You are on page 1of 6

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SISTEM PERSYARAFAN PADA ABSES OTAK

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :

Maruli Pardamean Siahaan

Dosen Pembimbing : Normah Lubis, SKM

AKADEMI KEPERAWATAN
RSU HERNA MEDAN
2011
1.Latar belakang
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di
sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung
seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran
hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia
alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat
permukaan otak pada lobus tertentu. abses otak bersifat soliter atau multipel. Yang
multipel biasanya ditemukan pada penyakit jantung bawaan sianotik; adanya shunt kanan
ke kiri akan menyebabkan darah sistemik selalu tidak jenuh sehingga sekunder terjadi
polisitemia. Polisitemia ini memudahkan terjadinya trombo-emboli.

Dua pertiga abses otak adalah soliter, hanya sepertiga abses otak adalah multipel.
Pada tahap awal abses otak terjadi reaksi radang yang difus pada jaringan otak dengan
infiltrasi lekosit disertai udem, perlunakan dan kongesti jaringan otak, kadang-kadang
disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari sampai beberapa minggu terjadi nekrosis
dan pencairan pada pusat lesi sehingga membentuk suatu rongga abses. Astroglia,
fibroblas dan makrofag mengelilingi jaringan yang nekrotik. Mula-mula abses tidak
berbatas tegas tetapi lama kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul
dengan dinding yang konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai
beberapa sentimeter. Beberapa ahli membagi perubahan patologi abses otak dalam 4
stadium yaitu :

1. Stadium serebritis dini


2. Stadium serebritis lanjut
3. Stadium pembentukan kapsul dini
4. Stadium pembentukan kapsul lanjut.

Abses dalam kapsul substansia alba dapat makin membesar dan meluas ke arah ventrikel
sehingga bila terjadi ruptur, dapat menimbulkan meningitis. Infeksi jaringan fasial,
selulitis orbita, sinusitis etmoidalis, amputasi meningoensefalokel nasal dan abses apikal
dental dapat menyebabkan abses otak yang berlokasi pada lobus frontalis. Otitis media,
mastoiditis terutama menyebabkan abses otak lobus temporalis dan serebelum, sedang
abses lobus parietalis biasanya terjadi secara hematogen.

2 Defenisi.
Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul dalam
jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses otak biasanya
akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau tindak pembedahan. Keadaan-keadaan
ini jarang terjadi, namun demikian insidens terjadinya abses otak sangat tinggi pada
penderita yang mengalami gangguan kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau
orang yang menerima transplantasi organ).

3.Patofisiologi

Penyebab terbanyak adalah bakteri anaerobik (70%). Bakteri lain yang jadi
penyebab adalah Streptococcus sp, Staphylococcus sp, Bacteriodes fragilis.

Pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh Proteus sp, E coli, Group B
Streptococcus.

Abses otak dapat terjadi karena:

1. Penyebaran langsung dari fokus infeksi yang berdekatan dengan otak, misalnya
infeksi telinga tengah, sinusitis paranasalis dan mastoiditis

2. Penyebaran dari fokus infeksi yang jauh secara hematogen

3. Infeksi akibat trauma tembus kepala

4. Infeksi pasca operasi kepala

Penyakit jantung bawaan sianotik dengan pirau dari kanan ke kiri (misalnya pada

Tetralogy of Fallot), terutama pada anak berusia lebih dari 2 tahun, merupakan faktor

predisposisi terjadinya abses otak .


Terjadinya abses otak melalui 4 stadium, yaitu:

1. Stadium serebritis dini (hari ke 1 – 3)

2. Stadium serebritis lambat (hari ke 4 – 9)

3. Stadium pembentukan kapsul dini (hari ke 10 – 14)

4. Stadium pembentukan kapsul lambat (setelah hari ke 14)

4.GEJALA KLINIS

• Tidak ada satupun gejala klinis khas untuk abses otak.

• Gambaran klasik yang sering dijumpai berupa sakit kepala, panas, defisit
neurologis fokal, kejang dan gangguan kesadaran.

5. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

• Anamnesis:

Sakit kepala merupakan keluhan dini yang paling sering dijumpai (70 – 90%).
Terkadang juga didapatkan mual, muntah dan kaku kuduk (25%).

• Pemeriksaan fisik:

Panas tidak terlalu tinggi. Defisit neurologis fokal menunjukkan adanya edema di
sekitar abses. Kejang biasanya bersifat fokal. Gangguan kesadaran mulai dari
perubahan kepribadian, apatis sampai koma. Apabila dijumpai papil edema
menunjukkan bahwa proses sudah berjalan lanjut. Dapat dijumpai hemiparese dan
disfagia.

• Pemeriksaan laboratorium:
o Darah: jarang dapat memastikan diagnosis. Biasanya lekosit sedikit
meningkat dan laju endap darah meningkat pada 60% kasus
o Cairan Serebro Spinal (CSS): dilakukan bila tidak ada tanda-tanda
peningkatan tekanan intra kranial (TIK) oleh karena dikhawatirkan terjadi
herniasi

• Pemeriksaan radiologi:

CT Scan: CT scan kepala dengan kontras dapat dipakai untuk memastikan


diagnosis. Pada stadium awal (1 dan 2) hanya didapatkan daerah hipodens dan
daerah irreguler yang tidak menyerap kontras. Pada stadium lanjut (3 dan 4)
didapatkan daerah hipodens dikelilingi cincin yang menyerap kontras.

6.DIAGNOSA

Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa kasus,
penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala dan semakin
parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu sisi bagian tubuh
melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan perjalanan penyakit penderita
serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien. Harus diketahui kapan keluhan pertama
kali timbul, perjalanan penyakit dan apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi.
Untuk mendiagnosis abses otak dilakukan pemeriksaan CT sken (computed tomography)
atau MRI sken (magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan
gambaran potongan tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada
jaringan otak. Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber infeksi
tersebut. Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari bercak/noktah
tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli bedah saraf.

7.PENGOBATAN

Pada umumnya terapi AO meliputi pemberian antibiotik dan tindakan operatif berupa
eksisi (aspirasi), drainase dan ekstirpasi.

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan pemberian antibiotik, sebagai


berikut:
1. Bila gejala klinik belum berlangsung lama (kurang dan 1
minggu) atau kapsul belum terbentuk.
2. Sifat-sifat abses:
a.Abses yang lokasinya jauh dalam jaringan otak merupakan kontraindikasi operasi.
b. Besar abses.
c. Soliter atau multipel; pada abses multipel tidak dilakukan operasi

Pemilihan antibiotik didasarkan hasil pemeriksaan bakteriologik dan sensitivitas.


Sebelum ada hash pemeriksaan bakteriologik dapat diberikan antibiotik secana
polifragmasi ampisilin/penisilin dan kioramfenikol. Bila penyebabnya kuman an-
aerob dapat diberikan metronidasol. Golongan sefalosporin generasi ke tiga dapat pula
digunakan. Tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor
tersebut di atas.

8.KOMPLIKASI

Herniasi unkal atau tonsiler karena kenaikan TIK


 Ventrikulitis karena pecahnya abses di ventrikel
 Perdarahan abses

You might also like