You are on page 1of 57

dalam Kemurnian dan

Keutuhannya
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NO 19 TAHUN 2002
TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72
KETENTUAN PIDANA
SAKSI PELANGGARAN

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau


memperbanyak suatu Ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana
dengan pidana penjara palng singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana pen-
jara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyerahkan, menyiarkan, memamerkan,


mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang
hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
Drs. H. Rusli

dalam Kemurnian dan


Keutuhannya

Penerbit
Universitas Negeri Padang Press
Padang , Sumatera Barat, Indonesia
Rusli,
Silat Kumango/ Rusli;
editor, Arif Yusadly
Penerbit UNP Press. Padang 2008
1 (satu) jilid ; 14,8 x 21 cm (A5)
133 hal.

ISBN : 978-979-8587-45-0
1. Olahraga 2. Silat .3. Minangkabau
1.UNP Press

SILAT KUMANGO
dalam Kemurnian dan Keutuhannya
Hak Cipta © 2008 dilidungi oleh undang-undang pada penulis
Hak penerbitan pada UNP Press

Penyusun Drs. H.Rusli


Editor Arrif Yusadly. S. Si
Layout Tim Layout UNP Press
Adobe inDesign 2, Book Antique, 11 pt
Desain Sampul Nasbahry Couto
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan penulisan buku ini. Solawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa umat manusia dari alam jahiliyah
ke alam peradaban sekarang ini. Buku ini merupakan
manifestasi dari rasa cinta dan tanggung jawab penulis
terhadap pengembangan, pelestarian dan pemurnian salah
satu bentuk budaya bangsa yaitu pencak silat, khususnya
silat Kumango.

Adapun hal yang mendorong penulis untuk mengangkat


masalah ini adalah bahwa kenyataannya silat sebagai
budaya asli bangsa tidak saja berkembang di tanah air, tetapi
telah berkembang pula di mancanegara. Di lain pihak kita
melihat perkembangan olah raga bela diri asing yang begitu
pesatnya ditanah air. Sementara itu belum ada -setidaknya
untuk silat Kumango- suatu karya tulis tentang seluk beluk
silat itu sendiri. Kondisi ini berpotensi menghilangkan
keaslian dan kemurnian bahkan jati diri silat itu sendiri.

Bahan-bahan untuk penulisan buku ini didasarkan kepada


sumber-sumber baik yang bersifat langsung maupun tidak
langsung. Sumber yang bersifat langsung adalah apa yang
penulis warisi secara langsung dari para pewaris/guru-
guru yang mengajarkan silat ini, yang secara konkritnya:
1. Paman/guru penulis Ibrahim Paduko;
2. Paman/guru/bapak mertua penulis Syamsarif Malin
Marajo;
3. Paman/guru penulis Ismail Rahman Dt. Paduko Mulia;
(ketiganya anak kandung/pewaris langsung Syekh
Abdurrahan Al Khalidi)
4. Guru penulis Maarif;
5. Guru penulis Nurmawan Sutan Yang Sati.

Secara tidak langsung bahan-bahan diperoleh dari orang-


orang tua dan para guru silat baik yang tertulis maupun
cerita-cerita secara lisan. Bahan-bahan yang tidak langsung
ini lebih banyak berhubungan dengan sejarah dan
digunakan sebagai pembanding atau pelengkap bahan-
bahan yang bersifat langsung.

Penulis menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna.


Oleh karenanya sebagai hasil karya manusia, tentu saja
buku ini belum, bahkan mungkin jauh dari kesempurnaan,
mempunyai kekurangan dan kejanggalan. Atas semuanya
itu penulis mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Demikian
saja, semoga ada manfaatnya.

Terima kasih
Padang, April 2007

Penulis
Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak


yang membantu sehingga buku ini dapat diselesaikan;
1. Kepada istri tercinta Yulisma yang telah setia dan selalu
memberikan semangat dan dorongan kepada penulis.
2. Kepada adinda AKBP Syaherdam, SH. Ahli waris
Silat Kumango yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya.
3. Kepada Bapak Eddie M. Nalapraya, Presiden Persilat
Internasional yang telah memberikan sambutannya.
4. Kepada Bapak M. Shadiq Pasadigoe, Bupati Tanah
Datar yang telah memberikan sambutan dan bantuannya
baik moril maupun materil.
5. Kepada Bapak Prof. Dr. Phil. H. Yanuar Kiram, Guru
Besar Universitas Negeri Padang yang telah memberikan
sambutannya.
6. Kepada ananda Arry Yuswandi yang telah membantu
penulis untuk memperagakan gerakan-gerakan silat
yang ada di dalam buku ini.
7. Kepada ananda Arif Yusadli yang telah membantu
mendisain dan mengedit buku ini.
8. Kepada semua pihak yang telah membantu dan penulis
mohon maaf karena tidak dapat disebutkan satu
persatu.

Semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan balasan


yang berlipat ganda atas segala bantuan dan dukungan
semua pihak.
Sambutan Guru Besar Fakultas Ilmu
Keolahragaan
Universitas Negeri Padang

Silat adalah sesuatu yang sudah menyatu dalam


kehidupan masyarakat Minangkabau. Ada beberapa hal
yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi. Pertama,
tatanan kehidupan generasi muda tempo dulu yang ketika
malam menghabiskan waktu di Surau untuk sembahyang,
mengaji, dan belajar agama dan adat istiadat. Setelah
itu mereka belajar bersilat sebagai ilmu bela diri untuk
menjaga kampung dan nagari. Kedua, sikap masyarakat
Minangkabau yang suka merantau. Dalam kaitan ini,
silat dipelajari sebagai bekal merantau untuk melindungi
diri dari kejahatan dan perlakuan yang semena-mena.
Ketiga, silat dan budaya seni gerak Minangkabau memiliki
hubungan yang sangat erat sekali. Hal ini terlihat dalam
gerak seni tari dan randai di Minangkabau yang banyak
mengandung unsur-unsur gerak silat. Keempat, silat dan
falasafah Minangkabau saling menyatu. Banyak persamaan
gerak-gerak dalam silat Minangkabau menggunakan kata-
kata falsafah hidup Minangkabau.
Sejak dahulu kala, silat diajarkan secara turun temurun
dari generasi ke generasi secara lisan dan latihan gerak
tanpa suatu rujukan tertulis yang dapat dipedomani atau
dipelajari. Oleh karenanya bukan tidak mungkin lama
kelamaan silat akan menjadi berkurang baik dalam bentuk
gerak, karakter gerak, cara melakukannya, maupun falsafah
yang terkandung di dalmnya.
Secara pribadi, sebagai generasi pewaris adat dan
budaya Minangkabau, jauh di lubuk hati yang dalam,
tersembunyi suatu kerisauan, kegundahan dan kekhawatiran
terhadap kepunahan dan kemurnian silat Minangkabau.
Sehubungan dengan kegundahan tersebut saya
menyampaikan apresisasi dan penghargaan yang setinggi-
tingginya terhadap buku yang berjudul :SILAT KUMANGO
DALAM KEMURNIAN DAN KEUTUHANNYA” yang
ditulis oleh Bapak Drs. Rusli.
Buku ini adalah karya luar biasa yang sangat bermutu,
karena tidak hanya memuat tentang cara-cara mempelajari
Silat Kumango, tetapi juga memuat sejarah dan falsafah
adat Minangkabau yang terkandung dalam Silat Kumango
itu sendiri.
Bapak Drs. Rusli sendiri saya kenal sebagai dosen luar
biasa yang membina mata kuliah pencak silat. Beliau sangat
tekun membina dan mengajarkan pencak silat pada Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.
Sekali lagi saya menyampaikan penghargaan yang
tinggi pada Bapak Drs. Rusli yang dengan susah payah dan
niat tulus ikhlas telah mau menuliskan ilmu pengetahuan
beliau, khususnya tentang Silat Kumango. Dengan
penulisan ini, Insuya Allah kelestarian dan kemurnian Silat
Kumango sebagai salah satu aliran dari beberapa aliran silat
yang ada di Minangkabau dan merupakan aset budaya
yang sangat berharga dapat diwarisi dan dijaga kelestarian
kemurniannya pada generasi penerus. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi generasi penerus dan menjadi ibadah di
sisi Allah SWT.

Padang 2007
Prof. Dr. Phil. H. Yanuar Kiram
Guru Besar pada Fak. Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang
Sambutan Bupati KabupatenTanah Datar
Sumatera Barat

Alhamdulillah wasyukurillah, disampaikan ke


hadirat Allah Yang Maha Kuasa, Buku ”Silat Kumango Dalam
Kemurnian dan Keutuhannya”, yang banyak ditunggu para
pemerhati budaya akhirnya sampai juga ke tangan pembaca, buku
yang disusun oleh Drs. H. Rusli seorang tokoh dan pewaris Aliran
Silat Kumango.
Kehadiran buku ini akan menjadi sebuah referensi, bahan
inspirasi dan acuan bukan saja hanya oleh Keluarga Besar
Kumango, tetapi juga oleh berbagai pihak yang membutuhkan
iformasi tentang Silat Kumango.
Kami sangan menyambut baik dan mengapresiasi ide dan
gagasan penulisan buku ini, Kumango sebagai sebuah Silat Tradisi
ternyata mampu menjawab perubahan yang tengah terjadi. Nilai-
nilai yang mengalir dalam Silat Kumango seyogyanya mampu
menjadi filter penetrasi seni budaya terhadap budaya leluhur,
semoga ini dapat menjadi renungan kita semua, ernyata Silat
Kumango dapat menjadi alternatif di saat berbagai krisis moral
dan budaya yang tengah melanda manusia bahkan sampai ke
kamar-kamar pribadi.
Menyadari sepenuhnya bahwa pelestarian seni budaya
adalah tanggung jawab bersama elemen bangsa, justru itu dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2006-
2010 telah ditetapkan visi Kabupaten Tanah Datar ”Terwujudnya
Masyarakat Kabupaten Tanah Datar Yang Sejahtera Dan
Berkeadilan Dilandasi Filosofi Adat Basandi Syara’, Syara’
Basandi Kitabullah”, dan telah ditetapkan tujuh misi yang
selanjutnya sekaligus menjadi tujuh agenda pokok pembangunan
daerah tahun 2006-2010 yaitu :
1. Meningkatkan iman dan taqwa serta moral dan akhlak
2. Meningkatkan kualitas pendidikan
3. Meningkatkan mutu dan pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan sosial
4. Membangun ekonomi kemasyarakatan
5. Membangun sarana dan prasarana dan meningkatkan
kualitas lingkungan hidup
6. Meninkatkan Kamtibmas serta penegakan hukum
7. Melaksanakan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang
baik (good governance)
Kemudian sebagai daerah yang diberikan julukan Luhak
Nan Tuo, serta Batusangkar Kota Budaya, filosofi Silat Kumango
”di lahir mencari teman di batin mencari Tuhan”, mengusung
pesan moral dan pendidikan yang sangat dalam, sang leluhur
Syekh Abdurrahman Al-Khalidi (Syekh Kumango) jelas sekali
seorang visioner, bahwa ajaran yang dikembangkannya tidak
luntur ditelan zaman, bahkan amampu mengikuti perubahan
yang tengah terjadi, atau sesuai dengan perkembangan zaman. Di
sinilah saya lihat bahwa Ajaran Kumango, sangat tepat dipelajari
oleh siapa saja, pedagang, pengusaha, ekonom, dan kalangan
mana saja bagi siapa saja, serta sangat mendukung aplikasi 7
Agenda Pokok di atas, bahkan dalam segala lini kehidupan.
Membicarakan Silat Kumango sangat banyak hal yang
menarik untuk dibahas. Pertama, Kumango ditinjau sebagai
potensi daerah (wilayah) perlu dikembangkan sebagai daerah
tujuan wisata religi. Mengingat di Nagari Kumango terdapat
Surau Syekh Kumang, Tabek yang dahulunya adalah kolam tempat
untuk menyembuhkan penyakit, dan Makam Syekh Kumango
(Syekh Abdurrahman Al-Khalidi), salah seorang tokoh dan Syekh
di Tanah Datar. Peninggalan budaya ini merupakan modal dasar
pengembangan pariwisata sejarah maupun religi. Nagari yang
berada di Kecamatan Sungai Tarab ini setiap hari besar Islam
banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai tempat, termasuk
dari Malaysia.
Kedua, Silat Kumango samapi saat ini tetap banyak dipelajari
dan dikembangkan, bahkan sampai ke mancanegara seperti
di Negeri Belanda. Dengan cukup eksisnya perguruan Silat
Kumango menandakan bahwa masyarakat pendukungnya masih
ada, dan terus melestarikannya. Artinya benang merahnya masih
menyambung antara Syekh Kumango sebagai tokoh dengan
kekinian. Dasar-dasar gerakan Silat Kumango juga menjadi
inspirasi dalam pengembangan seni tari tradisional di Tanah
Datar.
Dari pembahasan potensi tentang Kumango yang perlu
diperhatikan adalah bahwa sebuah objek wisata harus mempunyai
kesan yang mendalam, baik berupa unsur penokohan, religi,
sejarah, ilmu pengetahuan, budaya, dan unsur lainnya yang
secara faktual masih dapat kita saksikan dan kita rasakan, sebagai
peninggalan budaya yang masih hidup dan dilestarikan. Sehinga
pemahaman konsep dari hilir ke hulu dan dari hulu ke hilir masih bisa
dibuktikan, dan karena itulah wisatawan mencarinya. Dengan
kata lain, bila wisatawan ingin melihat bukti sejarah dan kereligian
Syekh Kumango, mereka bisa dibawa ke Nagari Kumango. Begitu
pula bila wisatawan ingin melihat karya Syekh Kumango mereka
bisa melihat langsung dari keturunan dan penerus serta pewaris
silat Kumango.
Semoga terbitnya buku ini memotivasi terbitnya buku-buku
lain tentang Silat ini, dari sudut pandang yang berbedahingga
mampu memperkaya khasanah dn ajaran silat itu sendiri.
Akhirnya kami ucapkan penghargaan dan terima kasih
kepada Bapak Drs. H. Rusli (Salah seorang Pewaris Ajaran
Silat Kumango) serta kepada berbagai pihak yang telah
berpartisipasi atas terbitnya buku ini. Semoga bermanfaat bagi
pembaca, masyarakat, pemerintah dan berbagai pihak yang
membutuhkannya.
SAMBUTAN PRESIDEN PERSILAT

Selaku Presiden PERSILAT saya menyambut baik terbitnya


buku SILAT KUMANGO DALAM KEMURNIAN DAN
KEUTUHANNYA yang disusun oleh Sdr. Drs. H. Rusli,
disertai penghargaan yang tinggi atas segala upaya dan
usaha yang dilakukan.
Buku ini disamping dilengkapi dengan penjelasan
mengenai Dasar dan Tujuan Silat Kumango juga dilengkapi
dengan gambar-gambar gerak silat Kumango. Oleh karena
itu, ditinjau dari aspek pengenalan dan pengembangan
Silat Kumango di berbagai tempat, buku ini akan sangat
menarik dan berharga serta dapat menambah kekayaan dan
keragaman pustaka Silat bagi setiap yang membacanya.
Semoga buku ini dapat memberikan sumbangsih dan
manfaat yang sebsar-besarnya dalam upaya pelestarian dan
pengembangan Pencak Silat pada umumnya dan khususnya
Silat Kumango.
Sebagai penutup saya tak lupa mengucapkan selamat
kepada Penulis yang telah berhasil menerbitkan buku ini,
semoga buku ini disukai oleh pembaca di seluruh Indonesia
bahkan di manca negara.
Daftar Isi

Kata Pengantar...................................................................... i
Ucapan Terima Kasih........................................................... ix
Sambutan Guru Besar Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang .................................................xi
Sambutan Bupati Tanah Datar........................................... xiii
Sambutan Presiden Persilat................................................ xvi
Daftar Isi ................................................................................xviii
Bab 1. Pendahuluan............................................................ 1
Bab 2. Asal Usul dan Perkembangan Silat Kumango..... 5
Bab 3. Dasar dan Tujuan Silat.............................................22
Bab 4. Beberapa Istilah Teknis dalam Silat.......................44
Bab 6. Gerak Silat Kumango...............................................56
Bab 7. Penutup......................................................................22
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis.................................123
Lampiran 2. Bagan................................................................126
Lampiran 3. Foto-Foto..........................................................127
Bab 1
Pendahuluan

B
uku ini diberi judul “Silat Kumango dalam
Kemurnian dan Keutuhannya”. Yang
dimaksud dengan kemurnian di sini adalah
sesuai dengan apa adanya seperti yang diterima dari yang
mewariskannya. Utuh maksudnya lengkap/ menyeluruh
baik sejarah atau asal usulnya, falsafah (dasar dan tujuan
silat) yang merupakan unsur kebathinan, serta gerak-gerak
pisik yang merupakan unsur lahiriah silat.
Kita patut bergembira dan berbangga hati melihat
kenyataaan sekarang ini, bahwa silat sebagai hasil budaya
bangsa telah berkembang dengan pesatnya. Silat tidak
hanya dipelajari oleh generasi muda bangsa tetapi juga
oleh pemuda-pemuda mancanegara. Kiranya tidaklah
berlebihan kalau dikatakan bahwa silat dewasa ini telah
mendunia. Namun dibalik kegembiraan dan kebanggaan itu
kita juga prihatin dan khawatir bahwa silat akan kehilangan
jati dirinya. Sebagai hasil budaya yang ditentukan oleh
ruang dan waktu, silat akan mengalami perobahan sesuai
dengan perobahan ruang dan waktu itu sendiri. Ini adalah
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri dan harus
kita terima. Tetapi tentu saja kita tidak menginginkan kalau
perubahan itu akan merombak atau menghilangkan sendi-
sendi asli, kemurnian dan keutuhan unsur-unsur silat itu
sendiri.
Silat sebagaimana yang diwariskan dan diajarkan
pendahulu kita mengandung dua unsur, yaitu unsur ke-
2 Pendahuluan

rohanian dan unsur fisik. Unsur kerohanian adalah unsur


mental spiritual berupa “falsafah” yang berisi ajaran moral
yang tidak lain merupakan rohnya silat. Unsur fisik adalah
unsur keterampilan jasmani yang diwujudkan dalam bentuk
gerakan-gerakan serangan, pembelaan dan sebagainya,
yang dapat kita umpamakan sebagai tubuh atau jasmani
dari silat. Di dalam Silat Kumango penekanannya justru
terletak pada unsur kerohanian. Dalam pengamatan penulis,
dewasa ini di kalangan generasi muda/remaja yang belajar
silat teradapat kecendrungan untuk mengutamakan unsur
fisik atau jasmani dan mengabaikan bahkan meninggalkan
sama sekali unsur kerohanian, atau jiwanya silat.
Kecenderungan seperti ini menurut pengamatan penulis
terdapat hampir pada semua aliran, tidak terkecuali dalam
Silat Kumango. Hal itu dapat dibuktikan dengan kenyataan
sehari-hari. Bila kepada mereka kita tanyakan sejarah
ataupun falsafah dari silat yang mereka pelajari tidak
ada yang dapat menjawabnya. Kalaupun ada jarang sekali
yang dapat menjawabnya dengan benar atau sempurna.
Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa kebanyakan mereka
lebih mengutamakan mempelajari kulitnya silat, tidak
mendalami isi atau jiwanya.
Sisi lain yang juga sangat besar pengaruhnya
terhadap kemurnian silat adalah adanya pertandingan-
pertandingan ataupun perlombaan-perlombaan silat.
Misalnya saja pertandingan silat olahraga.
Dalam pertandingan silat olah raga akan ber-
hadapan dua pesilat yang berasal dari perguruan / aliran
yang berbeda. Layaknya dalam suatu pertandingan ada
yang menang dan ada yang kalah. Dan setiap pesilat
tentu saja mengharapkan kemenangan.Menang atau kalah
ditentukan oleh nilai yang dikumpulkan berdasarkan
serangan yang masuk tepat pada sasaran dan bertenaga.
Apalagi ada pula ketentuan menang mutlak atau knock
out (K.O). Peraturan/ketentan yang berhubungan dengan
penilaian tersebut jelas akan memotivasi pesilat untuk
berlaku keras bahkan mungkin saja brutal demi mencapai
Rusli 3

kemenangan. Padahal berlaku keras dan brutal akan


menyakiti bahkan dapat saja mencederai lawan bertanding.
Hal yang demikian itu sangat bertentangan dengan rasa
kemanusiaan yang merupakan salah satu jiwa dari silat
(setidaknya dalam Silat Kumango).
Tidak saja pertandingan olahraga, lomba peragaan
silat bela diri pun sedikit banyak berpotensi merusak
keaslian atau kemurnian silat. Kaedah dan keaslian
silat boleh dikatakan tidak menjadi unsur utama dalam
penilaian. Kadang-kadang yang mendapat nilai baik justru
pesilat yang penampilannya menarik dan mengagumkan,
walaupun gerakan-gerakannya diambil dari bela diri asing,
tidak asli gerak silat dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah
silat. Pada hal dalam peraturan pertandingan terutama
pertandingan olah raga dalam mukadimahnya dinyatakan
dengan tegas bahwa pertandingan harus menggunakan
kaedah-kaedah silat.
Di samping itu ada pula orang yang mengaku-ngaku
silatnya adalah silat Kumango atau menisbahkan silatnya
kepada Syekh Abdurrahman Al Khalidi. Akan tetapi
setelah diteliti apa yang dikatakan itu tidak terbukti sama
sekali. Artinya di dalam silat itu tidak kelihatan sama sekali
unsur Kumangonya baik unsur ruhaniah maupun unsur
jasmaniahnya. Di kalangan perguruan silat Kumango
sendiri terdapat pula perbedaan antara satu sama lain yang
sudah sedemikian jauh menyimpang, sehingga sudah tidak
sesuai lagi dengan dasar/azas-azas aslinya.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, demi
kelestarian serta kemurniannya, penulis mencoba meng-
ungkapkan dalam tulisan ini sosok Silat Kumango yang
murni dan utuh sebagaimana yang diturunkan/diajarkan
oleh yang mewariskannya, Syekh Abdurrahman Al
Khalidi/Syekh Kumango kepada anak-anak dan khalifah
/ pewaris beliau.
Buku bahagian pertama ini berisi uraian tentang
hal-hal yang mendasar dai silat Kumango yang terdiri dari
:
4 Pendahuluan

• Asal usul dan perkembangan silat Kumango


• Falsafah yang mendasari dan tujuan silat
• Beberapa istilah teknis dalam silat
• Syarat-syarat mempelajari Silat Kumango
• Gerak-gerak silat
Bab 2
Asal Usul dan Perkembangan
Silat Kumango

M
engawali tulisan ini penulis akan
mengungkapkan terlebih dahulu asal
usul silat Kumango. Hal ini perlu guna
menjawab dan meluruskan pandangan atau pendapat
yang berkembang dalam masyarakat tentang asal usul serta
hakekat silat ini. Ada beberapa pendapat atau pandangan
yang terdapat dalam masayarakat. Antara lain bahwa
silat Kumango berasal dari silat Lintau yang dibawa ke
Batusangkar dan di Batusangkar ditambah dengan ilmu
kebatinan. Pendapat lain mengasosiasikan nama silat ini
dengan istilah barang kumango, barang dagangan yang
terdiri dari bermacam-macam barang. Mereka berpendapat
bahwa silat ini berasal dari bermacam-macam silat yang
ada di Minang Kabau yang digabungkan menjadi satu.
Benarkah demikian?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu
dijelaskan terlebih dahulu bahwa dari segi umurnya Silat
Kumango dibanding dengan silat-silat lainnya seperti Silat
Lintau dan Silat Tuo memang relatif lebih muda. Pertama
6 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

kali diajarkan oleh almarhum Syekh Abdurrahman


Al Khalidi sekitar tahun 1850-an. Almarhum menurut
penuturan orang tua-tua dan juga beberapa guru silat
memang pernah datang ke Lintau untuk berguru silat.
Akan tetapi keinginan beliau itu tidak terpenuhi
karena setelah beberapa hari berada di sana beliau tidak
pernah diajar oleh guru yang bersangkutan. Keberadaan
beliau di sana hanya sekedar melihat atau sebagai penonton
orang bersilat. Karenanya beliau pulang saja ke Kumango.
Dari penuturan di atas jelas tidak mungkin Silat Kumango
berasal dari Silat Lintau. Adalah hal yang musykil hanya
dengan melihat orang belajar silat selama beberapa hari
saja seseorang dapat menguasai silat. Apalagi dikatakan
bahwa dari Lintau dibawa ke Batusangkar kemudian diberi
ilmu kebatinan. Kalau demikian halnya maka namanya
haruslah Silat Batusangkar, bukan Silat Kumango. Seperti
kita ketahui di Minang Kabau pada masa lalu itu silat diberi
nama menurut daerah asalnya seperti Silat Koto Anau, Silat
Maninjau, Silat Pauh, Silat Sungai Patai dan sebagainya.
Apa lagi ditambah dengan embel-embel bahwa tiba di
Batusangkar diberi ilmu kebatinan. Apa yang dimaksud
dengan ilmu kebatinan itu tidak pula jelas. Sepanjang yang
penulis warisi dalam silat Kumango tidak pernah ada apa
yang disebut ilmu kebatinan itu. Yang ada hanyalah bahwa
Silat Kumango memiliki suatu falsafah yang berdasarkan
ajaran-ajaran agama sesuai dengan tuntunan Al Quran dan
Sunnah Rasul. Dan ini memang merupakan dasar pertama
yang harus ditanamkan kepada pesilat.
Pendapat yang mengatakan Silat Kumango meru-
pakan gabungan dari berbagai macam silat yang ada
di Minang Kabau agaknya juga tidak beralasan dan
sukar untuk diterima. Bagaimana mungkin seseorang
bisa menggabungkan beberapa aliran silat, sedangkan
mempelajari satu macam silat saja tidak pernah dapat
karena orang tidak mau mengajarkan.

Silat Kumango adalah sebuah aliran di Minang Kabau


Rusli 7

dan nama itu didasarkan kepada daerah tempat lahirnya


yaitu nagari Kumango kecamatan Sungai Tarab kabupaten
Tanah Datar. Dan silat ini seperti telah disinggung di atas
diwariskan oleh Syekh Abdurrahman Al Khalidi atau
Syekh Kumango. Almarhum mewarisi silat ini sekitar
tahun 1840-an dari seseorang dengan cara yang luar biasa,
diluar jangkauan akal dan tidak mungkin dialami oleh
semua orang. Kisahnya adalah seperti berikut.
Datuk Majoindo (sebelum beliau bergelar syekh)
bertoko di Pasar Gadang Padang. Pada suatu pagi ketika
beliau membuka pintu toko tanpa diketahui dari mana
datangnya di belakang beliau sudah berdiri saja seorang
laki-laki berpakaian serba putih seperti penampilan orang
peminta-minta yang di Minang Kabau biasanya dipanggil
“PAKIAH”. Dengan penuh keheranan beliau bertanya
tentang maksud kedatangan pakiah, asal usul darimana
pakiah berasal dan apa tujuannya datang pagi–pagi betul.
Oleh pakiah dijawab bahwa kedatangannya pagi itu hendak
minta uang untuk membeli nasi karena pagi itu dia belum
makan. Kemudian karena belas kasihan beliau beri pakiah
uang dan melanjutkan pekerjaan membuka pintu toko.
Si pakiah setelah menerima uang tidak beranjak
dari tempat semula. Ketika ditanya oleh Datuk Majoindo
mengapa pakiah belum juga pergi, oleh pakiah dijawab
bahwa uang itu belum cukup, minta ditambah lagi.
Walaupun merasa kesal dalam hatinya permintaan pakiah
itu dipenuhi juga oleh Datuk Majoindo. Namun walaupun
telah ditambah uangnya pakiah itu masih belum pergi, ia
masih berdiri di tempat semula. Melihat perilaku pakiah
yang demikian itu, dengan nada marah Datuk Majoindo
bertanya lagi mengapa pakiah belum juga pergi. Kemudian
dengan nada datar pakiah menjawab bahwa uang yang
diberikan masih belum cukup juga. Jawaban pakiah
ini menambah kemarahan Datuk Majoindo. Namun
demikian beliau mengeluarkan uang dari kantong lalu
menyerahkannya kepada pakiah dan mengusirnya sambil
mengancam akan menampar pakiah kalau belum juga
8 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

pergi.
Ancaman Datuk Majoindo akan menampar itu
mendapat reaksi atau jawaban yang mengejutkan dari
pakiah. Saya memang menunggu tamparan dari Datuk,
ujarnya. Kemudian dilanjutkannya bahwa tamparan itu
tidak akan diterimanya saat itu tetapi berjanji tujuh hari
lagi, pada saat ia akan datang lagi ke Padang. Yang lebih
mengejutkan lagi adalah bahwa pakiah menyuruh Datuk
Majoindo dalam masa tujuh hari itu untuk pergi menemui
guru-guru atau teman-teman beliau guna menambah
ilmu dalam menghadapi pakiah nantinya. Selesai berucap
pakiahpun pergi.
Peristiwa pagi itu membuat Datuk Majoindo tidak
habis pikir, lebih-lebih lagi mengingat ucapan pakiah
yang menyuruh beliau menambah ilmu lagi. Betapa tidak,
Datuk Majoindo bukanlah orang sembarangan. Beliau telah
menuntut ilmu ke mana-mana dalam Luhak Nan Tigo ini.
Di mana saja ada guru-guru yang berilmu tinggi beliau
datangi, sehingga beliau juga memiliki ilmu yang tinggi
pula. Selama kurang lebih sepuluh tahun beliau menjadi
parewa (preman) malang melintang dalam dunia judi, tidak
seorangpun yang berani melawan atau menantang beliau.
Sekarang tiba-tiba datang seorang pakiah yang kalau dilihat
dari lahiriahnya atau penampilan secara fisik tidak ada apa-
apanya dibandingkan dengan Datuk Majoindo, menantang
untuk menguji ilmu.
Hampir semalaman Datuk Majoindo tidak tidur
memikirkan peristiwa itu. Dalam benaknya Datuk
Majoindo bertanya-tanya siapa pakiah itu sebenarnya,
dan apakah perintah pakiah untuk menemui guru-guru
atau kawan-kawan guna menambah ilmu lagi akan
dituruti atau tidak. Akhirnya sampailah Datuk Majoindo
kepada suatu kesimpulan bahwa mungkin saja pakiah itu
seorang yang berilmu tinggi, kalau tidak tentu saja tidak
mungkin dia mengeluarkan ucapan yang menantang itu.
Karenanya perintahnya perlu pula dipertimbangkan untuk
dilaksanakan.
Rusli 9

Demikanlah akhirnya Datuk Majoindo mengambil


keputusan untuk mencari guru-guru atau kawan-
kawan beliau seperti perintah pakiah. Keesokan paginya
berangkatlah Datuk Majoindo dari Padang. Mula-mula
beliau menuju Batusangkar, kemudian dilanjutkan ke
Payakumbuh. Dari Payakumbuh terus ke Bukittinggi.
Setiap guru atau kawan yang beliau temui di ketiga tempat
itu tidak ada yang dapat menambah ilmu Datuk Majoindo.
Jangankan menambah malahan setiap orang yang ditemui
justru minta ilmu kepada beliau. Kembalilah Datuk
Majoindo ke Padang tanpa tambahan ilmu sama sekali.
Genap tujuh hari sebagaimana yang dijanjikan,
selesai menutup tokonya Datuk Majoindo sudah bersiap-
siap menunggu kedatangan pakiah. Sudah masuk waktu
Isya pakiah belum juga datang. Datuk Majoindo mengira
mungkin pakiah tidak jadi datang. Beliau masuk ke kamar
mengunci pintunya lalu tidur-tiduran. Sambil tidur-tiduran
beliau terus merenungkan soal pakiah apakah dia akan
datang atau tidak. Dalam merenung-renung itu beliau
tertidur.
Beberapa saat kemudian Datuk Majoindo terkejut
dibangunkan oleh seseorang yang tidak lain adalah
pakiah. Dia telah berdiri di sisi tempat tidur Datuk
Majoindo. Setelah berbincang-bincang sebentar keduanya
turun ke luar toko. Keduanya sudah siap menguji ilmu
masing-masing. Pakiah mempersilahkan Datuk Majoindo
untuk menyerang terlebih dahulu. Setiap serangan yang
dilakukan Datuk Majoindo tidak satupun yang dapat
mengenai pakiah. Serangan-serangan itu lepas begitu saja
sehingga beliau membentur dinding dan tiang toko yang
membuat badan beliau memar dan kepala beliau berdarah.
Datuk Majoindo terus mencoba lagi menyerang pakiah
dengan mengerahkan semua ilmu yang beliau miliki, akan
tetapi semuanya luput , tidak ada yang mengena sasaran.
Karena serangan-serangan yang dilakukan Datuk Majoindo
tidak mempan dan tubuh serta kepalanya mengalami
cedera, maka Datuk Majoindo mengaku kalah dan minta
10 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

kepada pakiah untuk dijadikan sebagai murid. Beliau ingin


berguru kepada pakiah. Selesai pertarungan hal pertama
yang dilakukan pakiah adalah mengobati luka-luka dan
cedera yang diderita Datuk Majoindo. Pengobatan itu
dimulai oleh pakiah dengan Bismillah dan diakhiri dengan
Alhamdulilah. Dengan pertolongan Allah semua luka-luka
dan cedera yang diderita Datuk Majoindo sembuh sehingga
kondisi fisik beliau kembali seperti semula. Setelah itu
Datuk Majoindo disadarkan oleh pakiah atas kejahilan dan
dosa-dosa beliau di masa lalu dan kemudian ditaubatkan.

Permintaan Datuk Majoindo untuk berguru dipenuhi


oleh pakiah, tetapi belum dilaksanakan pada saat itu. Pakiah
berjanji akan datang lagi. Rupanya janji pakiah untuk datang
lagi tidak segera terlaksana. Karena tidak sabar menunggu
lama-lama maka Datuk Majoindo berusaha mencari pakiah.
Selama tiga bulan lamanya Datuk Majoindo mencari
pakiah ke mana-mana, sampai ke Kerinci. Akhirnya pakiah
ditemukan juga, maka mulailah pakiah mengajari Datuk
Majoindo. Menjadilah sekarang hubungan pakiah dengan
Datuk Majoindo hubungan guru dengan murid.
Pelajaran yang harus diikuti dalam dua tahapan.
Tahap pertama berlangsung di daerah sekitar Minamg
Kabau dan tahap kedua di Tanah Suci, khususnya di
Madinah. Tahap pertama berlangsung selama empat puluh
hari empat puluh malam. Yang dilakukan oleh guru pada
tahap pertama ini adalah latihan fisik dan mental termasuk
pelajaran silat. Selama empat puluh hari empat puluh
malam Datuk Majoindo harus mengikuti guru melakukan
perjalanan panjang yang cukup melelahkan. Perjalanan
dilakukan siang malam, menempuh medan yang sulit,
semak belukar, mendaki dan menurun, menempuh jalan-
jalan yang tidak pernah dilalui orang tanpa istirahat, kecuali
pada waktu sholat. Datuk tidak boleh mengeluh ataupun
bertanya. Alhamdulillah perjalanan ini dapat diikuti dan
diselesaikan oleh Datuk Majoindo dengan baik.
Pada hari keempat puluh atau hari terakhir berhentilah
Rusli 11

guru dan Datuk Majoindo di bawah sebuah pohon besar,


konon lokasinya menurut H. Abdul Malik bin Syekh Mudo
Abdul Qodim Balubus Payakumbuh, pohon besar itu
berlokasi di Tanah Bato Panyabungan Tapanuli Selatan.
Setelah istirahat sebentar guru menyuruh Datuk Majoindo
berdiri lalu mereka bersilat berdua. Selesai bersilat maka
berkatalah guru kepada Datuk Majoindo bahwa pelajaran
tahap pertama selesai sampai di situ dan akan dilanjutkan
dengan tahap kedua di Tanah Suci. Untuk itu Datuk
Majoindo harus datang sendiri ke Mekkah pada musim
haji, sedangkan guru menunggu di sana. Datuk Majoindo
disuruh pulang dulu ke kampung untuk mempersiapkan
diri dan minta izin orang tua. Seperti halnya dengan
peristiwa-peristiwa sebelumnya selesai berucap gurupun
pergi, dan Datuk Majoindo pulang ke Kumango.
Setelah cukup segala persiapan dan telah mendapat
izin orang tua Datuk Majoindo harus berangkat menuju
Medan karena keberangkatan ke Mekkah melalui pelabuhan
Belawan. Datuk Majoindo berangkat dengan berjalan kaki
melalui jalan-jalan pintas. Dari Kumango ke Payakumbuh
ke daerah Suliki, dari sana ke Pasaman. Di daerah Pasaman
menjelang daerah Kumpulan, Datuk Majoindo dikeroyok
oleh empat orang laki-laki. Tanpa disadari oleh Datuk
Majoindo keempat laki-laki itu terjerembab ke dalam
selokan saling berhimpitan, diantara mereka ada yang luka-
luka dan ada yang patah tulang.
Pada waktu itu datang bisikan halus ke telinga Datuk
Majoindo agar orang-orang itu dikasihani dan diobati.
Setelah mendengar bisikan itu maka diobatilah keempat
orang itu seperti yang dilakukan oleh pakiah kepada beliau
waktu di Padang, dimulai dengan Bismillah dan diakhiri
dengan Alhamdulilah. Dengan pertolongan Allah keempat
orang tersebut sembuh dari cederanya. Keempat orang itu
berterima kasih dan minta maaf kepada Datuk Majoindo.
Oleh Datuk Majoindo ditanya apa maksud orang-orang
tersebut mengeroyoknya. Oleh keempat orang itu dijawab
bahwa mereka melakukan itu semua untuk mengambil
12 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

barang-barang bawaan Datuk Majoindo. Setelah minta


maaf dan mengakui kesalahan orang-orang itu dinasehati
dan disuruh bertaubat.
Muncul persoalan akan dikemanakan orang-orang
tersebut. Akan dibawa tentu saja tidak mungkin dan akan
mengganggu perjalanan walaupun mereka ingin ikut
dengan Datuk Majoindo. Dalam berpikir-pikir itu teringat
oleh beliau Syekh/Ayah Kumpulan, seorang tokoh/guru
tareqat Naqsyabandiyah. Beliau tanyakan kepada orang–
orang tersebut di mana surau Ayah Kumpulan. Rupanya
orang-orang tersebut mengetahuinya. Dengan petunjuk
orang–orang tersebut beliau berjalan menuju surau Ayah
Kumpulan. Oleh Datuk Majoindo keempat orang itu
dititipkan kepada Ayah Kumpulan. Setelah itu beliau
berangkat menuju Medan.
Di Medan Datuk Majoindo tinggal di Deli Tua di
rumah seorang Imam Masjid H. Abdul Gafar, khalifah dari
Syekh Kumpulan. Keberadaan beliau di Deli Tua diketahui
oleh kepala keamanan istana. Pada suatu hari , Datuk
Majoindo diundang oleh kepala keamanan istana raja Deli
Tua ke suatu tempat. Sesampai di tempat beliau dikeroyok
oleh kepala keamanan itu bersama dua orang temannya.
Sama halnya dengan kejadian di Pasaman, tanpa disadari
oleh Datuk Majoindo orang tersebut jatuh berhimpitan. Ada
yang cedera dan ada yang luka karena terkena senjatanya
sendiri. Datang pula bisikan agar ketiganya dikasihani dan
diobati. Hal itu dilakukan pula oleh Datuk Majoindo seperti
yang di Pasaman.
Setelah diobati ketiga orang tersebut langsung kembali
ke tempatnya. Sampai di istana, karena tidak puas dengan
kekalahannya mereka membuat fitnah bahwa Datuk
Majoindo akan membuat kekacauan di istina. Berita itu
didengar oleh raja, dan memerintahkan seorang hulubalang
menjemput dan membawa Datuk Maoindo ke istana. Di
istana oleh Datuk Majoindo diceritakan semua kejadian
yang telah dialaminya kepada raja. Setelah mendengar
keterangan dari Datuk Majoindo raja menyuruh beliau
Rusli 13

pulang. Keesokan harinya Datuk Majoindo dipanggil


kembali oleh raja ke istana. Di istana diberi tahukan oleh raja
bahwa semenjak hari itu beliau diangkat sebagai penasehat
keamanan istana. Bersamaan dengan pengangkatan tersebut
kepada beliau oleh raja dihadiahkan sebidang tanah dan
raja berjanji bahwa seluruh biaya naik haji Datuk Majoindo
akan ditanggung oleh raja. Jabatan itu dipegang oleh Datuk
Majoindo kurang lebih enam bulan, yaitu sampai waktu
keberangkatan beliau ke Mekkah.
Di Mekkah Datuk Majoindo hanya selama
menunaikan ibadah haji. Selesai melaksanakan ibadah
haji beliau pindah ke Madinah dan mukim di sana selam
lebih kurang sepuluh tahun. Di Madinah beliau mendalami
ilmu agama khususnya ilmu tareqat. Selesai mendalami
agama pada waktu akan pulang ke tanah air oleh guru dan
teman-teman beliau Datuk Majoindo diberi nama Syekh
Abdurrahman Al Khalidi. Nama Abdurrahman diambil
dari nama Syekh Abdurrahman Batuhampar Payakumbuh,
guru beliau mengaji pada waktu remaja.
Dari Madinah Syekh Abdurrahman Al Khalidi tidak
langsung pulang ke Kumango, beliau singgah dulu di
Kedah Malaysia. Di Kedah beliau banyak menundukkan/
menaklukan para jawara, bahkan beliau sampai ke Patani,
Thailand mentaubatkan dan mengislamkan orang. Oleh
Sultan Kedah ditawarkan untuk tinggal disana dan
diangkat sebagai penasehat. Bersamaan dengan itu kepada
beliau disuguhkan sebidang tanah yang cukup luas sebagai
hadiah. Tawaran tersebut beliau tolak dan memilih untuk
pulang ke kampung di Kumango.
Di Kumango Syekh Abdurrahman Al Khalidi tinggal/
mendiami sebuah surau di atas tanah waqaf warga suku
Piliang Laweh. Lokasinya di seberang sebuah sungai kecil,
sehingga masyarakat atau warga Kumango menamakanya
“Surau Subarang”. Di surau inilah beliau mengajar tareqat
dan silat. Silat yang beliau ajarkan adalah silat yang beliau
warisi dari guru beliau, yaitu pakiah.
14 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

Gambar 1. Surau dan Makam Syekh Abdurrahman Al Khalidi

Dari uraian di atas kiranya dapat kita ambil


kesimpulan bahwa silat Kumango adalah silat yang tidak
dapat dilepaskan dari sosok Syekh Abdurrahman Al
Khalidi. Silat Kumango bukanlah silat Lintau yang diberi
ilmu batin atau silat yang merupakan gabungan dari
bermacam-macam silat.
Syekh Abdurrahman Al Khalidi mewarisi silat itu
dari seseorang laki-laki yang dikenal sebagai Pakiah.
Pertanyaannya sekarang adalah siapakah pakiah, guru
yang mengajar beliau itu? Tidak banyak keterangan
yang dapat penulis gali sehubungan dengan pertanyaan
ini. Semua khalifah, murid serta anak-anak beliau sama-
sama mengatakan bahwa beliau Syekh Kumango belajar
kepada seorang pakiah. Namun tidak semua mereka dapat
menjelaskan siapa pakiah itu yang sesungguhnya. Namun
ada juga satu dua orang diantara mereka yang mengatakan
bahwa pakiah itu adalah waliyullah.
H. Abdul Malik bin Syekh Abdul Qodim menyebut-
kan secara kongkrit nama waliyullah itu, yakni Autad.
Salah seorang anak Syekh Abdurrahman Al Khalidi, Ismail
Rusli 15

Rahman Dt. Paduko Mulia dalam tulisannya mengatakan


bahwa pakiah adalah salah seorang waliyullah yang
diutus oleh guru beliau di Batu Hampar dahulu, yaitu
Syekh Abdurrahman Nan Tuo untuk menyadarkan
beliau akan kejahilan yang beliau lakukan selama kurang
lebih 15 tahun dan menasehati serta menyuruh beliau
bertaubat. Ada seorang guru silat yang mengatakan bahwa
pakiah itu adalah cindaku (sebangsa syaitan atau hantu),
na’udzubillahi min dzalik.
Tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada para
pendahulu kita itu, kita tinggalkan pendapat-pendapat
tersebut tanpa memberikan penilaian benar atau salah,
karena mungkin ilmu kita tidak cukup untuk itu. Tidak
ada seorangpun yang tahu persis, oleh sebab itu benar atau
salah kita serahkan saja kepada Yang Maha Mengetahui
dan Yang Maha Menentukan. Dalam Al-Qur’an banyak
sekali ayat yang berbunyi :

Dan Allah senantiasa mengetahui atas segala sesuatu.”


(QS. At Taghabun 11)

“Dan Allah atas segala sesuatu adalah berkuasa.” (QS. Al


Baqarah 284)
Dalam surat An-Naml ayat 65 disebutkan pula

“Katakanlah, tidak ada seorang pun di semua langit dan di


bumi yang mengetahui yang gaib kecuali Allah”.

Di dalam surat Al-An’am ayat 59 disebutkan pula


16 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

“Dan di sisi Allahlah kunci-kunci yang gaib, tidak ada yang


mengetahui kecuali diri-Nya sendiri”.

Selanjutnya dalam surat Hud ayat 107 Allah berfirman


:

“Sesungguhnya Tuhan engkau berbuat sekehendak-Nya”.

Di dalam surat Al-Hajj ayat 14 dan 18 Allah berfirman


:

“Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki”.

Syekh Kumango mewariskan ilmu tareqat dan ilmu


silat kepada para khalifah dan anak-anak beliau, yang
kemudian mewariskan lagi kepada muridnya. Diantara
khalifah-khalifah beliau dapat disebutkan antara lain Syekh
Baringin di Tebing Tinggi Sumatera Utara, Syekh Mudo
Abdul Qodim di Balubus Payakumbuh yang lebih dikenal
dengan sebutan Syekh Balubuih, dan H. Idris di Sungai Puar
Bukittinggi. Para khalifah beliau ini lebih menitik beratkan
kepada tareqat. Syekh Balubuih ada mengembangkan silat
melalui anak beliau H. Abdul Malik. (catatan : di daerah
sekitar Balubus silat ini sering disebut silat Balubuih atau
silat Angku Malik, akan tetapi yang bersangkutan sendiri
dalam tulisannya menyebutkan silat ayah Kumango).
Anak-anak Syekh Kumango semuanya mewarisi
baik tareqat maupun silat, akan tetapi tidak semuanya
aktif mengembangkannya. Anak-anak beliau yang aktif
Rusli 17

mengembangkan silat adalah M. Saleh di Kedah, Malaysia;


M. Daya di Padang; Syamsuddin (Udin Mauji) di Kumango.
Sedangkan M. Dali Angku Gadang di Kumango lebih
menitik beratkan pada tareqat dan merupakan anak Syekh
Kumango satu-satunya yang mengajarkan tareqat sampai
akhir hayatnya. Di antara anak-anak beliau yang menonjol
perannya dalam mengembangkan silat adalah Ibrahim
Paduko yang mengajar silat di Kumango, Simpurut
Batusangkar dan juga pernah mengajar di Padang;
Syamsarif Malin Marajo yang mengajar di Simpurut,
Batusangkar, Bukittinggi, Medan, dan Malaysia; dan Ismail
Rahman di Tanjung Aro Sikabu-kabu Payakumbuh dan
juga mengajar di Medan.
Di Batusangkar dan sekitarnya pengembangan silat
dilakukan oleh anak-anak sasian (murid) dari Ibrahim
Paduko dan Syamsarif Malin Marajo. Mereka itu adalah
Maarif di Simpurut, M. Zen di Sijangek dan Zaenal Abidin
Rasyad di Kumango. Murid-murid mereka sudah berpencar
pula ke seluruh pelosok tanah air dan diantaranya ada pula
yang mengembangkan silat di tempat mereka tinggal.
Sosok yang paling menonjol diantara anak-anak Syekh
Kumango dalam pengembangan silat ini adalah Syamsarif
Malin Marajo. Almarhum dengan kemampuan ilmu dan
pengalaman mengajar yang beliau miliki, telah berhasil
memperkaya gerakan-gerakan silat sehingga lebih lengkap
dan tampil beda dengan yang dimiliki para guru/pendekar
silat Kumango lainnya.
Seperti telah disinggung di atas pada waktu muda
almarhum pernah mengajar silat di Medan dan di Malaysia
pada awal-awal than 1940 an. Pengalaman mengajar
itu telah memperluas ilmu dan itulah yang digunakan
almarhum dalam memeperkaya gerakan silat. Sayangnya
dalam pandangan sementara guru-guru silat baik silat
Kumango maupun aliran lain silat yang almarhum ajarkan
yang sekarang sudah dirobah ataupun dicampur bahkan
tidak jarang yang mencapnya bukan silat Kumango. Bahkan
ada yang menisbahkan silat ini kepada diri almarhum
18 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

sehingga disebutnya silat ”Malin Marajo“, sesuatu


yang tidak pernah terpikir dan tidak pernah diinginkan
almarhum sebagaimana yang penulis dengar langsung dari
almarhum. Pada hal pengayaan tersebut tidak menambah
ataupun merobah dasar gerak yang diwarisi beliau dari
ayah beliau Syekh Kumango, melainkan memperkaya
gerak–gerak dasar tersebut. Dan semuanya itu tidak
mengurangi bahkan sebaliknya justru mempertinggi mutu
teknik silat itu sendiri.
Pendapat-pendapat tersebut tidak perlu dipermasalah
kan, karena yang berpendapat demikian hanyalah orang-
orang yang melihat dari luar, hanya melihat rupa, tidak
mencimpunginya ke dalam. Kalau mereka mencimpunginya
ke dalam maka mereka akan merasakan hal yang berbeda
dengan apa yang mereka lihat sehingga pandangan mereka
akan berobah. Pepatah mengatakan bahwa “tahu di rupo
urang mancaliak tahu diraso urang mamakan.” (tahu di
rupa orang melihat, tahu dirasa orang memakan).
Keberhasilan Syamsarif Malin Marajo meraih medali
emas di arena Pekan Olahraga Nasional ke-dua (PON II)
berpasangan dengan M. Zen pada tahun 1952 membuat
nama silat Kumang lebih terangkat lagi. Sejak itu silat
Kumangao telah dikenal secara Nasional. Hal itu ditambah
lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan almarhum di era
sesudah PON II itu.
Setelah PON II itu, Almarhum bekerja sama dengan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menyusun
buku pelajaran silat untuk diajarkan di sekolah-sekolah
seluruh Indonesia. Draft buku pelajaran itu sudah siap
lengkap dengan gambar-gambarnya yang semuanya
dibuat di Simpurut Batusangkar. Akan tetapi karena
adanya pergolakan-pergolakan daerah yang terjadi pada
tahun 1956, buku tersebut belum/tidak jadi diterbitkan.
Bagaimana keberadaan draft buku tersebut sekarang tidak
diketahui sama sekali.
Pada era sesudah PON II itu juga beliau bermain
dalam sebuah film cerita nasional hasil garapan dari Usmar
Rusli 19

Ismail (PERFINI) “Harimau Campa.” Almarhum berperan


sebagai guru silat (Saleh), sedangkan Harimau Campa
diperankan oleh Bambang Hermanto sebagai murid dari
Saleh. Silat yang dipakai dalam film tersebut adalah silat
Kumango.
Sebagai informasi tambahan almarhum juga
pernah ikut aktif dalam organisasi Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) dibawah pimpinan Mr. Asaat. Almarhum
sendiri menjabat sebagai wakil ketua untuk daerah
SuamateraTengah.
Masih pada masa setelah PON II, selain banyaknya
berdiri sasana, silat juga pernah diajarkan pada lembaga
pendidikan formal, khususnya di SMP Negeri 1
Batusangkar lembaga pendidikan tempat penulis menuntut
ilmu. Pelajaran silat ini diprakarsai oleh seorang guru
yang mempelajari silat kepada Ibrahim Paduko. Penulis
sendiri juga terlibat di dalamnya membantu guru yang
bersangkutan. Pelajaran silat di sekolah tersebut diberikan
dalam 2 bentuk kegiatan pembelajaran.
Pertama, pelajaran/latihan masal yang wajib diikti
oleh seluruh siswa laki-laki dari kelas satu sampai kelas
tiga. Dilaksanakan sekali dalam seminggu sebelum
pelajaran sekolah dimulai. Kedua, pelajaran/latihan per
kelas yang dilaksanakan sesuai dengan jam pelajaran yang
telah ditentukan. Sangat disayangkan setelah penulis tamat
belajar dari sekolah tersebut dan guru yang bersangkutan
sudah pensiun pelajaran silat tidak pernah diberikan lagi.
Penulis sendiri juga terlibat dalam pengembangan
silat ini baik dalam dunia pendidikan formal maupun
informal. Dalam dunia pendidikan formal penulis
mengajar di Perguruan Tinggi di Padang seperti di IKIP
(sekarang UNP) dan di Sekolah Tinggi Olahraga (STO)
yang sekarang FKIK UNP. Ini berlangsung dari tahun 1966
sampai dengan tahun 1975. Hanya saja waktu yang tersedia
tidak mencukupi, hanya satu kali dalam satu minggu
selama 16 minggu, termasuk kegiatan ujian, dengan alokasi
waktu hanya 90 menit. Dengan waktu yang sangat minim
20 Asal -usul dan Perkembangan Silat Kumango

ditambah pula dengan pesertanya kurang lebih 40 orang,


pelajaran yang diberikan tidak intensif dan hasilnya tidak
memuaskan. Pelajaran yang dapat diberikan hanya gerak-
gerak dasar dan itupun tidak pula tuntas. Tidak salah kalau
dikatakan bahwa pelajaran yang diberikan hanya sekedar
memperkenalkan gerak-gerak dasar silat Kumango.
Dalam rangka pengembangan silat ini penulis juga
mengajar silat untuk orang-orang yang berminat yang
datang ke rumah. Tapi tidak membuka sasana secara resmi
karena ketidaktersediaan waktu berhubung dengan tugas
sebagai PNS. Pesertanya terdiri dari berbagai tingkat umur
dan pendidikan, mulai dari siswa SMP, SMA, mahasiswa,
sarjana muda dan sarjana. Jumlah peserta yang sedikit dan
waktu belajar dua kali seminggu maka pelajaran dapat
lebih intensif sehingga diantara mereka ada yang telah
sampai pada tingkat penguasaan yang memadai, terutama
mereka-mereka yang telah berpredikat sarjana dan sarjana
muda.
Perkembangan silat ini sampai sekarang masih berjalan
terus. Di sekitar Batusangkar kini terdapat beberapa
sasana yang aktif mengajarkan silat, seperti di Simpurut,
Pagaruyung, Lima Kaum, Pasir Lawas dan di kota
Batusangkar sendiri. Di luar negeri silat ini berkembang
terutama di negara tetangga Malaysisa. Yang pertama kali
mengajarkan silat di negara ini adalah Syamsarif Malin
Marajo pada tahun 1940 an. Setelah beliau pulang ke tanah
air pengembangan silat diteruskan oleh Mat Hadzir (Bang
Suddin) bin Mat Zain bin Haji Ali bin Haji Ibrahim. Kini
pengembangan silat di negara ini masih berlanjut dibawah
pimpinan Mat Kirul Anwar bin Mat Hadzir dengan jumlah
anggota perguruan lebih dari 1000 orang.
Di negara-negara Eropa sekarang ini silat Kumango
sudah mulai pula dikenal oleh orang-orang di sana, antara
lain di Spanyol, Jerman dan Belanda. Khusus di negara
Belanda sejak beberapa tahun yang lalu konon kabarnya
sudah berdiri sebuah sasana silat Kumango yang dipelopori
oleh Van den Boom (Muhammad Abdul Latif). Selain
Rusli 21

orang-orang Eropah yang telah disebutkan di atas, silat ini


juga telah dikenal oleh orang Jepang. Pada pertengahan
tahun 2005 seorang mahasiswa Jepang program Doktor
datang ke Sumatera Barat melakukan penelitian bahan
desertasinya. Mahasiswa bersangkutan mengambil silat
Kumango sebagai obyek penelitian.Karenanya, tidaklah
salah kiranya atau tidaklah berlebihan kalau dikatakan
bahwa silat Kumango kini tidak lagi merupakan milik
orang Sumatera Barat, khususnya masyarakat Kumango
saja, tapi telah milik masyarakat mancanegara. Dengan kata
lain silat Kumango dewasa ini sudah mulai mendunia.
Bab 3
Dasar dan Tujuan Silat

D
alam bab ini akan disajikan dasar-dasar
kerohanian dan tujuan silat Kumango.
Dasar dan tujuan iu tersimpul dalam
rumusan falsafah berikut ini:
“Bagantuang ka tali nan indak ka putuih, bapagang ka raso
nan indak kahilang, jago tali jan putuih, awasi raso jan hilang,
basiang sabalun tumbuah, malantai sabalun luluih, lahia silek
mancari kawan batin silek mancari tuhan”
(Bergantung kepada tali yang tidak akan putus
berpegang kepada rasa yang tidak akan hilang, jaga tali
jangan putus, awasi rasa jangan hilang, bersiang sebelum
tumbuh, melantai sebelum roboh, dhohir silat mencari
kawan, bathin silat mencari Tuhan).
A. Dasar-dasar silat.
Dalam rumusan falsafah di atas terkandung tiga hal
pokok yang merupakan dasar atau sandaran fundamental
dari silat.
Rusli 23

1. Penggunaan akal dan perasaan.


Manusia adalah makhluk yang paling sempurna
diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah SWT yang
lainnya. Hal itu dinyatakan oleh Allah SWT dengan firman-
Nya dalam surat At Tien ayat 4:

Artinya: “ Sungguh Kami telah ciptakan manusia atas


sebaik-baik ciptaan”.
Keutamaan manusia dari makhluk-makhluk lainnya
terletak pada akal dan perasaan. Manusia dikarunia oleh
Allah SWT. dua hal utama yang tidak dimiliki makhluk
lainnya, yaitu akal dan perasaan. Dengan akalnya manusia
dapat menimbang-nimbang dan menganalisa sesuatu
dan kemudian mengambil keputusan yang terbaik
baginya. Dengan persaan manusia dapat meresapkan dan
menciptakan kesenian dan pada akhirnya sampai kepada
suatu kebenaran dan keadilan. Demikianlah dengan akal
dan perasaan manusia akan sampai kepada kebenaran yang
mutlak. Penggunaan akal dan persaan itu adalah penting
dan diperintahkan oleh Allah dalam Al Quran dalam
berbagai rumusan, seperti:

“Mengapa engkau tidak memikirkannya?” (QS. Al-An’am


: 50)

“Tetapi mereka tidak menyadari (merasakannya)” (QS. Al-


24 Dasar dan Tujuan Silat

Baqarah : 12)

“Allah murka kepada orang yang tidak menggunakan


akalnya” (QS. Yunus : 100)
Orang-orang yang menggunakan akal dan
perasaannya itu disebut orang-orang yang dadanya berisi
atau orang-orang yang “berakal budi “ yang dalam istilah
Al Quran disebut “Ulil Albab“. Inilah kandungan yang
pertama dalam rumusan falsafah silat “Bagantuang ka tali
nan indak ka putuih, bapagang ka raso nan indak ka hilang,
jago tali jan putuih, awasi raso jan hilang, basiang sabalun
tumbuah, malantai sabalun luluih” yaitu penggunaan
“AKAL” dan “PERASAAN“. Sesuatu yang bersifat logis.
Silat adalah hasil akal budi manusia. Semua gerakan dalam
silat harus berdasarkan dan dapat diterima akal sehat,
sesuai dengan akal budi manusia. Jika tidak demikian tidak
dapat dinamakan silat.
2. Ketuhanan/Iman dan Taqwa.
Manusia menurut fitrahnya adalah makhluk yang
percaya kepada adanya Tuhan. Pengakuan atas eksistensi
Tuhan itu diucapkan sendiri oleh manusia pada waktu
akan dikeluarkan dari punggung anak Adam sebagaimana
firman Allah dalam surat Al A’raf ayat 172 Allah bertanya :

Artinya; “Bukankah Aku ini Tuhanmu?“


Menjawablah mereka semua:
Rusli 25

Artinya: ”Benar ya Allah, Engkaulah Tuhan kami”.


Allah memproklamasikan dalam Al Quran bahwa Dia
Esa adanya sebagaimana bunyi firmanNya berikut ini :

Artinya: ”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah. Tidak ada


Tuhan kecuali Aku, sembahlah Aku dan dirikan Sholat untuk
mengingat Aku. (QS. Thaha: 14)

Artinya: ”Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada


Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.” (QS. Muhammad : 19).

Artinya: ”Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun


sebelum kamu, melainkan mesti Kami wahyukan kepadanya
“Bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku”.
(QS. Al-Anbiya’ ayat 25)

Artinya:” Katakanlah hai Muhammad bahwa Allah itu


Maha Esa.”
Kesaksian atas keesaan Allah itu disarikan dalam
sebuah kalimat tauhid:

Artinya: ” Tidak ada Tuhan selain Allah”


26 Dasar dan Tujuan Silat

Salah satu keutamaan dari manusia yang berakal sehat


(ulul albab) itu menurut Allah swt adalah memegang teguh
janji atau kesaksian yang telah diucapkannya tentang ke-
Esaan Allah itu, sebagaimana bunyi firmanNya dalam surat
Ar Ra’d ayat 20, yaitu:

Artinya: ”Orang-orang yang meneguhi janjinya dengan


Allah dan tidak memutus ikatan janji.”

Dengan meneguhkan janji tentang keesaan Allah itu


berarti telah bergantung kepada tali yang tidak akan putus,
sebagaimana difirmankan Allah dalam surat Al Baqarah
ayat 256:

Artinya: ”Barangsiapa ingkar (kufur) terhadap toghut dan


beriman kepada Allah, maka ia telah berpegang kepada tali yang
kokoh kuat yang tidak akan putus”.
Demikianlah “IMAN DAN TAQWA “ merupakan
kandungan kedua dalam rumusan falsafah “ bagantuang
ka tali nan indak ka putuih bapagang karaso nan indak ka
hilang.” Prinsip ini merupakan dasar pertama dan utama,
dasar paling fundamental yang harus melandasi dan
menjiwai dasar/azas lainnya. Dan ini adalah merupakan
kebenaran mutlak. Allah berfirman dalam surat Al Hajj ayat
6:
Rusli 27

Artinya: “Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah


Dialah Yang Hak, sesungguhnya Dialah yang menghidupkan
segala yang mati, dan sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu.”
Selanjutnya dalam surat Al Qashash ayat 88 Allah
berfirman :

Artinya: “ Segala sesuatu akan hancur, kecuali


wajahNya, bagiNya hukum dan kepadaNya kalian akan
dikembalikan.”
3. Kemanusiaan/Persaudaraan dan Kekeluargaan.
Manusia sebagai makhluk berakal ciptaan Allah swt
ditakdirkan hidup dengan manusia lain. Manusia tidak bisa
hidup sendiri tanpa manusia lainnya. Dengan mengambil
ungkapan ahli ilmu sosial manusia baru bernama manusia
bila ia hidup bersama manusia lainnya dalam suatu
pergaulan hidup yang dinamakan masyarakat.
Suatu pergaulan hidup memerlukan kedamaian
dan kerukunan. Untuk itu diperlukan adanya peraturan-
peraturan hidup. Islam diturunkan oleh Allah swt justru
untuk membawa perdamaian, mengajak manusia hidup
rukun dan damai. Islam mengajak ummat manusia untuk
saling mengasihi, sayang menyayangi, tolong menolong dan
saling membantu. Islam sangat mengutamakan persatuan
dan kesatuan serta persaudaraan antara ummat manusia
dan menempatkan persatuan dan persaudaraan itu di
tempat pertama dan utama.
Semuanya itu hanya mungkin kalau setiap manusia
memelihara tali persaudaraan atau hubungan silaturrahmi.
Inilah yang dinamakan dengan “KEMANUSIAAN“,
kandungan ketiga dari rumusan falsafah silat di atas. Dasar
ini juga merupakan keutamaan orang-orang berakal sehat
28 Dasar dan Tujuan Silat

(ulul albab) seperti dimaksud oleh firman Allah dalam surat


Ar Ra’d ayat 21, yaitu:

Artinya: ”Dan orang-orang yang menghubungkan apa


yang diperintahkan Allah untuk dihubungkan silaturrahim).”

Sehubungan dengan hal tersebut di atas Rasulullah


bersabda:
Artinya: ”Sesungguhnya Arrahim itu adalah suatu cabang
dari Yang Maha Pengasih. Allah berfirman kepada kerabat (rahim)
”Barang siapa menyambungmu, maka Aku akan menyambung
hubungan dengannya, dan barangsiapa memutuskanmu Aku
akan memutus hubungan dengannya.” (H.R.Bukhari dan
Muslim)
Dan dalam hadis lain, Rasulullah bersabda :
Artinya: ”Kekerabatan (arrahim) itu tegantung di ‘Arasy
serta berkata: ”Barangsapa menyambung hubungan denganku
(silaturrahim) maka Allah akan menyambung hubungan
dngannya. Dan barangsiapa memutuskan hubungan denganku
maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya.” (H.R.
Bukhari Muslim)
Hal yang demikian itu dapat dipahami, karena
manusia itu berasal dari satu keturunan sebagaimana firman
Allah dalam surat An Nisa’ ayat 1:
Rusli 29

Artinya: ” Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan


yang telah menjadikan kamu dari diri yang satu, daripadanyalah
Allah menciptakan istrinya, dan Allah memperkembangbiakkan
dari keduanya itu laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertaqwalah kamu kepada Allah yang kamu meminta dengan
nama-Nya, (peliharalah) hubungan silaturrahmi. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan selalu mengawasimu”.
Segala macam perbedaan, seperti geogafis tempat lahir,
suku, warna kulit bangsa dan sebagainya tidaklah menjadi
ukuran atau alasan untuk membedakan ummat manusia.
Miskin dan kaya, rakyat ataupun pejabat semuanya sama
dalam pandangan Allah. Yang membedakan manusia itu
adalah ketakwaannya. Allah berfirman dalam surat Al
Hujurat ayat 13:

Artinya: ”Hai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan


kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
memnjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal mengenal. Sesunggunya orang yang paling
mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa.”
Kedua esensi falsafah yang disebut terakhir, yaitu
“Ketuhanan dan Kemanusiaan” ini yang harus terus
dipelihara dan dijaga, seperti diungkapkan dalam falsafah di
atas “jago tali jan putuih awasi raso jan hilang” bersendikan
kepada Al Quran surat Ali ‘Imron ayat 112 :

Artinya: ”Ditimpakan atas pundak mereka kehinaan


dimana saja mereka berada, kecuali mereka yang memelihara tali
dengan Allah dan memelihara tali dengan manusia”
30 Dasar dan Tujuan Silat

B. Tujuan Silat.
Sesuai dengan rumusan dasar falsafah di atas maka
tujuan dari silat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Mendidik para pesilat yang selalu menggunakan akal
sehatnya, berfikir logis efektif dan efisien yang dilandasi
oleh iman dan taqwa kepada Allah serta kasih sayang
sesama manusia”
Untuk mencapai tujuan tersebut pesilat dituntut untuk
memiliki sikap diri sebagai berikut:
1. Selalu memelihara ketaatan kepadaNya, menjalankan
segala perintah dan menjauhi semua laranganNya. Allah
berfirman dalam surat Ali ‘Imron ayat 32:

Artinya: Katakanlah! “Taatilah Allah dan RasulNya, jika


kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang yang berpaling.”
Ketaatan itu direalisasikan/diwujudkan dalam bentuk
sikap dan prilaku:
a. Menunaikan ibadah kepada Allah, karena memang
untuk itulah manusia diciptakan, sebagaimana firman
Tuhan dalam surat Adz Dzariat ayat 56 :

Artinya: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia


melainkan untuk beribadah kepada Aku”.
Dalam ayat lainnya, surat Al Bayyinah ayat 5 Allah
Rusli 31

berfirman:

Artinya: ”Dan tidaklah Kami perintahkan melainkan agar


kamu berbakti kepada Allah dengan tulus dan ikhlas.”
Perintah menyembah kepadaNya secara tegas
dinyatakan Allah dalam surat Thaha ayat 14 dan surat Al
Anbiya’ ayat 25 yang telah dikutip di atas.
b. Memperbanyak berzikir dan bertasbih untuk mengingat
dan mensucikan Allah seperti diperintahkan dalam
Al Quran dan hadis Rasulullah. Perintah berzikir ini
banyak pula terdapat dalam Al Quran seperti :
• Dalam surat Thaha ayat 14 yang bunyinya telah
disebutkan pada uraian di atas
• Dalam surat Al Ahzab ayat 41

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman ingatlah akan


Allah dengan ingatan yang banyak.”
• Dalam surat Al Insan ayat 25 :

Artinya: “ Dan sebutlah nama Tuhan engkau diwaktu pagi


dan petang”
• Dalam surat Al A’raf 205
32 Dasar dan Tujuan Silat

Artinya: ”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu


dengan merendahkan diri dan rasa takut .”
Firman Allah dalam sebuah hadis qudsi yang Artinya:
“Barangsiapa mengingat Aku dalam dirinya, Aku ingat pula
dalam diriKu dan barangsiapa mengingat Aku di antara orang
ramai Aku ingat pula dia di antara orang ramai yang lebih mulia
daripada mereka”.
• Dalam surat Al Ahzaab ayat 42:

Artinya: ”Dan sucikanlah olehmu akan Allah diwaktu pagi


dan petang.”
Perintah bertasbih ini dapat pula dilihat dalam surat
Qaaf ayat 39 dan 40 :

Artinya” …dan bertasbihlah memuji Tuhanmu sebelum


terbit matahari dan sebelum terbenamnya. (ayat 39). Dan
bertasbihlah kamu kepadaNya di malam hari dan tiap selesai
sembahyang (ayat 40).
c. Mawas diri, tidak lalai dalam mengingat Allah karena
mereka menyadari bahwa Allah selalu mengawasinya.
• Allah mengingatkan hal ini dalam ayat-ayat Al
Quran Surat Al Hasyr ayat 19:

Artinya: ”Dan janganlah kalian seperti orang yang


melupakan Allah, lalu Allah membuatnya lupa kepada dirinya
sendiri.”
Rusli 33

Dalam ayat lainnya surat Al A’raf ayat 205 Allah


berfirman:

Artinya: ”Dan janganlah kamu menjadi orang yang lalai.”


• Dalam surat Al Kahfi ayat 28:

Artinya: ”Dan janganlah engkau mengikuti orang yang


telah Kami lalaikan hatinya dalam mengingat Kami, kemudian
diperturutkannya hawa nafsunya, maka jadilah segala
perbuatannya di luar batas.”
Mengenai pengawasan Allah dapat dilihat dalam ayat-
ayat berikut:
• Surat Al Baqarah Ayat 284:

Artinya: ”Dan jika kamu melahirkan apa yang ada dalam


hati kamu atau kamu menyembunyikannya, pasti Allah akan
membuat perkiraanNya tentang hal itu.”
• Surat Al Hadiid Ayat 4 :

Artinya: ”Dia bersama kamu dimana saja kamu berada,


dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan”.
2. Mendidik dan membina para pesilat yang berbudi
mulia, rendah hati, selalu menghormati dan menjaga
hubungan dengan manusia lain.
34 Dasar dan Tujuan Silat

a. Tidak merasa mulia diri, karena kemuliaan itu hanyalah


milik Allah, dan rasa mulia diri membawa kepada
kesombngan dan bangga diri serta takabur, sifat yang
tidak disukai Allah.
Allah berfirman dalam surat Fathir ayat 10:

Artinya : ”Barang siapa menghendaki kemuliaan maka


bagi Allahlah kemuliaan itu semuanya.”

Artinya: ”Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah


adalah orang yang paling taqwa: ”(Al Hujurat 13 )”
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi
Artinya: “Takabur itu adalah selendangku dan keperkasaan
adalah kainku “
Dalam surat Annisa’ ayat 36 Allah berfirman :

Artinya: ”Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-


orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis :
Artinya: ”Tidak masuk sorga barang siapa yang ada
dalam hatinya sebesar biji zarah takabur. ”(H.R. Muslim dan
Turmizi).
Kesombongan dan kecongkakan tidak akan masuk
kedalam hati seseorang yang telah beriman kepada Allah
sebagaimana diisyaratkanNya dalam surat Al Furqon ayat
63 :
Rusli 35

Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang


Maha Pengasih dan Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang-
orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata
(yang mengandung) keselamatan.”
Selain daripada itu mereka sudah menyadari bahwa
segala sesuatu ada dalam tangan kuasa Allah. Orang
mukmin itu melihat, berperang dan melempar dengan
pertolongan Allah. Allah swt berfirman dalam surat Al-
Anfal ayat 17:

Artinya: ”Maka sebenarnya bukan kamu yang


membunuh mereka, akan tetapi Allah Yang membunuh mereka.
Dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi
Allahlah yang melempar.”
Dalam surat An Nahl ayat 96 Allah berfirman:

Artinya: ”Dan apa-apa yang di sisimu akan sirna dan apa-


apa yang di sisi Allah akan kekal selamanya.”
b. Mampu mengendalikan nafsu, tidak zalim dan tidak mau
berbuat jahat karena menyadari bahwa hal itu hanya
akan menimpa dirinya sendiri. Firman Allah:
36 Dasar dan Tujuan Silat

Artinya: ”Janganlah engkau memperturutkan hawa nafsu


karena akan menyesatkanmu dari jalan Allah (surat Shad ayat
26).
Rasulullah bersabda dalam sebuah hadis:
Artinya: ”Bukanlah orang yang gagah berani itu orang
yang cepat melompati musuhnya, tetapi orang yang yang dapat
menahan marahnya.”
Mengenai perbuatan jahat Allah SWT berfirman dalam
surat fathir ayat 43:

Artinya: “ ….Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa


selain orang yang merencanakannya sendiri.”
Dalam ayat 10 surat yang sama Allah berfirman :

Artinya: ” …Dan orang-orang yang merencanakan


kejahatan, bagi mereka azab yang keras dan rencana jahat mereka
akan hancur.”
Sehubungan dengan ini Rasulullah bersabda dalam
sebuah hadis :
Artinya: ”Janganlah berbuat rencana jahat , dan janganlah
bersekogkol membuat rencana jahat karena Tuhan telah
menyatakan bahwa tidaklah menimpa rencana jahat itu kecuali
kepada dirinya sendiri.”
3. Tidak menggunakan kependekarannya, kecuali untuk
membela diri demi kebenaran dan keadilan.
Dalam hal ini lebih suka mengambil sikap bijak,
pemaaf yang dilandasi rasa kasih sayang dan tidak berbuat
zalim. Dalam ajaran silat ini tidak dikenal apa yang
Rusli 37

dinamakan lawan atau musuh dan berlaku suatu adagium:


“Musuah indak dicari, basuo paralu diilakkan “ (Musuh tidak
dicari-cari, bertemu perlu dielakkan). Bila diserang tidak
dibenarkan membalas langsung.
Seorang pesilat tidak dibenarkan melakukan
tindakan-tindakan yang menyakiti orang. Biasanya
seseorang yang menyerang orang lain berada dalam keadan
marah. Oleh karenanya kalau disakiti akan bertambah-
tambah kemarahannya. Akibatnya perkelahian tidak dapat
dihindarkan. Maka yang akan terjadi adalah permusuhan
bukan persaudaraan. Ini bertentangan dengan falsafah
zhahir silat mencari kawan.
Kepada setiap pesilat ditanamkan sikap diri untuk
selalu menghormati manusia lain. Sikap diri ini diwujudkan
dalam perbuatan. Kalau diserang pada tahapan pertama
anggaplah yang menyerang itu ibu atau bapa.
Reaksi yang boleh dilakukan adalah mengelak atau
menangkis serangan dengan lemah lembut dalam arti
tidak menyakiti sipenyerang. Berilah dia nasehat secara
baik-baik. Kalau yang bersangkutan masih menyerang
anggap dia guru. Reaksi yang dilakukan sama dengan pada
serangan pertama dan nasehati dengan baik. Pada serangan
yang ketiga anggap sipenyerang itu kawan atau saudara.
Reaksi yang dilakukan teatap sama dengan yang sebelum-
sebelumnya. Nasehati pula dengan baik. Allah dalam surat
Al Balad ayat 17 menyuruh manusia untuk berbuat yang
sedemikian itu:

Artinya: ”…dan saling berpesan untuk bersabar dan saling


berpesan untuk berkasih sayang.”.
Dalam surat An Nahl ayat 125 Allah berfirman:
38 Dasar dan Tujuan Silat

Artinya: “Ajaklah manusia kejalan Tuhanmu dengan


kebijaksanaan dan menasehati dengan baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang lebih baik.”
Setelah tiga kali dinasehati dan yang bersangkutan
masih menyerang maka anggaplah dia bukan manusia
lagi, tetapi sebagai syaitan. Dalam keadaan yang demikian
anggaplah dia sebagai musuh, sebagimana difirmankan
Allah dalam surat Fathir ayat 6 :

Artinya: ”Bahwa sesungguhnya syaitan itu musuh bagimu,


sebab itu hendaklah kamu menjadikannya musuh.”
Dalam kondisi yang seperti itu berarti akal budi sudah
tidak berguna lagi, tempat bertenggang sudah tidak ada
lagi, serahkan diri kepada Allah.

Artinya: ”Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, maka


sesungguhnya Allah Maha Perkasa Maha bijaksana.”(surat
Al Anfal ayat 49).
Kalaulah tawakkal sudah datang, betapapun besarnya
musuh, betapapun kecilnya diri, orang tidak perduli lagi.
”Satapak bapantang suruik, salangkah bapantang mundur,
aso hilang duo tabilang. Namun pesilat tidak boleh bertindak
melampaui batas. Allah memerintahkan membalas kejahatan
itu haruslah seimbang dengan kesalahan orang lain, bahkan
yang lebih baik membalasnya dengan cara yang lebih baik
seperti dinyatakan dalam ayat-ayat berikut:
Rusli 39

Surat Al Baqarah ayat 194:

Artinya: ” …maka barangsiapa menyerang kamu, seranglah


mereka secara seimbang dengan serangan mereka terhadapmu.”
Surat An Nahl ayat 126 :

Artinya: ”Dan bila kamu memberi balasan, maka balaslah


dengan balasan yang sama dengan siksa yang ditimpakan
kepadamu.”
Surat Al Mukminun ayat 96

Artinya: ”Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang


lebih baik.”
Surat Asy Syura ayat 40:

Artinya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan


yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik
maka pahalanya dari Allah.”
Surat Fushilat ayat 34:

Artinya: ”Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih


baik, maka tiba-tiba orang-orang yang diantara kamu dan diantara
dia ada permusuhan seolah-olah teman yang sangat erat”
40 Dasar dan Tujuan Silat

Pesilat tidak dibenarkan melampaui batas. Tindakan


mencelakai orang lain tetap saja tidak dibenarkan.
Kebenaranlah yang harus dijadikan hakim. Allah berfirman
dalam surat Al Baqarah ayat 147:

Artinya: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, dan


janganlah kamu menjadi orang yang ragu-ragu.”
Dalam ayat lainnya Allah berfirman:

Artinya: ”Dan barang siapa yang menghukum dengan apa


yang diturunkan Allah mereka itulah orang-orang yang fasik
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsy:
Artinya: ”Hai hamba-hambaku, Aku mengharam-kan
berbuat zolim atas diriku, dan Aku perintahkan kepada kamu
untuk tidak berbuat zolim antara sesama manusia.”
Kalaupun pada diri sipenyerang terjadi sesuatu,
seperti luka, patah, cedera dan sebagainya maka itu adalah
sebagai akibat dari perbuatannya sendiri. I’tikad jahatnya
yang menjadi hakim pada waktu itu. “Jatuah patah dek pan
jeknyo, rusak binaso karano parangainyo”
Dengan sikap diri yang telah diuraikan diatas
sipesilat telah bertindak sesuai dengan falsafah dan tujuan
silat. Memelihara hubungan dengan manusia sesuai
dengan hukum-hukum Allah. Sehingga terwujudlah
hablumminallah dan hablumminannaas sekaligus terwujud
pula zhahir silat mencari kawan, batin silat mencari Tuhan.
Semua sikap dan perilaku yang diharapkan itu dilatih
dan dibinakan kepada setiap pesilat dalam latihan-latihan.
Setiap akan memulai latihan pesilat harus membersihkan
diri baik secara zahiriah maupun bathiniah. Selanjutnya
tatkala mulai melangkah, pesilat dilatih untuk selalu
Rusli 41

menyerahkan diri kepada Allah SWT. Demikian pula


pada setiap geraknya pesilat dilatih untuk selalu ingat
kepadanNya serta tidak menyakiti kawan berlatih.
Nilai-nilai filosifis dari dasar-dasar dan tujuan silat
kumango ini digambarkan juga di dalam lambang Silat
Kumango yang dirancang oleh penulis sendiri

C. Lambang Silat Kumango

Lambang Silat Kumango, yang merupakan hasil rancangan oleh


penulis.
42 Dasar dan Tujuan Silat

Arti dari lambang Silat Kumango adalah sebagai berikut :


1. Lingkaran yang bertuliskan PERGURUAN SILAT
KUMANGO yang bahagian bawahnya diikat pita
hijau yang di dalamnya terdapat tulisan PERSIKUM.
Lingkaran melambangkan bumi dan warna hijau
melambangkan kebenaran dan keadilan. Makna
yang terkandung di dalamnya bahwa Perguruan
Silat Kumango bertujuan membina dan mendidik
para pesilat yang bertanggung jawab dan berani
membela serta menegakkan kebenaran dan keadilan
di muka bumi.
2. Bangunan yang terdapat di dalam lingkaran terdiri
dari surau dan rumah adat serta makam tempat Syekh
Kumango dikuburkan, melambangkan tempat silat
kumango diwariskan dan dikembangkan. Makna
dari lambang ini bahwa Perguruan Silat Kumango
membina para pesilat yang mengamalkan ajaran
agama dan adat dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tulisan Allah pada puncak surau melambangkan
keyakinan bahwa Allah adalah puncak dari segala-
galanya.
4. Dua tangan yang berjabatan melambangkan
hubungan antar sesama. Makna lambang pada no.
3 dan no. 4 adalah bahwa Perguruan Silat Kumango
membina pesilat yang selalu memelihara hubungan
dengan Allah (hablum-minallah) dan memelihara
hubungan dengan manusia (hablum-minannas).
Sekaligus melambangkan tujuan utama silat
Kumango ”zhahir silek mancari kawan, bathin silek
mancari Tuhan”.
5. Warna kuning mas yang yang memenuhi ligkaran
melambangkan kemuliaan. Makna yang terkandung
di dalamnya adalah bahwa Perguruan Silat Kumango
membina para pesilat yang berhati mulia.
Rusli 43

6. Warna coklat muda yang terdapat pada bangunan


melambangkan tanah. Manusia berasal dari tanah
dan akan kembali ke tanah. Makna yang terkandung
di dalamnya bahwa Perguruan Silat Kumango
membina pesilat yang rendah hati tidak sombong
dan tidak congkak.

You might also like