Professional Documents
Culture Documents
Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan
maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar
didapatkan hasil (produksi) yang diharapkan. Disamping itu pupuk dapat
diberikan melalui batang atau daun sebagai larutan. Pupuk diperlukan apabila
tanah sudah miskin akan zat hara, karena telah lama diusahakan.
Cara penempatan pupuk dan pemberian pupuk dalam tanah yang tepat merupakan
hal sangat penting. Agar pupuk dapat dimanfaatkan tanaman secara baik, pupuk
harus berada dalam daerah perakaran. Pupuk tanaman dapat berbentuk padat, cair
atau gas. Pupuk tersebut dapat diberikan melalui beberapa cara. Pemberian dapat
dilakukan dengan menggunakan alat penyebar pupuk.
Alat/mesin penyebar pupuk mempunyai bentuk bermacam-macam. Konstruksi
dari alat tersebut tergantung dari macam pupuk yang akan diberikan. Beberapa
faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah pupuk yang diberikan antara lain
tanaman yang diusahakan, sifat fisik dan kimia tanah.
Pada prinsipnya, antara jenis alat penanam dan alat pemupuk terdapat beberapa
persamaan dalam prinsip kerja. Persamaannya antara lain adanya pembuka alur,
mekanisme penjatuhan pupuk atau benih, penutup alur dan tempat pupuk atau
benih. Dengan demikian, untuk beberapa jenis alat pemupuk yang didorong
tenaga manusia atau ditarik hewan atau traktor prinsip kerjanya sama dengan alat
penanaman. Alat/mesin pemupukan di Indonesia masih belum berkembang.
Umumnya pemupukan masih dilakukan secara tradisional oleh para petani.
A.1.1. Tradisional
Cara tradisional ini masih banyak dipergunakan petani di Indonesia. Pupuk
sampai ke permukaan tanah dengan cara disebar dengan menggunakan tangan.
Untuk maksud tersebut digunakan pupuk dalam bentuk butiran kering. Pupuk
diangkut ke lapangan dengan menggunakan keranjang atau karung. Sedangkan
pada pembenaman pupuk kandang dengan menggunakan cangkul.
Kapasitas kerja penyebar pupuk pada tanaman padi adalah 1 orang pria dalam
6 jam untuk 1 hektar, sedangkan pada tanaman jagung atau singkong sekitar 5
orang pria selama 6 jam untuk 1 hektar.
Kelemahan cara tradisional antara lain adalah, hanya baik untuk pupuk padat dan
kering, disamping hasil sebarannya yang kurang seragam.
Alat penyebar pupuk semi mekanis dapat menyebar pupuk sebanyak 100 kg
sampai 1.400 kg setiap hektar dengan jarak alur 30 cm. Kapasitas dari corong
pemasukan (Hopper) antara 14 kg sampai 30 kg.
Hasil pengujian yang dilakukan di beberapa daerah transmigrasi didapatkan
kapasitas pemupukan antara 12 sampai 13 jam setiap hektar pada lahan kering,
dan 15 jam sampai 16 jam setiap hektar pada lahan sawah. Alat tersebut buatan
IRRI, dan alat dengan jenis yang sama telah diproduksi Tegal-Jawa Tengah
Dibandingkan dengan cara tradisional, cara ini memperoleh hasil yang lebih baik.
Bagian-bagian penting dari alat terdiri dari :
1. Tangkai kendali
2. Corong pemasukan (hopper)
3. Roda penggerak
4. Pengatur penjatuhan pupuk
5. Pembuka alur
6. Penutup alur
7. Saluran pupuk
Kegunaan dari tiap-tiap alat adalah:
1. Tangkai kendali : gunanya untuk mengendalikan alat supaya jalannya
lurus
2. Corong Pemasukan : berguna untuk menyalurkan pupuk tanah.
3. Roda penggerak : berguna untuk memudahkan jalannya alat dan
sebagai sumber tenaga pemutar bagian ”pengatur” jatuhnya pupuk.
4. Pengatur penjatuhan pupuk : berguna untuk menentukan jumlah
pupuk yang dikeluarkan/dijatuhkan ke atas tanah.
5. Pembuka alur : berguna untuk membuka tanah yang akan ditempati
pupuk.
6. Saluran pupuk : berguna untuk menyalurkan pupuk agar diperoleh
ketepatan penjatuhan pupuk diatas tanah.