Professional Documents
Culture Documents
NIM : 0910910010
Respirasi Tumbuhan
Respirasi merupakan suatu proses pembebasan energi dengan memecahan senyawa organik
menjadi CO2, H2O dan energi yang membutuhkan oksigen. Proses ini menghasilkan suatu energi
dalam bentuk ATP sebagai energi untuk meneruskan kehidupan, misalnya untuk bergerak, tumbuh
maupun melakukan proses sintesis (anabolisme) (Salisbury, 1995). Respirasi merupakan reaksi redoks
yang mengoksidasi substrat menjadi CO2 dan menyerap O2 yang dijadikan sebagai oksidator dalam
pereduksian menjadi H2O. Umumnya senyawa-senyawa yang berlebih dalam tumbuhan direspirasikan
menjadi CO2 dan air (Syamsuri, 2004).
Dalam tubuh makhluk hidup terjadi pula pembongkaran gula dan zat organik lainnya yang
dibantu oleh enzim. Energi panas yang timbul dari hasil respirasi yaitu berupa panas dan energi yang
digunakan tumbuhan untuk melangsungkan proses-proses pembentukan zat organic, aktivitas dalam
peresapan (osmosis), penimbunan garam-garam, pengaliran protoplasma, pembelahan sel dan lain-lain
aktivitas lagi. Menyusutnya zat organic, penggunaan O2 dan pengeluaran CO2, timbulnya panas
(energy) itu semua manifestasi dari proses respirasi yang terjadi di dalam tiap-tiap sel hidup. Perlulah
dikemukakkan disini, bahwa tidak pada semua pada respirasi dikeluarkan CO 2. Kita kenal respirasi
aerob dan respirasi anaerob keduanya lazim terjadi di dalam sel-sel tumbuhan (Nursetiawan, 2011).
Respirasi makhluk hidup terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan energi tanpa
menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa tertentu misalnya asam
fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat hidrogen dan membentuk asam laktat atau
alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang
terendam air, biji – biji yang kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri
anaerobik. Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan
baku seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil akhirnya
adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap menjadi air dan
karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan respirasi aerobik.
Reaksinya :
C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan bakteri anaerobik
seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan dengan udara
bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka tertutup sehingga member kemungkinan bakteri
tambah subur (Syamsuri, 2004).
Pernapasan anaerob sebenarnya dapat juga berlangsung di dalam udara yang bebas, akan
tetapi proses ini tidak menggunakan O2 yang tersedia di dalam udara tersebut. pernapasan anaerob
juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua fermentasi itu anaerob. Tujuan fermentasi
sama saja dengan tujuan respirasi, yaitu untuk memperoleh energy. Energy yang didapatkan
dengan jalan fermentasi, jauh kurangnya daripada energy yang diperoleh dengan pernapasan biasa
(Nursetiawan, 2011).
2. Respirasi Aerob
Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk mendapatkan
energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat dituliskan:
a. Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi selama jalur
ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon tiga. Gula yang lebih
kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang untuk membuat dua molekul
piruvat (champbell, 2002).
NADH merupakan sumber elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah persenyawaan
berenergi tinggi. Selama glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP
diantaranya digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa 2
molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis tidak memerlukan
oksigen. Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar mitokondria). Hasil akhir sebelum
memasuki siklus krebs adalah asam piruvat. Ada yang membedakan tahap ini menjadi dua
yaitu glikolisis dan dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa 6C menjadi senyawa
2C pada hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi oksidatif adalah reaksi asam
piruvat diubah menjadi asetil KoA.
b. Siklus krebs
Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C) menjadi
asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi berbagai macam
zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat. Dalam perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan.
Pada tiap tahapan, dilepaskan energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan
langsung dapat digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima
hidrogen yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini
dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh reaksi
siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus krebs
berlangsung didalam mitokondria
PROSES RESPIRASI
Tahapan respirasi dilakukan dengan penyerapan O2 dari lingkungan dan terjadi pula transport
gas-gas secara keseluruhan pada tumbuhan. O2 yang masuk berdifusi melalui ruang antar sel, dinding
sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO 2 yang dihasilkan respirasi akan
berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan
protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut (Idonbiu, 2009).
Adapun beberapa tahapan yang terjadi dalam proses respirasi ini, antara lain (Idonbiu, 2009) :
1. Glikolisis
Glikolisis merupakan tahap pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat
(beratom C3), peristiwa ini berlangsung di sitosol. As. Piruvat yang dihasilkan selanjutnya
akan diproses dalam tahap dekarboksilasi oksidatif. Selain itu glikolisis juga menghasilkan 2
molekul ATP sebagai energi, dan 2 molekul NADH yang akan digunakan dalam tahap
transport elektron. Dalam keadaan anaerob, As. Piruvat hasil glikoisis akan diubah menjadi
karbondioksida dan etil alkohol. Proses pengubahan ini dikatalisis oleh enzim dalam
sitoplasma. Dalam respirasi anaerob jumlah ATP yang dihasilkan hanya dua molekul untuk
setiap satu molekul glukosa, sedangkan ATP yang dihasilkan dari respirasi aerob secara
keseluruhan dpat menghasilkan jumlah ATP yang jauh lebih banyak dari pada respirasi secara
anaerob, yaitu 36 ATP.
2. Dekarboksilasi Oksidatif
Tahapan ini merupakan tahapan dimana terjadi pengubahan asam piruvat (beratom C3)
menjadi Asetil KoA (beratom C2) dengan melepaskan CO2, peristiwa ini berlangsung di
sitosol. Asetil KoA yang dihasilkan akan diproses dalam siklus asam sitrat. Hasil lain yang
muncul dari tahapan ini adalah NADH yang dapat digunakan dalam transport elektron.
4. Transfer elektron
Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam reaksi respirasi, dimana terjadi serangkaian
reaksi yang melibatkan sistem karier elektron (pembawa elektron). Proses ini terjadi di dalam
membran dalam mitokondria. Dalam reaksi ini elektron ditransfer dalam serangkaian reaksi
redoks dan dibantu oleh enzim sitokrom, quinon, piridoksin, dan flavoprotein. Reaksi transfer
elektron ini nantinya akan menghasilkan H2O.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (Idonbiu, 2009):
1. Ketersediaan substrat.
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan
meningkat.
2. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena
jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang
tersedia di udara.
3. Suhu.
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana
umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal
ini tergantung pada masing-masing spesies.