KEADAAN SUMBER DAYA

Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah


utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di
barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu penghasil sayuran utama di
Jawa Timur. Daerah selatan banyak digunakan ditanami tebu dan hortikultura,
seperti salak dan semangka. Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunan
karena memiliki iklim tropis.Selain perkebunan teh malang juga berpotensi untuk
perkebunanan kopi,cokelat(daerah pegunungan Kecamatan
Tirtoyudo),Kesemek(daerah Wono Agung tepatnya desa Blubuk) dan Nilam
(Kecamatan Dampit). Malang juga memiliki hutan yang masih dijaga
kelestariannya diantaranya hutan bakau di sekitar bendungan Karang Kates,Hutan
Pinus di dearah Malang Selatan,hutan jati,hutan Mahoni.

Areal perkebunan di kabpaten Malang lebih luas di bandingkan areal


pertanian, karena sebagian besar wilayah kabupaten Malang berupa pegunungan.
Tanaman yang dibudidayakan pada sektor perkebunan diantaranya tanaman kopi,
kakao,palawija,cengkeh,nilam dll.

Komoditi perkebunan yang sedang di kembangkan di kabupaten Malang


adalah tanaman nilam karena tanaman nilam sangat cocok di budidayakan di
daerah pegunungan, selain itu tanaman nilam memiliki prospek pasar yang sangat
luas serta memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Tanaman nilam ini mengangkat
perekonomian masyarakat kususnya masyarakat di kawasan Malang selatan yang
banyak membudidayakan tanaman nilam.

Sehingga dalam teknologi tepat guna ini penulis memilih tanaman nilam
sebagai produk unggulan yang memiliki potensi tinggi dan mengangkat
perekonomian masyarakat.

3| teknologi tepat guna


A. Sekilas Tentang Tanaman Nilam
Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan
sumber pendapatan petani. Dalam pengelolaannya melibatkan banyak pengrajin
serta menyerap ribuan tenaga kerja. Teknologi pengolahan minyak nilam ditingkat
petani umumnya masih tradisional hal ini disebabkan oleh faktor sosial ekonomi
dan faktor terbatas-nya teknologi yang diakses sehingga minyak yang dihasilkan
mutunya masih rendah. Penge-ringan bahan baku nilam lebih baik tidak lang-sung
pada sinar matahari dan penyimpanan bahan tidak lebih dari 1 minggu karena
akan menurunkan produksi minyak nilam.

Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan


pengikat aroma wangi pada parfum dan kosmetika (Ditjen Perkebunan, 2006).
Prospek ekspor minyak nilam dimasa datang masih cukup besar sejalan dengan
semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan kosmetika, trend mode dan
belum berkembangnya materi subsitusi minyak nilam di dalam industri parfum
maupun kosmetika.

Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia dan
Philipina, serta India, Amerika selatan dan China (Grieve, 2003). Di Indonesia,
sentra produksi nilam di propinsi Nanggroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara.
Pada sentra tersebut melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga
kerja. Sebagai penghasil minyak nilam terbesar, Propinsi Nanggroe Aceh
Darusalam memberikan kontribusi 70 % terhadap produksi nasional (Anonimous,
2003). Walaupun tanaman nilam telah dibudidayakan selama hampir 100 tahun, di
daerah penghasil utama (Aceh dan Sumatera Utara), namun sampai sekarang
teknologi pengolahan hasilnya masih tertinggal sehingga mutu minyak yang
dihasilkan masih rendah.

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial ekonomi
petani dan faktor teknologi yang diakses masih terbatas. Minyak nilam merupakan
salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri parfum, sabun dan
kosmetika disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan dapat

4| teknologi tepat guna


dimanfaatkan sebagai aroma terapi. Minyak nilam diperoleh dari hasil
penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi
terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchauoly alkohol yang
berkisar antara 30 – 50 %. Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya fiksasi
yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis (Rusli, 1991)

B. SYARAT TUMBUH
1) Kesesuaian Iklim dan Lahan

Lahan dan iklim sangat mempengarui produksi dan kualitas minyak nilam,
terutama ketinggian tempat dan kesediaan air. Nilam yang tumbuh di dataran
rendah – sedang (0-700 m dpl) kadar minyaknya lebih tinggi dibandingkan nilam
yang tumbuh di dataran tinggi (>700 m dpl). Nilam sangat peka terhadap
kekeringan, kemarau panjang setelah panen dapat menyebabkan tanaman mati.

Nilam dapat tumbuh diberbagai jenis tanah (aldosol,


latosol,regosol,podsolik, kambisol), akan tetapi tumbuh lebih baik pada tanah
yang gembur dan banyak mengandung humus. Lahan harus bebas dari penyakit
terutama penyakit layu bakteri, budog, nematode, dan penyakit yang disebabkan
oleh jamur.

2) VARIETAS UNGGUL

Nilam (pogostemon) termasuk family labiateae, ordo Lamiales,


klasAngiospermae dan devisi Spermatophita. Di Indonesia terdapat 3 jenis nilam
yang dapat dibedakan antara lain dari karakter morfologi, kandungan dan kualitas
minyak dan ketahanan terhadap cekaman biotic dan abiotik. Ketiga jenis nilam
tersebut antara lain:

1. P. coblin Betht.

2. Syn. P.patchouli (nilam jawa )

3. P. hortensis (nilam sabun)

Nilam aceh dan nilam sabun tidak berbunga. Yang paling luas
penyebarannya dan yang banyak dibudidayalkan yaitu nilam aceh, karena kadar

5| teknologi tepat guna


minyak dan kualitas minyaknya lebih tinggi dari kedua jenis yang lainnya

Nilam aceh merupakan tanamanintroduksi, diperkirakan daerah asalnya


filiphina atau semenanjung Malaysia, masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang
lalu, setelah sekian lama berkembang di Indonesia , tidak tertutup kemungkinan
terjadi perubahan – perubahan dari sifat asalnya. Dari hasil explorasi ditemukan
bermacam-macam tipe yang berbeda baik karakter morfologinya, kandungan
minyak,sifat fisika kimia minyak dan sifat ketahanannya terhadap penyakit dan
kekeringan. Nilam Aceh berkadar minyak tinggi (> 2.5%) sedangkan nilam jawa
rendah (<2%).

Disamping nilam Aceh, dibeberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa


Timur petani mengusahakan juga nilam jawa. Nilam Jawa berasal dari India,
disebut juga nilam kembang.ciri-ciri spesifik yang dapat membedakan nilam Jawa
dan nilam Aceh secara fisual yaitu pada daunnya. Permukaan daun nilam Aceh
halus sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam Aceh bergerigi tumpul, pada
nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun nilam Aceh runcing, nilam Jawa
meruncin. Nilam jawa lebih toleran terhadap nimatoda dan penyakit layu bakteri

Tanaman nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri, oleh sebab itu
produksi,kadar dan mutu minyak merupakan factor penting yang dapat
dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu farietas.

• Produksi Minyak

Rata – rata produksi minyak nilam Indonesia masih rendah yaitu 199,48
kg/ha (2003), rendahnya produksi minyak disebabkan rendahnya produksi daun
(4-5 ton/ha terna kering) dan kadar minyak (1-2%) yang rendah pula. Pada
umumnya petani menanam jenis nilam yang kurang jel;as asalnya atau disebut
jenis local, di lokasi-lokasi tertentu seperti Ciamis jenis local lebih unggul dari
varietas yang dilepas, namun dilokasi lainnya keunggulan tidak tampak sehingga

6| teknologi tepat guna


jenis local Ciamis dapat dianggap unggu local.

Balitro telah mengoleksi 28 no nilam, dari hasil seleksi terhadap beberapa


no nilam, tahun 2005 telah dilepas 3 varietas unggul yaitu tapak tuan,loksmawe
dan sigikalang. Penamaan ketiga varietas nilam tersebut berdasarkan naman
daerah asalnya. Ketiga varietas mempunyai keunggulan masing-masing. Tap[ak
tuan unggul dalam produksi dan kadar patchouli alcohol. Loksmawe kadar
minyaknya tinggi sedangkan Sidikalang toleran terhadap layu bakteri dan
nematode.

Akan ketiga farietas tersebut adalah warna pangkal batang. Farietas Tapak
Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas Loksmawe
lebih unggu kemerahan dan varietas Siditalang paling unggu.

• Kadar dan Mutu Minyak

Diantara farietas unggul, kadar minyak tertinggi teredapat pada farietas


Loksmawe (3,21%) namun karena produksi daunnya lebih rendah dari pada
produksi daun Tapak Tuan oleh karena itu produksi minyaknyapun lebih rendah
(355,89 kg/ha)

Mutu minyak ditentukan oleh sifat fisika kimia minyaknya, faktor yang
paling menentukan mutu minyak nilam adalah kadar patchouli alcohol (pa). PA
merupakan komponen terbesar (50-60%) dari minyak dan memberikan bau yang
khas pada minyak nilam, karena antara lain mengandung non patchoulene. Pada
ketiga farietas nila unggul, kadar PAnya >30%, merupakan syarat minimum untuk
di ekspor, kadar PA yang tertinggi pada Tapak Tuan (33,31%).

7| teknologi tepat guna


• Pemilihan Varietas

Untuk memperoleh produksi mionyak yang tinggi, pilih farietas unggul,


yang produksi atau kadar dan mutu minyak tinggi yaitu Tapak Tuan, Loksmawe
dan Siditalang. Sel-sel minyak terutama terdapat pada daun, oleh karena itu
produksi daun tinggi akan menhasilkan produksi minyak tinggi pula, apabila
farietas tersebut mengandung kadar minyak yang tinggi.

3) PENGOLAHAN LIMBAH NILAM

Limbah dari hasil penyulingan minyak nilam yang terdiri dari ampas daun
dan batang mempunyai potensi dimanfaatkan se-bagai bahan pembuatan dupa,
obat nyamuk bakar, dan pupuk kompos serta sisa air dari hasil penyulingan
setelah dipekatkan dapat diman-faatkan sebagai bahan baku untuk aroma terapi.
Dengan adanya diversifikasi pemanfaatan lim-bah pengolahan minyak nilam,
diharapkan akan dapat meningkatkan nilai ekonomi usahatani nilam.

Limbah hasil penyulingan daun masih mempunyai kadar hara yang tinggi
dan berpotensi sebagai bahan baku pupuk organik yang baik. Teknologi
pengomposan yang cepat dan efisien akan menghasilkan pupuk organik kompos
yang bermutu tinggi. Selain itu, senyawa alelopati di dalam terna tersebut
diharapkan akan berkurang dan hilang selama masa prosesing pengomposan.

Selain sebagai sumber bahan pupuk organik, limLimbah hasil prosesing


minyak nilam banyak dijumpai diindustri penyulingan minyak nilam. Besarnya
volume limbah nilam seringkali menjadi masalah bagi fihak industri pengolahan
itu sendiri maupun lingkungan.

Pengkomposan limbah nilam dengan cara menggunakan pupuk kandang


atau pupuk kandang + kapur + EM4 1% selama 3 minggu menghasilkan kompos
limbah nilam dengan status hara dan tingkat dekomposisi yang baik (Djazuli,

8| teknologi tepat guna


2002b). Pemanfaatan limbah hasil penyulingan nilam dapat dipertimbangkan
untuk dipergunakan sebagai pupuk kompos yang potensial.

Selanjutnya dilaporkan pula bahwa pemberian kompos mampu


meningkatkan bobot segar terna nilam secara nyata pada tiga taraf pemupukan
NPK yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh kandungan hara pada kompos
limbah nilam relatif tinggi, sehingga mampu memperbaiki pertumbuhan dan
produktivitas tanaman nilam secara nyatabah nilam berpotensi sebagai mulsa.
Secara umum pemulsaan dapat memperbaiki kondisi lingkungan tumbuh terutama
dalam menurunkan suhu tanah yang tinggi dan sebagai sumber hara. Namun
demikian seberapa jauh dampak limbah hasil penyulingan yang langsung
diberikan ke tanaman nilam sebagai mulsa perlu penelitian yang lebih seksama.

Tingginya hara yang terangkut bersama hasil panenan, menyebabkan


sangat diperlukannya upaya pemupukan yang berkesinambungan baik pupuk
buatan maupun organik, terutama untuk mempertahankan tingkat kesuburan lahan
dan produktivitas tanaman nilam.

4) PENYULINGAN MINYAK NILAM

Minyak nilam dihasilkan dari penyulingan, sebelum proses penyulingan


biasanya dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan disuling.
Perlakuan tersebut dapat dengan beberapa cara yaitu dengan pengecilan ukuran,
pengeringan atau pelayuan dan fermentasi (Ketaren,1985).

Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri di dalam tanaman


dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh, kantong minyak
ataurambut gladular. Apabila bahan dibiarkanutuh, kecepatan pengeluaran minyak
hanya tergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat(Guenther,
1948).

Pengecilan ukuran bahan biasanya dilakukan dengan pemotongan atau


perajangan. Perlakuan ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak
mungkin sehingga memudahkan pengeluaran minyak dari bahan dan mengurangi
sifat kamba bahan tersebut. Namun demikian bahan berupa bunga seperti melati

9| teknologi tepat guna


dan daun seperti kayu putih dapat langsung disuling tanpa pengecilan bahan
terlebih dahulu karena sifatnya bahannya lebih mudah pengeluaran minyak dari
jaringan (Ketaren, 1985).

Pelayuan dan pengeringan bertujuan untuk menguapkan sebagian air


dalam bahan sehingga penyulingan berlangsung lebih mudah dan lebih singkat.
Selain itu juga untuk menguraikan zat yang tidak berbau wangi menjadi berbau
wangi (Ketaren, 1985). Menurut Tan (1962) penyulingan daun segar tidak dapat
dibenarkan karena rendemen minyak terlalu rendah. Hal ini disebabkan karena
sel-sel yang mengandung minyak sebagian terdapat dipermukaan dan sebagian
lagi dibagian dalam dari daun. Pada penyulingan daun segar hanya minyak yang
berasal dari permukaan saja yang dapat keluar.

Dengan pelayuan atau pengeringan, dinding-dinding sel akan terbuka


sehingga lebih mudah ditembus uap. Pengeringan biasanya langsung dibawah
sinar matahari, walaupun cara pengeringan tidak langsung lebih baik hasilnya.
Penelitian Nurdjanah dan Ma’mun (1994) menyatakan bahwa daun nilam yang
tanpa dijemur atau dianginkan selama 2 minggu menghasilkan produksi lebih
tinggi yaitu 29,7 ml/2 kg bahan sedangkan dengan dijemur selama 4 jam di panas
matahari menghasilkan minyak nilam 27,0 ml/2 kg bahan.

Lebih lanjut dikatakan minyak nilam yang dihasilkan dari daun yang
mengalami penjemuran mempunyai bilangan ester yang lebih tinggi dibandingkan
dengan yang tidak mengalami penjemuran. Pengeringan langsung dibawah sinar
matahari juga menyebabkan sebagian minyak nilam akan turut menguap, dan
pengeringan yang terlalu cepat menyebabkan daun menjadi rapuh dan sulit
disuling. Sebaliknya bila penyulingan terlalu lambat daun akan menjadi lembab
dan timbul bau yang tidak disenangi akibat adanya kapang, sehingga mutu minyak
yang dihasilkan akan menurun.

Pengeringan nilam dilakukan dengan dihamparkan diatas tikar dan dibalik


dari waktu ke waktu supaya keringnya merata dan terhindar dari proses fermentasi
dan harus dihindari penumpukan bahan dalam keadaan basah. Tergantung dari
teriknya matahari dan kelembaban udaranya, pengeringan membutuhkan waktu

10 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
selama 3 - 5 hari. Tanda pengeringan sudah cukup apabila sudah timbulnya bau
nilam yang lebih keras dan khas bila dibandingkan daunsegar (Guenther, 1948).

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai perlakuan sebelum


penyulingan antara lain untuk mendapatkan rendemen yang optimum dan mutu
yang baik. Irfan (1989) melaporkan bahwa pengering anginan daun nilam dengan
menghamparkannya didalam ruang dengan ketebalan 5 - 8 cm selama 3, 6, 9 dan
12 hari. Penyulingan miyaknya dilakukan dengan menggunakan cara penyulingan
rebus dan kukus dalam ketel 21 cm, ternyata dengan pengering anginan
menyebabkan terjadinya penurunan angka kadar minyak menjadi 31,41 %,
bilangan ester 9,6515 %, serta komponen golongan terpen dalam minyak nilam
59,67 %. Sebaliknya bobot jenis menjadi 0,9629; indeks bias 1,5262 dan
komponen berat yang polar dalam minyak nilam meningkat dengan semakin lama
pengering anginan. Selanjutnya terlihat bahwa lama kering angin tidak
berpengaruh terhadap rendemen, bilangan asam, putaran optik dan kelarutan
minyak dalam alkohol.

Penelitian penyimpanan kering selama dua minggu telah dilakukan


Nurdjanah dan Ma’mun (1994), daun nilam sebagian dikering anginkan ruang
saja dan sebagian lagi dijemur. Ternyata produksi minyak dari daun nilam kering
pada 0 minggu ke 1 menaik, kemudian dari minggu 1 sampai minggu ke 2 terjadi
penurunan kembali. Untuk itu dianjurkan tidak menyimpan daun nilam kering
lebih dari 1 minggu. Setelah penyimpanan 1 minggu terjadi penurunan produksi
minyak 21,3 %.

Pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses destilasi. Proses


destilasi adalah suatu proses perobahan minyak yang terikat di dalam jaringan
parenchym cortex daun, batang dan cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian
didinginkan sehingga berobah kembali menjadi zat cair yaitu minyak nilam.
Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan menggunakan pipa pendingin
yang model belalai gajah atau model bak diam.

Pemilihan sistim pipa pendingin ini tergantung di lokasi mana alat akan
ditempatkan. Pada daerah-daerah yang airnya sulit atau permukaan air tanahnya

11 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
rendah, maka model bak diam adalah yang terbaik. Ketel alat suling yang banyak
digunakan di tingkat petani adalah dari drum bekas dan pipa pendinginnya dari
besi yang dimasukkan kedalam bak atau saluran air. Hal ini menyebabkan
mutunya menjadi rendah karena minyak yang dihasilkan berwarna gelap dan
mengandung zat besi. Pada temperatur yang tinggi, besi dari drum berada dalam
bentuk ion akan terikut dengan uap dan terakumulasi dalam minyak.

Minyak nilam yang dihasilkan disimpan dalam wujud cairan, dikemas


dalam drum bersih, kering, keadaan baik, berat netto 200 kg dengan head space
sebesar 5 - 10% dari isi drum. Drum penyimpanan minyak nilam harus terbuat
dari alumunium atau plat timah putih atau plat besi yang berlapis timah putih, plat
besi yang galvanis atau yang didalamnya dilapisi dengan lapisan yang tahan
minyak nilam. Untuk tujuan ekspor, pada bagian luar drum harus diberi
keterangan dengan cat yang tidak mudah luntur, yaitu nama barang, negara asal
produk, nama perusahaan, berat netto, berat bruto, negara tujuan dan keterangan
yang diperlukan.

Perkembangan teknologi pengolahan minyak nilam di negara-negara maju


sudah demikian pesatnya, namun Indonesia belum mampu mengikuti
perkembangan tersebut. Pemacuan industri minyak nilam sangat diperlukan.
Disain peralatan yang memenuhi standar yang lebih baik akan meningkatkan
rendemen dan kualitas produk, meskipun harga peralatan relatif lebih mahal, akan
tetapi untuk jangka panjang akan lebih murah dan menguntungkan (Harfizal,
2002).

5) HASIL OLAHAN MINYAK NILAM

Industri parfum

Perkembangan industri parfum dalam negeri terus berkembang sehingga


permintaan akan minyak nilam cukup besar, dan ini akan terus berkembang sesuai
dengan kemajuan teknologi khususnya dalam bidang gaya hidup (style).

Minyak nilam adalah minyak atsiri yang tergolong pada kelompok aroma
akhir (end note) dimana aromanya dapat bertahan lama, dan minyak nilam sendiri

12 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
sebenarnya telah dapat disebut sebagai parfum (Guenther, 1948).

Menurut Ketaren (1985) minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat


pengikat yang baik jadi sangat penting sebagai bahan pembuatan parfum. Zat
pengikat adalah suatu senyawa yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau
titik uapnya lebih tinggi dari zat pewangi,n sehingga kecepatan penguapan zat
pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat ini didalam
parfum bertujuan untuk mengikat bau wangi dengan mencegah laju penguapan zat
pewangi yang terlalu cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi
minyak nilam yang digunakan dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.

Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat
sintetik lainnya karena sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan
ketahanan wangi. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang dapat mengikat bau
wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat membentuk bau yang
harmonis dalam suatu campuran parfum (Guenther, 1948).

Industri sabun dan kosmetik

Industri sabun dan kosmetik dalam negeri juga berkembang dengan baik
sehingga kebutuhan akan minyak nilam sebagai bahan baku industri terus
meningkat. Fungsi minyak nilam dalam industri sabun dan kosmetik tidak
berbeda dengan pada industri parfum yaitu sebagai zat pengikat agar wewangian
tidak cepat hilang pada saat pemakaian. Banyaknya industri sabun dan kosmetik
menggunakan minyak nilam sebagai pengikat karena sampai saat ini minyak
nilam masih yang terbaik sebagai pengikat bahan. Disamping itu juga dapat
bermanfaat sebagai antiseptik untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.

Pestisida

Daun Tanaman nilam dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida,


Menurut Dummond (1960) daun nilam digunakan sebagai insektisida terutama

untuk mengusir ngengat kain (Thysanura) karena didalam mengandung zat


yang tidak disukai oleh serangga tersebut, karena terdapat dalam komponen
13 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
minyak nilam seperti á pinen dan â pinen. Dari hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan, menunjukkan bahwa minyak nilam dapat digunakan sebagai
pengendali populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan
penghambat pertumbuhan serangga. Sebagai pengendali hama, minyak nilam
mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai salah satu
bahan baku insektisida nabati. Menurut Mardiningsih, dkk (1998) ada beberapa
keuntungan menggunakan insektisida nabati antara lain tidak mencemari
lingkungan, lebih bersifat spesifik dan hama tidak mudah menjadi resisten.

Mardiningsih, dkk (1998) melaporkan bahwa minyak nilam dapat


digunakan untuk mengendalikan hama, baik hama gudang maupun hama
tanaman. Minyak nilam mampu mematikan populasi Stegobium paniceum, yang
merupakan hama ketumbar selama penyimpanan. Dengan mengoleskan sedikit
minyak nilam disekitar dinding tempat penyimpanan, populasi Stegobium
paniceum dapat berkurang sebesar 25 - 42 % setelah penyimpanan 9 hari.

Menurut Grainge dan Ahmed (1987) bagian akar, batang dan daun
tanaman nilam dapat membunuh ulat Crocidolomia binotalis dan Spodotera litura
yang merupakan hama penting pada tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam
dapat membasmi semut (Formicida) dan kecoa (Blattidae) didalam rumah. Dari
hasil penelitian Mardiningsih, dkk (1994) minyak nilam bersifat menolak
beberapa jenis serangga seperti ngengat kain (Thysanura lepismatidae), Sitophilus
zeamais (kumbang jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering). Menurut
Grainge dan Ahmed (1987) minyak nilam juga bersifat menolak Aphid (kutu
daun), nyamuk dan Pseudaletia unipuncta.

Pemanfaatan lainnya

Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika dan sabun serta
sebagai pestisida ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan anti
radang karena dapat menghambat pertumbuahan jamur dan mikroba. Dapat
digunakan untuk deodoran, obat batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan
herpes. Minyak nilam merupakan minyak eksotik yang dapat meningkatkan
gairah dan semangat serta mepunyai sifat meningkatkan sensualitas. Biasanya

14 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek menenangkan
dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomia). Dalam hal psikoemosional,
minyak nilam termasuk dalam aroma terapi yang belakangan ini semakin populer
sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam mempunyai
efek sedatif (menenangkan) dapat digunakan untuk menanggulangi gangguan
depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu dan tidak
bergairah serta meredakan kemarahan.

Dupa

Sisa dari hasil penyulingan minyak nilam masih dapat dimanfaatkan untuk
bahan pembuat dupa, karena mempunyai aroma yang khas/harum. Ampas tersebut
dijemur kemudian digiling dan siap digunakan sebagai bahan baku pembuat dupa
berbentuk lidi (joss stick). Dalam pemrosesannya bubuk halus ampas dicampur
dengan bahan perekat (gum Arabic, dan dentrose), tepung onggok, tepung
tempurung, pewarna dan pewangi lainnya. Semua bahan tersebut dicampur dibuat
adonan dan selanjutnya dicetak berbentuk lidi.

Obat nyamuk bakar

Seperti diketahui bahwa minyak nilam selain mempunyai aroma yang khas
juga bersifat menolak serangga. Dewasa ini industri obat nyamuk bakar
berkembang pesat di Indonesia dan pemakaiannya mencapai seluruh pelosok
ditanah air. Komponen yang terkandung dalam formula obat nyamuk bakar antara
lain adalah bahan pengisi (organic filler) dan bahan pewangi. Bahan pengisi yang
biasa digunakan untuk obat nyamuk bakar antara lain serbuk tempurung kelapa
atau ampas tebu. Sedangkan pewangi yang biasa digunakan misalnya kenanga dan
bunga melati. Dengan menggunakan ampas dari penyulingan minyak nilam
sebagai organic filler, maka obat nyamuk bakar akan beraroma harum ketika
digunakan. Sebagai bahan pengisi, ampas nilam selain berbau harum juga bersifat
menolak nyamuk ketika obat nyamuk tersebut dibakar.

Penggunaan lainnya

Limbah nilam yang berupa daundaunan dan batang dapat digunakan

15 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
sebagai pupuk kompos atau mulsa. Ampas nilam yang digunakan sebagai pupuk
pada tanaman lada mampu meningkatkan produksi lada. Hal ini disebabkan
karena didalam limbah nilam masih terdapat bahan aktif yang dapat bersifat
menolak (repellent) serangga Lophobaris piperis yang merupakan salah satu hama
tanaman lada (Mardiningsih, dkk, 1998).

Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat


pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan disa
mping itu juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Di Bengkulu limbah
nilam disamping digunakan sebagai pupuk di sawah, juga berfungsi sebagai
penolak hama wereng. Kompos limbah sisa hasil prosesing minyak nilam
mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial bagi sumber pupuk
organik alternatif yang bermutuh tinggi (Djazuli, 2002).

Ampas nilam juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses
penyulingan, sehingga bisa menghemat bahan bakar. Abu sisa dari pembakaran
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman. Sedangkan sisa air bekas penyulingan
nilam menghasilkan aroma cukup wangi, ini dapat dipekatkan sehingga digunakan
untuk aroma terapi. Perlakuan aromaterapi dengan menggunakan sisa air bekas
penyulingan telah banyak digunakan untuk menenangkan jiwa.

16 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
BAB III
USULAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Teknologi tepat guna merupakan teknologi yang membantu pekerjaan


manusia lebih mudah tanpa menimbulkan masalah besar. Teknologi ini
merupakan terobosan atau pengembangan teknologi yang telah ada. Teknologi
tepat guna memiliki sifat antara lain menggunakan bahan – bahan alami, ramah
lingkungan dan energi yang bisa diperbarui dan menghemat penggunaan energi
listrik, tenaga kerja dan lain – lain.
Usulan teknologi yang di tawarkan yaitu:
 Teknologi konvensional
Alat destilasi atau penyulingan minyak nilam

Alat penyulingan / destilasi minyak nilam dan minyak atsiri terbuat dari
17 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
bahan baja dan stainless steel, dengan berbagai ukuran, yang dilengkapi dengan
sistim pencegah kondensasi ( sistimjaket) dan penyebar uap guna meningkatkan
rendemen minyak atsiri.

Keterangan gambar :
• Tutup atas tangki bahan stainless steel tebal dengan baut
pengikat bahan.
• Pipa pengeluaran destilat dan pipa pendingin bahan aluminium,
diameter 3in; 2in; dan 1in panjang total 42m
• Sarangan bahan ss tebal 2mm disanggah siku 3x3cm
• Pipa kontrol ketinggian air maksimal dan buang uap dilengkapi
dengan valve
• Pipa tap dilengkapi dengan valve
• Pipa api 3 unit bahan ss tebal 2mm diameter 20cm dan 15 cm.
• Pipa pemasukan air dilengkapi dengan valve bahan ss diameter
2in
• Pipa kontrol ketinggian air minimal, diameter 1in panjang 3m
• Ruang putar api keliling tangki bahan ss
• Cerobong bahan besi diameter 30cm, panjang 5 m.

Catatan :
• kolam pendingin terdiri dari 2 kolam, 4x4m dan 2x4m
kedalaman air 1m dengan total volume air 24m3, dengan
asumsi dalam 1hari 3x masak.
• Bahan bakar bahan kayu atau briket dan gas.
• Untuk kapasitas daun nilam 200kg ukuran tangki tinggi 240cm
dan diameter 150cm bahan stainless steel.
• Untuk kapasitas daun nilam 100kg ukuran tangki tinggi 210cm
dan diameter 115cm bahan stailess steel.
• Proses penyulingan berlangsung 4 jam tidak termasuk bongkar

18 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
muat bahan.
• Hasil minyak berkisar 2, 5% tergantung kualitas bahan baku dan
cara penjemuran.

Pengoperasian alat:
• Katup pipa dibuka, isi tangki dengan air dengan membuka
katup, sampai ketinggian air keluar dari pipa kontrol. tutup
katup pipa dan katup pipa .
• Masukkan daun nilam yang sudah dicacah kedalam tangki
suling dengan kepadatan merata.
• Tutup tangki dengan rapat menggunakan baut yang tersedia.
Pengencangan baut harus seimbang bersilang.
• Nyalakan pengapian dengan stabil dengan nyala masimal.
• Dalam waktu 30 menit destilat sudah keluar melalui pipa dan
destilan tertampung pada pemisah minyak dan air.
• Antara 1,5-2jam air dalam tangki harus ditambah ditandai
dengan bunyi pada pada pipa control
• Untuk isi air tambahan, kecilkan api seminim mungkin, buka
katup pipa sisa uap keluar sampai habis, buka katup pipa isi
sampai air meluber pada pipa. tutup katup pipa. pengapian
dibesarkan lagi.
• Setelah 2 jam lagi ( total 4jam) pipa kontrol berbunyi tanda
prose penyulingan telah selesai.
• Amati keluaran destilat pada pipa, jika sudah tidak ada keluar
destilat, maka tutup atas tangki suling bisa dibuka untuk
mengeluarkan daun nilam yang sudah disuling.
• Minyak nilam pada tangki pemisah minyak bisa diambil terletak
pada bagian atas.

Keuntungan.

19 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
Dengan menggunakan alat ini proses penyulingan bisa
berjalan dengan cepat tanpa memerlukan waktu yang lama dan
tidak memerlukan tempat kusus seperti alat – alat yang lain.
Jika alat – alat yang lain memerlukan rumah dan bak
penampung sehingga biaya yang dikeluarkan juga lumayan
besar. Minyak yang dihasilkan dari alat ini cukup bagus tanpa
memerlukan penyaringan lagi. Alat penyulingan ini lebih
praktis karena sifatnya tidak permanen dan bahan bakarnya
juga bisa di ganti dengan gas.

Kekurangan:
Kekurangan dari alat penyulingan ini yaitu memerlukan
keterampilan kusus untuk mengoperasikannya dan kita harus
selalu mengontrol airnya.

• Teknologi manual.
Briket limbah ampas daun nilam.
Ampas daun nilam dapat dibuat brike karena daun nilam mengandung
minyak. Proses pembuatan briket ini tidak jauh beda dengan pembuatan
briket dari bahan lain.

20 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
Cara pembuatan:
 Potong ujung drum. Balikkan, lalu potong lingkaran kecil, selebar
20 cm, di tengah-tengah tutup ujung yang lain. Pastikan tepiannya
yang tajam dilekukkan ke dalam.
 Isi drum dengan daun-daun sisa penyulingan nilam
 Bakar daun tersebut dengan perlahan dan sekali-kali aduk api
dengan batang kayu melalui lubang atas drum. Sekali-sekali,
cipratkan air untuk memperlambat proses pembakaran. Ketika
semua bahan telah terbakar dan menjadi potongan - potongan
hitam, matikan api dengan air.
 Buat perekat. Lumatkan beberapa singkong segar dan ambil
santannya.Tambahkan air untuk membuat lem/perekat yang
kental.Atau, hancurkan batang singkong,taruh dalam ember (tidak
termasuk kulitnya) dan campur dengan air.Biarkan campuran
mengendap.Campuran itu akan terpisah menjadi air pada atasnya
dan perekat berada di bawah. Tuangkan air keluar sehingga yang
tertinggal hanya perekatnya.
 Campur potongan - potongan hitam dengan lem/perekat
singkong.Letakkan campuran ini ke dalam cetakan, lalu jemur di
bawah sinar matahari sampai kering.
Keuntungan :
Briket yang terbuat dari sisa – sisa penyulingan daun nilam ini
dapat digunakan untuk menjadi sumber api dalam melakukan penyulingan
sehingga kita tidak perlu membeli kayu bakar atau gas pada saat
melakukan penyulingan. Selain buat sumber api pada saat melakukan
penyulingan briket yang terbuat dari sisa daun nilam ini juga bisa
digunakan untuk perapian pada saat memasak bagi rumah tangga dan
keuntungan lain yaitu kita tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi
21 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
untuk membuat briket ini.

Kekurangan :
Dibandingkan dengan bahan bakar gas pada saat menyuling bahan
bakar briket lebih boros karena memerlukan banyak briket saat menyuling
dan kualitas api juga kurang bagus jika dibandingkan dengan gas.

22 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
DAFTAR PUSTAKA

 http: / / www.wirausaha-minyak-nilam.blogspot.com

 WWW. KABUPATENMALANG.go.id

 http:/www.benss.co.cc/pengolahan-hasil-panen/77-alat-penyulingan-
minyak-nilam

 www.pasaragro.com

 modul teknologi tepat guna.

 www.situsmesin.com

23 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a
24 | t e k n o l o g i t e p a t g u n a

You might also like