Professional Documents
Culture Documents
DI WARUNG SAHABAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN II
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGI SAMPEL NASI KUNING
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Laporan ini berisi uraian tentang hasil kegiatan praktikum yang dilakukan
ini belum sesuai dengan harapan berbagai pihak, karena potensi yang penyusun
miliki masih sangat terbatas oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi saya sendiri dan
A.Muh.Arfah Saputra.S
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang dikonsumsi biasanya dari tumbuhan dan hewani. Meskipun bersumber dari
sumber yang berbeda, tapi makanan yang harus dikonsumsi manusia itu
yang rusak, berkembang biak dan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh dan
Selain itu, makanan juga dapat menyebabkan penularan penyakit yang ringan
terhadap kesehatan belum diketahui, karena hanya sebagian kecil dari kasus-kasus
yang akhirnya dilaporkan ke pelayanan kesehatan dan jauh lebih sedikit lagi yang
tingginya penyakit infeksi seperti tipus, kolera, desentri, tbc, dan sebagainya.
1
Lebih dari 90 % kasus keracunan pangan disebabkan oleh kontaminasi mikroba.
(Agustina, 2009)
Direktur Jendral PPM & PLP juga melaporkan bahwa di Indonesia pada tahun
makanan yang dilaporkan, 49% di antaranya berasal dari makanan katering. Dari
menyebabkan 6.500 korban sakit dan 29 orang meninggal dunia. Sebanyak 31%
kasus keracunan itu disebabkan makanan yang berasal dari jasa boga dan buatan
Oleh karena itu, pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan jumlah
koloni pada makanan dengan sampel makanan nasi kuning apakah layak untuk
B. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui jumlah kuman yang
terdapat dalam sampel makanan nasi kuning yang ada di salah satu warung di
jalan Sahabat.
2
C. Prinsip Percobaan
2. Alat dan bahan yang telah disiapkan harus dalam keadaan steril.
7. Cawan petri tidak boleh digoyangkan jika sudah dituangkan nutrient agar.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Makanan dan minuman adalah semua bahan baik dalam bentuk alamiah
maupun dalam bentuk buatan yang dimakan manusia kecuali air dan obat-obatan,
demikian penanganan makanan harus mendapat perhatian yang cukup. Untuk itu,
atau persyaratan yang ditetapkan oleh menteri untuk tiap jenis makanan (Susanna,
2003).
kebutuhan mendasar akan organ tubuh dikesampingkan. Selain itu, sekarang ini
banyak bermunculan makanan siap saji sebagai sumber nutrisi bagi manusia.
Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
4
di masyarakat diperkirakan akan terus meningkat dikarenakan makin terbatasnya
waktu anggota keluarga untuk mengolah makanan sendiri sebab kebanyakan ibu
Keunggulan makanan jajanan adalah murah dan mudah didapat, serta cita
rasanya yang enak dan cocok dengan selera kebanyakan masyarakat. Salah satu
umum lainnya. Tetapi masih banyak juga penjual makanan jajanan yang belum
(Prabu, 2008) :
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
Kasus penyakit bawaan makanan (food borne disease) dapat dipengaruhi oleh
secara tradisional, penyimpan dan pengajian yang tidak bersih, dan tidak
5
B. Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Makanan
Berikut ini beberapa contoh kecil penyakit yang dapat ditimbulkan akibat
1. Typhus abdominalis
saluran pencernaan. Gejala yang biasa ditimbulkan adalah demam yang tinggi
pada usus halus yang biasanya lebih ringan dan menunjukkan manifestasi
anak. Orang dewasa sering mengalami infeksi ringan dan sembuh sendiri lalu
dan Salmonella para typhii B. Basil gram negatif, bergerak dengan rambut
6
getar, tidak berspora, mempunyai 3 macam antigen yaitu antigen O, antigen
H, dan antigen VI. Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap
Kuman tumbuh pada suasan aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15 –
anoreksia, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, dan nyeri seluruh badan.
terutama pada sore dan malam hari (febris remitten). Pada minggu 2 dan 3
demam terus menerus tinggi (febris kontinue) dan kemudian turun berangsur-
angsur.
infeksi terjadi pada saluran pencernaan. Basil di usus halus melalui pembuluh
dan limfa sehingga membesar dan disertai nyeri. Basil masuk kembali ke
mukosa usus. Tukak dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi usus. Jika
kondisi tubuh dijaga tetap baik, akan terbentuk zat kekebalan atau antibodi.
Dalam keadaan seperti ini, kuman typhus akan mati dan penderita berangsur-
angsur sembuh.
7
2. Disentri
sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang
dibedakan menjadi dua yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Penyebab
yang paling umum yaitu adanya infeksi parasit Entamoeba histolytica yang
makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan juga lalat.Parasit
dua bentuk, yaitu bentuk yang bergerak dan bentuk yang tidak bergerak.
menyebabkan mulas, perut kembung, suhu tubuh meningkat, serta diare yang
mengandung darah dan bercampur lendir, namun diarenya tidak terlalu sering.
Disentri basiler biasanya menyerang secara tiba – tiba sekitar dua hari
muntah-muntah, diare dan tidak napsu makan. Bila tidak segera diatasi, dua
atau tiga hari kemudian keluar darah, lendir atau nanah dalam feses penderita.
mengeluarkan feses yang encer hingga 20-30 kali sehari sehingga menjadi
8
lemas, kurus dan mata cekung karena kekurangan cairan tubuh (dehidrasi).
Hal tersebut tidak bisa dianggap remeh, karena bila tidak segera diatasi
hewan dan manusia yang mudah mencemari air, oleh karena kontaminasi air
9
Alat-alat yang digunakan dalam industri pengolahan sering terkontaminasi
oleh E.coli yang berasal dari air yang digunakan untuk mencuci.
mencegah pertumbuhan bakteri ini pada makanan disimpan pada suhu yang
rendah.
2. Bakteri Salmonella
Salmonella terdapat pada makanan dalam jumlah tinggi, tetapi tidak selalu
menimbulkan perubahan dalam hal warna, bau, maupun rasa dari makanan
timbulnya gejala infeksi pada orang yang memakan makanan tersebut dan
Makanan yang sering terkontaminasi oleh salmonella yaitu telur dan hasil
olahannya, ikan dan hasil olahannya, daging ayam, daging sapi serta susu dan
hasil olahannya, es krim dan keju. Contoh kasus, hampir setiap penyakit
seperti kue yang mengandung susu, daging cincang, sosis, telur dan daging
panggang. Gejala awal nyeri kepala, muntah, gangguan pada perut waktu
besar (kalon). Terjadinya sakit perut tiba-tiba uncul mulai 8 jam – 48 jam
10
setelah makan makanan yang tercemar, diikuti diare yang encer, kadang
dengan lendir dan darah dan sering mual dan muntah. Keracunan salmonella
D. Metode Pemeriksaan
Mikroorganisme adalah makhluk yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
media pertumbuhan yang akan digunakan sesuai dengan sifat bakteri tersebut.
dibutuhkan dan digemari oleh manusia. Akan tetapi ada beberapa spesies yang
berbahaya bagi manusia. Setiap produk yang dihasilkan oleh mikrobia tergantung
11
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk
mengetahui mutu bahan pangan, dan proses yang akan diterapkan pada bahan
pangan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur atau menghitung mikrobia
yaitu dengan perhitungan jumlah sel, perhitungan massa sel secara langsung, dan
pendugaan massa sel secara tak langsung. Perhitungan jumlah sel dapat
Probable Number), dan hitungan cawan (Fardiaz, 1989). Dari ketiga metode
tersebut metode hitungan cawan paling banyak dan mudah digunakan. Oleh
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikrobia yang
masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikrobia tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa
12
Pada perhitungan menggunakan metode cawan, diperlukan suatu pengenceran
agar jumlah koloni mikrobia yang ada pada cawan dapat dihitung dan sesuai
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat
5. Blender 1 buah
14
B. Bahan
2. Pepton Steril 90 ml
3. NaCl Steril 9 ml
4. Nutrient agar
5. Aquades
D. Prosedur Kerja
alkohol.
dibersihkan.
15
f. Larutan pepton diukur sebanyak 90 ml dan dimasukkan ke dalam blender.
sebanyak 9 ml.
diplambir.
m. Dipasangkan bola isap pada pipet ukur yang telah diplambir kemudian
o. Sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10-1 yang berisi NaCl steril
16
s. Tabung reaksi 10-1 diplambir sebelum dimasukkan pipet ukur.
w. Tabung reaksi 10-1 dan tabung reaksi 10-2 diplambir agar tetap steril.
aa. Dimasukkan sampel pada cawan petri 1 dari tabung reaksi 10-2 dengan
bb. Lakukan juga pada tabung reaksi 10-3 pada cawan petri 2.
dd. Tuangkan nutrient agar pada cawan petri 1 dan 2 hingga permukaan
penutup cawan.
17
2. Prosedur kerja pembuatan kontrol
alkohol.
18
BAB IV
A. Hasil Pengamatan
Dari hasil percobaan setelah 1x24 jam sampel berada di dalam inkubator,
maka jumlah kuman yang didapatkan pada cawan petri 10-2 sebanyak 283 koloni.
Sedangkan jumlah koloni pada cawan petri 10-3 sebanyak 75 koloni. Adapun
B. Pembahasan
Jika jumlah koloni telah diketahui, maka untuk mengetahui jumlah kuman
27800 + 70000
=
2
97800
= = 48.900 koloni/gram
2
19
Pada pemeriksaan bakteri koloni pada sampel nasi kuning dilakukan
pengenceran sebanyak 3 kali. Hal ini karena nasi kuning mengandung banyak
Dalam percobaan pemeriksaan ini, sampel yang akan diperiksa adalah sampel
pada tabung reaksi yang terakhir kali pengenceran dan yang kedua dari terakhir
pengenceran. Hal ini karena pada pengenceran, koloni yang terbentuk pada cawan
Republik Indonesia tentang Jenis dan Batas Maksimum Cemaran Mikroba Dalam
tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Karena jumlah
Banyak faktor yang menyebabkan hal ini bisa terjadi. ditinjau dari kandungan
20
c. Pemasaran makanan seperti tempat penjualan atau warung makan yang
21
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 48.900 koloni/ gram pada
sampel nasi kuning yang dijual di salah satu warung di jalan Sahabat.
tidak sehat dan tidak layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat karena nilai
B. Saran
makanan.
2. Bagi masyarakat, agar selektif dalam mengkonsumsi makanan yang siap saji,
tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
Susanna, Dewi dan Budi Hartono. 2003. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak
dan Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, melalui Pemeriksaan
Bakteriologis. [online]
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=3544/jtptunimus-gdl-irawatia2a-5177-
4-bab3.pdf. Diakses pada tanggal 2 April 2011.
23