You are on page 1of 26

TOKOH-TOKOH PSIKOLOGI

A. Fungsionalisme

a. William James (1842-1910)

Teori emosi yang dikemukakan oleh William James (teori James-Large) adalah sebuah
teori yang menjelaskan hubungan antara perubahan fisiologis dengan keadaan
emosional. Seorang filsuf Denmark Carl Large pernah mengemukakan bahwa emosi
adalah identik dengan perubahan-perubahan dalam system peredaran darah.

Pendapat ini kemudian dikembangkan oleh James dengan mengatakan bahwa emosi
adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
tubuh sebagai respons terhadap rangsang-rangsang yang datang diluar. Selain itu James
juga mengembangkan teori tentang kesadaran dan konsep diri (self). Ia melihat
kesadaran sebagai adaptasi manusia dalam usahanya mempertahankan jenis dan
dirinya (teori evolusi).

Kesadaran ini merupakan suatu proses, mengalir terus menerus dalam arti lain tidak
statis tapi dinamis. Namun karena sifatnya yang berubah setiap saat tidak ada keadaan
tertentu. Kita tidak dapat menerangkan pengetahuan kita tentang kesadaran-kesadaran
tanpa kita mempelajari keadaaan-keadaan tertentu dari kesadaran itu.

Tentang “diri”, James membedakan dua aspek yang berbeda tetapi tidak terpisahkan
yaitu “Aku”(I) adalah diri sebagai yang mengetahui sesuatu. Dan “Aku sosial” (Sosial me)
adalah diri sebagai suatu yang diketahui secara material, sosial maupun spiritual.

b. John Dewey(1859-1952)

Pada tahun 1886, Dewey menulis buku yang berjudul Psychology. Dalam buku ini ia
mengemukakan cara orang Amerika mempelajari psikologi, yaitu cara yang

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


mengutamakan pragmatisme. Sikap pragmatisme dari Dewey iu disadari antara lain oleh
pemikiran filsafanya yang berbunyi Thinking men usually think about change (manusia
berpikir selalu tentang perubahan). Karena prinsipnya Dewey berpendapat bahwa
segala pemikirin dan karena itu juga segala perbuatan harus selalu bertujuan, maka ia
menentang elementisme.

Dalam bukunya The Reflex are Concept (1896), ia mengatakan bahwa tingkah laku tidak
bisa dipisahkan dari rangsang dan diuraikan ke dalam elemen-elemen tingkah laku yang
lebih kecil. Tingkah laku (respons) dan ransang (stimulus) adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan, dengan demikian keyakinan Dewey.

Sebab bukanlah stimulus kalau tidak ada respons, demikian pula respons tidak akan
terjadi kalau tidak ada stimulus. Karena itu kita harus memandang respons dan stimulus
sebagai suatu totalitas.

c. James Rowland Angell(1869-1949)

James yang pernah menjadi Presiden dari American Psychological Assosiation (APA) ini,
menulis sebuah paper dengan judul The Province of Functional Psychology. Dalam
papernya ia mengemukakan tiga macam pandangan terhadap fungsionalisme:

o Fungsionalisme adalah psikologi tentang mental operation (aktivitas berkerjanya


jiwa), sebagai lawan terhadap psikologi tentang elemen-elemen mental.
o Fungsionalisme adalah psikologi tentang kegunaan-kegunaaan dasar dari
kesadaran, dimana jiwa (mind) merupakan perantara antara lingkungan dan
kebutuhan-kebutuhan organisme. Ini disebut juga sebagai teori emergensi dari
kesadaran. Untuk keadaan biasa yang tidak bersifat emergensi (darurat) yang
berfungsi adalah kebiasaan (habit).

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


o Fungsionalisme adalah Psikofisik, yaitu psikologi tentang keseluruhan organisme
yang terdiri dari badan dan jiwa. Ia mempelajari juga hal-hal diluar kesadaran,
misalnya kebiasaan(habit) dan setelah sadar (half consciousness).

d. James McKeen Cattell(1860-1944)

Cattell lahir pada tanggal 25 Mei 1860 di Pennsylvania dan meninggal pada tanggal 20
Januari 1944 di New Jersey, Amerika Serikat. Cattell adalah tokoh dari aliran
fungsionalisme Kelompok Columbia. Ciri khas aliran ini adalah “kebebasan dalam
mempelajari tingkah laku” yang dicerminkan dalam dua pandangan tentang
fungsionalisme :

1. Fungsionalisme tidak perlu menganut paham dualisme, karena manusia


dianggap sebagai keseluruhan yang merupakan kesatuan.
2. Fungsionalisme tidak perlu deskriptif dalam mempelajari tingkah laku, karena
yang penting adalah fungsi tingkah laku, jadi yang harus dipelajari adalah
hubungan (korelasi) antara satu tingkah laku lainnya, atau antara suatu tingkah
laku dengan suatu hal yang terjadi dilingkungan.
e. Edward Lee Thorndike(1874-1949)

Prinsip dasar diri proses belajar yang dianut oleh Thorndike, yaitu bahwa dasar dari
belajar (leaning) tidak lain sebenar adalah asosiasi. Suatu stimulus (S), akan
menimbulkan suatu respons (R) tertentu. Teori ini disebut sebagai teori S-R. dalam teori
S-R dikatakan bahwa dalam proses belajar, pertama kali organisme (hewan, orang)
belajar dengan cara coba-salah (trial and error). Dalam proses belajar yang mengikuti
prinsip coba-salah ini, ada beberapa hukum yang dikemukanan Thorndike :

1. Hukum Efek ( The law of effect) : intentitas hubungan antara S dan R akan
meningkat apabila hubungan itu diikuti oleh keadaan yang menyenangkan.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Sebaliknya, hubungan itu akan berkurang, kalau diikuti oleh keadaan yang tidak
menyenangkan.
2. Hukum Latihan ( The law of exercise) atau hukum guna-tak guna ( The law of Use
and Disuse) : Hubungan S-R dapat melemah kalau tidak dilatih atau dilakukan
berulang-ulang karena kegunaan R terhadap suatu S tertentu dalam hal yang
terakhir ini tidak lagi bisa dirasakan atau makin lama makin menghilang pada
organisme yang bersangkutan.

Sehubungan dengan teorinya tentang hukum efek di atas Thorndike sampai kepada
penyelidikan tentang Transfer of training. Dalam bukunya yang ditulis bersama dengan
tokoh kelompok Columbia lain bernama Woodworth, Thorndike mengemukakan bahwa
apa yang dipelajari terdahulu akan mempengaruhi apa yang dipelajari berikutnya.

f. Rober Sessions Woodworth(1869-1962)

Woodworth merupakan salah satu tokoh fungsionalisme ini merasa harus mempelajari
pula dinamika hubungan S-R. bagaimana terjadinya hubungan itu, bagaimana
perkembangan hubungan itu dalam situasi yang berubah-ubah, itu semua harus
dipelajari kalau kita hendak mengenali tingkah laku manusia dengan baik. Bukunya
Dynamic Psychology (1918) Menyebabkan bahwa Woodworth patut di golongkan dalam
pengikut aliran psikodinamik. Sebagai penganut psikodinamik, Woodworth berpendirian
bahwa metode instropeksi tidak mesti harus dibuang demikian saja dalam penelitian
psikologi. Bahkan untuk mempelajari motivasi, yaitu suatu hal yang mendasari tingkah
laku, seorang peneliti harus menggunakan metode instropeksi ini.

B. Refleksisme, Psikologi Purposif dan Behaviorisme

a. Ivan Petrovich(1849-1936)

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Sebenarnya Pavlov bukanlah sarjana psikologi, melainkan sarjana ilmu faal yang fanatik.
Ivan dilahirkan di Rjasan pada tanggal 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad
pada tanggal 27 Februari 1936. Meski Pavlov sangat anti dengan psikologi karena
dianggapnya kurang ilmiah, namun peranannya dalam psikologi sangat penting.
Khususnya studinya mengenai refleks-refleks yang kemudian menjadi dasar dari
perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Adapun pandangan terpentingnya adalah
bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks-refleks belaka.
Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis kita cukup hanya dengan memahami
refleks saja.

Penemuan penting Pavlov dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang
refleks berkondisi ( conditioned refleks ). Penelitiannya ini telah meletakkan dasar-dasar
behaviorisme, sekaligus menjadi dasar mengenai proses belajar dan pengembangan
mengenai proses-proses belajar. Bahkan Pavlov pun kemudian di anggap oleh A.P.A
(American Psychological Association) sebagai salah satu tokoh besar yang sangat
berpengaruh dalam psikologi modern, selain Freud.

Dalam eksperimennya tentang refleks berkondisi, Pavlov menggunakan Anjing sebagai


binatang percobaannya. Pertama anjing di ikat, dimana sebelumnya telah dilakukan
operasi yang dilakukan sedekimian rupa sehingga nantinya setiap air liur yang keluar
dari anjing tersebut bisa ditampung dan diukur. Pada percobaanya Pavlov kemudian
menekan tombol sehingga keluar makanan tepat di depan anjing tersebut. Dimana
anjiing kemudian mengeluarkan liurnya, yang hal ini disebut dengan refleks tak
berkondisi (Uncondition refleks) sedang makanan yang keluar tadi disebut rangsang tak
berkondisi. Kemudian pada tahap berikutnya Pavlov membunyikan lonceng sebelum
makanan muncul didepan anjing, kejadian ini dilakukan berulang-ulang, sehingga
akhirnya anjing sudah bereaksi mengeluarkan air liurnya saat lonceng berbunyi.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Dan keluarnya air liur disebut refleks berkondisi ( condition refleks ) sedang bunyi
lonceng disebut rangsang berkondisi (condition stimulus ). Jika kemudian hal ini diulang
meski nantinya tidak akan ada makanan setelah bunyi lonceng, tapi anjing tetap akan
bereaksi dengan mengeluarkan liurnya saat mendengarkan lonceng. Artinya refleks
berkondisi tetap akan ada meski rangsang tak berkondisi ditiadakan. Tapi tentunya hal
ini tidak boleh berlangsung lama, karena binatang percobaan juga butuh penghargaan
(reward), jika tidak akan terjadi penghapusan refleks(extinction).

Kesimpulannya, tingkah laku sebenarnya tidak lain dari gerak reflesk berkondisi, yaitu
refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning ( condition process )
Dimana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak
berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.

b. William McDougall(1871-1938)

William sebenarnya tidak suka menyebut dirinya sebagai pelopor behaviorisme, dia
lebih suka menyebut ajarannya sebagai psikologi purposif (bertujuan) atau psikologi
hormik (hormik psychology). Sarjana berdarah campuran Inggris dan Skotlandia ini lahir
tanggal 22 Juni 1871 di Lancashire, dan meninggal di Durham pada tanggal 28
November 1938.

McDougall dianggap terkemuka karena karya-karyanya berupa :

o Psikologi Hormik : Tingkah laku selalu bertujuan, bukan merupakan proses


mekanismenya saja.
o Teori Insting : Insting adalah kecendrungan bertingkah laku tertentu dalam
situasi tertentu. Dimana kecendrungan tingkah lakunya merupakan pembawaan
dari lahir

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


o Sentimen : adalah system emosi tertentu yang timbul pada objek-objek tertentu.
Contohnya saat kita berhadapan dengan seseorang dan kita selalu merasa benci,
itu di sebut sentiment.
o Teori mengenai jiwa kelompok ( grup mind ) : dimana setiap orang memiliki
energi. Dan jika satu atau lebih orang berkumpul energi itu akan bergabung dan
terorganisir menjadi kekuatan baru yang berpengaruh pada prilaku kelompok.
Makanya terkadang prilaku seseorang didalam kelompoknya akan tidak sama
dengan seseorang diluar kelompoknya, atau sendiri. Tentu saja ini bertentangan
dengan teorinya yang sebelumnya dalam buku social psychology dimana ia
menyatakan bahwa tingkah laku social tergantung pada interaksi individu
dengan antar sesama anggota kelompoknya.

Adapun ciri-ciri dari tingkah laku menurut Mcdougall adalah sebagai berikut :

 Spontanitas gerakan
 Ketetapan dari aktivitas yang tidak tergantung pada aktivitas sebelum atau
sesudahnya
 Gerakan-gerakan yang berketatapan itu memiliki beragam tujuan ( variation
direction )
 Gerakan akan berhenti begitu terdapat perubahan tertentu
 Akan terjadi persiapan untuk menghadapi aktivitas baru sebagai akibat dari
berakhirnya aktivitas sebelumnya.
 Jika tingkah laku diulang beberapa kali dengan situasi dan kondisi yang sama
pula, maka akan ada peningkatan efektifitas
 Reaksi organisme merupakan suatu totalitas

Dari beberapa ciri di atas inilah Mcdougall tidak mau disebut sebagai Behaviorisme,
karena refleks tidaklah memenuhi criteria tingkah laku yang dimaksud olehnya, adapun
karakteristik penting dari tingkah laku yaitu :

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


 Tingkah laku memiliki kebebasan memiliki arah dan tujuan. Sedang behaviorisme
menganggap bahwa tujuan tingkah laku adalah semata kebetulan dan tidak
sengaja.
 Tingkah laku mempunyai unsur bawaan yang disebut insting, dengan tiga
aspeknya berupa aspek persepsi, aspek emosional dan aspek motoris.

1. John Broadus Watson(1878-1958)

Watson dilahirkan di Greenville tanggal 9 Januari 1878, dan meninggal pada tanggal 25
September di New York City. Dengan suatu disertasi berjudul Animal Education pada
tahun 1903 dia mendapat Ph. D dari Universitas Chicago. 1908 ia mendapat gelar
professor dalam bidang psikologi eksperimen dan psikologi perbandingan dari John
Hopkins Univesity di Baltimore. Namun pada tahun 1920-1945 ia keluar dari Universitas
tempat di mana ia juga menjadi kepala Laboratorium psikologi. Ia kemudian bekerja
dalam bidang psikologi konsumen. Tapi ia tetap menyumbang banyak ilmu pengetahuan
melalui karya-karyanya . Buku Phychology as the behaviorist Vieews It ( 1913 ). Dalam
bukunya ia berpendapat bahwa psikologi harus menjadi ilmu yang objektif. Instopeksi
dianggapnya tidak objektif dan karenanya tidak ilmiah. Watson di kenal dengan sebutan
“naïve behaviorist “ karena kenaifannya dalam mengungkapkan pendapatnya.
Contohnya pendapatnya yang menyatakan psikologi harus dipelajari seperti
mempelajari ilmu pasti.

Penyelidikan psikologi harusnya tentang prilaku yang nyata saja ( Overt Behavior )
seperti makan, minum, berjalan dan sebagainya. Meski begitu prilaku tidak nyata
(covert Behavior) juga tidak menutup kemungkinan untuk dipelajari melalui gerakan
implicit. Seperti berpikir yang menurut Watson adalah gerak bicara yang emplisit.
Seorang yang berpikir menurutnya membuat gerakan-gerakan lidah yang lemah
sehingga tidak tampak dari luar. Dengan kata lain berpikir adalah bicara yang tidak
tampak.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Hal ini tentunya banyak mendapat kritik, karena banyak orang yang bisa berpikir, tapi
tidak memiliki lidah ataupun bisa berbicara.

2. Edwin Bisell Holt (1873-1946)

Edwin adalah orang yang memiliki peranan penting dalam memberikan landasan-
landasan filsafat pada ajaran Watson yang naïf. Sehingga Behaviorisme menjadi lebih
diterima dan logis. Edwin mengatakan bahwa inti dari ajaran Watson adalah bahwa
tingkah laku merupakan satu-satunya kunci untuk menerangkan jiwa. Tapi sedikit
berbeda dengan Watson Edwin mengatakan bahwa tingkah laku memiliki tujuan dan
berubah-ubah dari waktu kewaktu, sehingga dengan begitu manusia menjadi lebih
dinamis. Dari pemikiran ini kemudian muncullah konsep psikodinamik yang menjadi
sumbangan terbesar bagi psikoanalisa dari Freud dan psikodinamik dari Kurt Lewin.

3. Edward Chase Tolman(1886-1959)

Tolman mengatakan tingkah laku secara keseluruhan disebut tingkah laku molar yang
terdiri atas tingkah laku-tingkah laku kecil yang dinamakan tingkah laku molekular
( refleks ). Contohnya makan adalah tingkah laku molar, sedang gerakan mengambil
sendok untuk makan adalah molekular. Sebenarnya tujuan dari tingkah laku terdapat
pada tingkah laku molar, bukan pada molekular. Behaviorisme Watson disebut
behaviorisme operasional, dengan rumusnya :

B : f ( S,A )
B : behavior (tingkah laku)
f : fungsi
S : situasi
A : antecedent ( hal-hal yang mendahului suatu situasi )

Jadi, tingkah laku adalah fungsi dari situasi dan hal-hal yang mendahului situasi tersebut.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


4. B.F Skinner(1904-1990)

Skinner berpendapat bahwa tingkah laku sepenuhnya dipengaruhi oleh stimulus saja.
Rumusnya untuk tingkah laku adalah , B = f (S) suatu tingkah laku atau respons (R) tentu
terjadi sebagai reaksi terhadap stimulus ( S ), teori ini lebih dikenal dengan teori S-R.

Untuk teori ini Watson mengadakan percobaan kondisioning operant, yang sebenarnya
tidak jauh berbeda dari percobaan Pavlov. Ia menggunakan tikus sebagai binatang
percobaaanya. Dengan sengaja tikus itu melakukan sesuatu untuk mengubah situasi,
untuk memenuhi kebutahan dan memuaskan dirinya. Oleh karena itu percobaannya
disebut sebagai respons operant, atau tingkah laku operant. Sedang stimulusnya disebut
stimulus operant.

C. Gesalt

a. Franz Brentano (1838-1917)

Franz Brentano adalah printis dan guru dari tokoh-tokoh Psikologi Gesalt. Ia lahir di
Marienberg, dekat Boppard on Rhine pada tanggal 16 Januari 1838 dan meninggal di
Zurich pada 17 Maret 1917. Ia tidak sependapat dengan strukturalisme yang hendak
menganalisa kesadaran dengan memecah-mecahnya ke dalam elemen-elemen. Gejala
kejiwaan harus dipandang sebagai suatu fenomena yang mesti sebagaimana adanya,
sebagai totalitas.

Ia adalah pelopor aliran psikologi fenomenalogi, yaitu aliran psikologi yang berusaha
mempelajari jiwa sebagai fenomena dengan metode yang deskriftif.

Brentano berpendapat bahwa dasar dari segala tingkah laku kejiwaan (psychie acts)
adalah persepsi dalam (inner perception). Yaitu persepsi yang tak terbatas pada persepsi
oleh indra-indra belaka. Ia membedakan antara aksi psikis (psychic acts) dan isi non
psikis ( non psychic contents) dalam fenomena kejiwaan.
Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono
b. Christian Von Ehrenfels (1859-1932)

Tokoh ini bukanlah termasuk dalam kelompok aliran psikologi Gesalt sendiri, namun
ialah yang meletakkan dasar-dasar dari aliran Psikologi Gesalt yang akan timbul
kemudian. Ia dilahirkan di Rodaun (Austria) pada 20 Juni 1859 dan meninggal di
Lichtenau (Austria) pada 8 September 1932.

c. Max Wertheimer(1880-1941)

Tokoh ini dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880 dan meninggal 12 Oktober 1943
di New York. Wertheimer dianggap sebagai pendiri Psikologi Gesalt pada tahun 1912,
bersamaan dengan keluarnya kertas kerjanya yang berjudul Experimental Studies of the
Perception of Movement. Dalam kertas kerjanya ini ia mengemukakan hasil
eksperimennya dengan menggunakan alat yang disebut stroboskop, yaitu alat
berbentuk kotak yang diberi alat untuk melihat ke dalam kotak itu.

Menurutnya, gerak stroboskopik ini tidak dapat diterangkan dengan teori strukturalisme
dan elementisme, tetapi hanya dapat diterangkan dengan teori Gesalt, yaitu bahwa
seseorang melihat lingkungannya secara menyeluruh. Garis-garis tidak dilihat secara
sendiri-sendiri, tetapi dalam hubungan satu dengan lainnya. Persepsi yang demikian itu
disebut persepsi holistic. Persepsi holistik dalam gerak stroboskopik di atas
dimungkinkan karena penglihatan kita tidak hilang demikian saja bersama dengan
hilangnya rangsang, melainkan meninggalkan jejak tertentu di otak (isomorfi).

Dalam bukunya, Investigation of Gesalt Theory (1923) Wertheimer mengemukakan


hukum-hukum Gesalt untuk pertama kalinya, yaitu sebagai berikut :

a. Hukum kedekatan (law of proximity) : Hal-hal yang saling berdekatan dalam


waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


b. Hukum ketertutupan (law of closure) : Hal-hal yang cenderung menutup akan
membentuk kesan totalitas tersendiri.
c. Hukum kesamaan (law of equivalence) : Hal-hal yang mirip satu sama lain,
cenderung kita persepsikan sebagai sutau kelompok atau suatu totalitas.
d. Kurt Koffa( 1886-1941)

di Berlin tanggal 18 Maret 1886, meninggal di North ampton, Massachusetts, Amerika


Serikat tanggal 22 November 1941. Teori Koffa tentang belajar didasarkan pada
anggapan bahwa belajar, sebagaimana tingkah laku lainnya pula, dapat diterangkan
dengan prinsip-prinsip organisasi dari Psikologi Gesalt. Beberapa teori Koffa tentang
belajar :

a. Salah satu faktor yang penting dalam belajar adalah jejak-jejak ingatan (memory
traces), yaitu pengalaman-pengalaman yang membekas pada tempat-tempat
tertentu di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis
mengikuti prinsip-prinsip Gesalt dan akan dimunculkan kembali kalau kita
mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.
b. Perubahan-perubahan yang terjadi pada ingatan bersamaan dengan jalannya
waktu tidak melemahkan jejak-jejak ingatan itu (dengan perkataan lain tidak
menyebaban terjadinya lupa), melainkan menyebabkan perubahan jejak, karena
jejak ingatan itu cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat
Gesalt yang lebih baik dalam ingatan
c. Latihan-latihan akan memperkuat jejak ingatan
e. Wolfgang Kohler (1887-1967)

Tokoh ini lahir di Reval, Estonia, pada tanggal 21 Januari 1887 dan meninggal di
Lebanon, Ne Hampshire, Amerika Serikat, pada tanggal 11 Juni 1967. Karya Kohler yang
paling terkenal adalah penyelidikannya mengenal tingkah laku kecerdasan (intelligent

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


behavior) pada hewan, utamanya pada simpanse. Kemudian dalam penyelidikan itu
disebutkanlah pemahaman yang datang tiba-tiba yang dinamakan Aha Erlebnis.

f. F. Krueger

Tahun 1924 Krueger memperkenalkan pada dunia psikologi istilah ganzheit di Leipzig.
Ganzheit berasal dari kata Jerman das Ganze yang berarti keseluruhan. Sampai sekarang
istilah Gesalt masih dianggap sama dengan Ganzheit.

Krueger sendiri menyatakan bahwa Ganzheit tidak sama dengan Gesalt. Ganzheit
terpisah dari gesalt dan merupakan perkembangan dari psikologi gesalt. Krueger
berpendapat bahwa psikologi gesalt terlalu menitikberatan pada masalah persepsi
obyek. Padahal yang lebih penting menurut Krueger adalah penghayatan secara
menyeluruh terhadap ruang dan waktu, bukan hanya persepsi saja atau totalitas obyek-
obyek saja. Konsekuensi dari pendapatan ini adalah bahwa tingkah laku harus diamati
secara holistik dan molar, yaitu suatu tingkah laku harus dipandang dalam hubungannya
dengan tingkah laku lain, baik yang terjadi sebelumnya, sesudahnya atau pada saat yang
bersamaan.

g. Kurt Lewin (1890-1947)

Lewin dilahirkan di Mongilno (Posen) pada tanggal 9 September 1890, dan meninggal
pada tanggal 12 Februari 1947 di Newtonville, Massachussets, Amerika Serikat. Tokoh
ini menyimpulkan bahwa persepsi dan tingkah laku seseorang tidak hanya ditentukan
oleh bentuk keseluruhan atau sifat totalitas dari rangsang atau emergent, tetapi
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan (forces) yang ada dalam lapangan psikologis
(psychological field) seseorang.

Di samping teori-teorinya yang murni, Lewin terkenal pula dengan karya-karyanya


dalam pengalaman teori-teori itu dalam berbagai bidang. Teori lapangannyya digunakan

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


untuk menyelesaikan masalah-masalah perkawinan, rekonstruksi manusia-manusia
korban perang dan menerangkan tingkah laku kelompok. Salah satu teorinya yang
bersifat praktis yang penting dikemukakan adalah teori konflik. Dimana Lewin membagi
konflik atas tiga jenis, yaitu :

a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict). Konflik ini terjadi


kalau seseorang menghadapi dua obyek yang sama-sama bernilai positif.
b. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict). Konflik ini terjadi kalau
seseorang berhadapan dengan dua obyek yang sama-sama mempunyai nilai
negatiif tetapi ia tidak bisa menghindari kedua obyek itu sekaligus
c. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict). Dalam konflik ini
terdapat hanya satu obyek yang mempunyai nilai positif dan negative sekaligus.

D. Kognitif

a. F. Heider

Heider mengemukakan sebuah teori yang berpangkal pada perasaan-perasaan yang ada
pada seseorang terhadap seseorang lain dan sesuatu hal yang lain (pihak ketiga)
menyangkut orang pertama dan kedua. Orang pertama dilambangkan dengan P
(person). Sedang orang kedua dilambangkan dengan O (others) sedang pihak ketiga
dilambangkan dengan X.

Hubungan P-O-X dapat bersifat saling memiliki yang disebut tipe U. Sedang untuk tipe
bukan-U adalah untuk sifat hubungan P-O-X yang tidak saling memiliki. Meminjam
prinsip Kurt Lewin . Menurut Heider hubungan P-O-X juga bersifat positif yang
dinamakan hubungan L(like) dan hubungan bersifat negatif yang disebut DL(dislike).
Beberapa kombinasi hubungan P-O-X yang akibatnya terhadap kognisi (kesadaran) P
adalah sebagai berikut :

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


1. Keadaan seimbang (balance) yang menimbulkan rasa puas senang dan
mendorong P untuk berbuat sesuatu untuk mempertahankan hubungan ini
2. Keadaan tidak seimbang (imbalance) yang menyebabkan timbulnya perasaan
tidak senang, tidak puas, penasaran dan sebagainya dan menyebabkan P
terdorong untuk berbuat sesuatu untuk mengubah sifat-sifat hubungan P-O-X
sehingga mendekati keadaan yang seimbang
3. Keadaan tidak relevan (irrelevan) yang tidak berpengaruh apa-apa terhadap P,
sehingga P tidak terdorong untuk berbuat apa-apa
b. Leon Festinger

Dalam teorinya sektor-sektor dalam lapangan kesadaran dinamakan elemen-elemen


kognisi. Elemen-elemen itu saling berhubungan satu sama lain dan jenis hubungan itu
antara lain yaitu :

1. Hubungan yang tidak relevan


2. Hubungan disonan
3. Hubungan konsonan

Hubungan yang tidak relevan tidak akan menimbulkan reaksi apa-apa pada diri orang
yang bersangkutan. Hubungan disonan disebabkan oleh elemen-elemen kognisi yang
saling menyangkal, sedangkan hubungan konsonan adalah hubungan yang tidak
disonan. Untuk mengurangi disonansi ada tiga cara yang bisa di tempuh, yaitu :

 Mengubah elemen tingkah laku


 Mengubah elemen kognisi dari lingkungan
 Mengubah elemen konisi baru

E. Psikoanalisa

a. Franz Anton Mesmer (1734-1815)

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Sarjana berbangsa Jerman dilahirkan di Iznang pada tanggal 23 Mei 1734 dan meninggal
tanggal 5 Agustus 1815 di Meersburg ini sebenarnya bukan tokoh psikoanalisa, karena
pada masa hidupnya aliran ini belum muncul. Hanya saja ia menemukan teknik
penyembuhan hipnotisme, meski namanya ketika itu disebut dengan istilah
Mesmerisme.

Mesmerisme yang merupakan istilah teknik hipnotisme dari Franz ini dianggap sebagai
ilmu semu, karena teori yang mendasarinya tidak menyakinkan jika ditinjau dari sudut
ilmu murni.

Dalam teorinya tentang “ animal magnetism “, Mesmer mengatakan bahwa dalam


dirinya terdapat “curative power of magnetic iron” (daya penyembuh magnetis) yang
timbul dari semacam cairan yang terdapat dalam dirinya yang dapat disalurkannya
keluar melalui sebatang besi berani dan diteruskan kepada pasien.

b. Jean Martin Charcot (1825-1893)

Charcot adalah pria kelahiran Prancis tanggal 29 November 1825 dan meninggal di Paris
16 Agustus 1893. Tahun 1853 ia menjadi dokter di rumah sakit Paris, dan menjadi
Profesor di Akademi kedokteran Paris pada tahun 1873.

Sebagai seorang dokter ia mengembangkan teknik hipnose dan sugesti mental untuk
menyembuhkan pasien-pasien psikoneurotis, khususnya penderita histeria.

Asal kata histeria adalah “uterus” atau rahim, dan hal ini umumnya terjadi pada wanita.
Histeria adalah suatu gangguan emosi yang demikian kuatnya sehingga memblokir atau
menghalangi berfungsinya salah satu anggota tubuh, sekalipun tidak ada gangguan
organis. Gejala dari histeria ini adalah buta lumpuh. Gangguan ini sering kali disebabkan
oleh suatu peristiwa yang menggoncang jiwa pasien, dan untuk melupakan peristiwa
tersebut pasien kemudian melumpuhkan salah satu anggota badannya.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Dengan teknik hipnose, Charcot menurunkan ambang kesadaran pasien, sehingga
peristiwa yang menggoncangkan, yang menjadi penyebab gangguan emosi itu, yang
selama ini dihindari oleh kesadaran ditekan kedalam ketidaksadaran, ditimbulkan
kembali ke alam kesadaran. Dengan begitu pasien akan sembuh dari penyakitnya.

c. Pierre Janet(1859-1947)

Tokoh ini dilahirkan di Paris, 30 Mei 1859, dan meninggal di kota yang sama pada
tanggal 24 Februari 1947. Ia memiliki suatu teori tentang kepribadian yang dikenal
dengan teori strata. Menurut teori ini, kepribadian terdiri dari kecendrungan-
kecendrungan yang tersusun secara hierarkis dari yang paling rendah (misalnya refleks)
sampai yang paling tinggi(misalnya akal). Semua kecendrungan-kecendrungan itu
memiliki sejumlah energi tertentu yang berasal dari sumber -sumber fisiologis,
psikologis, dan juga dari keturunan. Energi-energi itu kalau diaktifkn akan membuat
suatu kecendrungan menjadi tingkah laku.

Banyak sedikitnya energi yang bisa dibebaskan pada kecendrungannya tertentu akan
memberikan ketegangan (tension) tertentu pada individu yang bersangkutan. Tingkat
ketegangan ini menurut Janet adalah indikasi untuk menetapkan klasifikasi kelainan
kepribadian.

Seseorang psikoneorotis adalah orang yang terlalu banyak mempertahankan energi


pada tingkat kecendrungan yang rendah, sehingga terjadi ketegangan pada tingkat itu.
Kalau energi pada tingkat yang rendah terlalu banyak dilepas dan kecendrungan pada
tingkat akal terlalu banyak dipertahankan energinya, maka orang yang bersangkutan
adalah psikopat.

d. Sigmund Freud(1856-1939)

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Beliau adalah seorang Jerman keturunan Yahudi, dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di
Freiberg, dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939.

Tokoh aliran psikologi dalam ( depth psychology ) atau tokoh psikoanalisa ini
menggambarkan jiwa sebuah gunung es. Adapun teori psikoanalisa freud berfungsi
sebagai teori, antara lain yaitu :

1. Teori kepribadian
2. Teknik analisa kepribadian
3. Metode terapi ( penyembuhan )

Teori Kepribadian

4. Id

Terletak dalam ketidaksadaran, dia merupakan tempat dari dorongan-dorongan


primitive, atau dorongan yang dibentuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan.
Dorongan untuk hidup, mempertahankan hidup(life instinct) dan dorongan
untuk mati ( death instinct). Bentuknya berupa libido atau dorongan seksual, dan
dorongan mati berupa dorongan agresi, yaitu dorongan yang menyebabkan
orang ingin menyerang orang lain. Id prinsipnya adalah kesenangan dan
bertujuan untuk memuaskan semua dorongan primitive.

5. Superego

System ini sepenuhnya dibentuk oleh kebudayaan. Dorongan-dorongan dari


superego ini akan berusaha menekan dorongan dari id yang masih primitive, dan
kadang-kadang superego yang menang, kadang-kadang id yang lebih kuat.

6. Ego

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Suatu system dimana dorongan dari id dan superego beradu kekuatan. Dimana
fungsi ego adalah menjaga keseimbangan antara kedua dorongan tersebut. Ego
sendiri tidak memiliki dorongan ataupun energi, ia adalah satu-satunya system
yang berhubungan dengan kenyataan didunia luar. Dimana ego mempunyai
cara-cara tertentu yang disebut mekanisme pertahanan (defense mechanism)
untuk menjaga keseimbangan kedua system.

Adapun sembilan mekanisme pertahanan dari freud adalah :

 Represi
 Pembentukan reaksi ( reaction formation )
 Proyeksi ( projection )
 Penempatan yang keliru ( displacement )
 Rasionalisasi ( rationalization )
 Supresi ( suppression)
 Sublimasi ( sublimation )
 Kompensasi ( compensation )
 Regresi ( regression )

Dalam teori psikoanalisa sebagai teori kepribadian, freud juga menyebutkan beberapa
tingkat perkembangan, yaitu :

a) Fase oral, kepuasan seksual terutama disekitar mulut, misalnya bayi yang
meminum ASI
b) Fase anal, pada usia kira-kira dua tahun, kepuasaan berpindah ke anus, ketika
sang anak bisa duduk di pispot sampai lama
c) Fase phalic, terdapat pada anak usia 6-7 kepuasan seksnya terdapat pada alat
kelamin, tapi berbeda dengan kepuasan seks pada orang dewasa.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


d) Fase latent, mulai dari anak usia 7-8 tahun sampai ia menginjak remaja, seolah-
olah tidak aktivitas seksual. Kerena itu masa ini disebut masa latent
(tersembunyi).
e) Fase genital, dimulai sejak remaja, segala kepuasan seks berpusat pada alat-alat
kelamin.

Teknik Analisa Kepribadian

Dalam analisa ini umumnya dipergunakan dua cara pendekatan, yaitu pertama-tama
melihat dinamika dari dorongan-dorongan primitive ( khusus libido ) terhadap ego dan
bagaimana superego menahan dorongan-dorongan primitive itu. Pendekatan kedua
adalah pendekatan sejarah kasus ( case history ), terutama untuk melihat fase-fase
perkembangan dorongan seksual apakah berjalan wajar, apakah ada hambatan-
hambatan dan kalau ada, di fase mana mulai terjadi hambatan itu. Teknik Psikoterapi

Pada prinsipnya psikoanalisa mengetahui bahwa kalau factor penyebab yang


tersembunyi di dalam ketidaksadaran sudah bisa diketahui dan dibawa ke kesadaran,
maka penderita dengan sendirinya akan sembuh. Freud lebih menyukai teknik
psikoanalissa, yaitu penderita secara sepenuhnya di ajak untuk mengekspolarasi
ketidaksadarannya. Salah satu tekniknya adalah analisa mimpi (traumdeutung). Freud
percaya bahwa dorongan-dorongan primitive, maupun hal-hal yang direpresi, yang tidak
dapat muncul dalam kesadaran dapat memunculkan dirinya dalam bentuk symbol-
simbol dalam mimpi. Teknik lain adalah dengan membiarkan penderita bicara sendiri
sebebasnya dengan menggunakan asosiasi bebas ( free association ). Dengan teknik ini,
freud mengharapkan dapat menjajagi isi ketidaksadaran dari penderita yang
bersangkutan.

1. Carl Gustaf Jung (1875-1961)

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


Ia dilahirkan pada tangal 26 Juli 1875 di Kesswil, dan meninggal di Kusnacht, Swiss, pada
tanggal 6 Juni 1961. Berbeda dengan teori Freud tentang kepribadian yang lebih bersifat
mekanistis dan berdasar ilmu alam, konsepsi analistis Jung mengenai kepribadian
menunjukkan usahanya untuk menginterprestasikan tingkah laku manusia dari sudut
filsafat, agama dan mistik. Teori ini penekanannya lebih kuat pada tujuan tingkah laku
teologi. Jung juga menekankan adannya dasar-dasar rasial dan filogenetis dari
kepribadian dan sangat kurang mementingkan arti dorongan-dorongan seksual dalam
perkembangan kepribadian.

Jung melihat Libido tidak seperti Freud, ia melihat libido sebagai energi yang mendasari
bermacam-macam proses mental seperti berpikir, merasa, berhasrat, mengindra dan
sebagainya. Aktivitas psikis tidak ditentukan oleh prinsip kesenangan (pleasure
principle), melainkan muncul secara otonom melalui libido dan ditentukan terutama
oleh prinsip pelepasan energi.

Keseluruhan Kepribadian menurut Jung terdiri dari tiga system yang saling berhubungan
yaitu, kesadaran, ketidaksadaran pribadi, dan ketidaksadaran kolektif. Pusat dari
kesadaran adalah ego yang terdiri dari ingatan, pikiran dan perasaan. Ego inilah yang
memungkinkan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ketidaksadaran
pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman pribadi, harapan-harapan dan dorongan-
dorongan yang pernah disadari tetapi tidak dikehendaki oleh ego sehingga terpaksa di
dorong masuk ke ketidaksadaran.

Ketidaksadaran kolektif adalah system yang paling berpengaruh terhadap kepribadian


dan bekerja sepenuhnya diluar kesadaran orang yang bersangkutan. Ego, sebagai pusat
dari kesadaran dan merupakan tempat kontak dengan dunia luar mempunyai tugas
untuk mengadakan keseimbangan antara tuntunan dari luar dengan dorongan-
dorongan yang datang dari ketidaksadaran pribadi maupun ketidaksadaran kolektif. Ego,
sampai pada batas-batas tertentu akan dapat mempengaruhi atau mengubah dunia

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


luar, dan sampai pada batas tertentu pula bisa mengontrol ketidaksadaran pribadi.
Tetapi ego tidak memiliki kekuatan apapun untuk mempengaruhi kesadaran kolektif,
justru sebaliknya, kesadaran kolektiflah yang mempengaruhi ego. Kalau ego tidak
berhasil menjaga keseimbangan antara tuntunan dari luar, dorongan ketidaksadaran
pribadi dan dorongan ketidaksadaran kolektif, maka ego akan menderita dan orang yang
bersangkutan akan menderita neurose.

Jung mengatakan bahwa manusia di dunia ini pada dasarnya dapat digolongkan ke
dalam beberapa jenis saja, tergantung pada jenis atau tipe kepribadiannya. Berdasarkan
fungsinya (kepribadian yang rasional, intuitif, emosional, dan sensitive) sedang
pembagian manusia berdasarkan reaksinya terhadap lingkungan disebutkan oleh Jung
terdiri atas kepribadian yang ekstrover, introvert, dan ambivert.

2. Alfred Adler (1870-1973)

Ia dilahirkan di Wina, 7 Februari 1870 dan meninggal di Aberdeen, 25 Mei 1937. dalam
kertas kerjanya yang berjudul “Organ Inferiority” ia mengatakan bahwa tiap manusia
pada dasarnya memiliki kelemahan organis. Tetapi kelemahan-kelemahan organis inilah
yang membuat manusia bisa lebih unggul dari makhluk lainnya. Menurut Adler
kelemahan-kelemahan organis itu mendorong manusia untuk mengadakan kompensasi.
Mekanisme kompensasi inilah yang mendasari tingkah laku manusia.

”Organ Inferiority” pada masing-masing orang tidaklah sama, melainkan khas bagi orang
itu sendiri. Dengan demikian cara mengkompensasi inferioritas itu tidak pula sama,
tergantung pada tujuan yang hendak dicapai oleh individu yang bersangkutan.

Adler mengatakan pada dasarnya pada setiap orang terdapat hasrat atau dorongan
untuk diakui atau dianggap penting oleh masyarakat. Dorongan ini disebut
“Geltungstrieb” yang mendapat hambatan berat dari perasaan rendah diri akibat dari
adanya “Organ Inferiority” iru. Perasaan rendah diri ini terpaksa harus diatasi dengan

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


kompensasi untuk dapat memenuhi “geltungstrieb” itu. Pada beberapa orang, perasaan
rendah diri bisa meningkat menjadi kompleks rendah diri (inferiority complex) dan
dalam hal ini individu biasanya melakukan kompensasi yang berlebihan (over
compensation). Kompensasi berlebihan ini bisa menimbulkan neurose pada beberapa
orang.

3. Granville Stanley Hall (1844-1924)

Tokoh yang berasal dari Massachussets, Amerika Serikat ini memiliki teori sendiri, yang
dikenal dengan Teori Evolusi. Dengan teori ini ia sering disebut “Darwin of the mind”
kerena seolah-olah menerapkan teori evolusi dari Darwin kepada perkembangan jiwa.
Teori evolusinya berbunyi “Ontogeny recapitu lates phylogeny”, artinya proses
perkembangan individu sejak dia lahir sampai dewasa tidak lain adalah bentuk yang
lebih singkat (rekapitulasi, singkatan) dari proses perkembangan makhluk yang
bersangkutan dari mulai tingkatnya yang paling sederhana sampai tingkat yang
sempurna. Hal ini terbukti dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan Hall dimana
ditemukan bahwa reaksi-reaksi yang diberikan oleh binatang satu sel sama dengan
reaksi-reaksi sel-sel telur atau sperma pada manusia.

4. Gustave Le Bon(1841-1931)

Tokoh ini dilahirkan di Nogent-Le Rotron pada tanggal 7 Mei 1841 dan meninggal pada
tanggal 15 Desember 1931 di Paris. Ia sebenarnya bukanlah tokoh psikoanalis, tapi
pikirannya banyak sejalan dengan pikiran-pikiran psikoanalis.

Pengaruhnya terhadap psikoanalis karena Le Bon mencoba menerangkan tingkah laku


kelompok (crowd) dengan teori-teori tentang ketidaksadaran, dorongan-dorongan
irasional, baik dorongan biologis maupun rasial yang diperoleh turun-temurun. Ia
berkesimpulan bahwa individu-individu dalam kelompok bertingkah laku impulse, mobil,
iritable, intoleran, sugestibel dan dictatorial dan sebagainya itu karena kelompok

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


dikuasai oleh semacam jiwa bersama (group mind) dan jiwa bersama inilah yang
mengatur tingkah laku individu-individu dalam kelompok itu.

Jiwa bersama itu timbul kalau beberapa orang berkesimpulan menjadi satu, karena
energi-energi yang keluar dari masing-masing individu berkumpul menjadi satu dan
membentuk jiwa bersama itu. Dengan adanya jiwa bersama itu, maka sering kali terjadi
orang-orang dalam kelompok melakukan sesuatu yang tidak akan pernah dilakukannya
andaikata ia hanya sendirian (tidak dalam kelompok)

F. Psikologi Holistik dan Humanistik

a. Abraham H.Maslow(1908-1970)

Maslow sebelumnya adalah seorang behavioris, tapi kemudian dari tiga pengalaman
hidupnya ia kemudian beralih ke psikologi holistik dan humanistic. Dimana pengalaman
itu antara lain yaitu: saat ia merasakan bahwa kasih sayang ibu lebih besar dari yang
diberikan ayahnya. Pengalaman kedua saat ia memiliki bayi, ia berkata” Orang yang
sudah pernah punya bayi, tidak akan menjadi behavioris”. Ketiga, ketika Pearl Harbour
dibom Jepang pada tahun 1941.

Setelah menjadi penganut psikologi holistik dan humanistik. Ia berpendapat mestilah


ada pintu masuk dimana kita bisa mempelajari manusia dari sudut pandang yang sama
tanpa mengkotak-kotakkannya. Ideology ini dinamakan “meta-motivasi” atau “meta-
kebutuhan”(kebutuhan yang tertinggi, yang melebihi kebutuhan-kebutuhan lain pada
umumnya)

Teori Maslow tentang motivasi ini berawal dari pra-anggapan bahwa manusia pada
dasarnya adalah baik, atau setidaknya-tidaknya netral, bukan jahat. Salah satu teori
Maslow yang sangat terkenal adalah teori hierarki kebutuhan. Dimana dalam teori ini
dia mengatakan bahwa ada lima macam kebutuhan manusia yang berjenjang.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono


1. Pertama, kebutuhan dasar yang bersifat fisiologik ( kebutuhan akan udara,
makanan minuman dan sebagainya) yang ditandai dengan kekurangan sesuatu
dalam tubuh orang yang bersangkutan.
2. Kedua, kebutuhan yang berhubungan dengan keamanan, stabilitas, cemas, takut
dan sebagainya.
3. Ketiga, kebutuhan untuk dicintai dan dimiliki
4. Keempat, kebutuhan akan harga diri yang terbagi atas kebutuhan akan kekuaan,
penguasaan, kompetensi, percaya diri dan kemandirian. Dan berikutnya
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain.
5. Dan kebutuhan kelima adalah kebutuhan yang didalamnya terkandung 17 meta-
kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki melainkan saling mengisi. Jika
kebutuhan ini tidak terpenuhi maka terjadi meta-patologi seperti : apatisme,
kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi dan sebagainya.

Berikut 17 meta-kebutuhan dari Maslow :

 Kebenaran
 Kebaikan
 Keindahan/ kecantikan
 Keseluruhan (kesatuan/integrasi)
 Dikhotomi-transedensi
 Berkehidupan
 Keunikan
 Kesempurnaan (perfeksi)
 Keniscayaan
 Penyelesaian
 Keadilan
 Keteraturan
 Kesederhanaan
Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono
 Kekayaan
 Tanpa susah payah
 Bermain
 Mencukupi diri sendiri

b. Carl R.Rogers(1902-1987)

Carl R Rogers mengembangkan sebuah teknik terapi yang dikenal sejak tahun 1943 yang
disebut client centered therapy atau person centered therapy (terapi yang berpusat
pada klien atau orang itu sendiri)

Teknik psikoterapi Rogers dikenal juga sebagai psikoterapi non-direktif, karena memang
dalam proses psikoterapinya Rogers selalu menghindari pengarahan (direktif).
Selanjutnya dalam psikoterapi non-direktif terapis harus berusaha menerima klien
sebagaimana adanya, sementara ia pun harus terbuka pada kliennya.

Melalui hubungan yang saling menerima dan melalui upaya bersama antara klien
dengan terapis, diusahakan menggali semua pengalaman dan perasaan klien untuk
tercapainya keseimbangan (congruence) antara berbagai pengalaman dan perasaan
yang sesungguhnya terjadi dengan konsep diri klien. Menurut Rogers, kesenjangan
antara konsep diri dan realitas inilah yang menyebabkan gangguan jiwa pada klien,
sehingga untuk menyembuhkannya diperlukan upaya penyeimbangan.

Sumber : Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi, Sarlito W Sarwono

You might also like