You are on page 1of 5

ESKRIPSI KEBUDAYAAN NUJUH BULANAN SUKU

SUNDA
Oleh:

Kemala Meilinda Putri (10606036)

Widaningsih (10606086)

ABSTRAK

Kebudayaan nujuh bulanan secara umum dapat diartikan sebagai tradisi


atau ritual dimana ritual ini dimaksudkan bagi wanita hamil yang
kandungannya mencapai usia 7 bulan mengadakan ritual nujuh bulanan
untuk keselamatan bayi yang di kandungnnya. Permasalahan-
permasalahan dalam penelitian ini adalah apa yang di maksud dengan
kebudayaan nujuh bulanan, bagaimana prosesi upacara nujuh bulanan,
dan makna apa saja yang terkandung dalam setiap prosesi upacara nujuh
bulanan. Tujuan dari penulisan ini adalah penulis ingin mendeskripsikan
kebudayaan nujuh bulanan, bagaimana prosesi nujuh bulanan itu
berlangsung, dan menjelaskan makna dari simbol-simbol yang terdapat
pada ritual nujuh bulanan. Dalam penelitiannya penulis menggunakan
metode observatif parsitipatif dalam pengumpulan data. Data-data dalam
penelitian ini diambil dari hasil wawancara penulis dengan seorang
informan. Berdasarkan pada penelitian, penulis mampu mendeskripsikan
kebudayaan nujuh bulanan secara umum dan menyeluruh.

 
  DESKRIPSI KEBUDAYAAN NUJUH BULANAN
SUKU SUNDA
Kebudayaan nujuh bulanan secara umum dapat diartikan sebagai
tradisi atau ritual dimana ritual ini dimaksudkan bagi wanita hamil yang
kandungannya mencapai usia 7 bulan mengadakan ritual nujuh bulanan
untuk keselamatan bayi yang di kandungnnya.

 Sebenarnya dalam tradisi sunda tidak hanya upacara nujuh


bulanan yang sudah menjadi tradisi tetapi ada juga upacara empat
bulanan hampir sama seperti nujuh bulanan namun kini upacara tersebut
sudah jarang dilaksanakan mungkin hanya segelintir orang saja yang
masih menjalankan tradisi tersebut. Pada kenyataannya tradisi nujuh
bulanan ternyata tidak hanya terdapat pada suku sunda saja melainkan di
suku jawa pun terdapat tradisi semacam ini. Tujuan nya sama hanya saja
cara dan prosesinya sedikit berbeda.

Adapun prosesi ritual nujuh bulanan pada suku Sunda adalah


sebagai berikut:

Bahan – bahan / alat – alat yang di gunakan dalam prosesi upacara nujuh
bulanan:

1. Gubuk Siraman (termasuk gentong 2 buah, bunga, gayung)


2. Kelapa gading 2 buah yang sudah diukir Rama-Shinta.
3. Telur kampung
4. Kain batik 7 buah
5. Kain putih kira2 3-4 meter
6. Belut
7. Golok untuk belah kelapa
8. Duit-duitan untuk jual-beli rujak
9. Souvenir untuk yang nyiram (pensil, handuk, cermin, sisir, benang,
jarum, sabun) ada 7 macam, bisa dikemas di keranjang dan dibungkus
plastik kado. 
10. Souvenir untuk yang datang ke acar pengajian adalah buku
pengajiannya.(Tidak Wajib)

 Urutan acaranya:

1. Di buka dengan acara Pengajian, ayat yang di baca Surat Ya'asin dan
Surat Yusuf.
2. Calon Ibu ganti baju siraman (kemben) lengkap dengan bando
melatinya dan berjalan menuju gubuk siraman didampingi suami tercinta,
didahului oleh orang tua

3. Acara adat suami memasukkan ke-2 buah kelapa gading ke dalam


gentong, lalu di"siram" oleh orang tua dan keluarga yang di Tuakan
(mereka yang nantinya akan diberikan souvenir).

4. "Gonta-ganti" kain sambil ditanya ke "penonton", cocok atau tidak kain


yang di kenakan, sampe pada kain ke-7

5.Setelah itu pakai kain putih (disarungkan) lalu suami meloloskan telor
ke dalam sarung kain putih itu, setelah itu bapak meloloskan belut ke
dalam kain sebanyak 7 kali.

6. Acara terakhir di gubuk siraman, suami mengaduk gentong isi kelapa


sambil menghadap ke penonton (seperti mengaduk kupon undian)setelah
itu mengambil satu buah kelapa, jika yang di ambil bergambar Shinta
maka kelakanaknya perempuan , dan kalau bergambar Rama maka kelak
anaknya laki - laki.

7. Setelah itu kelapanya di belah, ini melambangkan susah atau


gampangnya proses persalinan nanti, dan air kelapanya boleh di minum.

8. Istri dan Suami ganti baju kebaya dan siap - siap jualan rujak. Menurut
kepercayaan dari rasa rujak ini orang-orang bisa meramalkan jenis
kelamin si jabang bayi nanti.

9. Uang hasil penjualan rujak dikumpulkan di mangkok/kendi tanah liat


(ceritanya ditabung) tapi isinya dicampur uang recehan yang asli, nanti
mangkok/kendinya itu dibanting oleh suami (proses saweran) dan
uangnya recehnya di perebutkan oleh para tamu.

Makna-makna yang terkandung dari serangkaian acara nujuh


bulanan:

1. Siraman atau mandi merupakan simbol upacara sebagai pernyataan


tanda pembersihan diri, baik fisik maupun jiwa. Pembersihan secara
simbolis ini bertujuan membebaskan calon ibu dari dosa-dosa sehingga
kalau kelak si calon ibu melahirkan anak tidak mempunyai beban moral
sehingga proses kelahirannya menjadi lancar.
2. Upacara memasukkan telor ayam kampung ke dalam kain (sarung) si
calon ibu oleh sang suami melalui perut dari atas perut lalu telur dilepas
sehingga pecah. Upacara ini dilaksanakan di tempat siraman (kamar
mandi) sebagai simbol harapan agar bayi lahir dengan mudah tanpa aral
melintang.

3. Upacara memasukan belut ke dalam kain bertujuan agar pada saat


melahirkan sang ibu tidak mengalami kesulitan.

4.Upacara brojolan atau memasukkan sepasang kelapa gading muda


yang telah digambari ke dalam sarung dari atas perut calon ibu ke bawah.
Makna simbolis dari upacara ini adalah agar kelak bayi lahir dengan
mudah tanpa kesulitan.

5. Upacara ganti busana dilakukan dengan jenis kain sebanyak 7 (tujuh)


buah dengan motif kain yang berbeda. Motif kain dan kemben yang akan
dipakai dipilih yang terbaik dengan harapan agar kelak si bayi juga
memiliki kebaikan-kebaikan yang tersirat dalam lambang kain.

6. Upacara nyolong endog, melambangkan agar kelahiran anak cepat dan


lancar secepat pencuri yang lari membawa curiannya. Upacara ini
dilaksanakan oleh calon ayah dengan mengambil telur dan membawanya
lari dengan cepat mengelilingi kampung.

Dengan dilaksanakannya seluruh upacara tersebut di atas, upacara


mitoni dianggap selesai ditandai dengan doa yang dipimpin oleh dukun
dengan mengelilingi selamatan. Selamatan atau sesajian sebagian dibawa
pulang oleh yang menghadiri atau meramaikan upacara tersebut.

Lambang atau makna yang terkandung dalam unsur upacara


nujuh bulanan:

Upacara nujuh bulanan, yaitu upacara yang diselenggarakan ketika


kandungan dalam usia tujuh bulan, memiliki simbol-simbol atau makna
atau lambang yang dapat ditafsirkan sebagai berikut:

* Sajen tumpeng, maknanya adalah penghormatan pada arwah leluhur


yang sudah tiada.
* Kelapa muda yang diberi gambar Rama dan Shinta, mempunyai makna
agar kelak kalau bayi lahir lelaki akan tampan seperti Rama. Dan kalau
bayi lahir perempuan akan secantik Shinta.

* Kain dalam tujuh motif melambangkan kebaikan yang diharapkan bagi


ibu yang mengandung tujuh bulan dan bagi si anak kelak kalau sudah
lahir.

* Sajen berupa telur yang nantinya dipecah mengandung makna berupa


ramalan, bahwa kalau telur pecah maka bayi yang lahir perempuan, bila
telur tidak pecah maka bayi yang lahir nantinya adalah laki-laki.

You might also like