Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
Berabad-abad para ahli mengira bahwa senyawa yang terjadi dalam jasad hidup berbeda
dengan senyawa lainnya karena adanya semacam gaya gaib (Vital Force). Gagasan ini
menyebabkan ahli kimia tidak mencoba membuat senyawa organik di laboratorium. Tetapi
pada thun 1928, ahli kimia Jerman, Friedrich Wohler, pada saat itu berumur 28 tahun, secara
kebetulan membuat urea, yakni unsur penting dalam urine, dengan memanaskan zat
anorganik (mineral) yaitu amonium sianat. Ia begitu gembira dengan hasilnya, lalu menulis
surat kepada gurunya, ahli kmia swedia J.J. Berzelius sebagai berikut: “saya bisa membuat
urea tanpa memerlukan sebuah ginjal atau manusia atau hewan”. Percobaan ini dan yang
serupa lainnya sedikit demi sedikit melenyapkan (Vital Force) dan membuka jalan menuju
dunia kimia organik sintetik moderen.
Sintesis biasanya terdiri dari penggabungan kepingn kecil dan sederhana menjadi
molekul besar yang kompleks. Untuk membuat sebuah molekul yang mengandung banyak
atom dari molekul-molekul yang mengandung atom lebih sedikit, perlu diketahui bagaimana
membuat dan memecah ikatan kimia. Walau sintesis urea dari Wohler suatu kebetulan,
sintesis akan lebih efektif dan terkendali jika dilakukan dengan cara-cara yang rasional,
sehingga semua atom tersusun, mereka akan berhubungan satu samalainya dengan benar dan
menghasilkan produk yang dihasilkan.
Ikatan kimia dibuat dan dipecah melalui reaksi-reaksi kimia. Dengan demikian kita dapat
mempelajari bagaimana menyambung molekul-molekul secara spesific, suatu pengetahuan
yang sangat berguna dalam sintesis.
Pada saat ini sejumlah senyawa organik yang telah disintesis dalam laboratorium dan
industri kimia jauh lebih banyak dari pada yang diisolasi (dipisahkan) dari alam-tetumbuhan
dan hewan. Ada beberapa alasan mengapa penting sekali mensintesis molekul. Pertama,
dapat mensintesis produk alam dilaboratorium dengan mudah, dalam jumlah besar dengan
harga yang lebih murah dibandingkan dengan pemisahan dari alam. Contoh senyawa yang
mula-mula di isolasi dari alam dan sekarang diproduksi secara sintesis untuk tujuan komersil
adalah vitamin-vitamin, asam amino, zat-zat warna, kamper penghalau ngengat, penisilin
antibiotika dan lain-lain. Sekalipun istilah sintetis kadang menyiratkan arti 'palsu', produk-
produk alam sintesis pada kenyataanya identik dengan senyawa yang dipisahkan dari alam.
Alasan lain untuk sintesis ialah menciptakan zat-zat baru yang mungkin mempunyai
sifat-sifat lebih berguna dibanding dengan hasil-hasil alami. Serat sintetik seperti nyilon dan
orlon, misalnya mempunyai sifat tertentu yang lebih berguna dan lebih baik dari serat alami
seperti sutra, kapas dan sisal. Banyak senyawa dalam obat-obatan adalah sintetik (termasuk
1
aspirin, eter, novocain dan barbiturat). Daftar produk sintetik yang kita kenal dalam
masyarakat industri antara lain adalah plastik, deterjen, insektisida dan tablat-tablet
kontraseptik. Semua produk tersebut merupakan senyawa karbon atau senyawa organik.
Dalam mempelajari sintesis senyawa organik,kita harus juga melibatkan prespektif yang
lebih luas, yaitu industri vs sintesis laboratorium, keterbatasan waktu, pertimbangan teknis-
ekonomis, dan perbedaan mendasar dari kriteria yang akan digunakan dalam pemilihan
metode sintesis. Tiga contoh yang menunjukkan paradigma tersebut adalah sintesis senyawa
siklobutadiena(1.1) asam gibberelat(1.2) dan akrilonitril(1.3).
Asam gibberalt adalah contoh keberhasilan ahli kimia sintesis karena dibutuhkan 41
langkah untuk mensintesis total senyawa tersebut. Ini merupakan satu prestasi intelektual
yang hebat dan mendemonstrasikan kekuatan dari sintesis senyawa organik. Ahli kimia
sintesis secara akademik memang akan termotivasi oleh keindahan mensintesis suatu
senyawa, tetapi mereka pun sangat mudah untuk kehilangan kontak dengan dunia nyata yaitu
bahwa ilmu kimia harus diaplikasikan.
Hal-hal yang dipelajari dalam sintesis senyawa organik, untuk memberikan pwnjelasan
tentang filosofi sintesis dan metodologi yang menyangkut bagaimana menyiapkan desain
suatu molekul organik, di tambah metode tertentu dan kriteria umum yang diperlukan agar
reaksi tersebut dapat berjalan.
2
Dalam sintesis senyawa organik, beberapa reaksi yang spesifik akan menjadi pokok
bahasan dengan disertai penjelasan, perluasan, atau pensistematikan transformasi gugus
fungsi. Proses membangun kerangka karbon, oksidasi dan reduksi, penggunaan reaksi
organologam, serta interkonversi, aktivitas dan proteksi gugus fungsi merupan topik yang
akan dibahas.
Kemungkinan terbuka bagi ahli kimia sintesis adalah memanfaatkan sebesar mungkin
apa yang diketahuinya secara lebih mendalam tentang ketersedian seleksi reaksi kimia.
Woodward mengatakan bahwa ahli kimia organik telah menunjukan pentingnya transformasi
sintesis dalam bidang sintesis senyawa organik. Syarat dalam merancang jalur sintesis yaitu:
Telah diketahui
Dapat diprediksi dan sangat dibutuhkan.
Oleh karena itu, penerapan sintesis dari kompleks precious-metal juga berkembang pesat
dan memungkinkan untuk membangun transformasi senyawa organik yang berguna secara
sintetik. penggunaan senyawa heterosiklik dalam sintesis senyawa organik merupakan
perkembangan yang banyak memberikan sumbangan pada ilmu sintesis senyawa organik.
Katalis tranfer fase adalah salah satu teknik sintesis, dengan dua versi, yaitu
menggunakan garam amonium kuarterner dan penggunaan katalis makrosiklik, seperti eter
mahkota dan poliamin makrosiklik. Reaksi tranfer fase secara klasik harus dianggap sebagai
keadaan yang dinamis, yaitu sintesis interfasial. Selain katalis tranfer fase cair-cair, juga
termasuk didalamnya reaksi yang terjadi pada gas-cairan, bidang batas padatan-cairan atau
gas-padat, reaksi pada fase koloid, dan topokimia pada multilapisan.
Tonggak penting dalam bidang teknik sintesis adalah pengenalan reaksi terbantu
polimer(polimer supported reaction).
Pengaruh faktor fisik luar juga telah terasa dalam sintesis melalui penggunaan arus listrik
untuk mendorong reaksi seperti pada elektrolisis kolbe. Namun demikian, jumlah dan variasi
dari transformasi sintesis yang dipromosikan oleh arus listrik sekarang cukup banyak, sering
menghasilkan reaksi kimia yang baik sehingga sering di kenal dengan istilah “elektrosintesis”
dan bahkan sudah dilakukan dalam skala pabrik.
Cahaya sebagai faktor fisik, menghasilkan hasil reaksi fotokimia yang merupakan bagian
penting dalam sintesis senyawa organik.
3
Yang terakhir dan merupakan bidang yang berkembang sangat pesat yang terkait dengan
bidang biokimia adalah penggunaan enzim dalam sintesis senyawa organik.reaksi yang
didorong oleh enzim sebagai biokatilis mempunyai kelebihan dibandingkan dengan reaksi
organik murni, yaitu kondisi sangat lunak(mild)misalnya pH dan suhu fisiologi, terhindari
dari rreaksi penataan ulang dan rasemisasi, laju reaksi sampai 1012 kali lebih cepat, dan total
kemospesifik, regiospesifik, atau dengan kata lain katalis akan mengarahkan reaksi hanya
pada satu jalur reaksi.
Dalam mempelajari sintesis senyawa organik adalah pertimbangan dari adanya faktor
tiga dimensi. Setiap penjelasan sintesis senyawa organik harus memasukkan aspek
stereokimianya sehingga menimbulkan gejelah bahwa sintesis stereoselektif berkembang
sangat cepat.
Pengaruh stereokimia dari reaksi sintesis klasik dan kelebihan dari pereaksi dan metode
baru yang berpengaruh terhadap stereoselektivitas berkembang sangat cepat.
Pendekatan sintesis stereoselektif lainnya adalah penggunaan katalis khiral dan bukannya
pereaksi khiral.katalis tranfer fase khiral khususnya memberikan enantiomerik yang sangat
baik dengan garam amonium kuarterner dan eter mahkota.
Dalam mempelajari sintesis organik adalah harus melibatkan rencana dan strategi, yaitu
desain metodelogi dengan cara analisis retrosintesis.
Dua tahap yang memberikan kemajuan strategi sintesis. Pertama adalah konsep synton
yang didefinisikan oleh Corey sebagai unit struktur dalam molekul yang terkait pada
kemungkinan operasi sintesis. Synton merupakan unit yang dapat dibentuk atau dirangkai
berdasarkan reaksi sintesis yang dikenal. Yang kedua, adalah konsep inversi polaritas atau
umpolung. Desain sintesis merupakan rasionalisasi menyeluruh dan penyederhanaan atas
kejelasan reaktan dengan reaktifitas normal dan kebalikannya. Atom ini menentukan
reaktifitas polar rantai karbon yang mengikatnya, dengan pusat donor dan akseptor yang
umumnya dalam posisi rantai. Prosedur penentuan inversi polaritas tersebut dihasilkan pada
proses kebalikannya, yang akan menghasilkan kemungkinan sintesis yang dapat
dipertimbangkan.
Kametani menciptakan metode yang dinamakan retro mass spectra synthesis. Yaitu
fragmentasi molekul pada spektometer massa adalah proses pemutusan ikatan, maka dapat
diparalelkan dengan degradasi molekular. Jadi skema fragmentasi dari molekul dalam
spektrum massa memungkinkan desain dari jalur sintesis untuk senyawa tersebut.
4
EROS (Elaboration of Reaction for Organic Synthesis) merupakan program komputer
yang dapat memberikan reasoning tanpa dibatasi oleh jumlah file reaksi. Inti dari pendekatan
ini adalah asumsi bahwa reaksi organik dapat diperlakukan sebagai pemutusan dan
pembentukan, serta meletakkan pertimbangan pada pergeseran elektron. Komputer dapat
memunculkan transformasi sintesis dengan prinsip menyajikan reaksi yang masuk akal,
meliputi metode untuk mengatasi arsitektur molekular yang dihasilkan, berupa usulan yang
dibuat oleh mesin.
5
BAB II
Perubahan gugus fungsi merupakan tranformasi dari satu gugus fungsi menjadi gugus
fungsi yang lain.
Sebagai contoh, asam pentanoat (2.7) sebagai target sintesis, dan diskoneksi
ikatan karbon-
karbon
menghasilkan 1-
Pentanol (2.8) .
6
DISKONEKSI DENGAN PENOMORAN
Kedudukan atom – atom donor di beri tanda dengan huruf d, dan kedudukan atom –atom
akseptor di beri tanda dengan huruf a.
7
Sebagai contoh, hasil diskoneksi 2.24 dan 2.25 masing – masing menjadi 2.29 dan 2.30
atau 2.32.
8
Pengertian Ekuvalensi sintetik
Merupakan fragmen molekul yang ekuvalen dengan molekul real berdasarkan atas
keidentikan reaktivitas kimianya sebagai contoh, kedudukan Cd , adalah ekuvalen dengan C
parsial pada reaksi griknard, dan kedudukan C a ekkivalen dengan karbon elektrofilik pada
alkil halida
A. Sintesis Organik.
B. Retrosintesis
Pedoman yang sangat penting untuk meripta suatu sintesis dengan pendekatan
diskoneksi adalah sebagai berikut :
1. Analisis :
a. Mengenal gugus fungsional dan molekul target (MT)
b. Melakukan diskoneksi dengan metode yang berhubungan dengan reaksi-reaksi
yang mungkin.
9
c. Memastikan bahwa reagen pereaksi hasil pemutusan (sinton) tersedia sebagai
starting Material.
2. Sintesis :
Dengan demikian hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan
sintesis dengan pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa
organik maupun jenis-jenisnya serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu
melakukan analisis terhadap bahan awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus
diperoleh dari suatu hasil sintetik yang dikenal dengan IGF tadi, karena reaksoi
senyawa organik tidak lain dan tidak bukan adalah transformasi gugus fungsional.
dari penjelasan ini, jelaslah bahwa diskoneksi pada hakekatnya adalah merupakan
kebalikan langkah sintetik (retrosintesis). Ikatan yang didiskoneksi adalah yang
diyakini reaksi tersebut dapat dapat berlangsung berdasarkan kaedah-kaedah dan
jenis-jenis reaksi yang mungkin.
Retrosintesis
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam retrosistesis ialah sebagai berikut:
1. Rancangan
2. Telah diketahui
3. Dapat diprediksi produk yang akan terjadi.
kesimpulan
Pendekatan retrosintesis untuk sintesis dengan bahan awal yang sudah diketahui
meliputi:
10
4. Menentukan kedudukan pasangan ion intermediate yang paling cocok untuk
menyepurnakan sintesis ikatan karbon-karbon yang diinginkan .
BAB III
12
Sejumlah factor yang mempengaruhi kekuatan asam dan hargan K a dijelaskan
berikut ini:
a. Pada umumnya, asam kuat menghasilkan basa konjugat yang lemah, dan asam
lemah menghasilkan basa konjugat yang kuat.
MXn + B MXn-B-
Asam basa hasil adisi
Kekuatan relative basa di pengaruhi oleh factor yang sama seperti asam.
Kekuatan basa biasanya dinyatakan oleh pKa dari asam konjugatnya. Terdapat banyak
jenis basa yang digunakan dala kimia organic. Deprotonasi alcohol memberikan basa
alkoksida, metoksida, dan t-butoksida, yang merupakan basa yang sangat umum dan
sering digunakan dalam pelarut alcohol (metoksida dalam methanol, t-butoksida
dalam t-butanol). Basa yang digunakan untuk mendeprotonasi air atau alcohol adalah
natrium hidrida, kalium hidrida, natrium dan kalium hidroksida, logam natrium,
natrium dan kalium amida. Ammonia dapat deprotonasi oleh basa yang sangat kuat
seperti pereaksi Grignard dan organolithium yang menghasilkan basa amida.
13
1) Pengikatan nukleofilik
Turunan asam karboksilat seperti asam klorida dan ester di tandai oleh
karbonil yang mengikat klor atau gugus OR. Jika nukleofil mengikat karbonil,
maka klor dan gugus alkoksi berfungsi sebagai gugus pergi. Bila karbonil
mengikat gugus pergi seperti klor,maka adisi asil awal oleh hidroksida
menghasikan 3,8 yang diikuti dengan reaksi eliminasi. Sebagai hasil adalah
reaksi subsitusi dimana nukleofil menggantikan klor pada karbonil. Pelepasan
gugus pergi klorida dari 3,8 memudahkan pembentukan ikatan π baru asam
benzoate. Pada kondisi basa,asam yang dibentuk diubah menjadi anion
hidroksida.
14
4) Adisi konjugasi
a. Pelarut
15
Pelarut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pelarut yang
mengandung proton (X-H, protik) dan pelarut yang tidak mengandung
proton (aprotik). Pada setiap kelompok, semakin tinggi tetapan dielektrik,
maka pelarut semakin polar. Perbedaan utama antar pelarut protik dan
pelarut aprotik adalah kesanggupan pelarut protik untuk mensolvasi baik
kation maupun anion, sedangkan pelarut aprotik hanya mensolvasi secara
kuat suatu kation.
b. Substrat
c. Nukleofil/basa
e. Gugus pergi
16
1) Subtitusi nukleofilik bimolekul
Reaksi Sn2
Substat 3.12 mengandung gugus pergi yang diganti
dengan nukleofil menghasilkan produk 3.13. proses ini dapat
dinyatakan sebagai substitusi bimolekuler yang melibatkan
nukleofil, umumnya ditulis SN2.
Reaksi mitsonobu
Reaksi Sn2’
17
2) Subtitusi nukleofilik unimolekul
18
2) Eliminasi unimolekul 1,2
3) Eliminasi syn
19
Terdapat sejumlah tipe reaksi yang berkaitan dengan proses
eliminasi 1,3. Senyawa 3.86 yang direaksikan dengan hidroksida mula-
mula membentuk 3.87, namun kemudian terjadi perubahan cincin
menghasilkan enolat 3.88. transfer proton menghasilkan 3.89, dan
hidrolisis memberikan produk asam keton.
20
elektrofilik. Sebagai contoh, kation oksigen yang mengalami stabilisasi
(3.102) dihasilkan oleh reaksi asam dengan keton (3.101.)
21
ke AlCl3. Asam Lewis yang kuat akan memberikan reaksi yang cepat
antara halogen dengan benzena. Reaksi ini menghasilkan intermediet
Wheland, yang kemudian melepaskan proton menghasilkan klorobenzena.
22
karbanion, namun orbital yang terisi ini mempunyai kedudukan ortogonal
terhadap bidang kabut π aromatik. (lihat 3.159). ini merupakan intermediet
yang tidak stabil, karena muatan terletak pada karbon yang berdekatan
dengan halogen, sehingga menjadi gugus pergi yang baik. Eliminasi halida
membentuk ikatan π baru yang tegak lurus pada kabut π cincin benzena,
dan spesies yang reaktif ini (3.160a) disebut benzuna (benzyne). Bila 3.158
direakskan dengan natriu amida, maka deprotonasi akan menghasilkan
3.159a. bromida kemudian akan dilepaskan dan dihasilkan intermediet
benzuna 3.160a. bila 3.159a digambarkan kembali seperti 3.159b, terlihat
bahwa karbanion dalam posisi ortogonal terhadap kabut π aromatik dan
pararel terhadap ikatan C-Br. Pelepasan gugus pergi yang berdekatan ini
membentuk ikatan π baru pada intermediet benzuna, 3.160b. ikatan π ini
merupakan sasaran terhadap pengikatan nukleofilik, dan nukleofilik amida
akan bereaksi dengan 3.160a menghasilkan campuran 3.161 dan 3.162.
hasil ini merupakan pengikatan terhadap kedua karbon ikatan rangkap.
Produk substitusi 3.162 mempunyai substituen baru amino yang
berdekatan dengan karbon yang mengikat gugus pergi bromida, ini sering
disebut sebagai substitusi Cine.
23
Terdapat sejumlah spesies nukleofilik yang dapat bereaksi dengan
garam-garam aril diazonium. Pemanasan 3.164 dalam asam berair
menghasilkan fenol. Contoh reaksi ini adalah konversi 3-nitroanilin
(3.165) menjadi garam diazonium (3.166), yang kemudian dipanaskan
dalam asam sulfat berair menghasilkan 3-nitrofenol, 3.167.
BAB IV
REAKSI OKSIDASI
Sheldon dan Kochi menyatakan bahwa oksidasi pada kimia organik dapat berupa:
Oksidasi dapat juga didefinisikan sebagai reaksi suatu unsur dengan Oksigen, seperti
yang dinyatakan pada pernyataan kedua. Untuk definisi yang lebih umum, yang sebagian
besar diterapkan pada kimia AnOrganik, oksidasi melibatkan lepasnya satu electron atau
lebih dari atom-atom gugus.
24
ALKOHOL MENJADI KARBONIL (CH-OH→C=O)
Kromium (VI) merupakan z t pengoksidasi yang kuat. Dalam asam sulfat, reaksi Cr (VI)
dapat ditulis:
Oksidasi terhadap alkohol akan disertai dengan reeaksi Kromium Cr (VI) menjadi
Cr(III). Terdapat sejumlah pereaksi kromium (VI), namun yang paling umum adalah
kromium trioksida yang berwujud Polimer yang umum ditulis sebagai [CrO3]n . dalam media
berair, kromium trioksida berada dalam kesetimbangan dengan sejumlah Kromium (VI)
lainnya, meliputi HOCrO3H, H2CrO4, HCrO4-,Cr2O72-, H2Cr2O7, dan HCrO7-. Karena oksidasi
alkohol harus dilakukan dalam keadaan yang dilakukan dalam keadaan terlarut, maka
sebagian besar reaksi oksidasi dilakukan pada media berair. Pada konsentrasi tinggi (air
sedikit), maka yang dominan adalah polimer kromium trioksida dan asam kromat. Dalam
larutan encer, konsentrasi Cr (VI) tidak bergantung pada asam. Kesimpulan dari berbagai
percobaan adalah bahwa posisi kesetimbangan bergantung pada asam. Jika asam yang
berbeda (HA) ditambahkan pada campuran, maka asam tersebut akan mempengaruhi
kedudukan kesetimbangan keseluruhan. Hal ini sesuai dengan:
Wiberg memberikan skema oksidasi alkohol sekunder menjadi keton sebagai berikut:
Mekanisme ini menunjukan bahwa spesies Cr (VI), Cr(IV), dan Cr (V) terlibat dalam
keseluruhan proses Oksidasi. Spesies Cr(VI) biasanya adalah HCrO4- dan CrO3, Cr(V)
biasanya adalah HCrO4-, dan Cr(IV) biasanya adalah HCrO3-.
25
Fakta eksperimental menyatakan bahwa oksidasi dimulai dengan pembentukan ester
kromat, dan pada reaksi, Cr(VI) mengalami reduksi menjadi Cr(IV). Jika asam sulfat
digunakan sebagai asam dalam media berair yang mengandung kromium trioksida dan
isopropanol, maka kemungkinan ester kromat yang terbentuk adalah 4.2 yang berasal dari
reaksi HCrO4-, dan asam sulfat (HA pada persamaan diatas).
Penguraian ester kromat meliputi pelepasan proton yang terikat pada karbon yang
mengikat oksigen. Semula westheimer menyatakan bahwa air berperan sebagai basa untuk
melepaskan hidrogen ini. Paling tidak ada dua mekanisme yang diusulkan untuk langkah ini.
Westheimer mengusulkan pengikatan intermolekul oleh air, seperti yang dijelaskan pada 4.4,
namun akhirnya usul ini tidak dapat diterima. Kwart dan Francis mengusulkan reaksi
intermolekul untuk melepaskan proton.
26
Oksidasi kromium (VI) yang termodifikasi
Banyak variasi kondisi reaksi yang ditujukan untuk mengoksidasi alkohol, meliputi
pengubahan asam yang ditambahkan pada media. Karena sebagian besar senyawa organic
tidak larut dalam air, maka pelarutan umumnya dibutuhkan, yang tidak hanya akan
melarutkan pereaksi kromium saja, tetapi juga Substat alkohol. Pelarut yang tahan terhadap
oksidasi seperti asan asetat atau aseton, umumnya digunakan untuk mengkonversi alkohol
menjadi karbonil. Sejumlah pereaksi kromium (VI) dapat digunakan, termasuk kromium
trioksida dalam air atau asam asetat berair yang dikatalis oleh asam mineral; natrium
bikromat dalam aseton berair yang dikatalis oleh asam asam mineral; natrium bikromat
dalam asetat, seperti halnya kompleks Cr2O3 piridin dan t-butil kromat. Alkohol primer dan
alkohol sekunder, keduanya dapat dioksidasi, masing-masing menjadi aldehid atau keton.
Aldehid dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi asam karboksilat.
Beberapa alkohol dapat larut dalam air sehingga tidak diperlukan pelarut untuk
mengoksidasinya dengan kromium. Isopropanol memberikan hasil yang baik dalam aseton
berair, meskipun asetton larut dalam air yang menyebabkan isolasi produk menjadi sukar.
Adanya gugus – gugus yang dapat dioksidasi pada substrat organik seperti alkena, sulfida,
fenolat dan amina sering menghasilkan produk samping pada oksidasi terhadap alkohol-
alkohol yang larut dalam air, dan hal ini dapat menurunkan produk karbonil yang dihasilkan.
Sebagai contoh, sulfida teroksidasi menjadi sulfokdsida, amina teroksidasi menjadi hidroksi
amina.hidroksi-amina, dan fenol teroksidasi menjadi kuinon. Fenil alkil karbinol dapat
dipecah secara oksidasi dengan kromium trioksida dalam asam berair. Bila R pada 4.9 adalah
iso-propil (iPr), maka produk yang dihasilkan hanya 6%, tetapi bila R diganti dengan t-Butil,
maka diperoleh hasil produk 60%. Hal ii disebabkan kesempatan terbentuknya kation tersier
yang lebih besar.
27
Oksidasi terhadap alkohol primer mula-mula menghasilkan aldehida, namun aldehida
dapat bereaksi lebih lanjut menjadi asam karboksilat. Bila dapat mengisolasi aldehida yang
dihasilkan, maka akan mengurangi terbentuknya asam. Paling tidak terdapat dua mekanisme
yang dapat menerangkan konversi aldehida menjadi asam. Dua pendekatan mekanisme
tersebut meliputi pembentukan ester kromat seperti 4.10. pelepasan hydrogen-α.
Oksidasi menjadi asam juga dapat terjadi mula-mula dengan pembentukan hidrat,
kemudian pelepasan hydrogen-α pada kompleks seperti 4.12.
Kesetimbangan antara aldehida yang mula-mula dibentuk dengan alkohol primer dapat
menghasilkan reaksi samping, dimana alkohol yang tidak bereaksi dikonversi menjadi
Hemiasetal, dan senyawa ini dapat teroksidasi lebih lanjut menjadi ester. Pembentukan ester
seringkali disertai oksida terhadap aldehida primer yang memiliki berat molekul kecil.
Sebagai contoh, n-butanol menjadi n-butirrat.
28
Sejumlah persoalan terjadi bila digunakan pelarut air. Hal ini dapat diatasi dengan
menggunakan tambahan pelarut seperti asam asetat berair
Ioksida Selain asam asetat, pelarut organik lain dapat digunakan bersama-sama dengan
kromium trioksida berair. Bila aseton digunakan dalam larutan encer asam sulfat, ternyata
hasil oksidasi terhadap alkunil karbinol meningkat. Contohnya, oksidasi 4.14 menjadi keton
4.15 dengan produk besar 77%. Pereaksi kromiumtrioksida-aseton-asam sulfat sering dikenal
sebagai Jones. Reaksi ini berguna, khususnya untuk molekul yang mengandung gugus-gugus
Alkenil atau Alkunil
Oksidasi terhadap alkohol biasanya berlangsung lebih cepat dalam aseton dari pada
dalamasam asetat, dan penggunaan aseton yang berlebihan akan melindungi produk keton
dari oksidasi lebih lanjut. Sejumlah alkohol primer telah dioksidasi menjadi aldehida dengan
menggunakan prosedur ini, namun karena kondisi reaksi dalam keadaan sangat asam, maka
produk finalnya adalah asam karboksilat. Sintesis mayuron yang dilakukan oleh Smith
29
melibatkan oksidasi jones cocok terhadap molekul-molekul kompleks yang mengandung
berbagai gugus fungsi seperti Alkena, tersier, alkohol, ester, keton dan amida.
c. Kromium Trioksida-piridin
Oksida dengan campuran kromium trioksida dan piridi sebagai pelarut dikenal dengan
sebutan oksidasi jarret. Jarret mengoksidasi alkohol, suatu steroid dengan hasil 89%.
Pereaksi yang kemungkinan mempunyai struktur trigonal bipiramidal terbukti berguna untuk
mengoksidasi alkohol primer dan sekunder, meskipun terdapat ikatan rangkap dua dan
tioster. Oksidasi jarret telah digunakan oleh yamada untuk mengoksidasi menjadi keton pada
sintesis Patchouli alkohol. Masalah yang dihadapi adalah kesulitan mengisolasi produk yang
dihasilkan dari larutan piridin. Keuntungan reaksi oksidasi jarret alkena,ketal,sulfide,dan
tetrahidropiranil eter teroksidasi jauh lebih lambat dari pada alkohol dan jarang terjadi reaksi
samping.
Modifikasi oksidasi jarret dilakukan oleh Collins dan penggunaannya terhadap oksidasi
alkohol dikenal dengan Oksidasi Collins. Tujuannya adalah mengatasi masalah produk yag
rendah pada oksidasi alkohol primer menjadi aldehida dan memudahkan isolasi produk
karbonil. Pereaksi Sisler-Jarret dibuat dengan mereaksikan kromium trioksida dengan piridin.
Pelarut piridin kemudian dihilangkan dan setelah itu ditambahkan dengan dikloroometana,
selanjutnya pada campuran ini direaksikan dengan alkohol. Oksidasi yang khususnya
mebutuhkan perbandingan 5:1 hingga 6:1 atau kompleks alkohol dan reaksi berlangsung pada
suhu kamar.
Usaha untuk meningkatkan oksidasi terhadap alkohol primer dan untuk lebih
mempermudah isolasi produk yang dihasilkan mendorong pengembangan pereaksi kromium
(VI). Corey mendapatkan, bila penambahan piridin pada larutan kromium trioksida dalam
HCl berair dilanjutkan dengan kristalisasi Kristal, akan dikatrakterisasi pereaksi. Piridinium
kloro kromat (PCC). Pereaksi ini sangat tepat untuk mengkonfersi alkohol primer menjadi
aldehida dalam diklorometan, tetapi kurang efisien bila diterapkan pada alilik alkohol.
30
Untuk mengeliminasi sifat asam dari PCC, maka digunakan pereaksi yang lebih netral,
yaitu piridinium dikromat (PDC). Sikloheksanol bila dioksidasi akan berlangsung sepuluh
kali lebih cepat dari pada dengan PDC dalam diklorometana pada 250C. Oksidasi yang terjadi
dalam keadaan netral ini ditunjukan pada reaksi dengan PDC yang menghasilkan produk
Aldehida sebanyak 92%. Bila pelarut diganti dari diklorometan menjadi dimetilfosmamida
(DMF), perbedaan yang cukup signifikan antara oksidasi terhadap alkohol Alifatik dengan
oksidasi terhadap alkohol Alilik. Sikloheksanol bila dioksidasi dengan PDC dalam DMF pada
00C, akan menghasilkan 86% Sikloheksanon. Oksidasi terhadap Sitronelol dengan PDC
dalam DMF pada 250C, menghasilkan produk asam sebanyak 83%.
Alkil iodida primer dan sekuder atau tosilat dapat dikonfersi menjadi aldehida atau
keton, namun senyawa tersebut bersifat kurang reaktif bila dibandingkan dengan α-
haloketon. Reaksi 1 bromooktana dengan DMSO dan NaHCO3 pada suhu 1000C selama 5
menit akan menghasilkan oktanol 74%. Mekanisme reaksinya kemungkinan meliputi
pelepasan Nukleofilik Halida oleh DMSO yang membentuk garam Alkoksisulfoksonium.
α-proton kemungkinan diperantarai oleh DMSO, dan menghasilkan produk karbonil dan
dimetil sulfida (yang berfungsi sebagai gugus pergi)
Tipe oksida yang sejenis telah dilakukan, yaitu bila alkohol bereaksi dengan DMSO.
Dalam hal ini, benzilik dan alilik alkohol dikonversi menjadi aldehida melalui proses
31
merefluksnya dalam DMSO, dengan gelembung udara melalui media. Pada reaksi ini, udara
merupakan pereaksi, dan sinamil alkohol dioksidasi menjadi sinamil aldehida dengan hasil
90%. Udara merupakan oksidator dan DMSO berfungsi sebagai pelarut. Untuk mengoksidasi
alkohol “dengan DMSO”, oksigen dari DMSO harus menggantikan gugus hidroksil, yang
bersifat gugus pergi yang jelek. Campuran DMSO dan disikloheksil karbodiimida (DCC),
dengan adanya katalis asam, merupakan pereaksi oksidasi yang efisien untuk alkohol. Tipe
reaksi ini dikenal sebagai oksidasi moffat. Sebagai contoh adalah konversi tertosteran
menjadi androst -4-ena-3,17-dion.
Mekanisme oksidasi ini dikemukakan oleh moffatt dan merupakan reaksi pembentukan
dan pemisahan disikloheksil urea yang sangat tidak larut. DMSO bereaksi dengan DCC
membentuk intermediet sulfoksonium, yangsekarang mengandung gugus pergi urea yang
diikuti proses pengikatan belerang dan alkohol. Disikloheksil urea dilepaskan, menghasilkan
garam sulfoksonium. Deprotonasi garam sulfoksonium merupakan proses intramolekul dan
terjadi dengan basa yang kekuatannya menyerupai ion asetat. Proses ini menghasilkan
senyawa yang mengandung belerang yang distabilkan oleh orbital d dari belerang. Hasil
interpretasi dari mekanisme ini menyatakan bahwa pusat karbonium pada senyawa belerang
melepaskan α-hidrogen secara intramolekul, dan lepasnya proton bukan disebabkan oleh basa
melalui reaksi intermolekul. Berdasarkan mekanisme tersebut, produk karbonil dan dimetil
sulfida dapat diperoleh. Pelepasan atom hidrogen kelihatannya analog dengan mekanisme
eliminasi Oksidasi Moffatt memiliki beberapa kendala. Salah satu masalah yang timbul
adalah pembentukan urea yang sangat sukar dipisahkan. Cara yang sering dilakukan untuk
memisahkan disikloheksil urea adalah dengan mereaksikannya dengan asam oksalat.
Albright dan Goldman mengembangkan pereaksi oksidasi yang sejenis. DMSO dan
anhidrida asetat digunakan untuk membentuk kompleks aktif sulfoksonium. Seperti halnya
dengan DCC, DMSO mula-mula bereaksi dengan anhidrida asetat membentuk garam
sulfoksonium, yang kemudian bereaksi dngan Alkohol.
Oksidasi Oppenauer
Dalam reaksi yang melibatkan kromium (IV) dan pereaksi DMSO, Alkohol di konversi
menjadi sustu kompleks dan α-hidrogen Akohol dapat dilepaskan seperti asam. Cara
32
Alternatif dan klasik untuk mengoksidasi Alkohol difokuskan pada reaksi yang dapat dibalik
antara keton dan logam alkoksida. Reaksi ini sangat efektif bila logamnya adalah aluminium.
Reaksi reversibel Alumina Alkoksida, pertama kali ditunjukan oleh Verley dan Ponndorf
pada reaksi keton dengan Aluminium Alkoksida. Reaksi ini menghasilkan pembentukan
aluminium alkoksida baru dan keton baru. Pada tahun 1937, Oppenauer menerapkan reaksi
ini pada oksida Alkohol Steroidal tak jenuh dengan menggunakan aluminium
triisopropoksida (Al(OiPr)3) dan Aseton. Aseton berfungsi sebagai penerima Hidrogen, dan
adanya aseton dalam jumlah berlebih akan mendorong reaksi kearah produk oksidasi. Reaksi
ini telah diterapakan pada sejumlah oksidasi, streroid dan alkohol-alkohol sederhana, yang
kemudian dengan oksidasi Oppenauer. Perluh diperhatikan bahwa reaksi ini adlah kebalikan
dri reduksi meerwein-ponndorf- Verley. Reaksi berlangsung melalui kompleks aluminium
koordinasi(4.49). transfer hindrogen antara dua karbon alkoksil menghasilkan4.50.
aluminium pada kompleks alkoksida(4.48) berfungsi sebagai asam lewis , yang bereaksi pada
oksigen karbonil membenuk kompleks yang kekurangan elektron , 4.49. kompleks ini
kemudian mentransfer Hadari karbon alkoksida 4.48 dan 4.49, menjadi “karbon keton” seperti
4.50, melalui keadaan transisi enam-pusat. Hidrogen Hadapat di transfer antara 4.49 dan
4.50, dalam proses reversibel. Seperti halnya 4.48 dan 4.49 yang berada dalam keadaan
kesetimbangan, kompleks 4.50 berada dalam keadaan kesetimbangan dengan alkoksida baru
dan keton baru
Jika keton asal (RCOR1) ditambahkan secara berlebih, maka kesetimbangan bergeser ke
arah 4.51 dan pembentukan keton baru (R2COR3). Keton awal (RCOR1) berperan sebagai
penerima hidrogen, yang menginisiasi oksidasi alkohol yang terikat dengan alkoksida pada
4.48. jika tujuannya adalh mengoksidasi alkohol, maka aseton yang digunakan berperan
sebagai pelarut dan aluminium triisopropoksida yang digunakan merupakan pereaksi.
Oksidasi Oppenauer tehadap alkohol jenuh sering mengalami hambatan, namun masalah ini
dapat diatasi dengan mengubah struktur logam alkoholat atau penerima hidroksida. Upaya
lainnya yang sering dilakukan yaitu dengan penggantian pelarut aluminium-t-butoksida,
triisopoksida atau tri-n-propoksida. Aseton (sering dengan benzena sebagai pendukung
pelarut) sebagian besar digunakan sebagai penangkap hidrogen, meskipunsikloheksana dalam
larutan toluena atau silena juga sering digunakan. Pada umunya,oksida oppenauer terhadap
alkohol primer menghasilkan aldehid dalam juml;ah yang rendah.meskipun demikian oksida
terhadap benzil alkohol menghasilkan benzaldehida sekitar 60% ,sedangkan oksidasi
terhadap geraniol 4.52a, hanya menghasilkan 35% geranal (4.52b). pada reaksi oksidasi
geraniol ini,kuinon digunakan sebagai penagkap hidrogen.bila titik didih aldehida ≥50℃
lebih tinggi dari pada produk yang di harapkan, maka produk aldehida dapat di pisahkan
dengan cara distilasi. Dua reaksi samping yang umum terjadi adalah migrasi atau pergeseran
ikatan rangkap non-terkonjugasi menjadi terkonjugasi,dan kondensasi produk aldehida
dengan penangkap hidrogen karbonil(kondensasi aldol yang dikatalisasi oleh asam). Sebagai
contoh, oksidasi terhadap 3-metil geraniol(4.52a) menjadi φ-iron (4.52b) menggunakan aseton
berlebih sebagai penangkap hidrogen. Oksidasi ini terjadi melalui kondensasi produk oksidasi
aldehida.
33
Penggunaan aluminium telah dikurangi kaena terjadinya reaksi samping. Ishii
menggunakan pereaksi siklopentadiental zirkonium (Cp2ZrH2), yang ternyata merupakan
katalisator yang efektif pada oksidasi oppenuer. Penggunaan antara alkohol dengan penerima
hidrogen yaitu 1:1. Reaksi ini menghasilkan aldehida yang sangat baik dari alkohol primer.
Mangan oksidasi(MnO2) umumya berbentuk Mn(IV) dan cenderung tidak larut dalam
sebagian besar pelarut organik. Mangan dioksida biasanya merupakan produk akhir dari
oksidasi yang sangat kuat , dan dapat menoksidasi alkohol menjadi keton atau aldehida.
Reaksi berlangsung melalui intermediat radikal, yang menghasilkan ikatan MnO(Mn 2+).
Mangan dioksida merupakan pereaksi yang penting dalam sistem senyawa organik, karena
pereaksi tersebut dapat mengoksidasi alkohol primer dan alkohol sekunder, secara berturut-
turut, menjadi aldehida dan keton, dalam media netral. Reaksi ini di temukan oleh
Ball,Goodwin, dan Martin ketika mereka mengendapkan mangan dioksida dan
menggunakannya untuk mengkonversi vitamin A.(4.53) menjadi retinena dengan hasil 80%
Pereaksi ini dapat dibuat dengan beberapa cara, namun kekuatan pengoksidasinya sangat
dipengaruhi oleh cara pembuatannya. Salah satu cara yang umum meliputi pengendapan
MnO2 yang berasal dari pemanasan MnSO4 dan KMnO4 pada PH tertentu. Goldman dan
Hembert mengusulkan intermediet radikal pada oksidasi yang menggunakan mangan
dioksida. Mekanisme Goldman ditunjukan pada reaksi benzil alkohol dan melibatkan
adsorpsi pada mangan dioksida. Koordinasi ini diikuti transfer elektron yang menghasilkan
radikal dalam proses yang disertai dengan reduksi Mn(IV) menadi Mn(III). Transfer elektron
kedua menghasilkan produk karbonil yang diserap pada Mn(OH)2 sehingga terjadi desorpsi
pada produk dengan melepaskan air, untuk menyempurnakan oksidasi. Mangan dioksida
34
mengoksidasi alilik dan benzil alkohol lebih cepat dari pada alkohol primer jenuh dan
mengoksidasi alilik primer lebih cepat dari pada alkohol primer jenuh, dan mengoksidasi
alilik primer lebih cepat dari pada alilik sekunder, ini merupakan sintesis utama terhadap
penggunaan mangan dioksida. Oksidasi membutuhkan media netral, mangan dioksida yang
dibuat dalam keadaan baru diaktivasi, pelarut yang tepat, serta waktu reaksi lama.
Kuinon
Sturktur Kuinon terdapat dalam berbagai bahan dialam. Kuinoid yang paling umum
adalah 1,4 (para) Kuinon (4.61) dan 1,2 (Orto) Kuinon (4.62). ada banyak cara pembuatan
Kuinoid, melipuuti oksidasi senyawa asal non-kuinoid, cara Siklisasi dan cara Kondensasi
Salah satu pereaksi yang paling umum digunakan untuk mengoksidasi turunan Fenol
menjadi Kuinoid adalah Garam Fremy (Kalium Nitroso disulfonat, (KO3S)2NO). pereaksi ini
dibuat oleh Fremy sebagai garam dinatrium, namun rashing membuat garam kalium yang
lebih efektif dan menjadikannya pereaksi yang tetap menjadi pilihan. Kadang-kadang
pereaksi bereaksi dalam keadaan yang istimewa dan terurai secara spontan, namun keadaan
ini terjadi karena adanya sejumlah katalis ion nitrit
Pereaksi dalam larutan asam sangat tidak stabil dan pada larutan yang berair pada pH>10
juga mengalami penguraian. Pelarut yang umum digunakan adalah Alokohol yang berair dan
asetat berair dan reaksi biasanya berlangsung dalam larutan bufer fosfat atau ufer asetat.
Reaksi berlangsung cepat dan dapat ditandai dengan hilangnya warna ungu dari radikal.
Mekanisme sederhana untuk oksidasi telah diusulkan oleh Tenber. Faktor penghalang pada
reaksi kadang-kadangf dapat memberikan hasil orto-Kuinon yang rendah, relatif para Kuinon
yang kurang terhalangi jika kedudukan orto-kuinon yang rendah, relatif terhadap para-
Kuinon yang kurang terhalangi jika kedudukan orto dari para dapat diikat. Biasanya produk
utamanya adalah para-kuinoid, meskipun orto kuinon akan dibentuk bila kedudukan para
dilindungi atau diblok.
35
Fenol
Oksidasi gugus C-OH menjadi gugus karbonil C=O telah dibahas. Gugus fungsi lain
yang dapat menjadi sasaran terhadap oksidasi meliputi ikatan π pada alkena. Terdapat
sejumlah cara oksidasi yang berbeda yang dapat diterapkan pada alkena, meliputi
penggabungan suatu oksigen (Epoksida), penggabungan 2 oksigen (hidroksilasi) dan oksidasi
pemutusan ikatan (umumnya menjadi turunan karbonil).
Reaksi alkena dengan asam hipohalida (Cl2 + H2O ↔ HOCl atau Br2 + H2O ↔ HOBr)
menghasilkan trans atau anti halodrin sebagai hasil pokok, seperti pada konversi
dikloroheksana menjadi 4.81. senyawa tersebut bila kemudian direaksikan dengan basa
seperti natrium hidroksida, akan menghasilkan alkoksida (4.82) yang merupakan anti
terhadap boron yang berdekatan. Orientasi anti ini melepaskan halida yang akan
menghasilkan sikloheksana oksida (4.83) melalui proses.
Cara yang paling umum untuk mengkonversi alkena menjadi epoksida adalah
menggunakan peroksida. Peroksida marupak sumber “elektrofilik oksigen” dan bereaksi
dengan nukleofilik ikatan π dari alkena. Hydrogen peroksida (H202) merupakan zat
pengoksidasi yang kuat dengan petensial reduksi 1,77 V seperti yang di tunjukan pada reaksi
berikut:
Reaksi peroksida sebagian besar meliputi pemutusan homolitik ikatan O-O, yang
menghasilkan radikan bebas. Hydrogen peroksida dan turunan monosubstitusinya dapat
bereaksi dengan alkena. Terdapat tiga kelompok utama peroksida yang digunakan untuk
epoksidasi:hidrogen peroksida (4.87), alkil hidroperoksida
(4.88), dan peroksida asam (4.89) basa lewis (Alkena) berkoordinasi dengan elektrofilik
oksigen dari peroksida, seperti 4.90, yang menghasilkan oksigen yang bermuatan positif.
36
Pemutusan secara heterolik mentrasfer oksigen ke basa lewis (alkena), dan pelepasan proton
menghasilkan hasil samping (air dari hidrogen peroksida,alcohol dari alkil hiroperoksida, dan
asam karboksilat dari peroksi asam).
RO-OH + O + R- OH
H
O
O
R
Gugus –OH perasam bersifat elektrofilik dan pengikat pada ikatan rangkap alkena
menghasilkan adisi syn dari oksigen epoksida .
Alkena yang kekurangan electron bersifat kurang reaktif. Hal ini ditujukan pada
epoksidasi geranial (4.93) yang mengalami epoksidasi selektif pada alkena yang tidk
terkonjungsi, dan menghasilkan 4.94.
Pengaruh gugus tetangga mungkin terjadi bila ada gugus pengkoordinasi seperti pada
alilik alcohol. Sebagai contoh, epoksidasi sikloheksenol dengan TBHP dan logam bersifat
sangat selektif untuk epoksi alcohol, dengan gugus hidroksi syn terdapat pada epoksi 4.95.
jika reaksi berlangsung tanpa pengaru gugus tetangga, maka pengru penghalang akan
37
menghasilkan anti-hidroksiepoksida (4.96) sebagai produk utama.kenyataannya, epoksi
alcohol 4.95 bersifat dominan.Peroksida bereaksi pada media basa menghasilkan produksi
anion yang bereaksi dengan turunan karbonil terkonjungsi pada C terminal adisi-1,4, adisi
konjungsi ). Sebagi contoh, hidrogen peroksida bereaksi dengan basa menghasilkan
hidroperoksida anion (HOO-) dan mengadisi keton takjenuh α , β−¿aldehida dan ester.
Isoforon (4.97) dikonfersi menjadi epoksida yang sesuai (4.98) dengan hasil 72%. Tidak
diragukan bahwa reaksi ini berlangsung melalui intermediet seperti 4.99, di mana enolat
anion menggeser gugus hidroksi yang kemudian menghasilkan epoksida. Hidrogen peroksida
dalam basa dapat mengkonferesi nitril manjadi epoksi amida, seperti pada reaksi akrilonitril
yang menghasilkan 4.101, yang mula-mula melalui pembentukan 4.100. reaksi yang sejenis,
4.102 dengan t-butil hidroksida dalam larutan basa menghasilkan produk yang baik, yaitu
epoksinitril (4.103).
Mungkin cara yang paling umum untuk epoksidasi alkena sederhana kemungkinan
adalah dengan peroksi asam, yang dikenal sebagai reaksi prilezheav (prileshajew). Peroksi
asam seperti 4.104 dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dengan hidrogen peroksida.
pada umumnya, asam-asam kuat seperti asam format dan asam trifluoroasetat berguna
karena dapat menggeser kesetimbangan kearah kanan,yaitu kearah pembentukan 4.104.
sejumlah peroksi asm dapat diperoleh dalam perdangangan, meliputo peroksi format,peroksi
bensoat,trifluoroh,peroksi asetat dan meta-kloroperoksibensoat (mCPBA,4.105)
38
Kemungkinan reaksi yang berlangsung melalui mekanisme penggabungan, yaitu alkena
dan elektrofilik peroksi oksigen,okan membentuk koordinasi yang kemudian terjadi
pelepasan asam karboksilat dan pembentukan epoksida.Alkena yang lebih banyak
tersubstitusi merupakan alkena yang kaya electron dan bereaksi lebih cepat dengan peroksi
asam dari pada alkena yang kurang tersubstitusi. Pada umumnya, laju relative epoksi naik
berdasarkan karakter nuleofilik alkena (CH2 = CH2 mempunyai luju relative 1, RCH = CH 2 :
24,RCH = CHR :500,R2C = CH2 :500,R2C – CHR :6500, dan R2C = CR2 >> 6500). Ikatan
rangkap dua, tri dan tetra tersubstitusi segera terepoksidasi dengan asm peroksi alkanoat
maupun dengan asam peroksi bensoat, namun asm peroksi bensoat lebih efektif. Jika molekul
mengandung dua alkena, maka alkena yang lebih tersubstitusi akan lebih cepat terepoksidasi.
Contohnya, 1,2 – dimetil – 1,4 – siklopheksanadiena. Memberikan epoksida tetrasubstitusi
dengan mCPBA reaksi ini ditunjukan oleh ptattier dan teisseir pada y-bisabolena, dimana
diena dikonversi secara selektif menjadi epoksida. Epoksidasi terhadap alkena monosubstitusi
biasanya kurang reaktif, karna dibutukan pengunaan peroksi asam yang kuat seperti asam
trifluoroh peroksi asetat meskipun mCPBA juga efektif. mCPBA marupakan peroksida yang
bagus untuk sebagian besar alkena.
dapat dibentuk dari ester terkojugasi seperti etil 2 – bensoat dengan menggunakan
mCPBA atau asam trifluoroh asetat, atau dengan buffer hidrogen fosfat dinatrium.
Pembukaan cincin epoksida dapat dilakukan dengan pereaksi asam atau basa.
Pembukaan cincin epoksida dengan suatu asam H-Nu dapat dinyatakan sebagai berikut:
39
Pembukaan cincin epoksida dapat terjadi melalui dua langkah reaksi, yaitu protonasi
terhadap oksigen dan pengikatan nukleofil pada ion oksonium.
Oksiran yang direaksikan dengan asam dalam pelarut air akan menghasilkan etilen glikol
yang umumnya disebut glikol.Oksiran juga dapat bereaksi dengan asam halide HX, dimana X
dapat berupa Cl, Br atau I yang menghasilkan halohidrin.
Pembukaan cincin pada epoksida juga dapat dilakukan juga dengan basa, dan reaksi
dapat dipandang sebagai reaksi adisi yang dilanjutkan dengan protonnasi.
Reaksi pembentukan epoksida eengan basa terjadi melalui dua tahap reaksi. Langkah
pertama adalah pengikatan basa neuklofil pada cincin epoksida dan langkah kedua adalah
protonasi terhadap ion alkosida yang dihasilkan dari langkah pertama.
40
Reaksi pembentukan cincin epoksida dengan basa sering diguakan dalam pembuatan
polimer. Misalnya, polietilen glikol dimanfaatkan sebagai foam rubber dan fase diam pada
kromatografi gas (disebut carbowax).
Pada epoksida yang tidak simetris, pengikatan nukleofilik pada karbon epoksida
bergantung pada kondisi asam dan basa.
Kondensasi asam
Kondisi basa
Nukleofil akan terikat pada karbon yang mengikat jumlah alkil yang paling banyak
sesuai dengan aturan
41
Pada umumnya pembukaan cincin epoksida pada kondisi basa terjadi dengan pengikatan
nukleofil pada atom karbon yang tidak tersubtitusi, karena keadaan transisi akan melalui
struktur yang kurang terhalangi.
BAB V
REAKSI REDUKSI
A. PENGERTIAN REDUKSI
Proses reduksi didefenisikan sebagai konversi suatu atom dari tingkatan oksidasi
yang lebih tinggi ketingkat oksidasi yag lebih ranadah (III ke II, IV ke II, atau II ke I),
seperti pada transformasi RCH=NH menjadi RCH2NH2. Pengertian lainnya pada
reduksi senyawa organic adalah adisi hydrogen terhadap molekul, seperti reduksi 2-
butanon menjadi 2-butanol, dan reduksi terhadap propanil menjadi butanamina.
42
Reaksi keseluruhan meliputi protonasi asam aloksida dan reaksi pada
aluminium terjadi pada media masa. Dalam bnayak hal, titrasi atau penambahan
dengan air sudah cukup untuk melepaskan alcohol, tetapi kadang – kadang
menggunakan aluminium klorida jenuh dan asam klorida encer.
Reduksi aldehida berlangsung lebih cepat daripada terhadap keton, karena
pada aldehida factor penghalangnya kecil selama ter jadi transfer hidrida ke karbon
karbonil.
Salah satu sifat penting pada reduksi karbonil dengan LiAlH4 adalah reaksi
yang bersifat diastereoselektif. Pada umumnya, produk utama reduksi diastereomer
timbul akibat transfer hidrida ke permukaan yang berpenghalang kecil, kecuali bila
terdapat pengaruh adanya koordanasi atau khelat khusus.
43
Nitril digunakan secara umum sebagai senyawa awal (prekursor) untuk
transformasi banyak gugus fungsi dan reaksi pembentukan ikatan karbon. Senyawa
nitril umumnya dibentuk berdasarkan reaksi subtitusi SN2 sianida dengan alkil halida
atau sulfonat ester atau berdasarkan reaksi dehidrasi terhadap amida.
Salah satu penggunaan NaBH4 yang penting, terutama pada sintesis alkaloid
adalah mereduksi enamin, imin, dan garam iminium.
44
C.3 Super Hidrida
Boran mereduksi ester sangat lambat dan keton atau aldehida direduksi secara
selektif dengan adanya ester.
45
Penggunaan boran yang paling luas adalah reduksi yang selektif terhadap
asam karboksilat, meskipun dengan adanya halide, ester, nitril dan keton..
Sifat yang mudah terbakar dan sukarnya menangani boran memungkinkan
pengembangan sejumlah kompleks basa lewis yang mudah digunakan. Salah satu
yang lebih sering digunakan adalah kompleks boran dimetil sulfide (H3B.S(CH3)2).
Pereaksi ini sangat larut dalam sebagian besar pelarut organik, termasuk benzene dan
toluene. Boran digunakan untuk mengkonversi asam α-amino menjadi alcohol α-
amino seperti pada reaksi fenilalanin menjadi fenilalkohol dengan hasil 77%.
d. 2 Aluminium Hidrida
Boran (BH3) merupakan asam lewis seperti halnya borohidrida (BH4-). Hal
yang sejenis AlH4- mempunyai analog sebagai elektrofil, aluminium hidrida (AlH3):
3LiAlH4 + AlCl3 4 AlH3 + 3 LiCl
Aluminium hidrida yang dibuat dengan cara ini tidak selalu murni, karena
campuran kloroaluminium hidrida dapat terbentuk, tergantung pada proporsi LiAlH4
dan AlCl3.
Campuran hidrida yang paling umum adalah Cl2AlH dan Cl2AlH2.
46
E. Stereoselektivitas pada reduksi Hidrida
E.1 Pusat – puast prokhiral
Ada molekul – molekul yang tidak memiliki pusat khiral, tetapi bila molekul
tersebut bereaksi dengan suatu pereaksi, maka pusat khiral akan terjadi pada produk
yang dihasilkan. Di sini di cermati adalah pereaksi yang digunakan, apakah pereaksi
tersebut akan menghasilkan enantiomer Ratau S. hal ini di kaitkan dengan muka atau
permukaan molekul yang akan didekati oleh pereaksi selama reaksi berlangsung. Jika
pendekatan pereaksi dari satu muka, maka akan dihasilkan enatimer R, sedangkan jika
pendekataan dari muka yang berlawanan, maka akan diperoleh enantiomer S.
Kenyataan bahwa keton 5.117 dan alkena 5.120 tidak mengandung pusat
khiral. Jika 5.117 bereaksi dengan pereaksi Grignard, seperti fenil magnesium
bromide, maka diperoleh alcohol 5.118 dan enantiomer (5.119). Reaksi alkena 5.120
dengan boran seperti 9- BBN (9-boran –siklo [3.31]-nonana),
47
E.3 Selektivitas pada reduksi turunan karbonil yang mengandung karbon khiral
Jika pusat prokhiral terdapat pada molekul yang mengadun g satu atau lebih
pusat khiral, maka reduksi menghasilkan diastereomer, seperti pada reaksi 5.134 dan
5.136. Senyawa 5.134 mengandung pusat stereogenik, tetapi pusat tersebut terlalu
jauh dari pusat prokhiral yang mempunyai pengaruh atas reduksi pada prokhiral.
Reduksi terhadap senyawa ini tidak lebih seperti pada reduksi keton yang tidak
memiliki pusat khiral, dan hasil yang diperoleh adalah campuran 1 : 1 diastereomer
syn dan anti (5.135a dan 5.135b), yangb merupakan rasemik. Namun demikian, keton
5.136 mempunyai pusat stereogenik yang berdkatan dengan karbonil, dan pengaruh
khiralitas akan berpengaruh pada pendekatan pereaksi yang akan menyerang. Pereaksi
akan mendekati dari muka yang mengikat halangan yang palin kecil. Pada 5.136,
pendekatan melalui sisi sebelah atas “muka hydrogen”(muka si) akan menghasilkan
n5.137 dan pendekatan melalui muka yag lebih terhalang (“muka metal”, muka
re)akan memberikan 5.138
Jika konfirmasi 5.136 tetap seperti konformasi yang terlihat, maka hasil yang
akan diperoleh sangat cenderung pada 5.137. Namun kenyataannya, pada system
asiklis seperti contoh tersebut tidak mungkin memiliki konformasi tunggal. Reaksi
dengan zat pereduksi dapat mempengaruhi konformasi sehingga memberikan sifat
diastereoselektivitas.
F. Hidrogenasi Katalik
Reduksi gugus fungsi dengan gas hydrogen merupakan salah satu reaksi yang
penting dalam kimiia organic. Hidrogenasi etana menjadi etana pertama kali
dilakukan oleh van Wide pada tahun 1875. Penggunaan hidrogenansi katalik secara
luas dilakukan setelah tahun 1897, yaitu ketika Sabatier mengembangkan reaksi
antara hydrogen dan senyawa organic yang kemudian menjadi model reaksi universal
(Nobel prize, 1912)
F.1 Aktivitas dan Reativitas Katalik
Metode ini berkaitan dengan adisi gas hydrogen pada molekul organic. Reaksi
membutuhkan sejumlah katalis logam transisi agar reaksi dapat terjadi, dan reaksi
berlangsung dengan penyerapan hydrogen dan substrat dipermukaan logam. Terdapat
dua tipe utama katalis
1.Heterogen = katalis tidak larut dalam media reaksi
2.homogen = katalius larut dalam media reaksi
Hirogenasi heterogen mempunyai dua bentuk:
1. Didukung = proses dalam bentuk bubur dan bekerja dalam keadaan gel tetap
2. Tidak didukung= reaksi terutama dalam larut.
48
Variabel pertama dalam hidrogenasi katalik adalah katalis. Katalis yang
sebagian besar digunakan adavlah platian, palladium, nikel, rodium, iridium, dan
rutheum. Dalam beberapa hal, garam – garam logam transisi sering digunakan
daripada logamnya sendiri. Hudliky mengemukakan urutan reakstivitas relative
terhadap propena untuk katalis logam transisi golongan VIII, yang didasarkan pada
pekerjaan yang dilakukan oleh Mann dan Lien.
Pada urutan tersebut, rodium merupakan katalis yang paling aktif. Katalis –
katalis tersebut digunakan untuk mereduksi banyak gugus fungsi . tidak ada katalis
tunggal yang memberikan hasil yang lebih bagus untuk semua gugus fungsi.
Gas hydrogen dipecah menjadi atom – atom hydrogen yang terikat pada nikel
(dinyatakn 5.173). Alkena juga terikat pada permukaan logam (5.174), yang diikuti
dengan berlansungnya reaksi dengan transfer hydrogen ke karbon (5.175)
Mekanisme yang pasti dari katalis heretogen belum diketahui karena proses
tersebut mmerupakan fenomena yang terjadi di permukaan. Pada proses terlihat
memutus ikatan H – H yang menghasilkan spesies logam –H (H*), dimana hydrogen
diserap pada situs aktif dipermukaan katalis.
49
Bahwa pada reduksi 5.185 pemecahan secara reduktif cincin siklopropana
berlangsung lebih cepat daripada reduksi keton. Cincin siklopropana tidak dapat
direduksi dengam katalis Lindlar, tetapi dapat direduksi dengan katalis heterogen
seperti platina oksida (PtO2, disebut katallis adams). Contohnya 5.185 direduksi
dengan katalis adams menghasilkan campuran 5.186 dan 5.187, dengan perbandingan
10 : 82.
Rodium mula- mula mereduksi naftalena menjadi 5.200. tetapi senyawa ini
tereduksi lebih lanjut menjadi dekalin (5.201), dan 5.200 merupakan konstituen kecil
dari campuran produk akhir.
50
kanonikal ketil inn, yaitu bentuk radikal karbon dan bentuk karbanion (5.214). Pada
keadaan yang serupa, ikatan π pada 2-butuna menangkap electron yang dihasilkan
dari eletrolisis membentuk anion radikal seperti 5.215
Paling tidak ada dua tipe produk reaksi yang dihasilkan oelh ketil yang berasal
dari aseton. Ketil dapat mengaloami penggabungan radikal , sedangkan reaksi yang
terakhir berupa reduksi. Penggabungan radikal aseton seperti yang dinyatakan diatas
ditunjukan pada konversi 2- asetilpiridin (5.218) menjadi 1,2- diol (5.220) dengan
hasil 68%.
H. Reduksi Nonlogam
Terdapat sejumlah cafra untuk mereduksi gugus fungsi organic yang
menggunakan pereaksi nonlogam. Salah satunya adalah reduksi dengan hidrazin
Dalam keadaan basa, intermediate anion hidrazon dapat dibentuk dengan
melepakan proton dari pelarut yang bersifat basa, intermediate anion hidrazon dapat
dibentuk dengan melepaskan proton dari pelrut yang bersifat asam, dan menghasilkan
produk yang tereduksi. Proses ini di kenal dengan reduksi Wolf – Kishner. Hidrazin
hidrokarbon (N2H5HCl) sangat efektif untuk mereduksi khususnya keton yang
mempunyai penghalang. Hidrazin juga digunakan untuk mengkonversi alkil ptalimida
menjadi alkilm amina dengan mengantikan satuan O = C- NR – C = O dengan satuan
O = C – NHNH – C = O. reaksi ini sering disebut sebagai prosedur Ing – Maske
BAB VI
51
6.1 Kontrol Stereo pada Sistem Asiklis.
Reaksi khas yang menggambarkan adisi markonikov adalah reaksi HBr dengan 2-metil
2-butena yang menghasilkan 2-bromo 2-metil butana. Reaksi adisi anti markonikov yang
khas adalah adisi boran pada alkena, yang menghasilkan alkohol pimer, setelah oksidasi
terhadap intermediet alkil boran.
Jika reaksi menghasilkan karbokation, maka orientasi Markonikov pasti dihasilkan. Jika
diinginkan adisi anti-Markonikov, maka pengubahan pada mekanisme reaksi harus terjadi.
Reaksi adisi lain yang berlangsung dengan orientasi anti-Markonikov adalah adisi HBr
pada alkena dengan adanya peroksida. Reaksi ini menghasilkan radikal karbon yang
diperoleh mula-mula dari adisi radikal brom pada alkena. Radikal brom dibentuk berdasarkan
pemecahan hormolitik dari peroksida yang ditambahkan, kemudian diikuti reaksi dengan
HBr. Radikal yang terbentuk distabilkan oleh efek elektronik tiga gugus alkil daripada
alternatif radikal primer. Reaksi dengan HBr menghasilkan bromida primer dan
menghasilkan radikal brom yang lain pada langkah propagasi rantai. Karena brom pertama-
tama megadisi alkena yang menghasilkan radikal tersier yang lebih stabil,maka hidrogen
ditransfer pada radikal tersebut. Ini merupakan reaksi berlawanan regioselektivitas
keseluruhan terhadap adisi selektif pada reaksi kationik.
Reaksi radikal ini berlangsung dengan baik hanya untuk adisi HBr dan tidak untuk HCl
atau HI. Reaksi adisi tipe radikal akan berlangsung dengan bentuk anti–Markonikov.
Pada umumnya, reaksi adisi kation dan radikal menghasilkan intermediet reaktif, dan
produk adisi ditentukan oleh stabilisasi relatif dari intermediet. Pengotrolan adisi
Markonikov vs anti-Markonikov dapat diprediksi dengan pengontrolan jalur mekanistik adisi.
52
Reaksi HBr dengan 2-metil-2-butena yang menghasilkan 2-bromo-2-metil-
butana.
Metode lain untuk mengkonversi atau mengontrol stereokimia ditunjukkan pada konversi
D-manitol menjadi (R)-ephiklorohidrin atau (S)-ephiklorohidrin. Kontrol stereokimia
diperoleh dengan memanipulasi perbedaan-perbedaan pada reaktivitas.
53
Contoh pengontrolan konfigurasi pusat khiral adalah konversi alkohol sekunder khiral
menjadi klorida sekunder yang sesuai dengan tionil klorida
Reaksi enolat yang dibicarakan sebelumnya merupakan contoh yang baik tentag
kemampuan untuk mempengaruhi atau mengontrol distereoselektivitas, dengan mengubah
basa atau kondisi reaksi lain. Produk-produk akhir dari serangkaian reaksi ini adalah syn
diastereomer dan anti diastereomer. Rekasi lain di mana syn dan anti diastereomerdapat
dibentuk, tetapisatu yang perdominan, yaitu pada contoh konversi alkena menjadi 1,2-
diol.Metode untuk menghasilkan diol secara stereoselektif dimulai dengan epoksida, yang
dibentuk dengan mengoksidasi alkena yang dibuka menjadi diol dengan hidroksida (atau
dangan nukleofil oksigen lain). Pada contoh ini, syn diol dibentuk melalui pelepasan nukleofil
hidroksida dari sisi belakang ke karbon yang kurang terhalang.
54
Hasil yang diperoleh adalah syn-diol. Dalam beberapa hal,mungkin mengontrol
pembukaan cincin epoksida,terutama terhadap molekul siklis,seperti pada reaksi 1-
fenilsikloheksena oksida dengan hidroksida.
Salah satu faktor utama untuk mengontrol distereoselektivitas adalah pengaruh khelat
gugus-gugus heteroatom tetangga (pengaruh gugus tetangga). Keadaan ini dapat ditunjukkan
pada reaksi alkohol alilik khiral dengan asam peroksi. Koordinasi dengan oksigen dan
pelepasa oksigen elektrofilik dari sisi tersebut menghasilkan alkohol epoksi.
Epoksidasi asimetris Sharples memanfaatkan selektivitas yang timbul dari koordinasi
dengan alkohol alilik oleh penambahan agen khiral untuk mengontrol selektivitas.pengikatan
alkohol alilik pada logam adalah penting untuk pelepasan oksigen elektrofilik dan juga untuk
pengontrolan orientasi alkena relatif terhadap agen epoksidsi.
Kecenderungan terjadinya khelat heteroatom tegantug pada pereaksi yang digunakan.
Zink borohidrida mengadakan koordinasi yang sangat kuat dengan heteroatom, tetapi litium
aluminium hidrida menunjukan selektivitas yang kurang.hal ini disebabkan oleh koordinasi
yang lemah dengan heteroatom.
Cara untuk mengontrol regiokimia Markonikov dan anti-Markonikov, dan retensi atau
inversi konfigurasi, pada dasarnya sama seperti pada sistem asiklis. Sukar untuk memisahkan
pengaruh regiokimia (cara adisi) dan pengaruh retensi dibandingkan inversi dan isomerisasi
cis-trans pada molekul-molekul siklis. Adisi pada ikatan π tersubtitusi menghasilkan
55
isomer-isomer geometri, dan pada sebagian besar sistem siklis akan mengontrol konfigurasi
absolut pusat khiral yang dikaitkan dengan isomer-isomer cis-trans dan/atau dengan
pembentukan diastereomer. Pengertian syn dan anti tidak mempunyai arti pada sistem siklis.
56
Perbedaan utama di sini adalah ketidakmampuan cincin berotasi di sekitar ikatan karbon-
karbon, tetapi produk yang dihasilkan adalah alkena yang lebih banyak tersubtitusi. Untuk
syn dan anti eliminasi keduanya, hidrogen-β dan gugus pergi adalah sudah ditentukan oleh
regiokimia halida. Syn-eliminasi melibatkan basa yag terikat secara intramolekul, diikuti
pelepasan hidrogen-β yang mempunyai kedudukan syn terhadap gugus pergi. Adanya
penghalang pada keadaan syn ini mengakibatkan pendekatan dan pelepasan hidrogen-β pada
kedudukan yang kurang tersubtitusi, yang secara energetik lebih menguntungkan.
57
6.2.3 Retensi vs invarsi (kontrol diastereo)
Reaksi molekuler siklis yang melibatkan pembentukan pusat-pusat khiral mirip seperti
yang terjadi pada system asiklik.Reaksi asida (NaN 3) dengan cis - 4 –t-butil-1-bromo-
sikloheksana. Menghasilkan azida,dengan inversi konvigurasi penuh Melalui jalur reaksi
SN2.contoh:
Perbedaan utama antara system siklis dan system ansiklis adalah ketidakmampuan sistem
siklis mengalami rotasi disekitar ikatan karbon-karbon yang menghasilkan perbedaan
konfigurasi.
Menurut perhitungan yang dilakukan oleh Corey,bentuk ekuatorial adalah bentuk yang
dominan (dengan perbandingannya adalah <99,9 : <1 yaitu 6,88 : 6,89),jika azida di gunakan
sebagai nukleofil ,maka penggantian bromida berdasarkan SN2 melauli peningkatan pada
sisi belakang akan sulit terjadi,karena sudut pendekatan nukleofil terhalangi.
58
Para ahli kimia yang melakukan sintesis tidak selalu dipaksa untuk menerima
stereokimia tersebut.paling tidak ada dua pilihan :
Terdapat banyak cara yang ada untuk emeriksa stereokimia relative pada pusat
khiral yang tidak sesuai dengan sasaran yang diinginkan.Dengan memanfaatkan
perbedaan-perbedaan seperti itu pada stabilitas produk ,memungkinkan kita untuk dapat
mengubah populasi diastereomer.
59
Pengaruh gugus seperti ini disebabkan oleh pengaruh khelasi subtituen heteroatom
dengan pereakai.
Pengaruh gugus tetangga dapat menjadi jelas dan dapat digunakan untuk mengarahkan
steroekimia dari suatu reaksi.Contoh lain : Reaksi oksetana dengan diametil alumenium N-
mitel-analin yang merupakan reaksi eleminasi,menghasilkan 99% (E)-alkena.
60
6.4 Stereo Kontrol Asiklis melalui precursor siklis
Contoh penerapan masalah dilakukan dengan cara disintesis senyawa organic secara
efektif.
61
Bila kita bicarakan aturan Baldwin,maka yang paling perluh dibicarakan adalah pertama-
tama adalah persyaratan sudut peningkatan untuk membawa dua ujung raktif molekul
bersama-sama.Elliot dan Graham-Richard menyatakan suatu metode untuk memprediksikan
sudut pendekatan yang cocok,yang haya didasarkan pada substrat.Pengggantian pada karbon
sp3 pada umumnya melaui peningkatan dari bagian belakang dan gugus yang akan datang (X)
harus mendekati karbon yang mengandung Y [ada sudut yang dekat dengan 180°.disini sudut
ikat sekitar 120°,tetapi selama reaksi,atom sp3 adalah tetrahedral ( dengan sudut ikatan
sekitar 109°)
62
Sudut ikat pada ikatan rangkap tiga adalah 180°,karena molekul adalah linear.Dalam hal
in konversi atop sp menjadi atom sp 2 menghasilkan sudut ikat 120° yang merupakan
karekteristik alkena.Menggunakan analog yang sama seprti pada koversi sp 2 -sp3 atom harus
mendekati ikatan rangkap tiga pada sudut sekitar 120°.
63
Mengalami penggantian exo Y,tetapi me nghasilkan Konver
Terdapat dua cara untuk meggambarkan pembentukan cicin.Enolat secara kinatik akan
membentuk cicin melalui pengganti Exo Y menghasilkan 6.129 Enolat secara
termodinamikal akan menghasilkan konversi,di sebut enol endo-exo-tet dan konversi.
bguvvyfiyfiyf
Enolat pada umumnya mengalami reaksi 5-endo-tring pada oksigen sedangkan reaksi 6-
endo-tring disukai pada karbon.untuk membentuk cicin lingkar dari lima dari pasangan
electron bebas oksigen harus pada kedudukan yang tepat untuk menggantikan kedudukan
brom pada 6.136( produk adalah tetrahidrofuran).
64
Keadaan transisi untuk penggantian in di gambarkan pada 6.140.Agar menghasilkan
cicin lingkar-enam,maka orbital-orbital karbon enolat pada 6.138 harus pada sudut ang tepat
untuk penggantian.
65
BAB VII
GUGUS PELINDUNG
Banyak target senyawa sintetik yang mengandung lebih dari satuu gugus fungsi, dan
gugus tersebut dapat mengadakan interaksi dengan pereaksi yang digunakan selama proses
sintesis. Jika gugus keton dan aldehida terdapat di dalam molekul yang sama, kedua gugus
tersebut dapat bereaksi dengan pereaksi tertentu pada saat yang sama. Adanya alcohol dan
amina dalam molekul yang sama juga akan menimbulkan masalah karena kedua gugus fungsi
tersebut cepat beraksi dengan asam, basa, dan nukleofil. Cara untuk menanggulangi fungsi
tersebut adalah dengan melindungi atau mengeblok sementara satu gugus yang reaktif
dengan mentransformasikannya menjadi gugus fungsi baru yang idak akan mengganggu
menjadi gugus baru yang berbeda, yang tidak akan bersaing dengan reaksi yang diharapkan.
Langkah reaksi kedua adalah mentransformasi gugus fungsi baru (gugus pelindung) kembali
menjadi gugus fungsi semula pada tahap akhir sintesis. Proses ini di kenal sebagai
perlindungan dn proteksi.
Gugus pertama dalam pengembangan gugus pelindung untuk gugus fungsi adalah
mengidentifikasi bagian molekul mana yang dapat mengganggu. Dalam hal alcohol, bagian
molekul yang hampir selalu dapat mengganggu adalah keasaman hydrogen gugus O-H. jika
gugus OH tersebut mengganggu rencana sintesis, maka OH harus dikonversi menjadi gugs
fungsi lain (O-X), tetapi reaksi ini harus dapat berlangsung dan menghasilkan produk yang
tinggi pada kondisi normal.
Alcohol memilki dua reaksi utama yang cocok terhadap criteria tersebut, yaitu konversi
alcohol menjadi eter, biasanya berlangsung dengan hasil yang tinggi dan memberikan produk
yang relative inert. Karena sifat inert inilah, maka kondisi yang dibutuhkan untuk memecah
eter harus kuat. Cara lain adalah mengkonversi alcohol menjadi asetal asilik atau ketal. Juga
sangat mungkin mengubah alcohol menjadi ester pada kondisi normal, dan dengan mudah
mengembalikannya menjadi alcohol dengan cara menghidrolisis ester.
Gugus pelindung paling sederhana untuk alkohol adalah metil eter (-OCH3). Reaksi
alcohol dengan basa (umumnya natrium hidrida (NaH) dalam THF atau DMF) menghasilkan
alkoksida. Cara berikutnya adalah mereaksikan alcohol dengan trimetiloksonium tetrafluoro
borat. Metil eter stabil terhadap basa kuat, nukeofil, organologam, hidrogenasi, zat
pengoksidasi, dan zat pereduksi hidrida. Metil eter stabil pada PH 1-14. Metil eter dapat
66
dipecah oleh HI pekat, sedangkan trimetilsilil iodida dapatmemecah pelindung alcohol dalam
kloroform dan pada suhu yang relatif tinggi.
Gugus pelindung eter lainnya adalah benzil eter (-OCH2Ph,O-Bz),yang dibuat dengan
mereaksikan alkoksida dai alcohol dengan benzil bromida atau klorida. Benzil eter stabil
terhadap sejumlah pereaksi, meliputi pH 1-14, karbonion dan organologam , nukleofil,
hidrida, dan beberapa zat pengoksidasi. Dua cara yang umum untuk melepaskan gugus
benzil meliputi pemutusan ikatan O-CH2Ph dengan hidrogenolisis. Cara paling umum
pemutusan ikatan C-O benzilik adalah dengan hidrogenasi katalitik, biasanya dengan katalis
poladium. Cara lain dari hidrogenolisis adalah dengan melarutkan logam natrium atau kalium
dalam amonia. Contohnya adalah sintesis monensin yang dilakukan kishi, dimana mula-mula
alcohol 7.24 dikonversi menjadi benzil eter (7.25) dengan mereaksikan dengan kalium
hidrida (KH) dan benzil bromida. Gugus alilik OH akan mengganggu proses pembentukan
gugus OCH3 dalam 7.25, karena gugus OH primer juga dapat bereaksi dengan KH/CH3I.
hidroborasi, oksidasi, dan metilasi yang keudian dilanjutkan dengan deproteksi
(hydrogen/paladium) akan menghasilkan 7.26.
Alkohol dapat dikonversi menjadi t-butil eter (O-C(CH3)3) dengan mereaksikan alcohol
dengan 2-metil-2-propena (isobutilena), dengan adanya katalis asam (asam sulfat atau BF3).
Sebagai gugus pelindung ,t-butil sensitive terhadap asam kuat, tetapi stabil pada Ph 1-14, dn
stabil terhadap nukleofilik,organologam, hidrida, hidrogenasi katalitik, oksidasi dan reduksi.
67
Gugus pelindung eter alternative yang telah di kembangkan oleh Green adalah “metil
eter tersubtitusi” yang tidak lain adalah asetal (RO-CHR1-O-R2). Asetal pertama adalah
metoksi metil eter (O-CH2OCH3, O-MOM), di bentuk dengan mereaksikan alcohol dengan
basa (seperti NaH dalam THF) dan ClCH2OCH3 (klorometil metil eter). Sebagai contoh,
gugus hidroksi metil pada 7.27 perlu di proteksi dan di konversi menjadi turunan O-
MOM,7.28. reaksi selanjutnya menghasilkan alcohol primer baru yang kemudian diproteksi
sebagai O-benzil eter (pada 7.29). proteksi OH pada 7.27 sebagai turunan MOM (pada 7.28)
dan OH yang lain sebagai benzil eter (7.29)selanjutnya di ikuti pelepasan gugus O-MOM.
Salah satu gugus pelindung asetal yang paling umum adalah 2-metoksi etoksimetil eter
(-O-CH2OCH2CH2OCH3,MEM). Gugus MEM di ikat oleh alcohol setelah alcohol di konversi
menjadi alkoksida (umumnya dengan NaH dalam THF atau DMF). Gugus MEM juga stabil
pada pereaksi-pereaksi seperti terhahdap O-MOM dan O-MTM. Gugus MEM sensitive
terhadap asam Lewis dan dapat di pecah dengan asam kuat berair (PH<1). Gugus MEM
juga dapat melindungi alcohol tersier.
Variasa gugus MEM adalah 2-(trimetilsilil) etoksi metil eter (-O-CH2OCH2CH2-
Si(CH3)3,SEM). Tipe lain dari gugus pelindung asetal adalah etil eterr tersubtitusi. Anggota
yang paling umum adalah 1-etoksil-etil eter (O-CH(OCH2CH3)CH3, O-EE). Sebagai contoh,
shibasaki menggunakan gugus EE untuk melindungi, sementara gugus hidroksil pada 7.31
diubah menjadi 7.32 dengan reaksi wittig. Pelepasan gugus EE dengan asam asetat berair
menhasilkan 7.33.
68
7.2.3 Proteksi Diol
Gugus ini stabil terhadap basa (Ph 4-12), tetapi tidak terhadap asam. Gugus tersebut juga
stabil terhadap nukleofil,organologam, hidrognasi katalitik, hidrida, dan zat pengoksida.
Gugus pelindung ini biasanya dipecah dengan HC berair, dengan aam asetat atau dengan
asam p-toluennasulfonat dalam methanol.
69
Asetonida berguna dalam sintesis, seperti proteksi pada 1,2-diol pada senyawa 7.36 yang
dikonversi menjadi 7.37 dengan mereaksikannya dengan aseton dan kuprisulfat (CuSO4).
Dioksolana selanjutnya memungkinkan untuk mengkonversi ester menjadi gugus alkilidena
7.38. bila 7.38 direaksikan dengan asam berair akan diperoleh kembali diol (7.39). reaksi iol
dengan aldehida atau keton lain akan menghasilkan ketal atau asetal. Dua turunan yang
umum adalah benzaldehida (membentuk benzilidena asetal) dan sikloheksanon (membentuk
sikloheksilidena ketal).
Seperti halnya dengan alcohol,suatu cara telah dikembangkan untuk memproteksi keton
dan aldhida.hal ini dilakukan karena ugus karbonil yang merupakan bagian dari gugus fungsi
dapat mengganggu salama reaksi berlangsung. Reaksi utama dari karbonil adalah adisi
nukleofilik asil. Cara umum memproteksi gugus karbonil adalah dengan mengkonverinya
menjadi ketal atau aseta, dengan menggunakan pereaksi alcohol atau diol. Variasi reaksi ini
antara lain meggunakan pereaksi diol yang menghasilkan ditioketal atau ditioasetat. Sebagai
contoh sintesis dengan menggunakan asetal untuk memproteksi aldehida adalah pada
senyawa 7.40 sebagai dimetilasetal, dan reaksi berikutnya dengan mereaksikan dengan basa
membentuk senyawa alkena 7.41. aldehida diperoleh kembali dengan menambahkan asam p-
toluenasulfonat berair menjadi 7.42 proses ini dilakukan oleh Bauman dan Hoffmann dalam
sintesis β-santalol.
70
Dalam kenyataannya banyak jenis alcohol yang dapat digunakan untuk menghasilkan
asetal atau ketal, tetapi methanol merupakan alcohol yang paling umum digunakan. Proteksi
aldehida dan keton juga dapat dilakukan denga menggunakan 1,2-diol dan 1,3-diol yang
membentuk ketal siklis atau asetal siklis. Turunan 1,3-dioksolana dibentuk dengan
mereaksikan karbonil dengan 1,2-etanadiol, dan 1,3-sdioksana dibuat dengan
mereaksikannya dengan 1,3-propanadiol. Cara yang paling umum untuk memecah turunan
dioksana atau dioksolana adalah dengan mereaksikannya dengan asam berair, meliputih HCl
dalam THF dan asam asetat berair.meyer memproteksi senyawa keton 7.43 sebagai ketal
(7.44), yang di ikuti reduksi terhadap laktam menjadi amina. Deroteksi menghasilakan 7.45,
(+)-aspidosapermina.
Variasi dapat dilakukan dalam memproteksi ketal dengan memasukkan subtituen alkil
pada senyawa diol. Sebagai contoh, seperti yang dilakukan oleh Money, menggunakan 2,2-
dimetil-1,3-propanadiol untuk memproteksi keton 7.46 (yang membentuk 7.47). proses ini
dilanjutkan oleh reaksi olefin 7.47 dengan butyl litium dan juga konversi yang menghasilkan
produk alcohol menjadi klorida 7.48. diproteksi terhadap karbonil menghasilkan
kamforenon,7.49.
71
7.3 Proteksi Amina
Gugus alkil lain yang digunakan untuk melindungi nitrogen adalah benzil (N-CH2Ph, N-
Bz). Amina direaksikan dengan benzil klorida atau benzil bomida, biasanya dengan adanya
basa seperti kalium karbonat (K2CO3) atau hidroksida. Gugus ini stabil terhadap asam dan
basa (Ph 1-12) dan terhadap nukleofil, organologam,hidrida, dan asam Lewis. Ikatan N-C
dapat diputus secaa hidrogenolisis katalitik atau pelarutan logam. Cara penentuan lain adalah
dengan mereaksikannya dengan natriium dalam amonia cair.
72
Amida merupakan gugus pelindung yang paling umum digunakan untuk memproteksi
amina. N-astil merupakan ggus pelindung amida yang sudah di kenal bak dan N-asilamina
dikenal merupakan turunan asetamida (N-COCH3,N-Ac). Reaksi antara anhidrida asetat atau
asetil klorida dengan amina, dengan adanya basa sperti piridin atau trietilamina, akan
menghasilkan asetamida.
Gugus pelindung lain untuk nitrogen adalah karbamat (N-CO-OR). Banyak gugus
pelindung yang dikembangkan untuk memproteksi asam amino pada sintesis peptida. Gugus
ini sensitive terhadap asan kuat. Gugus BOC biasanya dilepaskan dengan mereaksikannya
dengan HCl berair atau dengan asam trifluoroasetat. Contoh sederhana di tunjukkan pada
proteksi asam amino 7.54 sebagai turunan BOC (7.55). pengganti tosilat dengan nukleofil
belerang (manghasilkan 7.56), dilanjutkan dengan
73
Doprteksi dengan asam trifluoroasetat (suhu kamar 30 menit)yang akan menghasilkan
amina
7.57, dan gugus hidroksil diganti dengan gugus tiol.
Karbamat lain yang popular adalahbenzil karbamat (N-CO2CH2Ph, N-CBz benziloksi
karbonil). Gugus diikat oleh reaksi antara amina dengan benzil kloroformat (PhCH2O2CCl)
dengan adanya basa (karbonat berair atau trietilamina). Gugus sangat stabil terhadap asam
dan basa (ph 1-12).terhadap nukleofil, terhadap organologam (tetapi gugus tersebut bereaksi
dengan pereaksi organolitium dan pereaksi Grignard), terhadap asam Lewis dan terhadap
sebagian besar hidrida (gugus tersebut bereaksi dengan LiAlH4).
74
Gugus ini sensitive terhadap hidrolisis dengan hidrogenasi katalitik (pada karbon
merupakan katalis yang umum di gunakan).
Fenilalanina (7.58) dikonversi menjadi turunan CBz (direaksikan dengan benzil
kloroformat)dan kemudian direaksikan dengan diazometana menghasilkan diazoketon yang
di proteksi CBz (7.59). gugus fungsi asam di perpanjang dengan satu karbon melalui
penataan ulang Wolff, menghasilkan 7.60.diproteksi dengan hydrogen menghasilkan 7.61.
KESIMPULAN
Gugus pelindung berfungsi memproteksi atau memblokade satu gugus yang reaktis
dengan mentransformasikan menjadi gugus fungsi baru yang tida mengganggu terhadap
transformasi yang diinginkan. Langkah reaksi kedua adalah mentransformasikan gugus
pelindung tersebut menjadi gugus fungsi semula padatahap akhir sintesis.
Gugus-gugus fungsi penting sebagian besar menyebabkan masalah reaktivitas adalah
alcohol, keton,dan amina. Asam karboksilat biasanya diproteksi sebagai ester. Keasaman
hydrogen alcohol dapat diproteksi dengan mengubahnya menjadi eter, asetal, atau ester.
Keton dan aldehida biasya diproteksi dengan cara mengkonversinya menjadi asetal atau ketal,
tioasetal atau tioketal, atau turunan hidrazon. Pasangan electron pada amina dapat diproteksi
dengan cara mengkonversi menjadi garam amonium.
75
BAB VIII
STRATEGI SINTESIS
Corey mencatat Beberapa contoh sintesis untuk menggambarkan sejarah sintesis. Pada
tahun 1904,Perkin mensintesis terpinol (8.1) dalam rangka untuk memastikan struktur
sebenarnya dari bahan alam ini. Robinson pada tahun 1917 mensintesis tropinom (8.2), ia
menghipotesiskan bahwa hidrolisi yang diperkirakan terhadap substrat (tropin) dapat diubah
menjadi suksin aldehida,metilamina, dan aseton. Analisis ini ternyata dapat dilakukan dengan
cara mendiskoneksi 8.2 menjadi bagian-bagian yanga lebih sederhana.
Sintesis ekuilen(8.3) yang dilakukan oleh Bachman pada tahun 1990 merupakan sinesis
multilangkah pertama terhadap precursor stroid menjadi estron.
Wordward dan Doering mensintesis kuinina (8.4) sebagai target yang semula ia mengira
bahwa senyawa yang kompleks tersebut tiak di ketahui apakah (8.5) atau strinina (8.6).
Selama berthun-tahun terjadi peningkatan data tentang ciri-ciri struktur dan sterokimia dari
senyawa yang semakin kompleks.
76
Corey memformulasikan termilogi untuk pendekatan sintesis ini, sehingga membuatnya
menjadi suatu proses yang dapat di mengerti. Pendekatan ini disebut Retrosintesis, dan
retrosintsis ini dapat mempelajari sintesis suatu molekul sampai pada bahan awal yang
relative sederhana yang kemudian skarang dikenal sebagai Pendekatan diskoneksi (atau
syntom).Sekarang pendekatan diskoneksi di gunakan oleh sebagian besar ahli kimia bila
mereka menghadapi masalah sintesis. Akan tetapi, ada strategi lain yang dapat diterapkan
pada perencanaan sintesis. Corey melibatkan LHASA (logic Heuristics Applied To Synthetic
Anlysis) dengan tujuan membantu ahli kimia dalam perencanaan sintesis dan untuk
mensintesis molekul-molekul yang kompleks.
2. PEMILIHAN TARGET
Pada dasarnya pemilihan target merupakan titik awal untuk sintesis. Sintesis molekul
organic biasanya dimulai dengan dua pertanayan : (1) Mengapa molekul ini dipilih sebagai
target??dan (2) darimana kita harus memulai?? Jawaban terhadap (1) sering terletak pada
kebutuhan dan ketertarikan dari ahli kimia pensintesis.
Molekul target dpt memiliki siat kimia dan biologi yang unik.
77
Uraian diatas memberikan jawaban yang dapat di terima terhadap pertanyaan (a).
Pendekatan diskoneksi dalam jumlah bentuk akan di gunakan dalam menjawab pertanyaan
(b).perlu ditambahkan molekul-molekul yang ditunjukan pada pendekatan merupakan
contoh-contoh yang dapat mewakili organic yang jenisnya sangat banyak yang telah
disintesis sebagai target. Asam gibberelat (8.7) merupakan hormone pertumbuhan tanaman
dengan kerangka karbon yang kompleks. Senyawa 6-deoksieritronolida B (8.8) merupakan
aglikon lakton makrosiklik. Senyawa ini adalah bagian dari eritromisin yang merupakan
antibiotik makrolida. Mitomisin C (8.9) merupakan hasil alam alkaloid yang memiliki sifat-
sifat antitumor.
Cirri-ciri strukturnya yang berbeda memberika masalah-masalah sintetik yang unik. Bila
sintesis seperti tersebut dipublukasikan, maka serangkaian reaksi langkah demi langkah yang
digunakan untuk membentuk setiap molekul dilaporkan. Demikian juga ringkasan alasan-
alasan yang melatarbelakangi sintesis perlu dipublikasikan. Kadang-kadang, meskipun tidak
selalu dalam ringkasan diuraikan mengapa target dipilih. Bagi ahli kimia, melihat kembali
pemilihan target merupakan pemeriksaan pekerjaan yang sudah pernah dilakukan dan tidak
memberikan nilai lebih, meskipun studi yang dekat dengan sintesis tersebut akan memberikan
nilai yang besar untuk memahami strategi perencanaan. Criteria yang tertulis dibawah sering
disebut sebagai karakteristik target sintesis yang penting.bkriteria tersebut mungkin berharga
bagi ahli kimia yang baru pertama kali melakukan sintesis. Banyak informasi yang diperoleh
dari pengujian kriteria tersebut yang mungkin berguna untuk pendiskoneksian target, yaitu:
78
struktur, tetapi stereokimia 8.10 belum terelusidasi. Still mensintesis 8.10 dengan jalur multi
langkah. Empat stereoisomer disintesis, dan karakteristik spektra dan sifat fisik dari setiap
stereoisomer diuji terhadap cuplikan periplanona B alami untuk menemukan isomer yang
benar. Ini merupakan pendekatan umum, dan dalam hal ini target intermediet kunci 8.11
digunakan untuk membuat semua diastereomer periplanona. Berbeda dengan still yang fokus
pada jalur sintesis, masalah seperti ini dapat diselesaikan dengan membuat semua
kemungkinan diastereomer sekaligus, dengan tanpa mengontrol stereokimia, tetapi dengan
empat pusat simetri sehingga terdapat 24 isomer (16 stereoisomer atau 8 pasang enantiomer)
yang selanjutnya harus dipisahkan.
Perlu diketahui bahwa adanya isomer E dan Z untuk olefin pada setiap diastereomer akan
menambah jumlah produk yang harus dipisahkan. Bandingkan cara ini dengan pendekatan
diastereoselektif yang digunakan oleh Still, yang akan menghasilkan hanya sedikit produk
diastereomer, dari semua produk dengan stereokonrrol yang dapat diterima (masuk akal).
Sintesis total semua diastereomer yang dapat diterima dan membandingkannya dengan
cuplikan asli, masih merupakan metode yang penting untuk menentukan struktur akhir.
Molekul yang penting dan diminati biasanya di isolasi dari sumber alam yang bsedikit.
Jika molekulmenunjukan adanya aktifitas biologis yang signifikan, maka diupayakan
menambah senyawa tersebut untuk keperluan pengujian atau struktur.
Prostaglandin merupakan kelompok hasil bahan alam yang tidak jenuh, asam lemak
terhidroksilasi, dengan aktivitas biologis yang bermacam-macam dan manjur. Semua
prostaglandin (PG) diturunkan dari senyawa induk yang disebut asam prostanoat, 8.12.
79
Turunan-turunan tersebut adalah PGA, PGB, PGC, PGD, pGE, dst. prostaglandin alami
dibagi menjadi tiga kelompok:
(1) satu ikatan rangkap dua antara C13 dan C14 (PGl);
(3) ikatan rangkap dua ketiga antara CI7 dan Ct8 (pG3).
Kelompok E (PGE) mempunyai gugus karbonil pada c9, dan kelompok F (pGF)
mempunyai gugus karbonil pada C10. Terdapat juga gugus karbonil pada Cll dan C15
Target yang di minati atau yang mempunyai sifat aktif secara komersial sering
memberikan akibat samping yang menggunakan atau tidak stabil pada penyimpangan dan
penanganannya. Sejumlah prostaglandin menunjukan gejala tersebut. Studi lebih lanjut
menunjukan bahwa modifikasi struktur terhadap kerangka dasar dapat menghasilkan molekul
dengan karakteristikyang berbeda dan molekul baru yang menjadi target sintesis.
80
Alasan umum lain untuk pembuatan analog target adalah untuk mempelajari profil
aktivitas struktur molekul dengan aktivitas biologi yang diketahui. Asam vlafon-8-asetat
(8.15) mempunyai potensi yang besar sebagai agen anti tumor. Denny dan Buguley
menunjukan bahwa asam 9-okso-9H-xentena-4-asetat (8.16a) adalah seaktif (8.15) terhadap
calon-38 tumor pada tikus dan memiliki kemanjuran dosis yang lebih. Ditunjukan bahwa
substituen lipofilik kecil pada kedudukan 5 (lihat 8.16 dan 8.16c) menaikkan potensi dosis.
Studi secara sistematik turunan sintetik 8.16 menunjukkan bahwa banyak turunan yang
terkait memiliki aktivitas antitumor yang meningkat. Ini merupakan kasus tipikal di mana
senyawa yang diketahui dimodifikasi strukturnya berdasarkan pada sifat-sifat aktivitas
struktur dari senyawa yang terkait. Dorongan untuk sintesis ini adalah penelitian untuk
mendapatkan obat yang manjur (mujarab).
Kadang-kadang suatu molekul bersifat sebagai target yang sangat menarik sehingga
memberikan tantangan untuk dikaji dari segi struktur dan sifat-sifat kimianya. Sintesis sering
mengajak kita menengok ke belakang, menyadari keterbatasan tanang ilmu kimia yang di
ketahui dalam pembentukan ikatan atau sifat-sifat dasar untuk molekul organic.
Dodekahedran 8.17 pertama kali di sintesis oleh paquette, dan topologi ( bentuk,ciri-ciri
structural ) (8.17) pada dasarnya adalah bentuk bola.
81
8.17
daya cipta dan ilmu kimia baru muncul dari penyelesaian target sintetik seperti 8.17. Dan
biasanya penemuan baru dalam sintesis tersebut dapat diterapkan pada usaha sintetik
senyawa iain.
82
nitron (8.20) digunakan sebagai pasangan diena pada reaksi Diels-Alder, dan hasil adisi
siklo (8.23) ditransformasikan menjadi beberapa molekulsintetik yang berguna.
Sebagai pasangan adisi diubah dari alkena ke alkuna lain. Produk-produk akhir meliputi
furan dan turunan alkuna. Pada yang khas menunjukan, adisi siklo terhadap
metilsikloheksena dan 8.20 menghasilkan produk adisi 8.21 dengan hasil 59% dan
selanjutnya proses hidrolisis menghasilkan 8.22 sebanyak 90%.
3. Retrosintesis
83
3.1 Pendekatan synthon
Bagaimana kita menganalisis target agar dapat menentukan bahan awal yang
terbaik? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut penting untuk sintesis total, dan
jawabannya membutuhkan:
1. Analisis yang mendalam terhadap struktur target
2. Pengetahuan dasar reaksi-reaksi kimia
3. Pengertian dasar stereokimia, ikatan dan reaktivitas
4. Intuisi yang baik tentang perkembangan ilmu kimia
Jika satu dari ikatan-ikatan tersebutdidiskoneksi, maka reaksi (serangkaian reaksi) harus
tersedia, yang akan membentuk ikatan tersebut pada sintesis. Penyederhanaan berikut
(diskoneksi) akhirnya menghasilkan molekul yang dikenal yang tersia di pasaran, didapat
dengan cara kimia yang sederhana, atau telah dibuat oleh orang lain. Proses penyederhanaan
struktur molekul diskoneksi menghasilkan serangkaian fragmen (penggalan) molekul yang
bertindak sebagai intermediet kunci, dan masing-masing merupakan target sintetik. Proses ini
merupakan pohon sintetik untuk reaksi kimia yang harus ditindaklanjuti pada transformasi
yang telah direncanakan untuk dilakukan.
Pohon sintetik serupa yang dinyatakan oleh Hendrick. (To) didiskoneksi menjadi
sekumpulan struktur yang dibatasi secara logika yang dapat dikonversikan menjadi
pekerjaan sintetik tunggal (langkah reaksi) dan menjadi target sintetik. Subpohon lebih lanjut
menyatakan diskoneksi dari salah satu cabang pohon sintetik. Setelah beberapa retroreaksi,
pohon sintetik akan menghasilkan sejumlah bahan awal yang berasal dari satu atau lebih
cabang-pertama, yang kemudian dapat digunakan untuk membentuk molekul.
84
Untuk molekul seperti 8.24, protocol prioritas ikatan menghasilkan ikatan-ikatan h, I,
dan a, atau j yang memiliki prioritas tertinggi. Diskoneksi ikatan h menghasikan 8.25 dan
konversi menjadi fragmen-fragmen sintetik yang realistic menghasilkan paling tidak dua
kemungkinan, epoksida 8.27 atau α-kloroketon 8.26. transformasi gugus fungsi diperlukan
untuk menkonversi 8.26 menjadi 8.28, dan mengkonversi 8.27 menjadi 8.29. jika pohon
sintetik dipangkas dan terfokus pada 8.29, maka analisis ikatan kedua memberikan prioritas
diskoneksi untuk ikatan-ikatan k, I, dan m. diskoneksi ikatan k memberikan diskoneksi yang
paling sederhana, menghasilkan 8.30 dan 2-bromobutana (molekul real yang dihasilkan dari
diskoneksi). Analisis ikatan baru 8.31 paling tidak menghasilkan dua diskoneksi . diskoneksi
ikatan g menghasikan 8.32 dan diskoneksi ikatan c menghasilkan dua fragmen yang dapat
identik: 4-bromo asetaldehida (8.33) dan organokuprat yang diturunkan dari 3-bromo
siklopentena (8.34). transformasi gugus funsi 8.33 menghasilkan bahan awal yang diketahui,
4-bromobutan-1-ol.
85
Untuk menyempurnakan sintesis, pereaksi-pereaksi untuk setiap transformasi gugus
fungsi reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon harus tersedia. Hal penting yang peru
diperhatikan adalah bahwa analisis retrosintetik hanya memberikan transformasi kunci dan
bukan setiap langkah. Juga penting disadari bahwa protocol doskoneksi dengan penomoran
hanya diterapkan pada 8.24. setelah pemiihan ikatan yang akan didiskoneksi dan penentuan
fragmen real (seperti 8.29), maka protocol diskoneksi ini harus dikerjakan lagi. Struktur
target baru yang diperoleh dengan diskoneksi pertama dapat menghasilkan sekumpulan
ikatan strategis yang berbeda. Proses ini dilanjutkan hingga bahan-bahan awal yang dapat
dikenal dapat diperoeh.
4.Strategi sintetik
86
pendekatan secara umum untuk membangun pohon sintetik dan juga mendeskripsikan ogika
yang digunakan untuk membangun pohon sintetik tersebut. Modifikasi-modifikasi tersebut
meliputi:
1. Interkonversi, melepaskan atau memasukan gugus-gugus fungsi
2. Perpanjangan atau penambahan rantai karbon
3. Pembentukan cincin (lingkar atomik)
4. Penataan ulang rantai atau anggota ingkar
5. Pemutusan rantai atau cincin
Setiap fragmen struktur kimia yang dihasilkan oleh pohon sintetik harus memiliki sifat-
sifat kimia yang dapat diprediksi dan memungkinkan kombinasi pemilihan terhadap hanya
satu dari banyak cara yang mungkin.
Corey mendeskripsikan tiga metodologi untuk sintesis, yaitu asosiatif langsung, asosiatif
intermediet, dan logika terpusat. Pendekatan asosiatif langsung melakukan diskoneksi target
(seperti 8.34) pada ikatan yang menghasilkan struktur yang mudah dikenal oleh ahli kimia.
Contoh, senyawa 8.34 memberikan fragmen-fragnen yang mudah dikenal yang didasarkan
pada reaksi-reaksi yang sudah diketahui dengan baik. Reaksi retroDiels-Alder memberikan
8.36 dan 8.37. hidrolisis ester dan amida menghasilkan 8.38, 8.39, dan 8.35 pendekatan ini
terbatas pada masalah-masalah sintesis sederhana.
Pendekatan asosiatif intermediet mengenal subunit atom pada target yang sesuai dengan
bahan awal yang tersedia atau diketahui. Pendekatan logika terpusat menghasikan
sekumpulan struktur yang terbatas yang dapat dikonversi dalam langkah tunggal menjadi
target
4.2 LHASA
LHASA menganalisis molekul dengan mengembangkan skema retrosintetik, dan
menyediakan reaksi kimia yang tepat untuk mengerjakan sintesis tersebut. LHASA
87
merupakan program interaktif yang memperlihatkan target, yang dimanfaatkan oleh ahli
kimia untuk memilih strategi sintetik.
Analisis dimulai dengan suatu pemeriksaan untuk menentukan jika ada metode yang
dapat menyederhanakan molekul. Penyederhanaan akan memperpendek sintesis dan analisis
retrosintetik diperkirakan akan mengikuri jalur tersebut. salah satu contoh penerapan aturan
pendekatan,straregi ikatan adalah sebagai berikut. Apakah ada simetri atau hampir simetri
pada dua bagian molekul? Jika ada, maka sintesis kemungkinan dapat disederhanakan dan
kemudian menggabungkanbersama dua atau lebih bagian yang identik. Contoh yang baik
adalah molekul C-toksiferin I (8.40) yang memiliki simetri hemisferis. Pada 8.40 bagian atas
hemisfer identik dengan hemisfer bagian bawah. Telah diketahui jika 8.40 direaksikan
derigan asam sulfat menghasilkan hernisfer tunggal yang menghasilkan kembali dimer bila
direaksikan dengan natrium asetat panas. Sintesis satu hemisfer dan kernudian
menggabungkan dua bagian yang identik tersebut sangat menyederhanakan sintesis secara
keseluruhan.
88
jalur sintesis, karena banyak jalan pintas sintesis berbeda yang mungkin dijalankan. Hal mi
dirunjukkan pada sejumlah sintesis vernolefin, 8.41, suatu emanolida yang ridak umum yang
diisolasi dan sejumlah tanaman, meliputi veronia hymenolipsis A. Rich (keluarga
Compositea) dan dilaporkan mernpunyai sifat-silat antitumor. Sifat-sifat biologis awal yang
menjanjikan mendorong untuk melakukan sintesis total. Ada empat ahli kimia yang
melakukan analisis retrosintetik terhadap senyawa vernolepin. Dua analisis retrosintetik di
antaranya dilakukan oleh Danishefsky dan Grieco yang masing-masing ditunjukkan pada
Gasnbar 8.4 dan 8.5.
Analisis 8.41 melalui aturan Corey menyatakan bahwa 1, 5,7,9, 11, 12, 13, dan 15
sebagai ikatan-ikatan strategis. Ikatan-ikatan 16, 17, dan 18 dapat juga dianggap strategis.
Ikatan-ikatan 3 dan 13 merupakan hubungan ester yang labil dan strategis melalui pertukaran
antar gugus fungsi. Pada Gambar 8.4, Denishefsky menggunakan ikatan-ikatan 1, 3, 5, 8, 10,
13, 17, 18, dan 15 untuk diskoneksi. Pada awal anaitsis hanya ikatan-ikatan 8, 10, dan 19
tidak strategis, sehingga ikatan-ikatan 8 dan 10 didiskoneksi terakhir pada retrosintesis, dan
ikatan 19 didiskoneksi dengan transformasi gugus fiangsi. Diskoneksi pertama melepaskan
gugus labil lakton ά-metilena yang menghasilkan 8.42. Diskoneksi berikutnya adalah
penukaran gugus fungsi yang memberikan ekuivalen lakton asiklis (8.43) yang kemudian
diikuti diskoneksi menjadi 8.44. Epolcsida berfungsi sebagai synthon untuk koneksi cincin
lakton C. Gugus vinil didiskoneksi menjadi aldehida, dan didiskoneksi menjadi 8.45 yang
terikat kembali dengan vinil dan gugus hidroksil pada cincin B, diikuti diskoneksi cincin A.
8.46 sikloheksena berperan sebagai ekuivalen sintetik untuk cincin lakton A. Diskoneksi
menjadi 8.47 menunjukkan bagaimana gugus fungsi meinbentuk cincin B, dan diskoneksi
menjadi 8.48 menunjukkan bahwa cincin B merupakan unit bangunan dasar, yang dapar
dibentuk melalui reaksi Diels-Alder dari butadiena dan metil propiolat.
89
Pada analisis retrosintetik yang dikerjakan oleh Grieco (Gambar 8.5), ikatan-ikatan yan
digunakan adalah 1, 3, 5, 13, 17, 18, dan 19. Grieco menggunakan ikatan 15. Diskoneksi
pertama adalah menjadi 8.42, seperti langkah yang dilakukan oleh Danishefsky, tetapi ikatan
ikatan 3 dan 13 kemudian didiskoneksi menghasilkan 8.50. Diskoneksi berikurnya diserta
dengan pelepasan ikatan 19 pada 8.51 menghasilkan ekuivalen vinil yang berbeda dari yang
digunakan Danishefsky. Gugus metoksi pada 8.51 kenyataannya adalah ekuivalen dengan
ikatanikatan 1 dan 2 pada 8.41. Perlu diperhatikan sikloheksena tidak hanya berfungsi
sebagai ekuivalen vinil, tetapi juga sebagai bagian untuk cincin A. Diskoneksi berikutnya
menghasilkan 8.51 dan 8.52. Cincin C menggunakan gugus dimetit-2-butenil
90
Sebagai kerangka karbon yang ekuivalen pada 8,51, diskoneksi 8.54 menunjukkan
bahwa cincin A dan B dibentuk dari 8.55 dan 8.56. Skema keseluruhan ini mirip dengan
Danishefsky pada tahapan awal, tetapi benbeda secara signifikan pada diskoneksi.’diskoneksi
tahap terakhir.
Berikut dicontohkan sintesis total dan metil ester dari Vineomisinon B2 sebagai
antibiotik antrasiklin (Danishefsky, J.Am.Soc., 1985, 107, 285).
91
DAFTAR PUSTAKA
http://www.goggle.com/sintesis-organic/html.
92
NAMA KELOMPOK
BAB 1
JULIANUS HONTONG
APRIANA MARA
BAB II
ISAK IWAMONY
MERLINA LUMOWA
FENI BUBALA
NURLELI HASYIM
BAB III
VIVI C E. TAKASIHAENG
ANGGI TUMILANTOW
SEPTANI POLII
YARDI HARUN
BAB IV
DIMANUEL ZET BORON
FRIMA RINDENGAN
MEIVIRA TAMPONGANGOI
93
BAB V
LEKUNURU KALENSANG
HENDRA PAAT
ASTRIA WOWORUNTU
BAB VI
RANDY LENGKEY
RIA TUMAKAKA
RADIA KAMALUDIN
ANGELINA MANUS
BAB VII
NANSI MOMONGAN
JELTYANI GUMOLUNG
EPIL MUNTIA
CHRISTEL KORENGKENG
BAB VIII
IYEN IRALA
LINA TASIM
RESA GERUNGAN
MAYO GANSARENG
94
95