You are on page 1of 95

BAB 1

RUANG LINGKUP SINTESIS KIMIA ORGANIK

Latar Belakang

Berabad-abad para ahli mengira bahwa senyawa yang terjadi dalam jasad hidup berbeda
dengan senyawa lainnya karena adanya semacam gaya gaib (Vital Force). Gagasan ini
menyebabkan ahli kimia tidak mencoba membuat senyawa organik di laboratorium. Tetapi
pada thun 1928, ahli kimia Jerman, Friedrich Wohler, pada saat itu berumur 28 tahun, secara
kebetulan membuat urea, yakni unsur penting dalam urine, dengan memanaskan zat
anorganik (mineral) yaitu amonium sianat. Ia begitu gembira dengan hasilnya, lalu menulis
surat kepada gurunya, ahli kmia swedia J.J. Berzelius sebagai berikut: “saya bisa membuat
urea tanpa memerlukan sebuah ginjal atau manusia atau hewan”. Percobaan ini dan yang
serupa lainnya sedikit demi sedikit melenyapkan (Vital Force) dan membuka jalan menuju
dunia kimia organik sintetik moderen.

Sintesis biasanya terdiri dari penggabungan kepingn kecil dan sederhana menjadi
molekul besar yang kompleks. Untuk membuat sebuah molekul yang mengandung banyak
atom dari molekul-molekul yang mengandung atom lebih sedikit, perlu diketahui bagaimana
membuat dan memecah ikatan kimia. Walau sintesis urea dari Wohler suatu kebetulan,
sintesis akan lebih efektif dan terkendali jika dilakukan dengan cara-cara yang rasional,
sehingga semua atom tersusun, mereka akan berhubungan satu samalainya dengan benar dan
menghasilkan produk yang dihasilkan.

Ikatan kimia dibuat dan dipecah melalui reaksi-reaksi kimia. Dengan demikian kita dapat
mempelajari bagaimana menyambung molekul-molekul secara spesific, suatu pengetahuan
yang sangat berguna dalam sintesis.

Pada saat ini sejumlah senyawa organik yang telah disintesis dalam laboratorium dan
industri kimia jauh lebih banyak dari pada yang diisolasi (dipisahkan) dari alam-tetumbuhan
dan hewan. Ada beberapa alasan mengapa penting sekali mensintesis molekul. Pertama,
dapat mensintesis produk alam dilaboratorium dengan mudah, dalam jumlah besar dengan
harga yang lebih murah dibandingkan dengan pemisahan dari alam. Contoh senyawa yang
mula-mula di isolasi dari alam dan sekarang diproduksi secara sintesis untuk tujuan komersil
adalah vitamin-vitamin, asam amino, zat-zat warna, kamper penghalau ngengat, penisilin
antibiotika dan lain-lain. Sekalipun istilah sintetis kadang menyiratkan arti 'palsu', produk-
produk alam sintesis pada kenyataanya identik dengan senyawa yang dipisahkan dari alam.

Alasan lain untuk sintesis ialah menciptakan zat-zat baru yang mungkin mempunyai
sifat-sifat lebih berguna dibanding dengan hasil-hasil alami. Serat sintetik seperti nyilon dan
orlon, misalnya mempunyai sifat tertentu yang lebih berguna dan lebih baik dari serat alami
seperti sutra, kapas dan sisal. Banyak senyawa dalam obat-obatan adalah sintetik (termasuk

1
aspirin, eter, novocain dan barbiturat). Daftar produk sintetik yang kita kenal dalam
masyarakat industri antara lain adalah plastik, deterjen, insektisida dan tablat-tablet
kontraseptik. Semua produk tersebut merupakan senyawa karbon atau senyawa organik.

Akhirnya, kimiawan organik kadang-kadang mensintesis senyawa baru untuk menguji


teori-teori kimia dan kadang tidak mempunyai tujuan khusus sama sekali. Beberapa struktur
geometrik, misalnya mempunyai nilai-nilai estetis yang baik, dan merupakan tantangan untuk
dapat membuatnya.

Dalam mempelajari sintesis senyawa organik,kita harus juga melibatkan prespektif yang
lebih luas, yaitu industri vs sintesis laboratorium, keterbatasan waktu, pertimbangan teknis-
ekonomis, dan perbedaan mendasar dari kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan
metode sintesis. Tiga contoh yang menunjukkan paradigma tersebut adalah sintesis senyawa
siklobutadiena(1.1) asam gibberelat(1.2) dan akrilonitril(1.3).

Sintesis molekul dengan reaktivitas tinggi seperti siklobutadiena memerlukan kondisi


reaksi yang mungkin hanya diketahui dan dipahami oleh orang-orang tertentu ,karena reaksi
tersebut harus di lakukan pada suhu -260 oC. Sintesis ini melibatkan eliminasi fotokimia
karbon dioksida dari perkusor lakton bisiklis dalam matriks argon padat. Pertimbangan
ekonomi sungguh tidak relevan; tujuannya hanya untuk mendapatkan senyawa, sedangkan
biaya dan usaha yang harus di bayar tidak dipikirkan.

Asam gibberalt adalah contoh keberhasilan ahli kimia sintesis karena dibutuhkan 41
langkah untuk mensintesis total senyawa tersebut. Ini merupakan satu prestasi intelektual
yang hebat dan mendemonstrasikan kekuatan dari sintesis senyawa organik. Ahli kimia
sintesis secara akademik memang akan termotivasi oleh keindahan mensintesis suatu
senyawa, tetapi mereka pun sangat mudah untuk kehilangan kontak dengan dunia nyata yaitu
bahwa ilmu kimia harus diaplikasikan.

Pertimbangan ekonomi mserupakan bagian terpenting dalam preparasi industri pada


skala yang besar, dengan syarat meliputi proses yang jelas dean sederhana, biaya sintesis
sedapat mungkin rendah, dan reaksi diupayakan berjalan dalam satu langkah. Namun
demikian, hal ini dapat terjadi pada kondisi reaksi sangat spesifik (ekstrem) seperti metode
aliran-kontinu, reaksi dengan orde detik dan suhu mencapai 500-700 0C, contohnya pada
sintesis senyawa akrilonitril. Contoh di atas menunjukan variasi yang khas dari kondisi yang
terlibat dalam sintesis senyawa organik.

Hal-hal yang dipelajari dalam sintesis senyawa organik, untuk memberikan pwnjelasan
tentang filosofi sintesis dan metodologi yang menyangkut bagaimana menyiapkan desain
suatu molekul organik, di tambah metode tertentu dan kriteria umum yang diperlukan agar
reaksi tersebut dapat berjalan.

2
Dalam sintesis senyawa organik, beberapa reaksi yang spesifik akan menjadi pokok
bahasan dengan disertai penjelasan, perluasan, atau pensistematikan transformasi gugus
fungsi. Proses membangun kerangka karbon, oksidasi dan reduksi, penggunaan reaksi
organologam, serta interkonversi, aktivitas dan proteksi gugus fungsi merupan topik yang
akan dibahas.

1.3.1 Reaksi sintesis

Kemungkinan terbuka bagi ahli kimia sintesis adalah memanfaatkan sebesar mungkin
apa yang diketahuinya secara lebih mendalam tentang ketersedian seleksi reaksi kimia.
Woodward mengatakan bahwa ahli kimia organik telah menunjukan pentingnya transformasi
sintesis dalam bidang sintesis senyawa organik. Syarat dalam merancang jalur sintesis yaitu:

 Telah diketahui
 Dapat diprediksi dan sangat dibutuhkan.

Sintesis dalam menggunakan pereaksi organologam, baik menggunakan logam berat


maupun logam transisi, telah secara mantap dibuat dalam skala pabrik.

Oleh karena itu, penerapan sintesis dari kompleks precious-metal juga berkembang pesat
dan memungkinkan untuk membangun transformasi senyawa organik yang berguna secara
sintetik. penggunaan senyawa heterosiklik dalam sintesis senyawa organik merupakan
perkembangan yang banyak memberikan sumbangan pada ilmu sintesis senyawa organik.

1.3.2 teknik sintesis

Katalis tranfer fase adalah salah satu teknik sintesis, dengan dua versi, yaitu
menggunakan garam amonium kuarterner dan penggunaan katalis makrosiklik, seperti eter
mahkota dan poliamin makrosiklik. Reaksi tranfer fase secara klasik harus dianggap sebagai
keadaan yang dinamis, yaitu sintesis interfasial. Selain katalis tranfer fase cair-cair, juga
termasuk didalamnya reaksi yang terjadi pada gas-cairan, bidang batas padatan-cairan atau
gas-padat, reaksi pada fase koloid, dan topokimia pada multilapisan.

Tonggak penting dalam bidang teknik sintesis adalah pengenalan reaksi terbantu
polimer(polimer supported reaction).

Pengaruh faktor fisik luar juga telah terasa dalam sintesis melalui penggunaan arus listrik
untuk mendorong reaksi seperti pada elektrolisis kolbe. Namun demikian, jumlah dan variasi
dari transformasi sintesis yang dipromosikan oleh arus listrik sekarang cukup banyak, sering
menghasilkan reaksi kimia yang baik sehingga sering di kenal dengan istilah “elektrosintesis”
dan bahkan sudah dilakukan dalam skala pabrik.

Cahaya sebagai faktor fisik, menghasilkan hasil reaksi fotokimia yang merupakan bagian
penting dalam sintesis senyawa organik.

3
Yang terakhir dan merupakan bidang yang berkembang sangat pesat yang terkait dengan
bidang biokimia adalah penggunaan enzim dalam sintesis senyawa organik.reaksi yang
didorong oleh enzim sebagai biokatilis mempunyai kelebihan dibandingkan dengan reaksi
organik murni, yaitu kondisi sangat lunak(mild)misalnya pH dan suhu fisiologi, terhindari
dari rreaksi penataan ulang dan rasemisasi, laju reaksi sampai 1012 kali lebih cepat, dan total
kemospesifik, regiospesifik, atau dengan kata lain katalis akan mengarahkan reaksi hanya
pada satu jalur reaksi.

1.3.3 faktor tiga dimensi dalam sintesis senyawa organik

Dalam mempelajari sintesis senyawa organik adalah pertimbangan dari adanya faktor
tiga dimensi. Setiap penjelasan sintesis senyawa organik harus memasukkan aspek
stereokimianya sehingga menimbulkan gejelah bahwa sintesis stereoselektif berkembang
sangat cepat.

Pengaruh stereokimia dari reaksi sintesis klasik dan kelebihan dari pereaksi dan metode
baru yang berpengaruh terhadap stereoselektivitas berkembang sangat cepat.

Pendekatan sintesis stereoselektif lainnya adalah penggunaan katalis khiral dan bukannya
pereaksi khiral.katalis tranfer fase khiral khususnya memberikan enantiomerik yang sangat
baik dengan garam amonium kuarterner dan eter mahkota.

1.3.4 desain sintesis

Dalam mempelajari sintesis organik adalah harus melibatkan rencana dan strategi, yaitu
desain metodelogi dengan cara analisis retrosintesis.

1.3.5 Analisis Retrosintesis

Dua tahap yang memberikan kemajuan strategi sintesis. Pertama adalah konsep synton
yang didefinisikan oleh Corey sebagai unit struktur dalam molekul yang terkait pada
kemungkinan operasi sintesis. Synton merupakan unit yang dapat dibentuk atau dirangkai
berdasarkan reaksi sintesis yang dikenal. Yang kedua, adalah konsep inversi polaritas atau
umpolung. Desain sintesis merupakan rasionalisasi menyeluruh dan penyederhanaan atas
kejelasan reaktan dengan reaktifitas normal dan kebalikannya. Atom ini menentukan
reaktifitas polar rantai karbon yang mengikatnya, dengan pusat donor dan akseptor yang
umumnya dalam posisi rantai. Prosedur penentuan inversi polaritas tersebut dihasilkan pada
proses kebalikannya, yang akan menghasilkan kemungkinan sintesis yang dapat
dipertimbangkan.

1.3.6 Sintesis Spektra masa retro

Kametani menciptakan metode yang dinamakan retro mass spectra synthesis. Yaitu
fragmentasi molekul pada spektometer massa adalah proses pemutusan ikatan, maka dapat
diparalelkan dengan degradasi molekular. Jadi skema fragmentasi dari molekul dalam
spektrum massa memungkinkan desain dari jalur sintesis untuk senyawa tersebut.

1.3.7 Desain dengan bantuan komputer (computer-aided design)

4
EROS (Elaboration of Reaction for Organic Synthesis) merupakan program komputer
yang dapat memberikan reasoning tanpa dibatasi oleh jumlah file reaksi. Inti dari pendekatan
ini adalah asumsi bahwa reaksi organik dapat diperlakukan sebagai pemutusan dan
pembentukan, serta meletakkan pertimbangan pada pergeseran elektron. Komputer dapat
memunculkan transformasi sintesis dengan prinsip menyajikan reaksi yang masuk akal,
meliputi metode untuk mengatasi arsitektur molekular yang dihasilkan, berupa usulan yang
dibuat oleh mesin.

5
BAB II

RETROSINTESIS DAN DISKONEKSI

 Perubahan gugus fungsi merupakan tranformasi dari satu gugus fungsi menjadi gugus
fungsi yang lain.

 Transformasi didefenisikan sebagai perubahan tepat dari suatu reaksi sintesis

Sebagai contoh, asam pentanoat (2.7) sebagai target sintesis, dan diskoneksi
ikatan karbon-
karbon
menghasilkan 1-
Pentanol (2.8) .

6
 DISKONEKSI DENGAN PENOMORAN

reaksi-reaksi senyawa organik maupun jenis-jenisnya serta mekanismenya dan


merupakan kebalikan dari sintetik (retrosintetik).

Pendiskoneksian ikatan dua pada gambar di bawah akan menghasilkan fragmen


1 dan 2.
Kedua pendiskoneksianyang mungkin ini harus ermati. evaluasi yang di ingikan
adalah suatu molekul yang real, dan reaksi yang real akan digunakan untuk
menentukan ikatan yang didiskoneksi dengan benar dalam sintesis.
untuk menyelesaikan masaalah ini, ada dua asumsi yang dibuat, yaitu:
1. ikatan-ikatan kunci akan dibentuk melalui sejumlah reaksi
2. Ikatan-ikatan akan dibentuk oleh reaksi yang melibatkan intermediat(zat
antara) ionik .

Pendiskoneksian ikatan 1 pada 2.22 akan menghasilkan 2 fragmen (hasil diskoneksi)


2.24 dan 2.25. Pendiskoneksian ikatan 2 pada 2.23 menghasilkan fragmen 2.26 dan 2.27.

Kedudukan atom – atom donor di beri tanda dengan huruf d, dan kedudukan atom –atom
akseptor di beri tanda dengan huruf a.

7
Sebagai contoh, hasil diskoneksi 2.24 dan 2.25 masing – masing menjadi 2.29 dan 2.30
atau 2.32.

8
 Pengertian Ekuvalensi sintetik

Merupakan fragmen molekul yang ekuvalen dengan molekul real berdasarkan atas
keidentikan reaktivitas kimianya sebagai contoh, kedudukan Cd , adalah ekuvalen dengan C
parsial pada reaksi griknard, dan kedudukan C a ekkivalen dengan karbon elektrofilik pada
alkil halida

A. Sintesis Organik.

Senyawa organik pada umumnya dihasilkan oleh organisme hidup. Dalam


tubuh makhluk hidup, senyawa organik disintesis melalui proses biosintesis dan
dikatalisis oleh biokatalis yg disebut enzim. Enzim ini tentu saja sangat spesifik.
Biosintesis atau lebih dikenal dengan istilah metabolisme sehingga produk sintesisnya
dikenal dengan nama metabolit. Ada dua jenis produk metabolisme yaitu metabolit
primer dan sekunder.

Kandungan senyawa organik dalam metabolit sekunder pada makhluk hidup


relatif rendah, padahal kebutuhan akan senyawa-senyawa organik terus meningkat,
sehingga ahli kimia organik berusaha mensintesis senyawa yang sama, mirip atau
berfungsi mirip di laboratorium . di laboratorium tentu sangat sulit sehingga
prosesnya lebih tepat bila disebut sebagai proses semisintetik (Sitorus :2008). Proses
semisintetik mencakup transformasi metabolit primer dan sekunder menjadi senyawa
lain yang lebih bermanfaat.

B. Retrosintesis

Merupakan teknik pemecahan masalah untuk mengubah struktur dari


molekul target sintesis menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana melalui jalur yang
berakhir pada suatu material start ysng sesuai dan mudah didapatkan untuk keperluan
sintesis(Smith,1994)Dengan cara ini, struktur molekul yang akan disintesis ditentukan
terlebih dahulu yang dikenal sebagai molekul target (MT).
selanjutnya MT dipecah/dipotong/diputus dengan seri diskoneksi.
Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang

Pedoman yang sangat penting untuk meripta suatu sintesis dengan pendekatan
diskoneksi adalah sebagai berikut :

1. Analisis :
a. Mengenal gugus fungsional dan molekul target (MT)
b. Melakukan diskoneksi dengan metode yang berhubungan dengan reaksi-reaksi
yang mungkin.

9
c. Memastikan bahwa reagen pereaksi hasil pemutusan (sinton) tersedia sebagai
starting Material.

2. Sintesis :

a. Membuat rencana berdasarkan analisis Starting Material dan kondisi sintesis.


b. Bila tidak berhasil dalam sintesis dilakukan pengkajian ulang analisis.

Dengan demikian hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan
sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa
organik maupun jenis-jenisnya serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu
melakukan analisis terhadap bahan awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus
diperoleh dari suatu hasil sintetik yang dikenal dengan IGF tadi, karena reaksoi
senyawa organik tidak lain dan tidak bukan adalah transformasi gugus fungsional.

dari penjelasan ini, jelaslah bahwa diskoneksi pada hakekatnya adalah merupakan
kebalikan langkah sintetik (retrosintesis). Ikatan yang didiskoneksi adalah yang
diyakini reaksi tersebut dapat dapat berlangsung berdasarkan kaedah-kaedah dan
jenis-jenis reaksi yang mungkin.

Retrosintesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam retrosistesis ialah sebagai berikut:
1. Rancangan
2. Telah diketahui
3. Dapat diprediksi produk yang akan terjadi.

kesimpulan

Cara penyelesaian masalah untuk transformasi dari suatu target molekul


sintetik,melalui serangkaian tahapan reaksi yang akhirnya akan menuju pada bahan
awal yang sederhana atau bahan awal yang dapat diperoleh dengan mudah

Pendekatan retrosintesis untuk sintesis dengan bahan awal yang sudah diketahui
meliputi:

1.Menentukan kedudukan kaarbon yang terkandung dalam bahan awal yang


terdapat pada target.

2. Diskoneksi ikatan yang memberikan penyederhanaan secara maksimum.

3. Menggunakan konsep donor –akseptor untukn mengubah hasil-hasil


diskoneksi menjadi bagian-bagian nukleofilik dan elektrofilik.

10
4. Menentukan kedudukan pasangan ion intermediate yang paling cocok untuk
menyepurnakan sintesis ikatan karbon-karbon yang diinginkan .

BAB III

ASAM BASA DAN TRANSFORMASI GUGUS FUNGSI

A. TRANSFORMASI GUGUS FUNGSI


Dalam sentesis, masalah yang mendapatkan perhatian besar adalah pembentukan
kerangka karbon dengan cara reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon. Namun
demikian, reaksi kimia dalam sintesis meliputi penggabungan gugus fungsi atau
penggantian gugus fungsi.
Penerapan perubahan gugus fungsi pada sintesis dapat digambarkan pada
kasus sintesis berikut. Konversi sikloheksanon (3.1) menjadi bromohidrin (3.2)

hanya membutuhkan langka transformasi gugus fungsi. Reaksi awal keton


dengan litium aluminium hidrida (LiAlH4) menghasilkan alcohol (3.3) melalui reaks
11
adisi asil. Berikutnya adalah reaksi fosfor tribromida yang memberikan bromide (3.4)
melalui reaksi substitusi. Basa akan mengeliminasi dan memberikan alkena (3.5),
keduanya menggambarkan reaksi eliminasi dan reaksi asam/basa.

Reaksi terakhir dengan asam hipobromida menghasilkan 3.2 yang


menggambarkan reaksi adisi. Serngkaian adisi ini menggunakan lima macam tipe
reaksi utama yaitu asam/basa, reduksi, substitusi, eliminasi, da adisi.

A. KEASAMAN PADA MOLEKUL ORGANIK

Reaksi HA dan B membentuk HB+ dan A-, merupakan pernyataan umum


penulisan reaksi asam/basa :
HA + B: HB+ + A-
Asam (HA) bereaksi dengan basa (B:) menghasilkan asam terkonjugasi HB +
(CA) dan basa terkonjugasi A- (CB). Tingkat ionisasi merupakan ukuran keasaman
HA, dan tingkat kesetimbangan sebanding dengan keasaman HA. Kedudukan
keasaman bergantung pada banyak factor, meiputi stabilitas relative asam (HX) dan
asam konjugat (HB+)
Pembentukan enolat (CB)dari 2-butanol (A) dengan natrium etoksida (B)dalam
etanol merupakan reaksi yang dapat balik. Etanol merupakan asam konjugat yang
merupakan asam yang cukup kuat untuk memprotonasi hasil enolat basa. Hal ini
memacu kondisi kesetimbangan yang mengarah pada enolat yang lebih stabil. Jika
basa pada keadaan tersebut sangat lemah untuk melepaskan proton asam HA, maka
HA dapat dipandang sebagai asam lemah dalam system.

12
Sejumlah factor yang mempengaruhi kekuatan asam dan hargan K a dijelaskan
berikut ini:
a. Pada umumnya, asam kuat menghasilkan basa konjugat yang lemah, dan asam
lemah menghasilkan basa konjugat yang kuat.

b. Pada table periodic ,pada umumnya keasaman naik ke kanan.


CH4 < NH3 < H2O < HF
Asam lemah Asam kuat
CH3- > NH2->HO
Sebagai konsekuensi hal tersebut, kebasaan naik dari kiri ke kanan.

c. Keasaman naik dari atas ke bawah, meskipun keelektronegatifitasnya


menurun.
HF < HC < HBr < HI, dan H2O < H2S
pKa : 3,0 -7 -9 -10 15,74 7,0

Terdapat dua definisi keasaman/kebasaan : asa lewis merupakan penerima


pasangan electron dan asam Bronsted-lowry merupakan pemberi proton sedangkan
basa lewis merupakan pemberi pasangan electron dan basa Bronsted-lowry
merupakan penerima proton.
Asam lewis umumnya dinyatakan dalam bentuk MX n, X merupakan ligan (atom
halogen, amina, atau fosfin ), sedangkan M menyatakan logam, dan n merupakan
valensi normal dari M. asam MX n menunjukan sifat-sift keasaman dalam reaksi
kesetimbangan:

MXn + B MXn-B-
Asam basa hasil adisi

B. Kebasaan Molekul Organik

Kekuatan relative basa di pengaruhi oleh factor yang sama seperti asam.
Kekuatan basa biasanya dinyatakan oleh pKa dari asam konjugatnya. Terdapat banyak
jenis basa yang digunakan dala kimia organic. Deprotonasi alcohol memberikan basa
alkoksida, metoksida, dan t-butoksida, yang merupakan basa yang sangat umum dan
sering digunakan dalam pelarut alcohol (metoksida dalam methanol, t-butoksida
dalam t-butanol). Basa yang digunakan untuk mendeprotonasi air atau alcohol adalah
natrium hidrida, kalium hidrida, natrium dan kalium hidroksida, logam natrium,
natrium dan kalium amida. Ammonia dapat deprotonasi oleh basa yang sangat kuat
seperti pereaksi Grignard dan organolithium yang menghasilkan basa amida.

C. Adisi Asil Nukleofilik

13
1) Pengikatan nukleofilik

Nukleofil didefinisikan sebagai spesies yang dapat memberikan


sepasan electron pada karbon dan membentuk ikatan baru dengan karbon.
Kesanggupan nukleofil mengikat elektrofil akan bergantung pada kekuatan
nukleofil dan sifat substrat karbonil.
Terdapat dua tipe pokok reaksi :
 Karbonil yang tidak mengandung gugus pergi, misalnya aldehida dan keton
 Karbonil yang mengandung gugus pergi, misalnya turunan asam.
Bila karbonil terkonjugasi dengan ikatan phi, maka induksi dapat
mempengaruhi karbon beta pada elektrofilik ikatan phi, dan kemungkinan
dapat terjadi pengikatan nukleofilik.

2) Adisi Asil pada karbonil tanpa gugus pergi

Adisi nukleofilik pada karbonil cenderung reversible jika spesies


nukleofilik yang mengikatnya juga merupakan gugus pergi yang baik seperti
reaksi adisi air atau hidroksida pada karbonil. Bila NaC=CCH3 bereaksi
dengan karbonil,maka ikatan karbon-karbon dapat di bentuk. Karena ikatan
karbon bersifat kuat dan sukar putus maka reaksi kebalikannya lebih sukar. s

Berdasarkan alasan ini, alkoksida (3,6) yang mula-mula dibentuk tidak


melepaskan asetilida hingga adisi ireversibel dan hidrolisis 3,6 memberikan
hasil adisi 3,7. Pada umumnya adisi nukeofil karbon pada karbonil bersifat
ireversibel,dan adisi nukleofilik heteroatom bersifat reversible.

3) Adisi asil pada karbonil dengan gugus pergi (subsitusi asil)

Turunan asam karboksilat seperti asam klorida dan ester di tandai oleh
karbonil yang mengikat klor atau gugus OR. Jika nukleofil mengikat karbonil,
maka klor dan gugus alkoksi berfungsi sebagai gugus pergi. Bila karbonil
mengikat gugus pergi seperti klor,maka adisi asil awal oleh hidroksida
menghasikan 3,8 yang diikuti dengan reaksi eliminasi. Sebagai hasil adalah
reaksi subsitusi dimana nukleofil menggantikan klor pada karbonil. Pelepasan
gugus pergi klorida dari 3,8 memudahkan pembentukan ikatan π baru asam
benzoate. Pada kondisi basa,asam yang dibentuk diubah menjadi anion
hidroksida.

14
4) Adisi konjugasi

Bila karbonil terkonjugasi dengan ikatan π dari alkena (seperti 3.9),


maka pengaruh induksi akan membuat karbon terminal dari alkena elektronik,
dan menjadi kedudukan yang cenderung diikat oleh nukleofil. Jenis reaksi ini
dikenal sebagai adisi konjugasi atau adisi Michael yang dipacu dengan
pembentukan hasil yang distabilkan oleh resonansi, yaitu anion enolat (3.10).
hidrolisis akan memberikan hasil akhir adisi, yaitu keton 3.11

Meskipun pengikatan pada karbon asil bisanya berlangsung lebih


cepat, namun bila gugus R pada 3.9 terhalang, maka pengikatan pada karbon
asil menjadi sukar dan adisi konjugasi berlangsung sangat kompetif. Bila R
kecil (seperti hydrogen pada aldehida terkonjugasi), maka adisi 1,2 pada
karbon biasanya lebih disukai.

5) Karakteristik reaksi yang melibatkan nukleofil

Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya reaksi nukleofilik,


meliputi pelarut, substrat, sifat nukleofil, konsentrasi, dan sifat gugus pergi.

a. Pelarut

Pelarut digunakan untuk melarutkan semua reaksi, dan juga


menyerap panas berlebih yang dilepaskan oleh reaksi. Sifat yang sangat
penting dari pelarut adalah polaritasnya. Yang sangat menentukan adalah
kesanggupannya melarutkan dan memisahkan ion-ion (solvasi). Solvasi
merupakan kunci dari sebagian besar reaksi nukleofilik dan sangat penting
pada reaksi asam/basa. Ukuran yang baik untuk menyatakan kesanggupan
pelaru untuk memisahkan ion-ion ini adalah tetapan dielektrik.

15
Pelarut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pelarut yang
mengandung proton (X-H, protik) dan pelarut yang tidak mengandung
proton (aprotik). Pada setiap kelompok, semakin tinggi tetapan dielektrik,
maka pelarut semakin polar. Perbedaan utama antar pelarut protik dan
pelarut aprotik adalah kesanggupan pelarut protik untuk mensolvasi baik
kation maupun anion, sedangkan pelarut aprotik hanya mensolvasi secara
kuat suatu kation.

b. Substrat

Perbedaan substituen pada substrat karbonil akan


mengakibatkan perbedaan yang besar pada laju reaksi adisi asil nukleofilik
dengan nukleofil. Proses bimolekul tergantung pada sifat substrat (molekul
yang mengandung pusat nukleofil). Untuk reaksi alkil halide primer,
biasanya proses bimolekul bersifat dominan.

c. Nukleofil/basa

Jika nukleofil kuat, maka pengika terhadap karbon σ+ lebih


kuat, sehingga proses bimolekuler lebih memungkingkan terjadi. Dalam
pelarut aprotik, proses bimolekuler terjadi karena nukleofilitasnya dipacu,
seperti halnya kebutuhan energy yang naik untuk pembentukan kation.

d. Konsentrasi spesies yang bereaksi

Untuk proses bimolekul, laju reaksi dinyatakan dalam persamaan :


Laju reaksi = k [nukleofil atau basa][RX]
Dengan k adalah tetapan laju reaksi. Kenaikan konsentrasi
nukleofil, halida, atau basa akan mengakibatkan kenaikan laju reaksi.
Penurunan konsentrasi pada setiap spesies akan menurunkan laju reaksi.
Kelebihan basa atau nukleofil umumnya digunakan untuk memacu laju
reaksi.

e. Gugus pergi

Gugus pergi adalah gugus yang dipindahkan atau diganti dalam


reaksi substitusi atau eliminasi.Gugus pergi yang “baik”harus mempunyai
ikatan C-X yang lemah dan terpolarisasi tinggi. Setelah lepas atau pergi, X-
harus merupakan ion yang sangat stabil.

E). REAKSI SUBTITUSI

16
1) Subtitusi nukleofilik bimolekul

 Reaksi Sn2
Substat 3.12 mengandung gugus pergi yang diganti
dengan nukleofil menghasilkan produk 3.13. proses ini dapat
dinyatakan sebagai substitusi bimolekuler yang melibatkan
nukleofil, umumnya ditulis SN2.

Reaksi SN2 dapat melibatkan beberapa perubahan gugus fungsi


yang berbeda dan menggunakan molekul kompleks baik substrat
maupun pereaksinya.

 Reaksi mitsonobu

Reaksi ini merupakan cara untuk mengubah molekul


yang mengandung gugus pergi yang jelek menjadi turunannyayang
dapat bereaksi melalui mekanisme SN2, bahkan meskipun
merupakan nukleofil lemah. Disini gugus pergi yang jelek diubah
menjadi gugus pergi yang baik melalui suatu intermediet. Proses
ini melibatkan reaksi dietilazodikarboksilat (3.14) dengan
trifenilfosfin(Ph3P) untuk membentuk 3.15. ion dipolar ini bereaksi
dengan HX menghasilkan 3.16. alkohol kemudian ditambahkan
pada garam fosfonium ini, dan reaksi selanjutnya menghasilkan
diimida 3.17 dan garam alkoksifosfonium 3.18

 Reaksi Sn2’

Pada umumnya alilik halida bereaksi lebih cepat dengan


nukleofil dari pada alkil halida karena ikatan membantu
melepaskan gugus pergi.

17
2) Subtitusi nukleofilik unimolekul

Pada umumnya reaksi subsitusi unimolekul,S N1 (atau reaksi


ionisasi),kurang bermanfaat dalam sintesis,namun demikian sering
merupakan reasi yang sangat spesifik mempengaruhi perubahan gugus
fungsi.

3) Penataan ulang kationik

Pusat kation yang kekurangan elektron seperti 3.32 dapat


mempunyai muatan total yang disebabkan oleh pelapasan kerapatan
elaktron dari atom yang berdekatan, paralel terhadap ikatan.

4) Subtitusi oleh halogen

Reaksi alkohol tersier dengan HBr atau HCl menghasilkan


halida melalui intermediet kation. Reaksi 1-butanol dengan HBr
menghasilkan halida primer, tetapi mengikuti mekanisme reaksi SN2
dengan bromida menggantikan H2O+. Pada umumnya reaksi antara alkohol
primer, sakunder, dan tersier dengan HBr dan HCl merupakan cara yang
baik untuk pembuatan alkil halida.

F). REAKSI ELIMINASI

1) Eliminasi bimolekul 1,2

Reaksi perubahan gugus fungsi berdasarkan proses asam/basa


adalah eliminasi. Eliminasi ditandai dengan pelepasan atom atau gugus
(gugus pergi,X) yang disebabkan oleh penggantian proton oleh basa untuk
membentuk ikatan π yang baru. Muatan negatif terjadi pada karbon β (basa
memberikan 2 elektron ke hidrogen) dan terbentuknya kecapatan elektron
ini memungkinkan terjadinya kelepasan gugus fungsi. Ikatan π baru
terbentuk selama eliminasi dan menghasilkan alkena, dan reaksi tersebut
dikenal sebagai reaksi E2 (eliminasi bimolekul).

18
2) Eliminasi unimolekul 1,2

Pemanasan bromida 3.67 dalam media berair menghasilkan


pasangan ion yang terpisahkan oleh pelarut (3.68), yang akan mengalami
penataan ulang menuju ion yang lebih stabil. Hidrogen-β (Hα pada 3.68)
terpolarisasi lebih besar dari pada halida netral, karena hidrogen
berdekatan dengan muatan positif. Suatu basa yang tepat akan melepaskan
Hα, dan perpindahan pasangan elektron kearah pusat elektofilik akan
menghasilkan ikatan π dari produk alkena, 3.69.
Rotasi ikatan pada 3.68 menghasilkan menghasilkan 3.69 sebagai
campuran isomer E-Z. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa Hα dapat
dilepaskan oleh basa baik dari arah “atas” atau “bawah” terhadap halida.
Reaksi merupakan unimolekul, karena langka yang paling lambat pada
proses ini adalah lepasnya gugus pergi yang akan membentuk karbokation,
dan reaksi ini disebut E1 (eliminasi unimolekul)

3) Eliminasi syn

Jika basa merupakan bagian dari substrat, maka hidrogen β


hanya dapat dilepaskan bila hidrogen β mempunyai kedudukan eklips
terhadap atom yang bersifat basa dalam konfigurasi syn. Jika tetheerd base
juga merupakan gugus pergi, maka pelepasan hidrogen β syn dapat
merupakan proses yang efisien, meskipun proses ini akan membutuhkan
suhu reaksi yang tinggi untuk terjadinya populasi yang efisien pada
konfigurasi eklips. Eliminasi seprti ini dikenal sebagai eliminasi syn.
 Eliminasi hoffmann
Eliminasi hoffman yaitu contoh klasik dari proses eliminasi
syn.
 Eliminasi 1,3 (dekarboksilasi)
Reaksi eliminasi syn menunjukan bahwa hidrogen yang
bersifat basa dapat dilepaskan oleh atom yang bersifat basa yang
terdapat pada molekul yang sam, mengakibatkan lepasnya gugus
pergi dan pembentukan ikatan π. Dasar ini juga dapat diterapkan
pada sistem yang mempunyai hidrogen yang bersifat asam dan
gugus pergi dipisahkan oleh 3 atom. Reaksi tersebut dikenal
sebagai eliminasi 1,3.
4) Reaksi-reaksi yang berkaitan dengan Eliminasi 1,3

19
Terdapat sejumlah tipe reaksi yang berkaitan dengan proses
eliminasi 1,3. Senyawa 3.86 yang direaksikan dengan hidroksida mula-
mula membentuk 3.87, namun kemudian terjadi perubahan cincin
menghasilkan enolat 3.88. transfer proton menghasilkan 3.89, dan
hidrolisis memberikan produk asam keton.

G). REAKSI ADISI

1) Adisi yang melibatkan intermediet ion bebas


Tipe reaksi ini biasanya melibatkan ikatan π alkena yang
bersifat basa yang memberikan pasangan elektron ke asam (H +). Ikatan π
menjadi putus dan ikatan baru C-H terbentuk. Karbon yang pada awalnya
berikatan rangkap yang tertinggal akan kekurangan elektron, dan disebut
karbokation. Contoh poses ini adalah reaksi sikloheksana dengan asam
yang membentuk karbokation sekunder, 396. Pusat kationik kemudian
bereaksi dengan nukleofil (Br- dari HBr) menghasilkan
bromosikloheksana. Biasanya reaksi awal melibatkan pembentukan
intermediet karbokation. Hasil keseluruhan reaksi kationik ini adalah adisi
H dab Br pada ikatan π

Alkena merupakan basa yang relatif lemah dan hanya akan


bereaksi dengan asam kuat. Asam kuat HX (seperti HCl, HBr, H 2SO4,
HNO3, dsb) akan bereaksi dengan alkena menghasilkan alkil halida, sulfat,
nitrat dll. Alkil sulfat dan nitrat sering tidak stabil, sehingga tidak dapat
dibentuk. Jika terdapat air (berasal dari penggunaan pelarut berair) atau
jika menggunakan pereaksi yang lebih nukleofilik seperti KCN yang
ditambahkan ke dalam reaksi, maka air atau sianida akan menjadi kation
(masing-masing menghasilkan alkohol dan nitril). Proses ini berada di
bawah kontrol termodinamika dan cenderung menghasilkan ion yang lebih
stabil dan hasil akhir yang lebih stabil. Sebelum mekanisme reaksi ini
diketahui, telah diamati bahwa reaksi alkena dan asam selalu
menghasilkan produk yang lebih tersubstitusi yang kemudian dikenal
sebagai adisi Markovnikov.

2) Adisi yang melibatkan ion-ion logam yang distabilkan


Seperti yang telah dijelaskan didepan, intermediet kation yang
berasal dari proses adisi cenderung mengalami penataan ulag menuju ion
yang stabil. Stabilisasi terjadi bila heteroatom terikat pada karbon

20
elektrofilik. Sebagai contoh, kation oksigen yang mengalami stabilisasi
(3.102) dihasilkan oleh reaksi asam dengan keton (3.101.)

3) Adisi yang melibatkan intermediet jembatan yang simetris


Pada reaksi dengan HX, alkena mempunyai sifat kurang lebih
sebagai basa Bronsed-Lowry. Alkena dapat juga berfungsi sebagai basa
Lewis pada reaksi dengan elektrofilik halogen. Pereaksi yang simetris
seperti bron atau klor umumnya tidak terpolarisasi, namun bila didekatkan
dengan ikatan π, maka dipol akan terjadi (C=C X+ X-). Tipe reaksi ini
kadang-kadang dinyatakan sebagai transfer muatan kompleks. Alkena
kemudian dapat memberikan elektron ke X+, melepaskan X-. Pusat
kationik yang dihasilkan oleh reaksi ini berdekatan dengan ikatan C-X
yang baru terbentuk. Karena guguus X mengandung pasangan elektron
bebas, maka elektron tersebut dapat diberikan kepusat kation sehingga
membentuk intermediet jembatan simetris (lingkar anggota-tiga).

H). SUBTITUSI AROMATIK

Tipe proses ini ditunjukan pada reaksi benzena dengan spesies


elektrofilik (X-). Pengikatan cincin aromatik akan membentuk ikatan C-X dan pusat
sp3. Kation ini (3.116) mengalami stabilisasi resonansi. Lepasnya proton bersamaan
dengan pembentukan kembali senyawa aromatik berlangsung sangat cepat
(membentuk 3.118). Kation intermediet (3.116) kadag-kadang dinyatakan sebagai
ion benzenonium, namun lebih umum disebut intermediet Wheland, yang
digambarkan sebagai kation yang terdelokasikan, 3.117

1) Subtitusi elektrofilik aromatik


Ikatan-ikatan π pada benzena merupakan pemberi elektron
yang tidak efisien (benzena merupakan basa Lewis yang lemah). Bila
benzena direaksikan dengan spesies elektrofilik seperti HCl, tidak akan
terjadi reaksi. Meskipun benzena dapat membentuk kompleks yang
mentrasfer muatan lemah dengan klor (3.125), namun klor tidak dapat
ditransfer kebenzena. Namun demikian, jika asam Lewis kuat seperti AlCl 3
ditambahkan, maka akan dibentuk kompleks trasfer muatan seperti 3.126.
dalam kompleks ini, ikatan klor-klor diperlemah yang kemudian dapat
diikat oleh benzena, transfer satu klor ke benzen, dan transfer klor yag lain

21
ke AlCl3. Asam Lewis yang kuat akan memberikan reaksi yang cepat
antara halogen dengan benzena. Reaksi ini menghasilkan intermediet
Wheland, yang kemudian melepaskan proton menghasilkan klorobenzena.

2) Subtitusi nukleofilik aromatik


Cincin aromatik memiliki sifat seperti basa Lewis dalam reaksi
dengan asam Lewis, namun pengikatan nukleofil cicncin aromatik yang
kaya elektron lebih sukar. Contohnya, bila diniriklorobenzena (3.152)
ditambah dengan natrium hidroksida dalam media berair, ternyata tidak
terjadi reaksi. Jika campuran tersebut dipanaska sekitar 100oC, maka
terjadi reaksi substitusi yang melibatkan transformasi 2,4-
dinitroklorobenzena menjadi 2,4-dinitrofenol. Ini merupakan cara
komersial untuk memproduksi turunan-turunan fenol, meskipun dilakukan
pada kondisi suhu yang cukup tinggi. Kondisi dengan suhu tinggi ini
mempunyai enargi aktivasi tinggi untuk pengikatan awal pada cicin
aromatik. Reaksi harus terjadi oleh pengikatan hidroksida nukleofil pada
karbon ipso, yang menghasilkan ntermediet karbanion yang distabilkan
oleh resonansi, 3.153.

3) Turunan benzuna (benzyne)


Halogen membuat hidrogen pada kedudukan orto mempunyai
sifat lebih asam. Basa akan melepaskan hidrogen-orto dan menghasilkan

22
karbanion, namun orbital yang terisi ini mempunyai kedudukan ortogonal
terhadap bidang kabut π aromatik. (lihat 3.159). ini merupakan intermediet
yang tidak stabil, karena muatan terletak pada karbon yang berdekatan
dengan halogen, sehingga menjadi gugus pergi yang baik. Eliminasi halida
membentuk ikatan π baru yang tegak lurus pada kabut π cincin benzena,
dan spesies yang reaktif ini (3.160a) disebut benzuna (benzyne). Bila 3.158
direakskan dengan natriu amida, maka deprotonasi akan menghasilkan
3.159a. bromida kemudian akan dilepaskan dan dihasilkan intermediet
benzuna 3.160a. bila 3.159a digambarkan kembali seperti 3.159b, terlihat
bahwa karbanion dalam posisi ortogonal terhadap kabut π aromatik dan
pararel terhadap ikatan C-Br. Pelepasan gugus pergi yang berdekatan ini
membentuk ikatan π baru pada intermediet benzuna, 3.160b. ikatan π ini
merupakan sasaran terhadap pengikatan nukleofilik, dan nukleofilik amida
akan bereaksi dengan 3.160a menghasilkan campuran 3.161 dan 3.162.
hasil ini merupakan pengikatan terhadap kedua karbon ikatan rangkap.
Produk substitusi 3.162 mempunyai substituen baru amino yang
berdekatan dengan karbon yang mengikat gugus pergi bromida, ini sering
disebut sebagai substitusi Cine.

4) Reaksi subtitusi terhadap garam-garam aril diazonium


Bila amina aromatik primer seperti anilin direaksikan dengan
asam nitrit (HONO) – yang umumnya dihasilkan dengan mereaksikan
natrium nitrit dan HCl atau asam sulfat – maka dihasilkan senyawa aril
diazonium, dalam hal ini benzenadiazonium klorida, 3.163. ion diazonium
merupakan salah satu gugus pergi yang paling baik dan merupakan sasaran
untuk digantikan oleh berbagai nukleofil untuk menghasilkan produk
substitusi 3.164

23
Terdapat sejumlah spesies nukleofilik yang dapat bereaksi dengan
garam-garam aril diazonium. Pemanasan 3.164 dalam asam berair
menghasilkan fenol. Contoh reaksi ini adalah konversi 3-nitroanilin
(3.165) menjadi garam diazonium (3.166), yang kemudian dipanaskan
dalam asam sulfat berair menghasilkan 3-nitrofenol, 3.167.

BAB IV

REAKSI OKSIDASI

 Pengertian Reaksi Redoks

Sheldon dan Kochi menyatakan bahwa oksidasi pada kimia organik dapat berupa:

1. Eliminasi hydrogen seperti pada serangkaian Dehidrogenasi Etana.


2. Penggantian atom hydrogen yang terikat pada karbon dengan unsur lain yang
lebih elektronegatifseperti Oksigen.

Sebagai Contoh adalah pada serangkaian Transformasi oksidatif terhadap Metana:

CH4 → CH3OH → CH2OH →HCO2H→CO2

Oksidasi dapat juga didefinisikan sebagai reaksi suatu unsur dengan Oksigen, seperti
yang dinyatakan pada pernyataan kedua. Untuk definisi yang lebih umum, yang sebagian
besar diterapkan pada kimia AnOrganik, oksidasi melibatkan lepasnya satu electron atau
lebih dari atom-atom gugus.

24
 ALKOHOL MENJADI KARBONIL (CH-OH→C=O)

alkohol dioksidasi menjadi turunan karbonil dengan berbagai zat pengoksidasi.Produk


yang dihasilkan bergantung pada struktur alkohol dan pereaksi yang digunakan. Alkohol
primer mula-mula dioksidasi menjadi aldehida, namun dapat bereaksi lebih lanjut menjadi
asam. Alkohol sekunder dapat dioksidasi menjadi keton.

Oksidasi dengan Kromium (VI)

Kromium (VI) merupakan z t pengoksidasi yang kuat. Dalam asam sulfat, reaksi Cr (VI)
dapat ditulis:

Cr6+ + 3e → Cr3 + (2NH2SO4)

Cr2O72- + 14H+ +6e → 2Cr3+ + 7 H2O

HCrO4- + 7H+ +3e→Cr3+ + 4H2O

Oksidasi terhadap alkohol akan disertai dengan reeaksi Kromium Cr (VI) menjadi
Cr(III). Terdapat sejumlah pereaksi kromium (VI), namun yang paling umum adalah
kromium trioksida yang berwujud Polimer yang umum ditulis sebagai [CrO3]n . dalam media
berair, kromium trioksida berada dalam kesetimbangan dengan sejumlah Kromium (VI)
lainnya, meliputi HOCrO3H, H2CrO4, HCrO4-,Cr2O72-, H2Cr2O7, dan HCrO7-. Karena oksidasi
alkohol harus dilakukan dalam keadaan yang dilakukan dalam keadaan terlarut, maka
sebagian besar reaksi oksidasi dilakukan pada media berair. Pada konsentrasi tinggi (air
sedikit), maka yang dominan adalah polimer kromium trioksida dan asam kromat. Dalam
larutan encer, konsentrasi Cr (VI) tidak bergantung pada asam. Kesimpulan dari berbagai
percobaan adalah bahwa posisi kesetimbangan bergantung pada asam. Jika asam yang
berbeda (HA) ditambahkan pada campuran, maka asam tersebut akan mempengaruhi
kedudukan kesetimbangan keseluruhan. Hal ini sesuai dengan:

HCrO4- + 2H+ + A- →Cro3A + H2O

Wiberg memberikan skema oksidasi alkohol sekunder menjadi keton sebagai berikut:

R2CHOH + Cr(VI) → R2C=O + Cr(IV)

R2CHOH + Cr (IV)→ R2COH + Cr(III)

R2COH + Cr(VI) → R2C=O + Cr(V)

R2CHOH + Cr(V) → R2C=O + Cr(III) +

3 R2CHOH + 2Cr(VI) → 3R2C=O + 2 Cr (III)

Mekanisme ini menunjukan bahwa spesies Cr (VI), Cr(IV), dan Cr (V) terlibat dalam
keseluruhan proses Oksidasi. Spesies Cr(VI) biasanya adalah HCrO4- dan CrO3, Cr(V)
biasanya adalah HCrO4-, dan Cr(IV) biasanya adalah HCrO3-.
25
Fakta eksperimental menyatakan bahwa oksidasi dimulai dengan pembentukan ester
kromat, dan pada reaksi, Cr(VI) mengalami reduksi menjadi Cr(IV). Jika asam sulfat
digunakan sebagai asam dalam media berair yang mengandung kromium trioksida dan
isopropanol, maka kemungkinan ester kromat yang terbentuk adalah 4.2 yang berasal dari
reaksi HCrO4-, dan asam sulfat (HA pada persamaan diatas).

Penguraian ester kromat meliputi pelepasan proton yang terikat pada karbon yang
mengikat oksigen. Semula westheimer menyatakan bahwa air berperan sebagai basa untuk
melepaskan hidrogen ini. Paling tidak ada dua mekanisme yang diusulkan untuk langkah ini.
Westheimer mengusulkan pengikatan intermolekul oleh air, seperti yang dijelaskan pada 4.4,
namun akhirnya usul ini tidak dapat diterima. Kwart dan Francis mengusulkan reaksi
intermolekul untuk melepaskan proton.

Rocek mengabaikan kedua mekanisme reaksi tersebut dan mengusulkan Intermediet


seperti pada 4.6, dimana oksigen dari ester kromat melepaskan kedua hidrogen dari karbon
dan dari Oksigen. Rocek akhirnya mengusulkan pembentukan kompleks koordinasi seperti
pada 4.7

26
Oksidasi kromium (VI) yang termodifikasi

Banyak variasi kondisi reaksi yang ditujukan untuk mengoksidasi alkohol, meliputi
pengubahan asam yang ditambahkan pada media. Karena sebagian besar senyawa organic
tidak larut dalam air, maka pelarutan umumnya dibutuhkan, yang tidak hanya akan
melarutkan pereaksi kromium saja, tetapi juga Substat alkohol. Pelarut yang tahan terhadap
oksidasi seperti asan asetat atau aseton, umumnya digunakan untuk mengkonversi alkohol
menjadi karbonil. Sejumlah pereaksi kromium (VI) dapat digunakan, termasuk kromium
trioksida dalam air atau asam asetat berair yang dikatalis oleh asam mineral; natrium
bikromat dalam aseton berair yang dikatalis oleh asam asam mineral; natrium bikromat
dalam asetat, seperti halnya kompleks Cr2O3 piridin dan t-butil kromat. Alkohol primer dan
alkohol sekunder, keduanya dapat dioksidasi, masing-masing menjadi aldehid atau keton.
Aldehid dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat.

a. Kromium trioksida dalam air atau asam asetat berair

Beberapa alkohol dapat larut dalam air sehingga tidak diperlukan pelarut untuk
mengoksidasinya dengan kromium. Isopropanol memberikan hasil yang baik dalam aseton
berair, meskipun asetton larut dalam air yang menyebabkan isolasi produk menjadi sukar.
Adanya gugus – gugus yang dapat dioksidasi pada substrat organik seperti alkena, sulfida,
fenolat dan amina sering menghasilkan produk samping pada oksidasi terhadap alkohol-
alkohol yang larut dalam air, dan hal ini dapat menurunkan produk karbonil yang dihasilkan.
Sebagai contoh, sulfida teroksidasi menjadi sulfokdsida, amina teroksidasi menjadi hidroksi
amina.hidroksi-amina, dan fenol teroksidasi menjadi kuinon. Fenil alkil karbinol dapat
dipecah secara oksidasi dengan kromium trioksida dalam asam berair. Bila R pada 4.9 adalah
iso-propil (iPr), maka produk yang dihasilkan hanya 6%, tetapi bila R diganti dengan t-Butil,
maka diperoleh hasil produk 60%. Hal ii disebabkan kesempatan terbentuknya kation tersier
yang lebih besar.

27
Oksidasi terhadap alkohol primer mula-mula menghasilkan aldehida, namun aldehida
dapat bereaksi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Bila dapat mengisolasi aldehida yang
dihasilkan, maka akan mengurangi terbentuknya asam. Paling tidak terdapat dua mekanisme
yang dapat menerangkan konversi aldehida menjadi asam. Dua pendekatan mekanisme
tersebut meliputi pembentukan ester kromat seperti 4.10. pelepasan hydrogen-α.

Oksidasi menjadi asam juga dapat terjadi mula-mula dengan pembentukan hidrat,
kemudian pelepasan hydrogen-α pada kompleks seperti 4.12.

Kesetimbangan antara aldehida yang mula-mula dibentuk dengan alkohol primer dapat
menghasilkan reaksi samping, dimana alkohol yang tidak bereaksi dikonversi menjadi
Hemiasetal, dan senyawa ini dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi ester. Pembentukan ester
seringkali disertai oksida terhadap aldehida primer yang memiliki berat molekul kecil.
Sebagai contoh, n-butanol menjadi n-butirrat.

28
Sejumlah persoalan terjadi bila digunakan pelarut air. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan tambahan pelarut seperti asam asetat berair

b. Kromium trioksida dalam aseton

Ioksida Selain asam asetat, pelarut organik lain dapat digunakan bersama-sama dengan
kromium trioksida berair. Bila aseton digunakan dalam larutan encer asam sulfat, ternyata
hasil oksidasi terhadap alkunil karbinol meningkat. Contohnya, oksidasi 4.14 menjadi keton
4.15 dengan produk besar 77%. Pereaksi kromiumtrioksida-aseton-asam sulfat sering dikenal
sebagai Jones. Reaksi ini berguna, khususnya untuk molekul yang mengandung gugus-gugus
Alkenil atau Alkunil

Oksidasi terhadap alkohol biasanya berlangsung lebih cepat dalam aseton dari pada
dalamasam asetat, dan penggunaan aseton yang berlebihan akan melindungi produk keton
dari oksidasi lebih lanjut. Sejumlah alkohol primer telah dioksidasi menjadi aldehida dengan
menggunakan prosedur ini, namun karena kondisi reaksi dalam keadaan sangat asam, maka
produk finalnya adalah asam karboksilat. Sintesis mayuron yang dilakukan oleh Smith

29
melibatkan oksidasi jones cocok terhadap molekul-molekul kompleks yang mengandung
berbagai gugus fungsi seperti Alkena, tersier, alkohol, ester, keton dan amida.

c. Kromium Trioksida-piridin

Oksida dengan campuran kromium trioksida dan piridi sebagai pelarut dikenal dengan
sebutan oksidasi jarret. Jarret mengoksidasi alkohol, suatu steroid dengan hasil 89%.
Pereaksi yang kemungkinan mempunyai struktur trigonal bipiramidal terbukti berguna untuk
mengoksidasi alkohol primer dan sekunder, meskipun terdapat ikatan rangkap dua dan
tioster. Oksidasi jarret telah digunakan oleh yamada untuk mengoksidasi menjadi keton pada
sintesis Patchouli alkohol. Masalah yang dihadapi adalah kesulitan mengisolasi produk yang
dihasilkan dari larutan piridin. Keuntungan reaksi oksidasi jarret alkena,ketal,sulfide,dan
tetrahidropiranil eter teroksidasi jauh lebih lambat dari pada alkohol dan jarang terjadi reaksi
samping.

Modifikasi oksidasi jarret dilakukan oleh Collins dan penggunaannya terhadap oksidasi
alkohol dikenal dengan Oksidasi Collins. Tujuannya adalah mengatasi masalah produk yag
rendah pada oksidasi alkohol primer menjadi aldehida dan memudahkan isolasi produk
karbonil. Pereaksi Sisler-Jarret dibuat dengan mereaksikan kromium trioksida dengan piridin.
Pelarut piridin kemudian dihilangkan dan setelah itu ditambahkan dengan dikloroometana,
selanjutnya pada campuran ini direaksikan dengan alkohol. Oksidasi yang khususnya
mebutuhkan perbandingan 5:1 hingga 6:1 atau kompleks alkohol dan reaksi berlangsung pada
suhu kamar.

d. Piridinium kloro Kromat (PCC)

Usaha untuk meningkatkan oksidasi terhadap alkohol primer dan untuk lebih
mempermudah isolasi produk yang dihasilkan mendorong pengembangan pereaksi kromium
(VI). Corey mendapatkan, bila penambahan piridin pada larutan kromium trioksida dalam
HCl berair dilanjutkan dengan kristalisasi Kristal, akan dikatrakterisasi pereaksi. Piridinium
kloro kromat (PCC). Pereaksi ini sangat tepat untuk mengkonfersi alkohol primer menjadi
aldehida dalam diklorometan, tetapi kurang efisien bila diterapkan pada alilik alkohol.

Contohnya,oksidasi 1-Heptanol dengan PCC dalam diklorometana meghasilkan 78%


Heptanal.

Reaksi Sitronelol dengan PCC dalam Diklorometana mula-mula akan menghasilkan


oksidasi aldehida, tetapi protonasi aldehida karbonil yang diikuti dengan pengikatan alkena
akan menghasilkan kation tersier. Reaksi siklisasi ini diikuti dengan eliminasi yang akan
menghasilkan alkena. Cairan alkohol sekunder dioksidasi lebih lanjut membentuk (-)
pulegon.

e. Pridinium dikromat (PDC)

30
Untuk mengeliminasi sifat asam dari PCC, maka digunakan pereaksi yang lebih netral,
yaitu piridinium dikromat (PDC). Sikloheksanol bila dioksidasi akan berlangsung sepuluh
kali lebih cepat dari pada dengan PDC dalam diklorometana pada 250C. Oksidasi yang terjadi
dalam keadaan netral ini ditunjukan pada reaksi dengan PDC yang menghasilkan produk
Aldehida sebanyak 92%. Bila pelarut diganti dari diklorometan menjadi dimetilfosmamida
(DMF), perbedaan yang cukup signifikan antara oksidasi terhadap alkohol Alifatik dengan
oksidasi terhadap alkohol Alilik. Sikloheksanol bila dioksidasi dengan PDC dalam DMF pada
00C, akan menghasilkan 86% Sikloheksanon. Oksidasi terhadap Sitronelol dengan PDC
dalam DMF pada 250C, menghasilkan produk asam sebanyak 83%.

 Dimetilsulfoksida (DMSO)-Disikloheksil karbodimida (DCC)

Dimetilsulfoksida dapat berfungsi sebagai pelarut maupun sebagai reaktan untuk


berbagai substrat alkohol. Oksigen Nukleofilik dapat bereaksi dengan pusat elektrofilik
membentuk garam sulfoksonium, yang dapat dikonversi menjadi keton atau aldehida pada
keadaan netral. Kornblum menyatakan bila α-haloketon direaksikan dengan DMSO pada
suhu yag agak tinggi, akan mengasilkan Glioksal yang sesuai (α-ketoaldehida).

Alkil iodida primer dan sekuder atau tosilat dapat dikonfersi menjadi aldehida atau
keton, namun senyawa tersebut bersifat kurang reaktif bila dibandingkan dengan α-
haloketon. Reaksi 1 bromooktana dengan DMSO dan NaHCO3 pada suhu 1000C selama 5
menit akan menghasilkan oktanol 74%. Mekanisme reaksinya kemungkinan meliputi
pelepasan Nukleofilik Halida oleh DMSO yang membentuk garam Alkoksisulfoksonium.

α-proton kemungkinan diperantarai oleh DMSO, dan menghasilkan produk karbonil dan
dimetil sulfida (yang berfungsi sebagai gugus pergi)

Tipe oksida yang sejenis telah dilakukan, yaitu bila alkohol bereaksi dengan DMSO.
Dalam hal ini, benzilik dan alilik alkohol dikonversi menjadi aldehida melalui proses

31
merefluksnya dalam DMSO, dengan gelembung udara melalui media. Pada reaksi ini, udara
merupakan pereaksi, dan sinamil alkohol dioksidasi menjadi sinamil aldehida dengan hasil
90%. Udara merupakan oksidator dan DMSO berfungsi sebagai pelarut. Untuk mengoksidasi
alkohol “dengan DMSO”, oksigen dari DMSO harus menggantikan gugus hidroksil, yang
bersifat gugus pergi yang jelek. Campuran DMSO dan disikloheksil karbodiimida (DCC),
dengan adanya katalis asam, merupakan pereaksi oksidasi yang efisien untuk alkohol. Tipe
reaksi ini dikenal sebagai oksidasi moffat. Sebagai contoh adalah konversi tertosteran
menjadi androst -4-ena-3,17-dion.

Mekanisme oksidasi ini dikemukakan oleh moffatt dan merupakan reaksi pembentukan
dan pemisahan disikloheksil urea yang sangat tidak larut. DMSO bereaksi dengan DCC
membentuk intermediet sulfoksonium, yangsekarang mengandung gugus pergi urea yang
diikuti proses pengikatan belerang dan alkohol. Disikloheksil urea dilepaskan, menghasilkan
garam sulfoksonium. Deprotonasi garam sulfoksonium merupakan proses intramolekul dan
terjadi dengan basa yang kekuatannya menyerupai ion asetat. Proses ini menghasilkan
senyawa yang mengandung belerang yang distabilkan oleh orbital d dari belerang. Hasil
interpretasi dari mekanisme ini menyatakan bahwa pusat karbonium pada senyawa belerang
melepaskan α-hidrogen secara intramolekul, dan lepasnya proton bukan disebabkan oleh basa
melalui reaksi intermolekul. Berdasarkan mekanisme tersebut, produk karbonil dan dimetil
sulfida dapat diperoleh. Pelepasan atom hidrogen kelihatannya analog dengan mekanisme
eliminasi Oksidasi Moffatt memiliki beberapa kendala. Salah satu masalah yang timbul
adalah pembentukan urea yang sangat sukar dipisahkan. Cara yang sering dilakukan untuk
memisahkan disikloheksil urea adalah dengan mereaksikannya dengan asam oksalat.

4.3.1 Dimetil Sulfoksida – Anhidrida Asetat

Albright dan Goldman mengembangkan pereaksi oksidasi yang sejenis. DMSO dan
anhidrida asetat digunakan untuk membentuk kompleks aktif sulfoksonium. Seperti halnya
dengan DCC, DMSO mula-mula bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk garam
sulfoksonium, yang kemudian bereaksi dngan Alkohol.

Oksidasi Oppenauer

Dalam reaksi yang melibatkan kromium (IV) dan pereaksi DMSO, Alkohol di konversi
menjadi sustu kompleks dan α-hidrogen Akohol dapat dilepaskan seperti asam. Cara

32
Alternatif dan klasik untuk mengoksidasi Alkohol difokuskan pada reaksi yang dapat dibalik
antara keton dan logam alkoksida. Reaksi ini sangat efektif bila logamnya adalah aluminium.
Reaksi reversibel Alumina Alkoksida, pertama kali ditunjukan oleh Verley dan Ponndorf
pada reaksi keton dengan Aluminium Alkoksida. Reaksi ini menghasilkan pembentukan
aluminium alkoksida baru dan keton baru. Pada tahun 1937, Oppenauer menerapkan reaksi
ini pada oksida Alkohol Steroidal tak jenuh dengan menggunakan aluminium
triisopropoksida (Al(OiPr)3) dan Aseton. Aseton berfungsi sebagai penerima Hidrogen, dan
adanya aseton dalam jumlah berlebih akan mendorong reaksi kearah produk oksidasi. Reaksi
ini telah diterapakan pada sejumlah oksidasi, streroid dan alkohol-alkohol sederhana, yang
kemudian dengan oksidasi Oppenauer. Perluh diperhatikan bahwa reaksi ini adlah kebalikan
dri reduksi meerwein-ponndorf- Verley. Reaksi berlangsung melalui kompleks aluminium
koordinasi(4.49). transfer hindrogen antara dua karbon alkoksil menghasilkan4.50.
aluminium pada kompleks alkoksida(4.48) berfungsi sebagai asam lewis , yang bereaksi pada
oksigen karbonil membenuk kompleks yang kekurangan elektron , 4.49. kompleks ini
kemudian mentransfer Hadari karbon alkoksida 4.48 dan 4.49, menjadi “karbon keton” seperti
4.50, melalui keadaan transisi enam-pusat. Hidrogen Hadapat di transfer antara 4.49 dan
4.50, dalam proses reversibel. Seperti halnya 4.48 dan 4.49 yang berada dalam keadaan
kesetimbangan, kompleks 4.50 berada dalam keadaan kesetimbangan dengan alkoksida baru
dan keton baru

Jika keton asal (RCOR1) ditambahkan secara berlebih, maka kesetimbangan bergeser ke
arah 4.51 dan pembentukan keton baru (R2COR3). Keton awal (RCOR1) berperan sebagai
penerima hidrogen, yang menginisiasi oksidasi alkohol yang terikat dengan alkoksida pada
4.48. jika tujuannya adalh mengoksidasi alkohol, maka aseton yang digunakan berperan
sebagai pelarut dan aluminium triisopropoksida yang digunakan merupakan pereaksi.
Oksidasi Oppenauer tehadap alkohol jenuh sering mengalami hambatan, namun masalah ini
dapat diatasi dengan mengubah struktur logam alkoholat atau penerima hidroksida. Upaya
lainnya yang sering dilakukan yaitu dengan penggantian pelarut aluminium-t-butoksida,
triisopoksida atau tri-n-propoksida. Aseton (sering dengan benzena sebagai pendukung
pelarut) sebagian besar digunakan sebagai penangkap hidrogen, meskipunsikloheksana dalam
larutan toluena atau silena juga sering digunakan. Pada umunya,oksida oppenauer terhadap
alkohol primer menghasilkan aldehid dalam juml;ah yang rendah.meskipun demikian oksida
terhadap benzil alkohol menghasilkan benzaldehida sekitar 60% ,sedangkan oksidasi
terhadap geraniol 4.52a, hanya menghasilkan 35% geranal (4.52b). pada reaksi oksidasi
geraniol ini,kuinon digunakan sebagai penagkap hidrogen.bila titik didih aldehida ≥50℃
lebih tinggi dari pada produk yang di harapkan, maka produk aldehida dapat di pisahkan
dengan cara distilasi. Dua reaksi samping yang umum terjadi adalah migrasi atau pergeseran
ikatan rangkap non-terkonjugasi menjadi terkonjugasi,dan kondensasi produk aldehida
dengan penangkap hidrogen karbonil(kondensasi aldol yang dikatalisasi oleh asam). Sebagai
contoh, oksidasi terhadap 3-metil geraniol(4.52a) menjadi φ-iron (4.52b) menggunakan aseton
berlebih sebagai penangkap hidrogen. Oksidasi ini terjadi melalui kondensasi produk oksidasi
aldehida.

33
Penggunaan aluminium telah dikurangi kaena terjadinya reaksi samping. Ishii
menggunakan pereaksi siklopentadiental zirkonium (Cp2ZrH2), yang ternyata merupakan
katalisator yang efektif pada oksidasi oppenuer. Penggunaan antara alkohol dengan penerima
hidrogen yaitu 1:1. Reaksi ini menghasilkan aldehida yang sangat baik dari alkohol primer.

Oksidasi Dengan Mangan Dioksidan

Mangan oksidasi(MnO2) umumya berbentuk Mn(IV) dan cenderung tidak larut dalam
sebagian besar pelarut organik. Mangan dioksida biasanya merupakan produk akhir dari
oksidasi yang sangat kuat , dan dapat menoksidasi alkohol menjadi keton atau aldehida.
Reaksi berlangsung melalui intermediat radikal, yang menghasilkan ikatan MnO(Mn 2+).
Mangan dioksida merupakan pereaksi yang penting dalam sistem senyawa organik, karena
pereaksi tersebut dapat mengoksidasi alkohol primer dan alkohol sekunder, secara berturut-
turut, menjadi aldehida dan keton, dalam media netral. Reaksi ini di temukan oleh
Ball,Goodwin, dan Martin ketika mereka mengendapkan mangan dioksida dan
menggunakannya untuk mengkonversi vitamin A.(4.53) menjadi retinena dengan hasil 80%

Pereaksi ini dapat dibuat dengan beberapa cara, namun kekuatan pengoksidasinya sangat
dipengaruhi oleh cara pembuatannya. Salah satu cara yang umum meliputi pengendapan
MnO2 yang berasal dari pemanasan MnSO4 dan KMnO4 pada PH tertentu. Goldman dan
Hembert mengusulkan intermediet radikal pada oksidasi yang menggunakan mangan
dioksida. Mekanisme Goldman ditunjukan pada reaksi benzil alkohol dan melibatkan
adsorpsi pada mangan dioksida. Koordinasi ini diikuti transfer elektron yang menghasilkan
radikal dalam proses yang disertai dengan reduksi Mn(IV) menadi Mn(III). Transfer elektron
kedua menghasilkan produk karbonil yang diserap pada Mn(OH)2 sehingga terjadi desorpsi
pada produk dengan melepaskan air, untuk menyempurnakan oksidasi. Mangan dioksida

34
mengoksidasi alilik dan benzil alkohol lebih cepat dari pada alkohol primer jenuh dan
mengoksidasi alilik primer lebih cepat dari pada alkohol primer jenuh, dan mengoksidasi
alilik primer lebih cepat dari pada alilik sekunder, ini merupakan sintesis utama terhadap
penggunaan mangan dioksida. Oksidasi membutuhkan media netral, mangan dioksida yang
dibuat dalam keadaan baru diaktivasi, pelarut yang tepat, serta waktu reaksi lama.

Proses oksidasi dapat juga menggunakan sianida seperti pada konversi


aldehidaterkonjgasi menjadi ester terlonjugasi. Corey menunjukan bahwa HCN/CN -bereaksi
dengan aldehida terkonjugasi, kemudian berreaksi dengan MnO 2 yang menghasilkan
sianoketon, reksi selanjutnya dengan pelarut alkohol (metanol) menghasilkan metil ester

 Pembuatan Fenol Dan Dan Kuinon

Selain oksidasi terhadap senyawa-senyawa hidroksi alifatik, turunan aromatik yang


mengandung ggus hidroksi (turunan fenol) juga dapat dioksidasi. Senyawa turunan fenol bila
dioksidasi menghasilkan Kuinon yang merupakan komponen penting yang terdapat secara
luas dialam konfersi hidrokarbon aromatik menjadi fenol juga memungkinkan dengan cara
oksidasi.

Kuinon

Sturktur Kuinon terdapat dalam berbagai bahan dialam. Kuinoid yang paling umum
adalah 1,4 (para) Kuinon (4.61) dan 1,2 (Orto) Kuinon (4.62). ada banyak cara pembuatan
Kuinoid, melipuuti oksidasi senyawa asal non-kuinoid, cara Siklisasi dan cara Kondensasi

Salah satu pereaksi yang paling umum digunakan untuk mengoksidasi turunan Fenol
menjadi Kuinoid adalah Garam Fremy (Kalium Nitroso disulfonat, (KO3S)2NO). pereaksi ini
dibuat oleh Fremy sebagai garam dinatrium, namun rashing membuat garam kalium yang
lebih efektif dan menjadikannya pereaksi yang tetap menjadi pilihan. Kadang-kadang
pereaksi bereaksi dalam keadaan yang istimewa dan terurai secara spontan, namun keadaan
ini terjadi karena adanya sejumlah katalis ion nitrit

Pereaksi dalam larutan asam sangat tidak stabil dan pada larutan yang berair pada pH>10
juga mengalami penguraian. Pelarut yang umum digunakan adalah Alokohol yang berair dan
asetat berair dan reaksi biasanya berlangsung dalam larutan bufer fosfat atau ufer asetat.
Reaksi berlangsung cepat dan dapat ditandai dengan hilangnya warna ungu dari radikal.
Mekanisme sederhana untuk oksidasi telah diusulkan oleh Tenber. Faktor penghalang pada
reaksi kadang-kadangf dapat memberikan hasil orto-Kuinon yang rendah, relatif para Kuinon
yang kurang terhalangi jika kedudukan orto-kuinon yang rendah, relatif terhadap para-
Kuinon yang kurang terhalangi jika kedudukan orto dari para dapat diikat. Biasanya produk
utamanya adalah para-kuinoid, meskipun orto kuinon akan dibentuk bila kedudukan para
dilindungi atau diblok.

35
Fenol

Pembuatan Fenol yang umum adalah dengan menghidrolisis garam-garam Diazonium.


Cara lainnya telah dihasilkan oleh Undenfriend, yaitu dengan menggunakan sistem oksigen-
ion fero-asam askorbat dengan adanya EDTA (Pereaksi Undenfriend). Pereaksi ini
memberikan hasil yang baik untuk turunan orto dan para-fenol dari fenilasetamid. Reaksi
dikembangkan dengan model untuk hidrolisasi biiogenik tiramin Versi yang lebih maju dari
pereaksi ini yaitu menggunakan oksidasi anodik dengan adanya pereaksi Udenfriend, dan
dengan cara ini, tiramin) dapat dikonversi menjadi campuran hidroksitiramin 21% () dan
dihidroksi tiramin (DOPA,).

 Konversi alkena menjadi Epoksida

Oksidasi gugus C-OH menjadi gugus karbonil C=O telah dibahas. Gugus fungsi lain
yang dapat menjadi sasaran terhadap oksidasi meliputi ikatan π pada alkena. Terdapat
sejumlah cara oksidasi yang berbeda yang dapat diterapkan pada alkena, meliputi
penggabungan suatu oksigen (Epoksida), penggabungan 2 oksigen (hidroksilasi) dan oksidasi
pemutusan ikatan (umumnya menjadi turunan karbonil).

Epoksidasi dari halohidrin

Reaksi alkena dengan asam hipohalida (Cl2 + H2O ↔ HOCl atau Br2 + H2O ↔ HOBr)
menghasilkan trans atau anti halodrin sebagai hasil pokok, seperti pada konversi
dikloroheksana menjadi 4.81. senyawa tersebut bila kemudian direaksikan dengan basa
seperti natrium hidroksida, akan menghasilkan alkoksida (4.82) yang merupakan anti
terhadap boron yang berdekatan. Orientasi anti ini melepaskan halida yang akan
menghasilkan sikloheksana oksida (4.83) melalui proses.

Ekpoksidasi menggunakan peroksida

Cara yang paling umum untuk mengkonversi alkena menjadi epoksida adalah
menggunakan peroksida. Peroksida marupak sumber “elektrofilik oksigen” dan bereaksi
dengan nukleofilik ikatan π dari alkena. Hydrogen peroksida (H202) merupakan zat
pengoksidasi yang kuat dengan petensial reduksi 1,77 V seperti yang di tunjukan pada reaksi
berikut:

H2O2 + 2e- +2H+ 2H2O 1,77 V

Reaksi peroksida sebagian besar meliputi pemutusan homolitik ikatan O-O, yang
menghasilkan radikan bebas. Hydrogen peroksida dan turunan monosubstitusinya dapat
bereaksi dengan alkena. Terdapat tiga kelompok utama peroksida yang digunakan untuk
epoksidasi:hidrogen peroksida (4.87), alkil hidroperoksida
(4.88), dan peroksida asam (4.89) basa lewis (Alkena) berkoordinasi dengan elektrofilik
oksigen dari peroksida, seperti 4.90, yang menghasilkan oksigen yang bermuatan positif.

36
Pemutusan secara heterolik mentrasfer oksigen ke basa lewis (alkena), dan pelepasan proton
menghasilkan hasil samping (air dari hidrogen peroksida,alcohol dari alkil hiroperoksida, dan
asam karboksilat dari peroksi asam).

RO-OH + O + R- OH
H
O

O
R

Gugus –OH perasam bersifat elektrofilik dan pengikat pada ikatan rangkap alkena
menghasilkan adisi syn dari oksigen epoksida .

Beberapa contoh reaksi epoksidasi

Reaksi 4.91 dengan t-butilhidroperoksida (TBHP) dan molybdenum heksa karbonil


menyebapkan oksidasi selektif pada alkena trisubstitusi yang akan menghasilkan 4.92.

Alkena yang kekurangan electron bersifat kurang reaktif. Hal ini ditujukan pada
epoksidasi geranial (4.93) yang mengalami epoksidasi selektif pada alkena yang tidk
terkonjungsi, dan menghasilkan 4.94.

Pengaruh gugus tetangga mungkin terjadi bila ada gugus pengkoordinasi seperti pada
alilik alcohol. Sebagai contoh, epoksidasi sikloheksenol dengan TBHP dan logam bersifat
sangat selektif untuk epoksi alcohol, dengan gugus hidroksi syn terdapat pada epoksi 4.95.
jika reaksi berlangsung tanpa pengaru gugus tetangga, maka pengru penghalang akan

37
menghasilkan anti-hidroksiepoksida (4.96) sebagai produk utama.kenyataannya, epoksi
alcohol 4.95 bersifat dominan.Peroksida bereaksi pada media basa menghasilkan produksi
anion yang bereaksi dengan turunan karbonil terkonjungsi pada C terminal adisi-1,4, adisi
konjungsi ). Sebagi contoh, hidrogen peroksida bereaksi dengan basa menghasilkan
hidroperoksida anion (HOO-) dan mengadisi keton takjenuh α , β−¿aldehida dan ester.
Isoforon (4.97) dikonfersi menjadi epoksida yang sesuai (4.98) dengan hasil 72%. Tidak
diragukan bahwa reaksi ini berlangsung melalui intermediet seperti 4.99, di mana enolat
anion menggeser gugus hidroksi yang kemudian menghasilkan epoksida. Hidrogen peroksida
dalam basa dapat mengkonferesi nitril manjadi epoksi amida, seperti pada reaksi akrilonitril
yang menghasilkan 4.101, yang mula-mula melalui pembentukan 4.100. reaksi yang sejenis,
4.102 dengan t-butil hidroksida dalam larutan basa menghasilkan produk yang baik, yaitu
epoksinitril (4.103).

4.6.4 peroksi asam organic

Mungkin cara yang paling umum untuk epoksidasi alkena sederhana kemungkinan
adalah dengan peroksi asam, yang dikenal sebagai reaksi prilezheav (prileshajew). Peroksi
asam seperti 4.104 dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dengan hidrogen peroksida.

pada umumnya, asam-asam kuat seperti asam format dan asam trifluoroasetat berguna
karena dapat menggeser kesetimbangan kearah kanan,yaitu kearah pembentukan 4.104.
sejumlah peroksi asm dapat diperoleh dalam perdangangan, meliputo peroksi format,peroksi
bensoat,trifluoroh,peroksi asetat dan meta-kloroperoksibensoat (mCPBA,4.105)

Contoh epoksidasi alkena adalah konfersi siklupentena manjadi siklopentena oksida


(4.106) dengan mCPBA dalam karbon petraklorida

38
Kemungkinan reaksi yang berlangsung melalui mekanisme penggabungan, yaitu alkena
dan elektrofilik peroksi oksigen,okan membentuk koordinasi yang kemudian terjadi
pelepasan asam karboksilat dan pembentukan epoksida.Alkena yang lebih banyak
tersubstitusi merupakan alkena yang kaya electron dan bereaksi lebih cepat dengan peroksi
asam dari pada alkena yang kurang tersubstitusi. Pada umumnya, laju relative epoksi naik
berdasarkan karakter nuleofilik alkena (CH2 = CH2 mempunyai luju relative 1, RCH = CH 2 :
24,RCH = CHR :500,R2C = CH2 :500,R2C – CHR :6500, dan R2C = CR2 >> 6500). Ikatan
rangkap dua, tri dan tetra tersubstitusi segera terepoksidasi dengan asm peroksi alkanoat
maupun dengan asam peroksi bensoat, namun asm peroksi bensoat lebih efektif. Jika molekul
mengandung dua alkena, maka alkena yang lebih tersubstitusi akan lebih cepat terepoksidasi.
Contohnya, 1,2 – dimetil – 1,4 – siklopheksanadiena. Memberikan epoksida tetrasubstitusi
dengan mCPBA reaksi ini ditunjukan oleh ptattier dan teisseir pada y-bisabolena, dimana
diena dikonversi secara selektif menjadi epoksida. Epoksidasi terhadap alkena monosubstitusi
biasanya kurang reaktif, karna dibutukan pengunaan peroksi asam yang kuat seperti asam
trifluoroh peroksi asetat meskipun mCPBA juga efektif. mCPBA marupakan peroksida yang
bagus untuk sebagian besar alkena.

Adanya larutan penyangga (buffer) menjadi penting padaepoksidasi dengan peroksi


asam. Sebagai hasil samping adalah asam karboksilat. Jika asam triflouorohperoksi asetat
(CF3CO3H) digunakan sebagai zat pengoksidasi,maka hasil sampingnya adalah asam organic
kua, asam trifluoroh asetat (CH3CO2H). asam ini cukup kuat untuk mengkatalisis penataan
ulang atau reaksi lain terhadap produk epoksida. Penambahan garam asam (RCO2-N+) pada
media reaksi biasanya akan menyangga reaksi dan mencegah terjadinya reaksi samping.
Sebagai contoh, reaksi dengan asam peroksi bensoat mengunakan natrium bensoat dan
natrium trifluoroh asetat digunakan dengan asam trifluorohperoksi asetat. Natrium dan
kalium asetat digunakan sebagai penyangga. Selain itu, dapat digunkan kalium atau natrium
atau kalium hidrogen fosfat. Epoksi ester seperti

dapat dibentuk dari ester terkojugasi seperti etil 2 – bensoat dengan menggunakan
mCPBA atau asam trifluoroh asetat, atau dengan buffer hidrogen fosfat dinatrium.

Pembukaan Cincin Epoksida

a. Pembukaan cincin epoksida dengan asam

Pembukaan cincin epoksida dapat dilakukan dengan pereaksi asam atau basa.
Pembukaan cincin epoksida dengan suatu asam H-Nu dapat dinyatakan sebagai berikut:

39
Pembukaan cincin epoksida dapat terjadi melalui dua langkah reaksi, yaitu protonasi
terhadap oksigen dan pengikatan nukleofil pada ion oksonium.

Oksiran yang direaksikan dengan asam dalam pelarut air akan menghasilkan etilen glikol
yang umumnya disebut glikol.Oksiran juga dapat bereaksi dengan asam halide HX, dimana X
dapat berupa Cl, Br atau I yang menghasilkan halohidrin.

Pembukaan cincin epoksida dengan basa

Pembukaan cincin pada epoksida juga dapat dilakukan juga dengan basa, dan reaksi
dapat dipandang sebagai reaksi adisi yang dilanjutkan dengan protonnasi.

Reaksi pembentukan epoksida eengan basa terjadi melalui dua tahap reaksi. Langkah
pertama adalah pengikatan basa neuklofil pada cincin epoksida dan langkah kedua adalah
protonasi terhadap ion alkosida yang dihasilkan dari langkah pertama.

Langkah 1. Pengikatan –OH pada cincin epoksida

Langkah 2. Reaksi ion alkoksida dengan H2O

40
Reaksi pembentukan cincin epoksida dengan basa sering diguakan dalam pembuatan
polimer. Misalnya, polietilen glikol dimanfaatkan sebagai foam rubber dan fase diam pada
kromatografi gas (disebut carbowax).

Orientasi adisi terhadap epoksida pada kondisi asam vs basa

Pada epoksida yang tidak simetris, pengikatan nukleofilik pada karbon epoksida
bergantung pada kondisi asam dan basa.

Kondensasi asam

Kondisi basa

Nukleofil akan terikat pada karbon yang mengikat jumlah alkil yang paling banyak
sesuai dengan aturan

41
Pada umumnya pembukaan cincin epoksida pada kondisi basa terjadi dengan pengikatan
nukleofil pada atom karbon yang tidak tersubtitusi, karena keadaan transisi akan melalui
struktur yang kurang terhalangi.

BAB V
REAKSI REDUKSI

A. PENGERTIAN REDUKSI
Proses reduksi didefenisikan sebagai konversi suatu atom dari tingkatan oksidasi
yang lebih tinggi ketingkat oksidasi yag lebih ranadah (III ke II, IV ke II, atau II ke I),
seperti pada transformasi RCH=NH menjadi RCH2NH2. Pengertian lainnya pada
reduksi senyawa organic adalah adisi hydrogen terhadap molekul, seperti reduksi 2-
butanon menjadi 2-butanol, dan reduksi terhadap propanil menjadi butanamina.

B. Reduksi dengan Hidrida Kompleks Logam


B.1 Reduksi dengan Litium Aluminium Hidrida (LiAlH4)
LiAlH4 dibuat dengan mereaksikan LiH dan AlCl3 .
yang Litium hidrida merupakan salah satu pereduksi yang dikenal untuk
substrat organic yang mengandung gugus pergi dapat terpolarisasi. Pereaksi ini stabil
pada suhu kamar, tetapi beraksia dengan hebat pada keadaan lembab / mengandung
uap air, dan gas hydrogen, Litium hidrosida, dan aluminium hidrosida.
LiAlH4 + 4H2O  4H2O + LiOH + Al(OH)2 + H2
Litium aluminium hidrida memiliki kelarutan terbatas dalam pelarut eter dan
mempunyai kecenderungan membentuk bubur bila jumlah pereaksi yang di gunakan
relatif besar. Bubur LiAlH4 dapat mereduksi semua gugus fungsi organik
terpolarisasi. Pereaksi LiAlH4 dengan adanya asam/basa dapat bereksi dengan
hydrogen yang bgersifat asam, alcohol atau amina dan menghasilkan gas hydrogen
dengan merusak sifat aktif hidrida.

B.2 Reduksi terhadap senyawa KarbonilL


Litium Aluminium Hidrida cepat mereduksi sebagian besar senyawa karbonil,
meliputi aldehida, keton, asam karbosilat, anhidrida asam, klorida asam, ester, lakton ,
amida, karbamat, imida, dan laktam. Proses reduksi oleh LiAlH4 dimulai dengan
metransfer hidrida nukleofilik (relatif terpolarisasi δ- pada Al) ke karbonil elektrofilik
(relatif terpolarisai δ+ pada oksigen).

42
Reaksi keseluruhan meliputi protonasi asam aloksida dan reaksi pada
aluminium terjadi pada media masa. Dalam bnayak hal, titrasi atau penambahan
dengan air sudah cukup untuk melepaskan alcohol, tetapi kadang – kadang
menggunakan aluminium klorida jenuh dan asam klorida encer.
Reduksi aldehida berlangsung lebih cepat daripada terhadap keton, karena
pada aldehida factor penghalangnya kecil selama ter jadi transfer hidrida ke karbon
karbonil.

Salah satu sifat penting pada reduksi karbonil dengan LiAlH4 adalah reaksi
yang bersifat diastereoselektif. Pada umumnya, produk utama reduksi diastereomer
timbul akibat transfer hidrida ke permukaan yang berpenghalang kecil, kecuali bila
terdapat pengaruh adanya koordanasi atau khelat khusus.

B. 3 Reduksi terhadap gugus fungsi hetereton kecuali karbonil


Epoksida segera dapat dibentuk dari alkena atau dari keton dan aldehida.
LiAlH4 mentransfer hidrida kekarbon epoksida yang kurang terhalang, seperti yang di
tunjukkan pada 5.54 menjadi alcohol 5.55 dengan hasil 95%. Namun demikian
kadang – kadang Epoksida memberikan produk dimana transfer Hidrida berlangsung
kearah karbon yang lebih tersubtitusi. Contohnya adalah reduksi 5.56 menjadi
campuran 5.57 dan 5.58 dalam sintesis driman-8-ol.

43
Nitril digunakan secara umum sebagai senyawa awal (prekursor) untuk
transformasi banyak gugus fungsi dan reaksi pembentukan ikatan karbon. Senyawa
nitril umumnya dibentuk berdasarkan reaksi subtitusi SN2 sianida dengan alkil halida
atau sulfonat ester atau berdasarkan reaksi dehidrasi terhadap amida.

C. Reduksi dengan Borohidrida


C.1 Natrium Borohidrida (NaBH4)
NaBH4 merupakan pereaksi yang sangat selektif, mereduksi aldehida, keton,
dan klorida asam dengan adanya gugus fungsi yang lain yang dapat direduksi.
Selektivitas ini disebabakan oleh menurunnya kekuatan pereduksi realatif terhadap
LiAlH4.

Salah satu penggunaan NaBH4 yang penting, terutama pada sintesis alkaloid
adalah mereduksi enamin, imin, dan garam iminium.

C.2 Logam borohidrida (Li, Zn, Ce)


LiBH4 yang dibuat dengan mereaksikan natrium borohidrida dan litium
bromida, merupakan zat pereduksi yang lebih kuat daripada NaBH4, LiBH4 tidak
hanya mereduksi Aldehida, keton, dan klorida asam saja, tetapi juga mereduksi
epoksida ester dan lakton.
NaBH4 + LiBr  LiBH4 + NaBr.

44
C.3 Super Hidrida

Super hidrida lebih kuat daripada LiBH4 dan kemungkinan merupakan


nukleofil hidrida yang pernah ada. Super hidrida mengikat pusat – pusat elektrofilik
pada sisi yang factor penghalangnya renadah, seperti pada reduksi 1- metal-1, 2-
epoksisikloheksana menjadi metal 1-metilsikloheksanol dngan hasil 99%.

c. 4 Penggunaan zat pereduksi Hidrida


dikatakan paling baik adalah pereaksi yang memberikan hasil paling tinggi
dengan reaksi samping paling sedikit,
D. Boran aluminium dan turunnya
d.1 Boran
6 LiH + 8BF3O(C2H5)2  B2H6 + 6 LiBF4
3 NaBH4 + 4 BF3O(C2H5)2  2 B2H6 + 3 NaBF4
Boran dan turunannya tetap merupakan pereaksi pilihan untuk reaksi. Diboran
biasanya dihasilkan dari pereaksi BF3O(C2H5) dengan LiH atau dari reaksi NaBH4 dan
BF3.
Diboran (B2H6) merupakan zat pereduksi penting untuk aldehida, keton,
lakton, asam, amida tersier dan nitril. Diboran kurang efektif ungtuk mereduksi ester
dan boran (BH3, monomer takstabil yang membentuk diboran) bereaksi dengan alkena
dalam pelarut eter membentuk basa Hidroborasi. Perbedaan utama dalam reaktivitas
antara boran dan pereaksi hidrida logam adalah bahwa Borann merupakan asam
Lewis yang bagus dan mengkoorddinasi atom – atom yang memiliki kerapatan
elektron yang sangat tinggi.

Boran mereduksi ester sangat lambat dan keton atau aldehida direduksi secara
selektif dengan adanya ester.

45
Penggunaan boran yang paling luas adalah reduksi yang selektif terhadap
asam karboksilat, meskipun dengan adanya halide, ester, nitril dan keton..
Sifat yang mudah terbakar dan sukarnya menangani boran memungkinkan
pengembangan sejumlah kompleks basa lewis yang mudah digunakan. Salah satu
yang lebih sering digunakan adalah kompleks boran dimetil sulfide (H3B.S(CH3)2).
Pereaksi ini sangat larut dalam sebagian besar pelarut organik, termasuk benzene dan
toluene. Boran digunakan untuk mengkonversi asam α-amino menjadi alcohol α-
amino seperti pada reaksi fenilalanin menjadi fenilalkohol dengan hasil 77%.

d. 2 Aluminium Hidrida
Boran (BH3) merupakan asam lewis seperti halnya borohidrida (BH4-). Hal
yang sejenis AlH4- mempunyai analog sebagai elektrofil, aluminium hidrida (AlH3):
3LiAlH4 + AlCl3  4 AlH3 + 3 LiCl
Aluminium hidrida yang dibuat dengan cara ini tidak selalu murni, karena
campuran kloroaluminium hidrida dapat terbentuk, tergantung pada proporsi LiAlH4
dan AlCl3.
Campuran hidrida yang paling umum adalah Cl2AlH dan Cl2AlH2.

d.3 Diisobutil aluminium Hidrida


pembuatan alkil “alana” yang analog seperti alkilboran. Turunan alkil yang
paling banyak digunakan adalah diisobutil aluminium hidrida ([(CH3)2CH2]2AlH4,
Dibal) yang dibuat dengan merefluks triisobutil aluminium dalam heptana. Senyawa
yang diperoleh berupa cairan piroforik

46
E. Stereoselektivitas pada reduksi Hidrida
E.1 Pusat – puast prokhiral
Ada molekul – molekul yang tidak memiliki pusat khiral, tetapi bila molekul
tersebut bereaksi dengan suatu pereaksi, maka pusat khiral akan terjadi pada produk
yang dihasilkan. Di sini di cermati adalah pereaksi yang digunakan, apakah pereaksi
tersebut akan menghasilkan enantiomer Ratau S. hal ini di kaitkan dengan muka atau
permukaan molekul yang akan didekati oleh pereaksi selama reaksi berlangsung. Jika
pendekatan pereaksi dari satu muka, maka akan dihasilkan enatimer R, sedangkan jika
pendekataan dari muka yang berlawanan, maka akan diperoleh enantiomer S.
Kenyataan bahwa keton 5.117 dan alkena 5.120 tidak mengandung pusat
khiral. Jika 5.117 bereaksi dengan pereaksi Grignard, seperti fenil magnesium
bromide, maka diperoleh alcohol 5.118 dan enantiomer (5.119). Reaksi alkena 5.120
dengan boran seperti 9- BBN (9-boran –siklo [3.31]-nonana),

yang diikuti dengan oksidasi, akan menghasilkan alcohol 5.121 (dan


enantiomernya 5.122)

E.2 Khiral aditif pada system asiklis


Aspek utama reduksi hidrida adalah stereokimia reduksi seperti yang
ditunjukan pada Tabel 5.2. Contoh sederhana adalah 2 – pentanon, yang direduksi
menjadi 2-pentanol. Karbonil merupakan pusat prokiral karena adisi hidrida dari
kedua muka karbonil (a atau b) menghasilkan pusat stereogenik. Karena kedua muka
mempunyai kesempatan yang sama untuk pengikatan, maka produk alcohol adalah
rasemik.

47
E.3 Selektivitas pada reduksi turunan karbonil yang mengandung karbon khiral
Jika pusat prokhiral terdapat pada molekul yang mengadun g satu atau lebih
pusat khiral, maka reduksi menghasilkan diastereomer, seperti pada reaksi 5.134 dan
5.136. Senyawa 5.134 mengandung pusat stereogenik, tetapi pusat tersebut terlalu
jauh dari pusat prokhiral yang mempunyai pengaruh atas reduksi pada prokhiral.
Reduksi terhadap senyawa ini tidak lebih seperti pada reduksi keton yang tidak
memiliki pusat khiral, dan hasil yang diperoleh adalah campuran 1 : 1 diastereomer
syn dan anti (5.135a dan 5.135b), yangb merupakan rasemik. Namun demikian, keton
5.136 mempunyai pusat stereogenik yang berdkatan dengan karbonil, dan pengaruh
khiralitas akan berpengaruh pada pendekatan pereaksi yang akan menyerang. Pereaksi
akan mendekati dari muka yang mengikat halangan yang palin kecil. Pada 5.136,
pendekatan melalui sisi sebelah atas “muka hydrogen”(muka si) akan menghasilkan
n5.137 dan pendekatan melalui muka yag lebih terhalang (“muka metal”, muka
re)akan memberikan 5.138

Jika konfirmasi 5.136 tetap seperti konformasi yang terlihat, maka hasil yang
akan diperoleh sangat cenderung pada 5.137. Namun kenyataannya, pada system
asiklis seperti contoh tersebut tidak mungkin memiliki konformasi tunggal. Reaksi
dengan zat pereduksi dapat mempengaruhi konformasi sehingga memberikan sifat
diastereoselektivitas.
F. Hidrogenasi Katalik
Reduksi gugus fungsi dengan gas hydrogen merupakan salah satu reaksi yang
penting dalam kimiia organic. Hidrogenasi etana menjadi etana pertama kali
dilakukan oleh van Wide pada tahun 1875. Penggunaan hidrogenansi katalik secara
luas dilakukan setelah tahun 1897, yaitu ketika Sabatier mengembangkan reaksi
antara hydrogen dan senyawa organic yang kemudian menjadi model reaksi universal
(Nobel prize, 1912)
F.1 Aktivitas dan Reativitas Katalik
Metode ini berkaitan dengan adisi gas hydrogen pada molekul organic. Reaksi
membutuhkan sejumlah katalis logam transisi agar reaksi dapat terjadi, dan reaksi
berlangsung dengan penyerapan hydrogen dan substrat dipermukaan logam. Terdapat
dua tipe utama katalis
1.Heterogen = katalis tidak larut dalam media reaksi
2.homogen = katalius larut dalam media reaksi
Hirogenasi heterogen mempunyai dua bentuk:
1. Didukung = proses dalam bentuk bubur dan bekerja dalam keadaan gel tetap
2. Tidak didukung= reaksi terutama dalam larut.

Gugus fungsi yang direduksi, tingkat reduksi dan distribusi produk,


bergantungf pada sifat dan jumlah katalis maupun tipe prosedur hidrogenasi yang
digunakan.

48
Variabel pertama dalam hidrogenasi katalik adalah katalis. Katalis yang
sebagian besar digunakan adavlah platian, palladium, nikel, rodium, iridium, dan
rutheum. Dalam beberapa hal, garam – garam logam transisi sering digunakan
daripada logamnya sendiri. Hudliky mengemukakan urutan reakstivitas relative
terhadap propena untuk katalis logam transisi golongan VIII, yang didasarkan pada
pekerjaan yang dilakukan oleh Mann dan Lien.

Rh > Ir > Rn > Pt > Pd > Ni > Fe > Co > Os

Pada urutan tersebut, rodium merupakan katalis yang paling aktif. Katalis –
katalis tersebut digunakan untuk mereduksi banyak gugus fungsi . tidak ada katalis
tunggal yang memberikan hasil yang lebih bagus untuk semua gugus fungsi.

Katalis heterogen merupakan suatu perwujudan permukaan dan karena itu


dikenal terdapat beberapa perbedaan tipe partikel – partikel logam di permukaan.
Maier menggambarkan adanya tipe – tipe atom terrace, step dan kink pada permukaan
katalis heterogen. Pengertian tersebut mengacu pada tipe – tipe ataom yang berbeda,
yang di tandai dengan jumlah atom tetangga yang terdekat. Tipe atom terrace (A)
kekhasannya mempunyai delapan atau Sembilan tetangga dan ditunjukan secara
geometri seprti 5.170. Tipe atom step (B) biasanya mempunyai tujuh tetangga dan
dapat digambarkan dengan struktur 5.171. akhirnya, tipe atom kink (C) mempunyai
enam tetangga dan dinyatak seperti 5.172.

F.2 Reduksi Alkena dan alkuna

Reaksi dengan alkena berlangsung diatas permukaan katalis heterogen logam,


melalui pemutusan molekul hydrogen dan penyusunan atom – atom hydrogen.

Gas hydrogen dipecah menjadi atom – atom hydrogen yang terikat pada nikel
(dinyatakn 5.173). Alkena juga terikat pada permukaan logam (5.174), yang diikuti
dengan berlansungnya reaksi dengan transfer hydrogen ke karbon (5.175)

Mekanisme yang pasti dari katalis heretogen belum diketahui karena proses
tersebut mmerupakan fenomena yang terjadi di permukaan. Pada proses terlihat
memutus ikatan H – H yang menghasilkan spesies logam –H (H*), dimana hydrogen
diserap pada situs aktif dipermukaan katalis.

F.3 Hidrogenasi senhyawa – senyawa karbonil

49
Bahwa pada reduksi 5.185 pemecahan secara reduktif cincin siklopropana
berlangsung lebih cepat daripada reduksi keton. Cincin siklopropana tidak dapat
direduksi dengam katalis Lindlar, tetapi dapat direduksi dengan katalis heterogen
seperti platina oksida (PtO2, disebut katallis adams). Contohnya 5.185 direduksi
dengan katalis adams menghasilkan campuran 5.186 dan 5.187, dengan perbandingan
10 : 82.

Platinum mereduksi aldehida bila diadsorpsikan pada karbon atau kalsium


karbonat, tetapi tidak dapat mereduksi aldehida bila diadsorpsikan pada barium sulfat
atau alumina Al2O3.

F.4 Reduksi aromatic dan Hidrokarbon Heteroaromatik

Contoh yang paling sederhana adalah reduksi benzene menjadi sikloheksana


yang membutuhkan kondisi suhu dan tekanan tinggi, kecuali jika menggunakan
katalis rodium, Rylander memberikan urutan berbagai katalis untuk mereduksi
benzene, yaitu sbb:

Rh > Ru >> Pt > Pd >> Ni > Co

Rodium dan ruthenium digunakan jika menghindari hidrogenolisis. Urutan


relatif untuk reduksi naftalena menjadi tetralin adalah

Pd > Pt > Rh > Ir > Ru

Rodium mula- mula mereduksi naftalena menjadi 5.200. tetapi senyawa ini
tereduksi lebih lanjut menjadi dekalin (5.201), dan 5.200 merupakan konstituen kecil
dari campuran produk akhir.

Bila cincin aromatic tersubtitusi, maka hidrogenasi katalik dapat dipersulit


oleh reaski samping. Redukski fenol mula – mula menghasilkan enol, tetapi senyawa
ini dikonversi menjadi sikloheksanon atau turunan sikloheksanadion, seperti pada
reduksi 5.202 yang akan menghasilkan reduksi sempurna pada semua ikatan-π
menjadi 5.205 dengan adanya hydrogen berlebih.

G. Reduksi Logam Terlarut


G.1 Reduksi Elektrofilik
Reaksi reduksi dari logam – logam alkali melibatkan transfer elktron tunggal
dan dapat dilakukan pada sel elektrolitik. Contohnya elektrolisis aseton, elektron
ditransfer kekarbonil, menghasilkan anion radikal (disbut ketil). Terdapat dua bentuk

50
kanonikal ketil inn, yaitu bentuk radikal karbon dan bentuk karbanion (5.214). Pada
keadaan yang serupa, ikatan π pada 2-butuna menangkap electron yang dihasilkan
dari eletrolisis membentuk anion radikal seperti 5.215

Paling tidak ada dua tipe produk reaksi yang dihasilkan oelh ketil yang berasal
dari aseton. Ketil dapat mengaloami penggabungan radikal , sedangkan reaksi yang
terakhir berupa reduksi. Penggabungan radikal aseton seperti yang dinyatakan diatas
ditunjukan pada konversi 2- asetilpiridin (5.218) menjadi 1,2- diol (5.220) dengan
hasil 68%.

H. Reduksi Nonlogam
Terdapat sejumlah cafra untuk mereduksi gugus fungsi organic yang
menggunakan pereaksi nonlogam. Salah satunya adalah reduksi dengan hidrazin
Dalam keadaan basa, intermediate anion hidrazon dapat dibentuk dengan
melepakan proton dari pelarut yang bersifat basa, intermediate anion hidrazon dapat
dibentuk dengan melepaskan proton dari pelrut yang bersifat asam, dan menghasilkan
produk yang tereduksi. Proses ini di kenal dengan reduksi Wolf – Kishner. Hidrazin
hidrokarbon (N2H5HCl) sangat efektif untuk mereduksi khususnya keton yang
mempunyai penghalang. Hidrazin juga digunakan untuk mengkonversi alkil ptalimida
menjadi alkilm amina dengan mengantikan satuan O = C- NR – C = O dengan satuan
O = C – NHNH – C = O. reaksi ini sering disebut sebagai prosedur Ing – Maske

BAB VI

KONTROL STEREO DAN PEMBENTUKAN CINCIN

51
6.1 Kontrol Stereo pada Sistem Asiklis.

Reaksi pada molekul asiklis dapat menghasilkan diastereomer dan pengertian


“penontrolan stereokimia”, yang biasanya digunakan untuk suatu usaha menghasilkan satu
diastereomer sebagai produk utama dari reaksi.

Usaha – usaha untuk mengontrol stereokimia yang penting meliputi:

1.) Selektivitas markonikov atau anti markonikov


2.) Retensi atau inversi konfigurasi
3.) Selektivitas cis-trans
4.) Selektivitas syn-anti
5.) Pengaruh khelasi heteroatom.

6.1.1 Selektivitas Markonikov/ anti markonikov

Reaksi khas yang menggambarkan adisi markonikov adalah reaksi HBr dengan 2-metil
2-butena yang menghasilkan 2-bromo 2-metil butana. Reaksi adisi anti markonikov yang
khas adalah adisi boran pada alkena, yang menghasilkan alkohol pimer, setelah oksidasi
terhadap intermediet alkil boran.
Jika reaksi menghasilkan karbokation, maka orientasi Markonikov pasti dihasilkan. Jika
diinginkan adisi anti-Markonikov, maka pengubahan pada mekanisme reaksi harus terjadi.
Reaksi adisi lain yang berlangsung dengan orientasi anti-Markonikov adalah adisi HBr
pada alkena dengan adanya peroksida. Reaksi ini menghasilkan radikal karbon yang
diperoleh mula-mula dari adisi radikal brom pada alkena. Radikal brom dibentuk berdasarkan
pemecahan hormolitik dari peroksida yang ditambahkan, kemudian diikuti reaksi dengan
HBr. Radikal yang terbentuk distabilkan oleh efek elektronik tiga gugus alkil daripada
alternatif radikal primer. Reaksi dengan HBr menghasilkan bromida primer dan
menghasilkan radikal brom yang lain pada langkah propagasi rantai. Karena brom pertama-
tama megadisi alkena yang menghasilkan radikal tersier yang lebih stabil,maka hidrogen
ditransfer pada radikal tersebut. Ini merupakan reaksi berlawanan regioselektivitas
keseluruhan terhadap adisi selektif pada reaksi kationik.
Reaksi radikal ini berlangsung dengan baik hanya untuk adisi HBr dan tidak untuk HCl
atau HI. Reaksi adisi tipe radikal akan berlangsung dengan bentuk anti–Markonikov.
Pada umumnya, reaksi adisi kation dan radikal menghasilkan intermediet reaktif, dan
produk adisi ditentukan oleh stabilisasi relatif dari intermediet. Pengotrolan adisi
Markonikov vs anti-Markonikov dapat diprediksi dengan pengontrolan jalur mekanistik adisi.

52
Reaksi HBr dengan 2-metil-2-butena yang menghasilkan 2-bromo-2-metil-
butana.

6.1.2. Retensi vs Inversi Konfigurasi


Contoh sederhana untuk menginversi pusat stereokimia adalah mengkonversi gugus
fungsi menjadi gugus fungsi lainnya. Proses ini biasanya melibatkan alkohol atau substrat
amina. Jika alkohol dikonversi menjadi turunan dengan ikatan C – O lemah serta adanya
kecenderungan yang besar untuk terjadinya penggantian ,maka tipe SN2 menjadi mungkin
dengan inversi pusat stereogenik tersebut. Contoh sederhana proses ini adalah konversi (S)-2-
pentanol menjadi tosilat yang sesuai, yang dapat diganti dengan nukleofilik seperti azida dan
ada hasil, dengan kontrol sempurna pusat stereogenik. Ini merupakan metode efektif untuk
menginversi pusat stereo dengan pengikatan gugus fungsi yang berbeda.
Metode lain selain reaksi Mitsonobu juga dapat dipeoleh untuk menghasilkan
stereokimia. Gugus amino dapat diubah menjadi gugus fungsi yang lain. Konversi yang
menarik adalah transformasi NH2 Br, dengan hasil retensi konfigurasi secara
sempurna. Reaksi asam amino dengan Natium Nitrit (Na2NO2) dan Kalium Bromida (KBr)
menghasilkan asam α-bromo, dengan retensi konfigurasi secara sempurna. Reaksi ini diamati
pertama kali oleh Walden. Reaksi ini diambil dari sintesis tienamisin, antibiotik karbapenam,
yang dilakukan oleh Salzmann.

Metode lain untuk mengkonversi atau mengontrol stereokimia ditunjukkan pada konversi
D-manitol menjadi (R)-ephiklorohidrin atau (S)-ephiklorohidrin. Kontrol stereokimia
diperoleh dengan memanipulasi perbedaan-perbedaan pada reaktivitas.

53
Contoh pengontrolan konfigurasi pusat khiral adalah konversi alkohol sekunder khiral
menjadi klorida sekunder yang sesuai dengan tionil klorida

6.1.3. Selektivitas cis-trans


Kontrol pada geometri cis-trans telah ditunjukkan pada reduksi alkuna engan hidrogenasi
katalitik atau dengan logam alkali. Katalis Lindlar memungkinkan terjadinya reduksi secara
selektif terhadap alkuna menjadi cis-alkena. Keadaan yang berlawanan, reaksi alkun dengan
logam alkali akan menghasilkan trans-alkena. Sekali lagi, pengertian utama terhadap
perbedaan dua mekanisme reaksi tersebut memungkinkan pengontrolan geometri cis-trans
produk akhir.

Katalis Lindlar memungkinkan terjadinya reduksi secara selektif terhadap alkuna


menjadi cis-alkena.

6.1.4. Selektivitas syn-anti

Reaksi enolat yang dibicarakan sebelumnya merupakan contoh yang baik tentag
kemampuan untuk mempengaruhi atau mengontrol distereoselektivitas, dengan mengubah
basa atau kondisi reaksi lain. Produk-produk akhir dari serangkaian reaksi ini adalah syn
diastereomer dan anti diastereomer. Rekasi lain di mana syn dan anti diastereomerdapat
dibentuk, tetapisatu yang perdominan, yaitu pada contoh konversi alkena menjadi 1,2-
diol.Metode untuk menghasilkan diol secara stereoselektif dimulai dengan epoksida, yang
dibentuk dengan mengoksidasi alkena yang dibuka menjadi diol dengan hidroksida (atau
dangan nukleofil oksigen lain). Pada contoh ini, syn diol dibentuk melalui pelepasan nukleofil
hidroksida dari sisi belakang ke karbon yang kurang terhalang.

54
Hasil yang diperoleh adalah syn-diol. Dalam beberapa hal,mungkin mengontrol
pembukaan cincin epoksida,terutama terhadap molekul siklis,seperti pada reaksi 1-
fenilsikloheksena oksida dengan hidroksida.

Metode untuk menghasilkan diol secara streoselektif dimulai dengan epoksida


yang dibentuk dengan mengoksidasi alkena yang dibuka menjadi diol dengan
hidroksida

6.1.5. Khelasi Heteroatom

Salah satu faktor utama untuk mengontrol distereoselektivitas adalah pengaruh khelat
gugus-gugus heteroatom tetangga (pengaruh gugus tetangga). Keadaan ini dapat ditunjukkan
pada reaksi alkohol alilik khiral dengan asam peroksi. Koordinasi dengan oksigen dan
pelepasa oksigen elektrofilik dari sisi tersebut menghasilkan alkohol epoksi.
Epoksidasi asimetris Sharples memanfaatkan selektivitas yang timbul dari koordinasi
dengan alkohol alilik oleh penambahan agen khiral untuk mengontrol selektivitas.pengikatan
alkohol alilik pada logam adalah penting untuk pelepasan oksigen elektrofilik dan juga untuk
pengontrolan orientasi alkena relatif terhadap agen epoksidsi.
Kecenderungan terjadinya khelat heteroatom tegantug pada pereaksi yang digunakan.
Zink borohidrida mengadakan koordinasi yang sangat kuat dengan heteroatom, tetapi litium
aluminium hidrida menunjukan selektivitas yang kurang.hal ini disebabkan oleh koordinasi
yang lemah dengan heteroatom.

Salah satu faktor utama untuk mengontrol diastereoselektivitas adalah pengaruh


khelat gugus-gugus heteroatom tetangga.

6.2 Kontrol Stereo pada Sistem Siklis

Cara untuk mengontrol regiokimia Markonikov dan anti-Markonikov, dan retensi atau
inversi konfigurasi, pada dasarnya sama seperti pada sistem asiklis. Sukar untuk memisahkan
pengaruh regiokimia (cara adisi) dan pengaruh retensi dibandingkan inversi dan isomerisasi
cis-trans pada molekul-molekul siklis. Adisi pada ikatan π tersubtitusi menghasilkan

55
isomer-isomer geometri, dan pada sebagian besar sistem siklis akan mengontrol konfigurasi
absolut pusat khiral yang dikaitkan dengan isomer-isomer cis-trans dan/atau dengan
pembentukan diastereomer. Pengertian syn dan anti tidak mempunyai arti pada sistem siklis.

6.2.1. Selektivitas Markonikov / anti-Markonikov

Masalah-masalah yang berkaitan dengan adisi secara regioselektif pada molekul-molekul


siklis pada dasarnya sama seperti pada molekul-molekul asiklis. Sebagai contoh, reaksi HBr
dengan metilsiklopentena merupakan regioselektivitas yang tinggi untuk produk Markonikov
yang menghasilkan tersierbromida, 1-bromo-1-metilsiklopentana.

Namun demikian, hidroborasi metilsiklopentena menghasilkan produk utama anti


Markonikov karena untuk adisi dibutuhkan keadaan transisi empat pusat. Adisi boran dan
oksidasi menghasilkan campuran alkohol dengan perbandingan 86 : 14, dimana yang lebih
menguntungkan adalah produk yang kuran tersubtitusi.

Reaksi Hbr dengan metilsiklopentena merupakan regioselektivitas yang tinggi


untuk produk Markovnikov yang menghasilkan tersier bromida, 1-bromo-1-
metilsiklopentena.

6.2.2. Aturan Bredt

Reaksi lain di mana regioselektivitas bersifat penting adalah pembentukan ikatan


rangkap pada reaksi eliminasi. Regiokontrol pada eliminasi diperoleh dengan pengikatan basa
pada molekul (basa internal untuk eliminasi syn) atau dengan pengikatan basa pada molekul
seperti pada reaksi biomolekul (basa eksernal untuk eliminasi anti). Penambahan pada halida
dengan kalium-t-butoksida dalam t-butanol menghasilkan antieliminasi, dan membentuk
alkena yang lebih banyak tersubtitusi. Hal ini disebabkan sifat termodinamika reaksi dan
persyaratan elektronik bahwa kedudukan gugus pergi anti terhadap hidrogen yang
dilepaskan. Efek yang sama terjadi pada halida siklis seperti cis-2-1- metilsiklopentana, yang
bila direaksikan dengan basa menghasilkan metilsiklopentana.

56
Perbedaan utama di sini adalah ketidakmampuan cincin berotasi di sekitar ikatan karbon-
karbon, tetapi produk yang dihasilkan adalah alkena yang lebih banyak tersubtitusi. Untuk
syn dan anti eliminasi keduanya, hidrogen-β dan gugus pergi adalah sudah ditentukan oleh
regiokimia halida. Syn-eliminasi melibatkan basa yag terikat secara intramolekul, diikuti
pelepasan hidrogen-β yang mempunyai kedudukan syn terhadap gugus pergi. Adanya
penghalang pada keadaan syn ini mengakibatkan pendekatan dan pelepasan hidrogen-β pada
kedudukan yang kurang tersubtitusi, yang secara energetik lebih menguntungkan.

Pembentukan produk alkena memerlukan penahanan kedudukan “kepala jembatan


(bridgehead)” menjadi konformasiplanar, disebabkan pembentukan geometri planar karbon
sp2. Energi keadaan transisi yang dibutuhkan untuk mengeliminasi – menjadi karbon kepala
jembatan dalam sistem kecil – sangat tinggi, dan sistem bisiklis kecil tidak dapat
mengakomodasi kenaikan yang besar dalam tegangan ini. Pengamatan menunjukkan bahwa
ikatan rangkap dua karbon – karbon tidak dapat dibentuk pada atom – atom kepala jembatan
dalam cincin – cincin bisiklis kecil dan keadaan seperti ini pada awalnya disebut aturan
Bredt. Pernyataan yang dikemukakan oleh Bredt adalah “dalam sistem keluarga kamfena dan
pinena serta senyawa – senyawa yang sekerabat, karbon – karbon kepal jembatan (a dan b)
tidak dapat dilibatkan pada ikatan rangkap dua karbon – karbon.

57
6.2.3 Retensi vs invarsi (kontrol diastereo)

Reaksi molekuler siklis yang melibatkan pembentukan pusat-pusat khiral mirip seperti
yang terjadi pada system asiklik.Reaksi asida (NaN 3) dengan cis - 4 –t-butil-1-bromo-
sikloheksana. Menghasilkan azida,dengan inversi konvigurasi penuh Melalui jalur reaksi
SN2.contoh:

Perbedaan utama antara system siklis dan system ansiklis adalah ketidakmampuan sistem
siklis mengalami rotasi disekitar ikatan karbon-karbon yang menghasilkan perbedaan
konfigurasi.

Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Corey,bentuk ekuatorial adalah bentuk yang
dominan (dengan perbandingannya adalah <99,9 : <1 yaitu 6,88 : 6,89),jika azida di gunakan
sebagai nukleofil ,maka penggantian bromida berdasarkan SN2 melauli peningkatan pada
sisi belakang akan sulit terjadi,karena sudut pendekatan nukleofil terhalangi.

6.2.4 Isomer-isomer cis-trans (diastereoselektivitas)

Pada system siklis ,pengontrolan geometric cis-trans merupakan persoalan


diastereoseletivitas.konformasi cicin,kemampuan kekonformasian pada keadaan transisi,dan
stabilitas produk akhir,merupakan hal yang penting untuk mengkontrol dan memprediksi
stereokimia.Contoh : Reduksi 4-t-butilsilkoheksanon menunjukan kemantapan yang ditandai
pelapisa hibrida melalui jalur a (perbandingan a : b = 91 : 9),selama reaksi dengan LiAlH4
yang menghasilkan trans-alkohol)

58
Para ahli kimia yang melakukan sintesis tidak selalu dipaksa untuk menerima
stereokimia tersebut.paling tidak ada dua pilihan :

1. Mengubah jalur sintesis untuk menghasilkan intermediet yang menguntukan


yang dapat menghasilkan steriokimia yang diinginkan,dan
2. Mengubah pusat sterio pada produk akhir.

Terdapat banyak cara yang ada untuk emeriksa stereokimia relative pada pusat
khiral yang tidak sesuai dengan sasaran yang diinginkan.Dengan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan seperti itu pada stabilitas produk ,memungkinkan kita untuk dapat
mengubah populasi diastereomer.

6.3 Pengaruh Khelasi dan Gugus Tetangga

Pengaruh gugus sederhana yang di pengaruhi pelepasan “oksigen” ke ikatan rangkap


dua alcohol telah dikemikakan oleh Henberst dan Sharless. Ini merupakan pengaruh
untuk reaksi asiklis.Epoksidasi senyawa 6.100 berlangsung melalui koordinasi asam
peroksi dengan alcohol.pelepasan berbedah dengan epoksidasi alitik asetat yang terutma
menghasilkan pelepasan oksigen elektofilik dari muka yang kurang berpenghalang.

59
Pengaruh gugus seperti ini disebabkan oleh pengaruh khelasi subtituen heteroatom
dengan pereakai.

Pengaruh gugus tetangga dapat menjadi jelas dan dapat digunakan untuk mengarahkan
steroekimia dari suatu reaksi.Contoh lain : Reaksi oksetana dengan diametil alumenium N-
mitel-analin yang merupakan reaksi eleminasi,menghasilkan 99% (E)-alkena.

Alumenium mengadakan koordinasi dengan oksigen oksetana pada muka b yang


kurang terlarang pada 6.107 dan 6.108,merupakan retomer kunci.

Pada perencanaan reaksi,tidak hanya pengaruh – pengaruh a dan b hidroksil,alkoksi,dadi


pasangan gugus amino yang harus di perhatikan , tetapi juga pengaruh-pengaruh yang lebih
kuat dari pasangan electron bebas yang berdekatan dengan electron nitrogen,oksigen dan
belerang.pengaruh khelasi tersebut pada kenyataannya dapat merupakan pengarahan
steriokimia atau regiokimia dan penghambat atau penghentian reaksi yang diharapkan.

60
6.4 Stereo Kontrol Asiklis melalui precursor siklis

Sistem siklis dapat digunakan untuk memprediksikan gugus fungsi,sering dengan


control regiokimia dan steriokimia.Cincin kemudian dibuka untuk memperperoleh system
asiklis ,dan regioimia dan strereokimia subtituen telah ditetapkan (ditemukan).

Contoh penerapan masalah dilakukan dengan cara disintesis senyawa organic secara
efektif.

Penambahan dan pengaturan gugus fungsi adalah konversi sikloheksanoan menjadi


epoksiteron.Penambahan dengan tosilhidrasin dalam asam asetat akan menyebabkan
terjadinya pemecahan cicin Eschenmoser dan menghasilkan .Hidrogenasi Lindlar
memberikan feromon seks utama dari Doglas fir Fussockmoth.

6.5 Reaksi Pementukan Cicin

Pengenalan dari aturan Baldwin untuk penutpan cicin,mempelajari


nukleofil,homolitik,dan proses penutupan cicin kationik,dan mendapatkan pola reaktifitas
yang dapat relativ diprediksi.Pendekatan ini didasarkan pada persyaratan-persyaratan
steriokimia dan sudut pendekatan yang memungkinkan untuk membawa ersama-sama dua
pusat rebktif bila dihubungkan dengan atom-atom (tether).Baldwin mengklasifikasikan
penutupan cicin menjadi dua kategori : EXO (aliran electron dari reaksi adalah eksternal
terhadap cicin yang akan dibentuk) dan ENDO (aliran elektro didalam cicin yang akan
dibntuk).jika atom yang diikat dinyatakan tet dan cicin yang akan dihasilkan adalah
6.118.Peningkatan atom pada sp2 disebut TRIG (membentuk cicin) dan peningkatan
hibridisasi pada atom sp disebut DIG( pembentukan cicin).

61
Bila kita bicarakan aturan Baldwin,maka yang paling perluh dibicarakan adalah pertama-
tama adalah persyaratan sudut peningkatan untuk membawa dua ujung raktif molekul
bersama-sama.Elliot dan Graham-Richard menyatakan suatu metode untuk memprediksikan
sudut pendekatan yang cocok,yang haya didasarkan pada substrat.Pengggantian pada karbon
sp3 pada umumnya melaui peningkatan dari bagian belakang dan gugus yang akan datang (X)
harus mendekati karbon yang mengandung Y [ada sudut yang dekat dengan 180°.disini sudut
ikat sekitar 120°,tetapi selama reaksi,atom sp3 adalah tetrahedral ( dengan sudut ikatan
sekitar 109°)

62
Sudut ikat pada ikatan rangkap tiga adalah 180°,karena molekul adalah linear.Dalam hal
in konversi atop sp menjadi atom sp 2 menghasilkan sudut ikat 120° yang merupakan
karekteristik alkena.Menggunakan analog yang sama seprti pada koversi sp 2 -sp3 atom harus
mendekati ikatan rangkap tiga pada sudut sekitar 120°.

Contoh siklis endo,konversi sitronelal oleh pengaruh katalisator asam H + menjadi


isopulegol

63
Mengalami penggantian exo Y,tetapi me nghasilkan Konver

Terdapat dua cara untuk meggambarkan pembentukan cicin.Enolat secara kinatik akan
membentuk cicin melalui pengganti Exo Y menghasilkan 6.129 Enolat secara
termodinamikal akan menghasilkan konversi,di sebut enol endo-exo-tet dan konversi.

bguvvyfiyfiyf

Enolat pada umumnya mengalami reaksi 5-endo-tring pada oksigen sedangkan reaksi 6-
endo-tring disukai pada karbon.untuk membentuk cicin lingkar dari lima dari pasangan
electron bebas oksigen harus pada kedudukan yang tepat untuk menggantikan kedudukan
brom pada 6.136( produk adalah tetrahidrofuran).

64
Keadaan transisi untuk penggantian in di gambarkan pada 6.140.Agar menghasilkan
cicin lingkar-enam,maka orbital-orbital karbon enolat pada 6.138 harus pada sudut ang tepat
untuk penggantian.

65
BAB VII

GUGUS PELINDUNG

7.1 Pengertian Gugus Pelindung

Banyak target senyawa sintetik yang mengandung lebih dari satuu gugus fungsi, dan
gugus tersebut dapat mengadakan interaksi dengan pereaksi yang digunakan selama proses
sintesis. Jika gugus keton dan aldehida terdapat di dalam molekul yang sama, kedua gugus
tersebut dapat bereaksi dengan pereaksi tertentu pada saat yang sama. Adanya alcohol dan
amina dalam molekul yang sama juga akan menimbulkan masalah karena kedua gugus fungsi
tersebut cepat beraksi dengan asam, basa, dan nukleofil. Cara untuk menanggulangi fungsi
tersebut adalah dengan melindungi atau mengeblok sementara satu gugus yang reaktif
dengan mentransformasikannya menjadi gugus fungsi baru yang idak akan mengganggu
menjadi gugus baru yang berbeda, yang tidak akan bersaing dengan reaksi yang diharapkan.
Langkah reaksi kedua adalah mentransformasi gugus fungsi baru (gugus pelindung) kembali
menjadi gugus fungsi semula pada tahap akhir sintesis. Proses ini di kenal sebagai
perlindungan dn proteksi.

7.2 Gugus Pelindung Umum Untuk Alkohol, Karbonil dan Amina

7.2.1 Proteksi Alkohol

Gugus pertama dalam pengembangan gugus pelindung untuk gugus fungsi adalah
mengidentifikasi bagian molekul mana yang dapat mengganggu. Dalam hal alcohol, bagian
molekul yang hampir selalu dapat mengganggu adalah keasaman hydrogen gugus O-H. jika
gugus OH tersebut mengganggu rencana sintesis, maka OH harus dikonversi menjadi gugs
fungsi lain (O-X), tetapi reaksi ini harus dapat berlangsung dan menghasilkan produk yang
tinggi pada kondisi normal.
Alcohol memilki dua reaksi utama yang cocok terhadap criteria tersebut, yaitu konversi
alcohol menjadi eter, biasanya berlangsung dengan hasil yang tinggi dan memberikan produk
yang relative inert. Karena sifat inert inilah, maka kondisi yang dibutuhkan untuk memecah
eter harus kuat. Cara lain adalah mengkonversi alcohol menjadi asetal asilik atau ketal. Juga
sangat mungkin mengubah alcohol menjadi ester pada kondisi normal, dan dengan mudah
mengembalikannya menjadi alcohol dengan cara menghidrolisis ester.

7.2.2 Gugus Pelindung Eter dan Asetal

Gugus pelindung paling sederhana untuk alkohol adalah metil eter (-OCH3). Reaksi
alcohol dengan basa (umumnya natrium hidrida (NaH) dalam THF atau DMF) menghasilkan
alkoksida. Cara berikutnya adalah mereaksikan alcohol dengan trimetiloksonium tetrafluoro
borat. Metil eter stabil terhadap basa kuat, nukeofil, organologam, hidrogenasi, zat
pengoksidasi, dan zat pereduksi hidrida. Metil eter stabil pada PH 1-14. Metil eter dapat

66
dipecah oleh HI pekat, sedangkan trimetilsilil iodida dapatmemecah pelindung alcohol dalam
kloroform dan pada suhu yang relatif tinggi.
Gugus pelindung eter lainnya adalah benzil eter (-OCH2Ph,O-Bz),yang dibuat dengan
mereaksikan alkoksida dai alcohol dengan benzil bromida atau klorida. Benzil eter stabil
terhadap sejumlah pereaksi, meliputi pH 1-14, karbonion dan organologam , nukleofil,
hidrida, dan beberapa zat pengoksidasi. Dua cara yang umum untuk melepaskan gugus
benzil meliputi pemutusan ikatan O-CH2Ph dengan hidrogenolisis. Cara paling umum
pemutusan ikatan C-O benzilik adalah dengan hidrogenasi katalitik, biasanya dengan katalis
poladium. Cara lain dari hidrogenolisis adalah dengan melarutkan logam natrium atau kalium
dalam amonia. Contohnya adalah sintesis monensin yang dilakukan kishi, dimana mula-mula
alcohol 7.24 dikonversi menjadi benzil eter (7.25) dengan mereaksikan dengan kalium
hidrida (KH) dan benzil bromida. Gugus alilik OH akan mengganggu proses pembentukan
gugus OCH3 dalam 7.25, karena gugus OH primer juga dapat bereaksi dengan KH/CH3I.
hidroborasi, oksidasi, dan metilasi yang keudian dilanjutkan dengan deproteksi
(hydrogen/paladium) akan menghasilkan 7.26.

Alkohol dapat dikonversi menjadi t-butil eter (O-C(CH3)3) dengan mereaksikan alcohol
dengan 2-metil-2-propena (isobutilena), dengan adanya katalis asam (asam sulfat atau BF3).
Sebagai gugus pelindung ,t-butil sensitive terhadap asam kuat, tetapi stabil pada Ph 1-14, dn
stabil terhadap nukleofilik,organologam, hidrida, hidrogenasi katalitik, oksidasi dan reduksi.

67
Gugus pelindung eter alternative yang telah di kembangkan oleh Green adalah “metil
eter tersubtitusi” yang tidak lain adalah asetal (RO-CHR1-O-R2). Asetal pertama adalah
metoksi metil eter (O-CH2OCH3, O-MOM), di bentuk dengan mereaksikan alcohol dengan
basa (seperti NaH dalam THF) dan ClCH2OCH3 (klorometil metil eter). Sebagai contoh,
gugus hidroksi metil pada 7.27 perlu di proteksi dan di konversi menjadi turunan O-
MOM,7.28. reaksi selanjutnya menghasilkan alcohol primer baru yang kemudian diproteksi
sebagai O-benzil eter (pada 7.29). proteksi OH pada 7.27 sebagai turunan MOM (pada 7.28)
dan OH yang lain sebagai benzil eter (7.29)selanjutnya di ikuti pelepasan gugus O-MOM.
Salah satu gugus pelindung asetal yang paling umum adalah 2-metoksi etoksimetil eter
(-O-CH2OCH2CH2OCH3,MEM). Gugus MEM di ikat oleh alcohol setelah alcohol di konversi
menjadi alkoksida (umumnya dengan NaH dalam THF atau DMF). Gugus MEM juga stabil
pada pereaksi-pereaksi seperti terhahdap O-MOM dan O-MTM. Gugus MEM sensitive
terhadap asam Lewis dan dapat di pecah dengan asam kuat berair (PH<1). Gugus MEM
juga dapat melindungi alcohol tersier.
Variasa gugus MEM adalah 2-(trimetilsilil) etoksi metil eter (-O-CH2OCH2CH2-
Si(CH3)3,SEM). Tipe lain dari gugus pelindung asetal adalah etil eterr tersubtitusi. Anggota
yang paling umum adalah 1-etoksil-etil eter (O-CH(OCH2CH3)CH3, O-EE). Sebagai contoh,
shibasaki menggunakan gugus EE untuk melindungi, sementara gugus hidroksil pada 7.31
diubah menjadi 7.32 dengan reaksi wittig. Pelepasan gugus EE dengan asam asetat berair
menhasilkan 7.33.

68
7.2.3 Proteksi Diol

1,2-diol termasuk alcohol, tetapi kedudukan hidroksil berkaitan sehingga dapat


dpproteksi sebagai ketal siklis. Bila 1,2-diol seperti 2,3-butanadiol (7.34) bereaksi dengan
keton seperti aseton, dengan adanya katalis asam, maka akan dibentuk 1,3-dioksolan (7.35).
ketal seperti 7.35 yang dibentuk dari aseton, sering disebut asetonida (isopropilidena ketal).
1,3-diol akan menghaslkan cicin lingkar-6 asetonida, yaitu merupakan turunan 1,3-dioksana.
Ca umum pembentukan asetonida adalah reaksi iol dengan 2-metoksil-1-propena dengan
adanya asam seperti anhydrous HBr, atau reaksi diol dengan aseton dengan adanya katalis
asam.

Gugus ini stabil terhadap basa (Ph 4-12), tetapi tidak terhadap asam. Gugus tersebut juga
stabil terhadap nukleofil,organologam, hidrognasi katalitik, hidrida, dan zat pengoksida.
Gugus pelindung ini biasanya dipecah dengan HC berair, dengan aam asetat atau dengan
asam p-toluennasulfonat dalam methanol.

69
Asetonida berguna dalam sintesis, seperti proteksi pada 1,2-diol pada senyawa 7.36 yang
dikonversi menjadi 7.37 dengan mereaksikannya dengan aseton dan kuprisulfat (CuSO4).
Dioksolana selanjutnya memungkinkan untuk mengkonversi ester menjadi gugus alkilidena
7.38. bila 7.38 direaksikan dengan asam berair akan diperoleh kembali diol (7.39). reaksi iol
dengan aldehida atau keton lain akan menghasilkan ketal atau asetal. Dua turunan yang
umum adalah benzaldehida (membentuk benzilidena asetal) dan sikloheksanon (membentuk
sikloheksilidena ketal).

7.2.4 proteksi aldehida dan keton

Seperti halnya dengan alcohol,suatu cara telah dikembangkan untuk memproteksi keton
dan aldhida.hal ini dilakukan karena ugus karbonil yang merupakan bagian dari gugus fungsi
dapat mengganggu salama reaksi berlangsung. Reaksi utama dari karbonil adalah adisi
nukleofilik asil. Cara umum memproteksi gugus karbonil adalah dengan mengkonverinya
menjadi ketal atau aseta, dengan menggunakan pereaksi alcohol atau diol. Variasi reaksi ini
antara lain meggunakan pereaksi diol yang menghasilkan ditioketal atau ditioasetat. Sebagai
contoh sintesis dengan menggunakan asetal untuk memproteksi aldehida adalah pada
senyawa 7.40 sebagai dimetilasetal, dan reaksi berikutnya dengan mereaksikan dengan basa
membentuk senyawa alkena 7.41. aldehida diperoleh kembali dengan menambahkan asam p-
toluenasulfonat berair menjadi 7.42 proses ini dilakukan oleh Bauman dan Hoffmann dalam
sintesis β-santalol.

70
Dalam kenyataannya banyak jenis alcohol yang dapat digunakan untuk menghasilkan
asetal atau ketal, tetapi methanol merupakan alcohol yang paling umum digunakan. Proteksi
aldehida dan keton juga dapat dilakukan denga menggunakan 1,2-diol dan 1,3-diol yang
membentuk ketal siklis atau asetal siklis. Turunan 1,3-dioksolana dibentuk dengan
mereaksikan karbonil dengan 1,2-etanadiol, dan 1,3-sdioksana dibuat dengan
mereaksikannya dengan 1,3-propanadiol. Cara yang paling umum untuk memecah turunan
dioksana atau dioksolana adalah dengan mereaksikannya dengan asam berair, meliputih HCl
dalam THF dan asam asetat berair.meyer memproteksi senyawa keton 7.43 sebagai ketal
(7.44), yang di ikuti reduksi terhadap laktam menjadi amina. Deroteksi menghasilakan 7.45,
(+)-aspidosapermina.

Variasi dapat dilakukan dalam memproteksi ketal dengan memasukkan subtituen alkil
pada senyawa diol. Sebagai contoh, seperti yang dilakukan oleh Money, menggunakan 2,2-
dimetil-1,3-propanadiol untuk memproteksi keton 7.46 (yang membentuk 7.47). proses ini
dilanjutkan oleh reaksi olefin 7.47 dengan butyl litium dan juga konversi yang menghasilkan
produk alcohol menjadi klorida 7.48. diproteksi terhadap karbonil menghasilkan
kamforenon,7.49.

71
7.3 Proteksi Amina

7.3.1 Gugus Pelindung N-Alkil

Gugus alkil lain yang digunakan untuk melindungi nitrogen adalah benzil (N-CH2Ph, N-
Bz). Amina direaksikan dengan benzil klorida atau benzil bomida, biasanya dengan adanya
basa seperti kalium karbonat (K2CO3) atau hidroksida. Gugus ini stabil terhadap asam dan
basa (Ph 1-12) dan terhadap nukleofil, organologam,hidrida, dan asam Lewis. Ikatan N-C
dapat diputus secaa hidrogenolisis katalitik atau pelarutan logam. Cara penentuan lain adalah
dengan mereaksikannya dengan natriium dalam amonia cair.

7.3.2 Gugus pelindung N-As

72
Amida merupakan gugus pelindung yang paling umum digunakan untuk memproteksi
amina. N-astil merupakan ggus pelindung amida yang sudah di kenal bak dan N-asilamina
dikenal merupakan turunan asetamida (N-COCH3,N-Ac). Reaksi antara anhidrida asetat atau
asetil klorida dengan amina, dengan adanya basa sperti piridin atau trietilamina, akan
menghasilkan asetamida.

Jenis gugus lain yang memproteksi amina adalah trifluoroasetamida (N-COCF3,N-TFA).


Trifluoroasetil umumnya di ikat brtdasarkan reaksi antara amina dengan anhidrida
trifluoroastat (CCF3CO)2O) dengan adanya trietilamina atau piridin.

7.3.3 Gugus Pelindung N-karbamat

Gugus pelindung lain untuk nitrogen adalah karbamat (N-CO-OR). Banyak gugus
pelindung yang dikembangkan untuk memproteksi asam amino pada sintesis peptida. Gugus
ini sensitive terhadap asan kuat. Gugus BOC biasanya dilepaskan dengan mereaksikannya
dengan HCl berair atau dengan asam trifluoroasetat. Contoh sederhana di tunjukkan pada
proteksi asam amino 7.54 sebagai turunan BOC (7.55). pengganti tosilat dengan nukleofil
belerang (manghasilkan 7.56), dilanjutkan dengan

73
Doprteksi dengan asam trifluoroasetat (suhu kamar 30 menit)yang akan menghasilkan
amina
7.57, dan gugus hidroksil diganti dengan gugus tiol.
Karbamat lain yang popular adalahbenzil karbamat (N-CO2CH2Ph, N-CBz benziloksi
karbonil). Gugus diikat oleh reaksi antara amina dengan benzil kloroformat (PhCH2O2CCl)
dengan adanya basa (karbonat berair atau trietilamina). Gugus sangat stabil terhadap asam
dan basa (ph 1-12).terhadap nukleofil, terhadap organologam (tetapi gugus tersebut bereaksi
dengan pereaksi organolitium dan pereaksi Grignard), terhadap asam Lewis dan terhadap
sebagian besar hidrida (gugus tersebut bereaksi dengan LiAlH4).

74
Gugus ini sensitive terhadap hidrolisis dengan hidrogenasi katalitik (pada karbon
merupakan katalis yang umum di gunakan).
Fenilalanina (7.58) dikonversi menjadi turunan CBz (direaksikan dengan benzil
kloroformat)dan kemudian direaksikan dengan diazometana menghasilkan diazoketon yang
di proteksi CBz (7.59). gugus fungsi asam di perpanjang dengan satu karbon melalui
penataan ulang Wolff, menghasilkan 7.60.diproteksi dengan hydrogen menghasilkan 7.61.

KESIMPULAN

Gugus pelindung berfungsi memproteksi atau memblokade satu gugus yang reaktis
dengan mentransformasikan menjadi gugus fungsi baru yang tida mengganggu terhadap
transformasi yang diinginkan. Langkah reaksi kedua adalah mentransformasikan gugus
pelindung tersebut menjadi gugus fungsi semula padatahap akhir sintesis.
Gugus-gugus fungsi penting sebagian besar menyebabkan masalah reaktivitas adalah
alcohol, keton,dan amina. Asam karboksilat biasanya diproteksi sebagai ester. Keasaman
hydrogen alcohol dapat diproteksi dengan mengubahnya menjadi eter, asetal, atau ester.
Keton dan aldehida biasya diproteksi dengan cara mengkonversinya menjadi asetal atau ketal,
tioasetal atau tioketal, atau turunan hidrazon. Pasangan electron pada amina dapat diproteksi
dengan cara mengkonversi menjadi garam amonium.

75
BAB VIII
STRATEGI SINTESIS

1. PENGERTIAN STRTEGIS SINTESIS

Corey mencatat Beberapa contoh sintesis untuk menggambarkan sejarah sintesis. Pada
tahun 1904,Perkin mensintesis terpinol (8.1) dalam rangka untuk memastikan struktur
sebenarnya dari bahan alam ini. Robinson pada tahun 1917 mensintesis tropinom (8.2), ia
menghipotesiskan bahwa hidrolisi yang diperkirakan terhadap substrat (tropin) dapat diubah
menjadi suksin aldehida,metilamina, dan aseton. Analisis ini ternyata dapat dilakukan dengan
cara mendiskoneksi 8.2 menjadi bagian-bagian yanga lebih sederhana.

Sintesis ekuilen(8.3) yang dilakukan oleh Bachman pada tahun 1990 merupakan sinesis
multilangkah pertama terhadap precursor stroid menjadi estron.

Wordward dan Doering mensintesis kuinina (8.4) sebagai target yang semula ia mengira
bahwa senyawa yang kompleks tersebut tiak di ketahui apakah (8.5) atau strinina (8.6).
Selama berthun-tahun terjadi peningkatan data tentang ciri-ciri struktur dan sterokimia dari
senyawa yang semakin kompleks.

76
Corey memformulasikan termilogi untuk pendekatan sintesis ini, sehingga membuatnya
menjadi suatu proses yang dapat di mengerti. Pendekatan ini disebut Retrosintesis, dan
retrosintsis ini dapat mempelajari sintesis suatu molekul sampai pada bahan awal yang
relative sederhana yang kemudian skarang dikenal sebagai Pendekatan diskoneksi (atau
syntom).Sekarang pendekatan diskoneksi di gunakan oleh sebagian besar ahli kimia bila
mereka menghadapi masalah sintesis. Akan tetapi, ada strategi lain yang dapat diterapkan
pada perencanaan sintesis. Corey melibatkan LHASA (logic Heuristics Applied To Synthetic
Anlysis) dengan tujuan membantu ahli kimia dalam perencanaan sintesis dan untuk
mensintesis molekul-molekul yang kompleks.

2. PEMILIHAN TARGET

2.1 Alasan atau dasar pemikiran untuk sintesis total

Pada dasarnya pemilihan target merupakan titik awal untuk sintesis. Sintesis molekul
organic biasanya dimulai dengan dua pertanayan : (1) Mengapa molekul ini dipilih sebagai
target??dan (2) darimana kita harus memulai?? Jawaban terhadap (1) sering terletak pada
kebutuhan dan ketertarikan dari ahli kimia pensintesis.

Molekul target dpt memiliki siat kimia dan biologi yang unik.

Kesempatan belajar memberikan andil yanga besar terhadap langkah-langkah selanjutnya


dalam pekerjaan sintesis,yang meliputi:

1. Pemilahan reaksi kimiayang spesifik untuk tranformasi satu


intermedit sintesis ke langkah berikutnya
2. Pemilihan Pereaksi-pereaksi yang spesifik
3. Bentuk atau model percobaan
4. Pemilihan atau penentuan percobaan dan analisis. Selama
mengamatan tahapan tersebut, penemuan, penciptaan, atau teori-teori baru yang sangat
penting dapat dihasilkan.

77
Uraian diatas memberikan jawaban yang dapat di terima terhadap pertanyaan (a).
Pendekatan diskoneksi dalam jumlah bentuk akan di gunakan dalam menjawab pertanyaan
(b).perlu ditambahkan molekul-molekul yang ditunjukan pada pendekatan merupakan
contoh-contoh yang dapat mewakili organic yang jenisnya sangat banyak yang telah
disintesis sebagai target. Asam gibberelat (8.7) merupakan hormone pertumbuhan tanaman
dengan kerangka karbon yang kompleks. Senyawa 6-deoksieritronolida B (8.8) merupakan
aglikon lakton makrosiklik. Senyawa ini adalah bagian dari eritromisin yang merupakan
antibiotik makrolida. Mitomisin C (8.9) merupakan hasil alam alkaloid yang memiliki sifat-
sifat antitumor.

Cirri-ciri strukturnya yang berbeda memberika masalah-masalah sintetik yang unik. Bila
sintesis seperti tersebut dipublukasikan, maka serangkaian reaksi langkah demi langkah yang
digunakan untuk membentuk setiap molekul dilaporkan. Demikian juga ringkasan alasan-
alasan yang melatarbelakangi sintesis perlu dipublikasikan. Kadang-kadang, meskipun tidak
selalu dalam ringkasan diuraikan mengapa target dipilih. Bagi ahli kimia, melihat kembali
pemilihan target merupakan pemeriksaan pekerjaan yang sudah pernah dilakukan dan tidak
memberikan nilai lebih, meskipun studi yang dekat dengan sintesis tersebut akan memberikan
nilai yang besar untuk memahami strategi perencanaan. Criteria yang tertulis dibawah sering
disebut sebagai karakteristik target sintesis yang penting.bkriteria tersebut mungkin berharga
bagi ahli kimia yang baru pertama kali melakukan sintesis. Banyak informasi yang diperoleh
dari pengujian kriteria tersebut yang mungkin berguna untuk pendiskoneksian target, yaitu:

1. Verifikasi atau pengubahan struktur


2. Aktivitas biologis yang penting
3. Studi analog
4. Tantangan struktur dan topologi, pengertian dasar sifat-sifat alami ikatan dan molekul
5. Pengembangan reaksi dan pereaksi baru.

2.2 verifikasi atau pengubahan struktur


Feromon seks kecoa amerika, periplanita Americana, ditunjukan oleh persoons
mempunyai struktur 8.10 dan diberi nama periplanona B. Persoons mengisolasi 200 µg
senyawa tersebut dari 75.000 kecoa betina yang kemudian dilanjutkan dengan determinasi

78
struktur, tetapi stereokimia 8.10 belum terelusidasi. Still mensintesis 8.10 dengan jalur multi
langkah. Empat stereoisomer disintesis, dan karakteristik spektra dan sifat fisik dari setiap
stereoisomer diuji terhadap cuplikan periplanona B alami untuk menemukan isomer yang
benar. Ini merupakan pendekatan umum, dan dalam hal ini target intermediet kunci 8.11
digunakan untuk membuat semua diastereomer periplanona. Berbeda dengan still yang fokus
pada jalur sintesis, masalah seperti ini dapat diselesaikan dengan membuat semua
kemungkinan diastereomer sekaligus, dengan tanpa mengontrol stereokimia, tetapi dengan
empat pusat simetri sehingga terdapat 24 isomer (16 stereoisomer atau 8 pasang enantiomer)
yang selanjutnya harus dipisahkan.

Perlu diketahui bahwa adanya isomer E dan Z untuk olefin pada setiap diastereomer akan
menambah jumlah produk yang harus dipisahkan. Bandingkan cara ini dengan pendekatan
diastereoselektif yang digunakan oleh Still, yang akan menghasilkan hanya sedikit produk
diastereomer, dari semua produk dengan stereokonrrol yang dapat diterima (masuk akal).
Sintesis total semua diastereomer yang dapat diterima dan membandingkannya dengan
cuplikan asli, masih merupakan metode yang penting untuk menentukan struktur akhir.

2.3 Aktifitas Biologis


Alasan nyata sintesis total adalah pentingnya senyawa target pada bidang
kedokteran,pertanian,atau usaha-usaha komersial lain atau kemanusian.

Molekul yang penting dan diminati biasanya di isolasi dari sumber alam yang bsedikit.
Jika molekulmenunjukan adanya aktifitas biologis yang signifikan, maka diupayakan
menambah senyawa tersebut untuk keperluan pengujian atau struktur.

Prostaglandin merupakan kelompok hasil bahan alam yang tidak jenuh, asam lemak
terhidroksilasi, dengan aktivitas biologis yang bermacam-macam dan manjur. Semua
prostaglandin (PG) diturunkan dari senyawa induk yang disebut asam prostanoat, 8.12.

79
Turunan-turunan tersebut adalah PGA, PGB, PGC, PGD, pGE, dst. prostaglandin alami
dibagi menjadi tiga kelompok:

(1) satu ikatan rangkap dua antara C13 dan C14 (PGl);

(2) ikatan rangkap dua kedua anrara C5 dan C6 (PG2);

(3) ikatan rangkap dua ketiga antara CI7 dan Ct8 (pG3).

Kelompok E (PGE) mempunyai gugus karbonil pada c9, dan kelompok F (pGF)
mempunyai gugus karbonil pada C10. Terdapat juga gugus karbonil pada Cll dan C15

pada prostaglandin alami.

2.4 Studi analog

Target yang di minati atau yang mempunyai sifat aktif secara komersial sering
memberikan akibat samping yang menggunakan atau tidak stabil pada penyimpangan dan
penanganannya. Sejumlah prostaglandin menunjukan gejala tersebut. Studi lebih lanjut
menunjukan bahwa modifikasi struktur terhadap kerangka dasar dapat menghasilkan molekul
dengan karakteristikyang berbeda dan molekul baru yang menjadi target sintesis.

Klorotaizid adalah molekul dengan struktur kimia 2H, 1,2,4-benotiadiain-7-sulfonamida-


6-kloro-1,1-dioksida(8.13). Senyawa tersebut bersifat diuretic dan juga di gunakan untuk
mengobati hipertensi. Studi menunjukan bahwa penggantian (modifikasi) yang signifikan
dalam profil farmakologis dapat dilakukan dengan penggantian pada cincin heterosiklik,
bukan pada cincin yang mengandung gugus sulfonamida. Modifikasi struktur menantarkan
sintesis kloreksolan (8.14). konversi cincin heterosiklik pada (8.13) menjadi senyawa N-
sikloheksil laktam (8.14) aka menghasilkan peningkatan kerja hipotensif dan kerja diuretik.
Modifikasi sintesis terhadap struktur yang diketahui dapat dipakai sebagai model dan
mendorong untuk merancang target sintetik.

80
Alasan umum lain untuk pembuatan analog target adalah untuk mempelajari profil
aktivitas struktur molekul dengan aktivitas biologi yang diketahui. Asam vlafon-8-asetat
(8.15) mempunyai potensi yang besar sebagai agen anti tumor. Denny dan Buguley
menunjukan bahwa asam 9-okso-9H-xentena-4-asetat (8.16a) adalah seaktif (8.15) terhadap
calon-38 tumor pada tikus dan memiliki kemanjuran dosis yang lebih. Ditunjukan bahwa
substituen lipofilik kecil pada kedudukan 5 (lihat 8.16 dan 8.16c) menaikkan potensi dosis.
Studi secara sistematik turunan sintetik 8.16 menunjukkan bahwa banyak turunan yang
terkait memiliki aktivitas antitumor yang meningkat. Ini merupakan kasus tipikal di mana
senyawa yang diketahui dimodifikasi strukturnya berdasarkan pada sifat-sifat aktivitas
struktur dari senyawa yang terkait. Dorongan untuk sintesis ini adalah penelitian untuk
mendapatkan obat yang manjur (mujarab).

2.5 Studi topologi

Kadang-kadang suatu molekul bersifat sebagai target yang sangat menarik sehingga
memberikan tantangan untuk dikaji dari segi struktur dan sifat-sifat kimianya. Sintesis sering
mengajak kita menengok ke belakang, menyadari keterbatasan tanang ilmu kimia yang di
ketahui dalam pembentukan ikatan atau sifat-sifat dasar untuk molekul organic.

Dodekahedran 8.17 pertama kali di sintesis oleh paquette, dan topologi ( bentuk,ciri-ciri
structural ) (8.17) pada dasarnya adalah bentuk bola.

81
8.17

Senyawa 8.17 mempunyai topologi sferikal super-polisiklopentanoid. Kadang-kadang

daya cipta dan ilmu kimia baru muncul dari penyelesaian target sintetik seperti 8.17. Dan
biasanya penemuan baru dalam sintesis tersebut dapat diterapkan pada usaha sintetik
senyawa iain.

2.6 Reaksi baru dan pereaksi baru

Pengembangan tranformasi kunci tidak mungkin seluruhnya dilakukan melalui reaksi-


reaksi kimia seperti yang telah diketahui. Pengembangan metodelogi baru atau modifikasi
reaksi-reaksi yang ada harus di lakukan untuk memperoleh tranformasi yang di inginkan
dalam menyempurnakan sintesis. Sekali di kembangkan, pekerjaan yang baru tersebut sering
menunjukan bahwa pereaksi-pereaksi yang terlibat dapat di gunakan untuk berbagi tujuan
lain. Contohnya adalah Sintesis vitamin B seperi yang dilaporkan oleh Woodward dan
Eschenmoser. Pada sintesis yang baru ini, langkah kunci membutukan hidrolisis amida pada
inermedit yang memiliki enam gugus eter. Pereaksi yang di kembangkan untuk tranformasi
ini adalah α-kloronitron (8.18) yang menghasilkan ion vinil nitronium( 8.19) bila direaksi
dengan ion perak.

82
nitron (8.20) digunakan sebagai pasangan diena pada reaksi Diels-Alder, dan hasil adisi
siklo (8.23) ditransformasikan menjadi beberapa molekulsintetik yang berguna.

Sebagai pasangan adisi diubah dari alkena ke alkuna lain. Produk-produk akhir meliputi
furan dan turunan alkuna. Pada yang khas menunjukan, adisi siklo terhadap
metilsikloheksena dan 8.20 menghasilkan produk adisi 8.21 dengan hasil 59% dan
selanjutnya proses hidrolisis menghasilkan 8.22 sebanyak 90%.

3. Retrosintesis
83
3.1 Pendekatan synthon
Bagaimana kita menganalisis target agar dapat menentukan bahan awal yang
terbaik? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut penting untuk sintesis total, dan
jawabannya membutuhkan:
1. Analisis yang mendalam terhadap struktur target
2. Pengetahuan dasar reaksi-reaksi kimia
3. Pengertian dasar stereokimia, ikatan dan reaktivitas
4. Intuisi yang baik tentang perkembangan ilmu kimia

Informasi ini kemudian digunakan untuk diskoneksi ikatan-ikatan pada target,


penyederhanaan struktur, sepanjang alas an jalur reaksi kimia dapat diterima. Biasanya
terdapat ikatan-ikatan tertentu dalam molekul yang memiliki diskoneksi pada pengarahan
retrosintetik yang akan memberikan penyederhanaan struktur secara signifikan. Pengertian
tersebut dikenal dengan ikatan-ikatan strategis.

Jika satu dari ikatan-ikatan tersebutdidiskoneksi, maka reaksi (serangkaian reaksi) harus
tersedia, yang akan membentuk ikatan tersebut pada sintesis. Penyederhanaan berikut
(diskoneksi) akhirnya menghasilkan molekul yang dikenal yang tersia di pasaran, didapat
dengan cara kimia yang sederhana, atau telah dibuat oleh orang lain. Proses penyederhanaan
struktur molekul diskoneksi menghasilkan serangkaian fragmen (penggalan) molekul yang
bertindak sebagai intermediet kunci, dan masing-masing merupakan target sintetik. Proses ini
merupakan pohon sintetik untuk reaksi kimia yang harus ditindaklanjuti pada transformasi
yang telah direncanakan untuk dilakukan.

Pohon sintetik serupa yang dinyatakan oleh Hendrick. (To) didiskoneksi menjadi
sekumpulan struktur yang dibatasi secara logika yang dapat dikonversikan menjadi
pekerjaan sintetik tunggal (langkah reaksi) dan menjadi target sintetik. Subpohon lebih lanjut
menyatakan diskoneksi dari salah satu cabang pohon sintetik. Setelah beberapa retroreaksi,
pohon sintetik akan menghasilkan sejumlah bahan awal yang berasal dari satu atau lebih
cabang-pertama, yang kemudian dapat digunakan untuk membentuk molekul.

Penyumbang utama pada bilangan prioritas ini adalah

1. Gugus atom yang terikat pada ikatan


2. Gugus atau atom yang terletak α terhadap ikatan
3. Gugus atau atom yang terletak β terhadap ikatan
4. Koneksi ikatan dengan satu atau lebih pusat asimetri
Bilangan-bilangan prioritas tersebut berguna untuk moekul-molekul yang sederhana.
Bilangan-bilangan prioritas tidak dapat mengantisipasi masalah struktur kompleks, interaksi
gugus fungsi, dan stereokimia yang terdapat pada struktur kompleks. Namun demikian,
skema ini merupakan titik permulaan yang berguna, dan akan digunakan untuk mengenalkan
konsep-konsep yang diingankan. Pendekatan yang dimulai dengan analisis target akhir dan
bekerja kearah belakang (bahan awal) dikenal dengan proses retrosintesis.

84
Untuk molekul seperti 8.24, protocol prioritas ikatan menghasilkan ikatan-ikatan h, I,
dan a, atau j yang memiliki prioritas tertinggi. Diskoneksi ikatan h menghasikan 8.25 dan
konversi menjadi fragmen-fragmen sintetik yang realistic menghasilkan paling tidak dua
kemungkinan, epoksida 8.27 atau α-kloroketon 8.26. transformasi gugus fungsi diperlukan
untuk menkonversi 8.26 menjadi 8.28, dan mengkonversi 8.27 menjadi 8.29. jika pohon
sintetik dipangkas dan terfokus pada 8.29, maka analisis ikatan kedua memberikan prioritas
diskoneksi untuk ikatan-ikatan k, I, dan m. diskoneksi ikatan k memberikan diskoneksi yang
paling sederhana, menghasilkan 8.30 dan 2-bromobutana (molekul real yang dihasilkan dari
diskoneksi). Analisis ikatan baru 8.31 paling tidak menghasilkan dua diskoneksi . diskoneksi
ikatan g menghasikan 8.32 dan diskoneksi ikatan c menghasilkan dua fragmen yang dapat
identik: 4-bromo asetaldehida (8.33) dan organokuprat yang diturunkan dari 3-bromo
siklopentena (8.34). transformasi gugus funsi 8.33 menghasilkan bahan awal yang diketahui,
4-bromobutan-1-ol.

Dari analisi tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan penting. Pertama, pohon


retrosintetik dapat dikaitkan dengan gambar 8.2, seperti yang ditunjukan pada gambar 8.3.
beberapa pilihan ini dapat dikembangkan dengan menentukan cabang pohon mana yang akan
diikuti.

85
Untuk menyempurnakan sintesis, pereaksi-pereaksi untuk setiap transformasi gugus
fungsi reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon harus tersedia. Hal penting yang peru
diperhatikan adalah bahwa analisis retrosintetik hanya memberikan transformasi kunci dan
bukan setiap langkah. Juga penting disadari bahwa protocol doskoneksi dengan penomoran
hanya diterapkan pada 8.24. setelah pemiihan ikatan yang akan didiskoneksi dan penentuan
fragmen real (seperti 8.29), maka protocol diskoneksi ini harus dikerjakan lagi. Struktur
target baru yang diperoleh dengan diskoneksi pertama dapat menghasilkan sekumpulan
ikatan strategis yang berbeda. Proses ini dilanjutkan hingga bahan-bahan awal yang dapat
dikenal dapat diperoeh.

4.Strategi sintetik

4.1 Penegasan berbagai pendekatan strategi


Diketahui bahwa diskoneksi hanya didasarkan pada kemampuan pembentukan kembali
ikatan (diskoneksi dengan penomoran) tidak selalu dapat diterapkan pada target-target
kompeks. Corey mendeskripsikan pendekatan yang luwes terhadap masalah-masalah tersebut
yang digabung dalam program computer LHASA. Tujuan program ini adalah membantu
menganaisis target sintetik yang kompeks. Program ini mendeskripsikan pendekatan-

86
pendekatan secara umum untuk membangun pohon sintetik dan juga mendeskripsikan ogika
yang digunakan untuk membangun pohon sintetik tersebut. Modifikasi-modifikasi tersebut
meliputi:
1. Interkonversi, melepaskan atau memasukan gugus-gugus fungsi
2. Perpanjangan atau penambahan rantai karbon
3. Pembentukan cincin (lingkar atomik)
4. Penataan ulang rantai atau anggota ingkar
5. Pemutusan rantai atau cincin

Setiap fragmen struktur kimia yang dihasilkan oleh pohon sintetik harus memiliki sifat-
sifat kimia yang dapat diprediksi dan memungkinkan kombinasi pemilihan terhadap hanya
satu dari banyak cara yang mungkin.

Corey mendeskripsikan tiga metodologi untuk sintesis, yaitu asosiatif langsung, asosiatif
intermediet, dan logika terpusat. Pendekatan asosiatif langsung melakukan diskoneksi target
(seperti 8.34) pada ikatan yang menghasilkan struktur yang mudah dikenal oleh ahli kimia.
Contoh, senyawa 8.34 memberikan fragmen-fragnen yang mudah dikenal yang didasarkan
pada reaksi-reaksi yang sudah diketahui dengan baik. Reaksi retroDiels-Alder memberikan
8.36 dan 8.37. hidrolisis ester dan amida menghasilkan 8.38, 8.39, dan 8.35 pendekatan ini
terbatas pada masalah-masalah sintesis sederhana.

Pendekatan asosiatif intermediet mengenal subunit atom pada target yang sesuai dengan
bahan awal yang tersedia atau diketahui. Pendekatan logika terpusat menghasikan
sekumpulan struktur yang terbatas yang dapat dikonversi dalam langkah tunggal menjadi
target

4.2 LHASA
LHASA menganalisis molekul dengan mengembangkan skema retrosintetik, dan
menyediakan reaksi kimia yang tepat untuk mengerjakan sintesis tersebut. LHASA

87
merupakan program interaktif yang memperlihatkan target, yang dimanfaatkan oleh ahli
kimia untuk memilih strategi sintetik.

5. PENDEKATAN STRATEGI IKATAN


Bila sejumlah stategi yang tersedia diterapkan pada tugas pemutusan spesifik maka yang
pertama dilakukan adalah terhadap ikatan (ikatan-ikatan) pada target. Corey membuat
sejumlah aturan yang mengikat bersama-sama antara strategi dan tujuan analisis retrosintetik
menjadi analisis strategi ikatan. Aturan-aturan rersebut memberikan wawasan ke dalam
diskoneksi pertama terhadap molekul target yang akan ditentukan jika struktur cocok dengan
penyelesaian sederhana. Sebelum strategi ikatan ditentukan, penyederhanaan kemungkinan
dapat dilakukan jika molekul memiliki simetri, apakah secara struktural mempunyai
kesamaan dengan motekul lain yang telah disintesis sebelumnya, atau mempunyai satuan-
satuan dalam struktur yang dapat diulang. Perlu dipahami bahwa aturan-aturan tersebut hanya
merupakan garis besar.

Analisis dimulai dengan suatu pemeriksaan untuk menentukan jika ada metode yang
dapat menyederhanakan molekul. Penyederhanaan akan memperpendek sintesis dan analisis
retrosintetik diperkirakan akan mengikuri jalur tersebut. salah satu contoh penerapan aturan
pendekatan,straregi ikatan adalah sebagai berikut. Apakah ada simetri atau hampir simetri
pada dua bagian molekul? Jika ada, maka sintesis kemungkinan dapat disederhanakan dan
kemudian menggabungkanbersama dua atau lebih bagian yang identik. Contoh yang baik
adalah molekul C-toksiferin I (8.40) yang memiliki simetri hemisferis. Pada 8.40 bagian atas
hemisfer identik dengan hemisfer bagian bawah. Telah diketahui jika 8.40 direaksikan
derigan asam sulfat menghasilkan hernisfer tunggal yang menghasilkan kembali dimer bila
direaksikan dengan natrium asetat panas. Sintesis satu hemisfer dan kernudian
menggabungkan dua bagian yang identik tersebut sangat menyederhanakan sintesis secara
keseluruhan.

6. STRATEGI SINTESIS TERSELEKSI


Seperti yang telah dibahas pada subbab di atas, diskoneksi ikatan tunggal dapat
menghasilkan sejurnlah skema sintesis berbeda. Sifat interaktif pendekatan memaksimalkan

88
jalur sintesis, karena banyak jalan pintas sintesis berbeda yang mungkin dijalankan. Hal mi
dirunjukkan pada sejumlah sintesis vernolefin, 8.41, suatu emanolida yang ridak umum yang
diisolasi dan sejumlah tanaman, meliputi veronia hymenolipsis A. Rich (keluarga
Compositea) dan dilaporkan mernpunyai sifat-silat antitumor. Sifat-sifat biologis awal yang
menjanjikan mendorong untuk melakukan sintesis total. Ada empat ahli kimia yang
melakukan analisis retrosintetik terhadap senyawa vernolepin. Dua analisis retrosintetik di
antaranya dilakukan oleh Danishefsky dan Grieco yang masing-masing ditunjukkan pada
Gasnbar 8.4 dan 8.5.

Analisis 8.41 melalui aturan Corey menyatakan bahwa 1, 5,7,9, 11, 12, 13, dan 15
sebagai ikatan-ikatan strategis. Ikatan-ikatan 16, 17, dan 18 dapat juga dianggap strategis.
Ikatan-ikatan 3 dan 13 merupakan hubungan ester yang labil dan strategis melalui pertukaran
antar gugus fungsi. Pada Gambar 8.4, Denishefsky menggunakan ikatan-ikatan 1, 3, 5, 8, 10,
13, 17, 18, dan 15 untuk diskoneksi. Pada awal anaitsis hanya ikatan-ikatan 8, 10, dan 19
tidak strategis, sehingga ikatan-ikatan 8 dan 10 didiskoneksi terakhir pada retrosintesis, dan
ikatan 19 didiskoneksi dengan transformasi gugus fiangsi. Diskoneksi pertama melepaskan
gugus labil lakton ά-metilena yang menghasilkan 8.42. Diskoneksi berikutnya adalah
penukaran gugus fungsi yang memberikan ekuivalen lakton asiklis (8.43) yang kemudian
diikuti diskoneksi menjadi 8.44. Epolcsida berfungsi sebagai synthon untuk koneksi cincin
lakton C. Gugus vinil didiskoneksi menjadi aldehida, dan didiskoneksi menjadi 8.45 yang
terikat kembali dengan vinil dan gugus hidroksil pada cincin B, diikuti diskoneksi cincin A.
8.46 sikloheksena berperan sebagai ekuivalen sintetik untuk cincin lakton A. Diskoneksi
menjadi 8.47 menunjukkan bagaimana gugus fungsi meinbentuk cincin B, dan diskoneksi
menjadi 8.48 menunjukkan bahwa cincin B merupakan unit bangunan dasar, yang dapar
dibentuk melalui reaksi Diels-Alder dari butadiena dan metil propiolat.

89
Pada analisis retrosintetik yang dikerjakan oleh Grieco (Gambar 8.5), ikatan-ikatan yan
digunakan adalah 1, 3, 5, 13, 17, 18, dan 19. Grieco menggunakan ikatan 15. Diskoneksi
pertama adalah menjadi 8.42, seperti langkah yang dilakukan oleh Danishefsky, tetapi ikatan
ikatan 3 dan 13 kemudian didiskoneksi menghasilkan 8.50. Diskoneksi berikurnya diserta
dengan pelepasan ikatan 19 pada 8.51 menghasilkan ekuivalen vinil yang berbeda dari yang
digunakan Danishefsky. Gugus metoksi pada 8.51 kenyataannya adalah ekuivalen dengan
ikatanikatan 1 dan 2 pada 8.41. Perlu diperhatikan sikloheksena tidak hanya berfungsi
sebagai ekuivalen vinil, tetapi juga sebagai bagian untuk cincin A. Diskoneksi berikutnya
menghasilkan 8.51 dan 8.52. Cincin C menggunakan gugus dimetit-2-butenil

90
Sebagai kerangka karbon yang ekuivalen pada 8,51, diskoneksi 8.54 menunjukkan
bahwa cincin A dan B dibentuk dari 8.55 dan 8.56. Skema keseluruhan ini mirip dengan
Danishefsky pada tahapan awal, tetapi benbeda secara signifikan pada diskoneksi.’diskoneksi
tahap terakhir.

Berikut dicontohkan sintesis total dan metil ester dari Vineomisinon B2 sebagai
antibiotik antrasiklin (Danishefsky, J.Am.Soc., 1985, 107, 285).

91
DAFTAR PUSTAKA

 http://www.goggle.com/sintesis-organic/html.

 Sastrohamidjojo, Hardjono dkk.2009. Sintesis Senyawa


Organic.Jakarta : Erlangga.
 Stuart Waren, Organic Synthesis [Download]

 (Adapted by: Organic Synthesis :The disconnection Approach;

Stuart Warren, Kimia Organik Fisik; Marhan Sitorus)

92
NAMA KELOMPOK

BAB 1
JULIANUS HONTONG

DEYSI RIA TANGIAN

RUSPIN ARUNG SAMPE

APRIANA MARA

BAB II
ISAK IWAMONY

MERLINA LUMOWA

FENI BUBALA

NURLELI HASYIM

BAB III
VIVI C E. TAKASIHAENG

ANGGI TUMILANTOW

SEPTANI POLII

YARDI HARUN

BAB IV
DIMANUEL ZET BORON

ELVANDER ST. J KUMOKONG

FRIMA RINDENGAN

MEIVIRA TAMPONGANGOI

93
BAB V
LEKUNURU KALENSANG

JOUN ALLEIN TINDAGE

HENDRA PAAT

ASTRIA WOWORUNTU

BAB VI
RANDY LENGKEY

RIA TUMAKAKA

RADIA KAMALUDIN

ANGELINA MANUS

BAB VII
NANSI MOMONGAN

JELTYANI GUMOLUNG

EPIL MUNTIA

CHRISTEL KORENGKENG

BAB VIII
IYEN IRALA

LINA TASIM

RESA GERUNGAN

MAYO GANSARENG

94
95

You might also like