You are on page 1of 7

Nama;Hardiansyah

NIM;08133205

OLAHRAGA 6.E

Sejarah Lahirnya Piala Dunia Sepakbola

Piala Dunia Sepakbola FIFA  yang lebih popular dengan Piala Dunia merupakan momen
penting dalam pertandingan sepakbola antar Negara diseluruh dunia. Menjadi gawe resmi dari
federasi sepakbola dunia (Federation Internationale de Football Association), maka pertandingan
piala dunia begitu menyita perhatian orang sedunia. Piala dunia selalu diadakan setiap empat
tahun sekali sejak tahun 1930 (kecuali tahun 1942 dan 1946 terkendala oleh Perang Dunia ke-II).
Pada putaran final akan melibatkan sejumlah 32 tim nasional Negara-negara yang lolos seleksi.
Mereka bertanding selama empat minggu di negara yang ditunjuk menjadi tuan rumah.

Dari sejumlah tujuh belas kali penyelenggaraan piala dunia, ternyata hanya menelorkan
sejumlah tujuh negara saja yang berhasil menjadi juara piala dunia. Brazil telah memenangkan 
Piala Dunia sebanyak lima kali, diikuti Italia sebanyak empat kali, dan Jerman sebanyak tiga
kali. Untuk Piala Dunia yang berikutnya akan dilangsungkan dibenua Afrika tepatnya  dinegara
Afrika Selatan mulai 11 JunI sampai dengan 11 Juli 2010.Pertandingan “Piala dunia” yang
pertama kali  berlangsung pada tahun 1872 di antara Inggris melawan Skotlandia. Pada tahun
1900, 1904 dan 1906 sepak bola dijadikan pertandingan pada pesta olimpiade Musim Panas pada
thaun 1908. acara ini seperti eksebisi bagi para pemain amatir saja. Kesebelasan amatir Inggris
telah berhasil memenangkan pertandingan pada tahun 1908 dan 1912.Sir Thomas Lipton
mengadakan sebuah pertandingan Piala Sir Thomas di kota Turin pada tahun 1909. Pertandingan
inilah dianggap sebagai Piala Dunia Pertama, karena sudah melibatkan tim sepakbola dari
beberapa negara seperti Jerman, Italia, dan Switzerland.

FIFA pada tahun 1914, bersepakat untuk menjadikan pertandingan Olimpiade sebagai
pertandingan dunia resmi untuk pemain amatir. Kejadian ini merupakan pertandingan sepakbola
antar benua yang pertama kali terjadi. Pada Olimpiade Musim Panas tahun 1924 tim nasional
Uruguay berhasil memenangkan kejuaraan ini.FIFA kemudian menetapkan keputusan untuk
mengadakan  pertandingan melalui kejuaraan tersendiri. FIFA pada tahun 1930 kemudian
menetapkan Uruguay sebagai tuan rumah piala dunia yang pertama kali. Presiden FIFA, Jules
Rimet kemudian secara resmi mengundang Negara-negara peserta  seperti timnas Belgia,
Perancis, Romania, dan Yugoslavia. Dari sejumlah 13 negara yang mengambil bagian terdiri dari
tujuh Negara dari Amerika Selatan, empat Negara dari Eropah dan dua Negara dari Amerika
Utara.Piala Dunia ini dimenangkan oleh Perancis dan AS, masing-masing berhasil mengalahkan
Mexico dengan skor 4-1 dan Belgia dengan skor 3-0. Gol yang pertama kali lahir dipentas Piala
Dunia telah dijaringkan oleh Lucien Laurent daripada timnas Perancis.  Dalam pertandingan
final Uruguay akhirnya berhasil mengalahkan Argentina dengan skor 4-2 di hadapan sekitar 
93,000 penonton di Montevideo. Akhirnya Uruguay mentasbihkan negaranya sebagai kampium
piala dunia yang pertama

]
SEJARAH LAHIRNYA PEKAN OLAHRAGA NASIONAL PERTAMA

Pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta telah terbentuk Persatuan Sepakbola yang
bersifat kebangsaan yang bernama Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia , disingkat PSSI
dengan ketuanya Ir. Soeratin Sosrosugondo. Pembentukan persatuan nasional tersebut
merupakan tindakan dari kalangan bangsa Indonesia, karena ingin mengatur oganisasinya
sendiri. PSSI sejak tahun 1931 menyelenggarakan kompetisi tahunan antar kota/anggota,
dan tidak ikut serta dalam pertandingan-pertandingan antar kota yang diadakan oleh
Belanda.

Berkat perkembangannya yang baik, pada tahun 1938 pihak Belanda melalui persatuan
sepakbolanya, Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) mengadakan pendekatan dan
kerjasama dengan PSSI. Jejak sepakbola ini dituruti oleh cabang olahraga Tennis dengan
berdirinya Persatuan Lawn tennis Indonesia (PELTI) pada tahun 1935 di Semarang.
Berkedudukan di Jakarta (waktu itu bernama Batavia), pada tahun 1938 lahirlah Ikatan
Sport Indonesia dengna singkatan ISI, satu-satunya badan olahraga yang bersifat nasional
dan berbentuk federasi. Maksud dan tujuannya adalah untuk membimbing, menghimpun
dan mengkoordinir semua cabang olahraga, antara lain PSSI, PELTI dan Persatuan Bola
Keranjang Seluruh Indonesia (PBKSI), yang didirikan pada tahun 1940. ISI sebagai
koordinator cabang-cabang olahraga pada tahun 1938 pernah mengadakan Pekan Olahraga
Indonesia , yang dikenal dengan nama ISI – Sportweek, pekan olahraga ISI.

Serangan Jepang secara mendadak pada tanggal 8 Desember 1941 terhadap Pearl Harbour
(Pelabuhan Mutiara) menimbulkan perang Pasifik. Dengan masuknya Jepang ke Indonesia
pada bulan Maret 1942, ISI oleh sebab berbagai kesulitan dan rintangan, tidak bisa
menggerakkan aktivitasnya sebagaimana mestinya. Pada zaman Jepang gerakan
keolahragaan ditangani oleh suatu badan yang bernama GELORA, singkatan dari Gerakan
Latihan Olahraga , yang terbentuk pada masa itu. Tidak banyak peristiwa olahraga penting
tercatat pada zaman Jepang selama tahun 1942 – 1945, oleh karena peperangan terus
berlangsung dengan sengit dan kedudukan tentara Nipon terus pula terdesak. Dengan
sendirinya perhatian Pemerintah militer Jepang tidak dapat diharapkan untuk memajukan
kegiatan olahraga di Indonesia. Dengan runtuhnya kekuasaan Jepang pada bulan Agustus
1945, kemerdekaan Indonesia membuka jalan selebar-lebarnya bagi bangsa kita untuk
menangani semua kegiatan olahraga di tanah air sendiri. Kegiatan-kegiatan ini pada awal
kemerdekaan belum dapat digerakkan sepenuhnya, disebabkan perjuangan bangsa kita
dalam mempertahankan dan menegakkan kemerdekaan yang baru direbut itu, mendapat
cobaan dan ujian. Sebagai akibatnya timbullah pertempuran di berbagai tempat, yang
menjadi penghalang besar dalam mengadakan aktivitas keolahragaan secara tertib dan
teratur. Namun demikian, berkat usaha keras para tokoh olahraga kita, pada bulan Januari
1946, bertempat di Habiprojo di kota Solo diadakan kongres olahraga yang pertama di alam
kemerdekaan. Berhubung dengan suasana pada masa itu, hanya dihadiri oleh tokoh-tokoh
olahraga dari pulau Jawa saja.

Kongres tersebut berhasil membentuk suatu badan olahraga dengan nama Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan susunan pengurus sebagai berikut :

Ketua Umum : Mr. Widodo Sastrodiningrat


Wakil Ketua Umum : Dr. Marto Husodo
Sumali Prawirosoedirdjo
Sekretaris I : Sutardi Hardjolukito
Sekretaris II : Sumono
Bendahara I : Siswosoedarmo
Bendahara II : Maladi
Anggota : Ny. Dr. E. Rusli Joemarsono
Ketua Bagian Sepakbola : Maladi
Ketua Bagian Basketball (sementara) : Tonny Wen
Ketua Bagian Atletik : Soemali Prawirosoedirdjo
Ketua Bagian Bola Keranjang : Mr. Roesli
Ketua Bagian Panahan : S. P. Paku Alam
Ketua Bagian Tennis : P. Sorjo Hamidjojo
Ketua Bagian Bulutangkis : Sudjirin Tritjondrokoesoemo
Ketua Bagian Pencak Silat : Mr. Wongsonegoro
Ketua Bagian Gerak Jalan : Djuwadi
Ketua Bagian Renang (semengara) : Soejadi
Ketua Bagian Anggar/Menembak : Tjokroatmodjo
Ketua Bagian Hockey : G. P. H. Bintoro
Ketua Bagian Publikasi : Moh. Soepardi

Dalam kongres ini mulanya dimajukan dua nama lainnya, yang akan diberikan kepada
badan olahraga yang bakal dibentuk itu, yaitu ISI dan GELORA. Keduanya tidak terpilih
dan sebagai kesimpulan rapat, diremikanlah berdirinya PORI dengan pengakuan
Pemerintah, sebagai satu-satunya badan resmi persatuan olahraga, yang mengurus semua
kegiatan olahraga di Indonesia. Fungsinya sama dengan ISI.

Sesuai dengan fungsinya, PORI adalah juga sebagai koordinator semua cabang olahraga
dan khusus mengurus kegiatan-kegiatan olahraga dalam negeri. Dalam hubungan tugas
keluar, berkaitan dengan Olimpiade dan International Olympic Committee (IOC), Presiden
R.I. telah melantik Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh
Sultan Hamengku Buwono IX dan berkedudukan di Yogyakarta.

Bagi Indonesia telah tiba saatnya untuk menempuh langkah-langkah seperlunya, agar
negara kita dapat ikut serta di Olimpiade – London pada tahun 1948. Olimpiade yang ke 14
ini adalah yang pertama setelah perang dunia kedua usai dan sejak tahun 1940 terpaksa
ditiadakan selama delapan tahun. Usaha Indonesia untuk mendapat tiket ke London banyak
menemui kesulitan. Setelah agresi pertama dilancarkan Belanda pada tanggal 21 Juli 1947,
Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim terbang ke Lake Succes dan di forum Internasional
(baca Sidang Umum PBB) kedua negarawan dan diplomat ulung ini dengan gigih
memperjuangkan pengakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia.

PORI sebagai badang olahraga resmi di Indonesia belum menjadi anggota, International
Olympic Committee (IOC), sehingga para atlet yang bakal dikirim tidak dapat diterima
berpartisipasi dalam peristiwa olahraga sedunia. Pengakuan dunia atas kemerdekaan dan
kedaulatan Indonesia yang belum diperoleh pada waktu itu menjadi penghalang besar
dalam usaha menuju London. Paspor Indonesia tidak diakui oleh Pemerintah Inggris,
bahwa atlet-atlet Indonesia bisa ikut ke London dengan memakai paspor Belanda, tidak
dapat diterima, karena kita hanya mau hadir di London dengan mengibarkan Dwi Warna
Sangsaka Merah Putih. Alasan yang disebut belakangan inilah juga menyebabkan rencana
kepergian beberapa anggota pengurus besar PORI ke London menjadi batal.

Masalah ini telah dibahas oleh konferensi darurat pada tanggal 1 Mei 1948 di Solo.

Mengingat dan memperhatikan pengiriman para atlet dan beberapa anggota pengurus besar
PORI ke London sebagai peninjau tidak membawa hasil seperti diharapkan semla
konferensi sepakat untuk mengadakan pekan olahraga, yang direncanakan berlangsung
pada bulan Agustus/September 1948 di Solo. PORI ingin menghidupkan kembali Pekan
Olahraga yang pernah diadakan ISI pada tahun 1938, terkenal dengan nama ISI sportweek,
Pekan Olahraga ISI. Kongres olahraga pertama diadakan di Solo pada tahun 1946 yang
berhasil membentuk PORI.

Ditilik dari penyediaan sarana olahraga, Solo dapat memenuhi persyaratan pokok, dengan
adanya stadion Sriwedari serta kolam renang, dengan catatan Sriwedari pada masa itu,
termasuk yang terbaik di Indonesia. Tambahan pula pengurus besar PORI berkedudukan di
Solo dan hal-hal demikianlah menjadi bahan-bahan pertimbangan bagi konferensi untuk
menetapkan kota Solo sebagai kota penyelenggara Pekan Olahraga nasional Pertama (PON
I) pada tanggal 8 s/d 12 September 1948.

Dengan mengemukakan hal-hal yang telah diuraikan di atas, kota Solo jelas telah menulis
suatu riwayat di bidang olahraga dan hal ini akan terpatri sepanjang masa dalam sejarah
bangsa Indonesia. Menggembirakan, karena juga di bidang lain, kota Solo telah menulis
riwayatnya. Komponis terkenal Gesang, telah menggubah sebuah lagu, yang sangat laris
pada zamannya, Bengawan Solo, riwayatmu ini. Kota Solo dengan berbagai riwayatnya
telah menjadi kota kenangan, harus selalu dikenang, baik di bidang olahraga, maupun di
bidang kesenian dan kebudayaan
Maksud dan tujuan penyelenggaraan PON I adalah untuk menunjukkan kepada dunia luar,
bahwa bangsa Indonesia, di tengah-tengah dentuman meriam, dalam keadaan daerahnya
dipersempit sebagai akibat Perjanjian Renville, tegasnya dalam keadaan darurat, masih
dapat membuktikan, sanggup menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, yang berbeda-
beda suku dan agamanya, akan tetapi tetap bersatu kokoh dalam Bhinneka Tunggal Ika.

You might also like