You are on page 1of 23

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II

PERCOBAAN VII

PANCA INDERA

Disusun oleh :

Kelompok IV

Kamis, 16 Desember 2010

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2010
LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA II

PERCOBAAN VII

PANCA INDERA

Disusun oleh :

Kelompok IV

Nur Alimin 0901037

Norman Saputra 0901035

Nuraisyah 0901039

Nurul Hafizah 0901045

Rezky Janthrie Negsih 0901049

Kamis, 16 Desember 2010

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

2011

PERCOBAAN VII
PANCA INDERA

1) Tujuan percobaan
o Mengenal fisiologi dan sifat-sifat indera
2) Tinjauan Pustaka

Organ indera, juga dikenal sebagai ujung sensoris atau reseptor, merupakan
bagian terminal dendrite yang menerima berbagai stimulus/ rangsangan sensoris
dan mentransmisikan rangsangan tersebut ke susunan saraf pusat. Berdasarkan
sumber stimulusnya reseptor sensoris ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu

1. Eksteroreseptor yaitu reseptor sensoris yang terletak pada permukaan badan


dan akan menerima stimulus dari lingkungan luar. Ekteroreseptor dibagi lagi
menjadi 3 kelompok yaitu
a. Ekteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatik aferen umum
(general somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap stimulus suhu, raba,
tekan dan nyeri.
b. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur somatic aferen khusus
(special somatic afferent). Reseptor ini peka terhadap cahaya (sense of vision)
dan suara (sense of hearing).
c. Eksteroreseptor yang merupakan komponen dari jalur viseral aferen khusus.
Reseptor ini peka terhadap bau dan rasa
2. propioreseptor yaitu reseptor khusus yang terletak pada kapsul sendi, tendon,
dan serat intrafusal didalam otot. Reseptor yang merupakan komponen jalur
somatik aferen umum (general somatic afferent) ini akan mentrasmisikan
informasi yang terkait dengan kesiagaan tubuh dalam suatu ruang dan
gerakan. Organ versibular yang terletak pada telingan dalam akan menerima
stimulus terkait dengan gerakan kepala. Input ini ditransmisikan ke otak yang
selanjutnya akan diproses untuk mengkoreksi keseimbangan tubuh.
3. interoreseptor yaitu reseptor yang menerima informasi sensorik dari organ-
organ di dalam tubuh. Reseptor ini merupakan komponen dari jalur viseral
aferen umum (general viseceral aferent)

Pada tinjauan ini hanya akan dibahas mata yang merupakan reseptor peka
terhadap cahaya dan telinga yang merupakan reseptor peka terhadap suara.

MATA
Mata merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di
dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang
sensitif terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan
kerucut yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah
melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong informasi
penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.

Secara embriologis proses pembentukan mata dimulai pada minggu ke 4 masa


embrio. Proses pembentukan mata berasal dari 3 sumber yaitu

1. Penonjolan forebrain yang akan membentuk retina dan saraf optik


2. Permukaan ektoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan beberapa
struktur pelengkap di bagian depan mata.
3. Jaringan mesenkim yang mengumpul membentuk lapisan bola mata dan
struktur-struktur yang berkaitan dengan orbita.

Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika (lapisan) (Gb-2 dan 3) yaitu:

A. Tunika fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri
atas sklera dan kornea.
B. Tunika vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas
khoroid, badan siliaris dan iris.
C. Tunika neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas
retina.

A. TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA)

Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula fibroelastik yang kokoh penyokong


bola mata. Lapis fibrosa ini dibagi menjadi dua bagian yaitu sklera dan kornea.
Sklera merupakan bagian yang putih melingkupi lima-perenam bagian bola mata
dan terletak di sebelah belakang, sementara kornea merupakan bagian yang jernih
dan transparan melingkupi seperenam depan bola mata. Tempat sambungan sklera
dan kornea dikenal dengan nama limbus.

SKLERA

Sklera merupakan bagian bola mata yang putih seolah-olah tidak mengandung
pembuluh darah. Sklera disusun oleh serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-
selingi oleh jala-jala serat elastin. Susunan seperti ini membentuk struktur bola
mata yang kokoh, disokong oleh tekanan intraokular yang berasal dari humor
akwaeus yang terletak di sebelah depan lensa dan badan vitreus yang terletak di
belakang lensa. Di bagian belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik
pada lamina kribrosa. Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus
(tempat pertautan sklera dan kornea).

KORNEA

Kornea merupakan bagian tunika fibrosa yang transparan, tidak mengandung


pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung serat saraf. Kornea berasal dari
penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan bola mata. Secara histologik kornea
terdiri atas 5 lapisan yaitu:

1. Epitel kornea

Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun oleh epitel gepeng berlapis tanpa
lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung
kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis sel. Epitel kornea ini
mengandung banyak ujung-ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di
permukaan cepat menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di
bawahnya yang bermigrasi dengan cepat.

2. Membran Bowman

Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di bawah epitel tersusun dari serat
kolagen tipe 1.

3. Stroma kornea

Merupakan lapisan kornea yang paling tebal tersusun dari serat-serat kolagen
tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk lamel kolagen. Sel-sel fibroblas
terletak di antara serat-serat kolagen.

4. Membran Descemet

Merupakan membran dasar yang tebal tersusun dari serat-serat kolagen.

5. Endotel kornea

Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang paling dalam tersusun dari epitel
selapis gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel ini mensintesa protein yang mungkin
diperlukan untuk memelihara membran Descement. Sel-sel ini mempunyai
banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai pompa natrium yang akan
mengeluarkan kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion
klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma
akan diserap oleh endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam keadaan
sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk
mempertahankan kualitas refraksi kornea.
Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah) sehingga nutrisi didapatkan
dengan cara difusi dari pembuluh darah perifer di dalam limbus dan dari humor
akweus di bagian tengah. Kornea menjadi buram bila endotel kornea gagal
mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.

Limbus

Limbus merupakan tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera. Pada
tempat ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan
sklera. Bagian luarnya diliputi epitel konjungtiva bulbi yang merupakan epitel
berlapis silindris dengan lamina propria di bawahnya. Stromanya merupakan
tepian sklera yang menyatu dengan kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat
fibrosa. Di bagian dalam stroma ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada
bagian anterior taji ini terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan
ruang-ruang di antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/
space of Fontana). Di atas trabekula terdapat suatu saluran lebar dan panjang
disebut kanal Schlemm.

Kanal Schlemm

Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin yang melingkari mata tepat


anterior dan eksternal skleral spur. Di sebelah luar dibatasi oleh jaringan sklera
dan di dalam oleh lapisan jaringan trabekula yang lebih dalam. Lumen kanal ini di
batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan meneruskan diri ke dalam pleksus
sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus vena sklera. Di bagian posterior taji
sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos, muskulus siliaris yang berfungsi
untuk mengatur akomodasi mata.

B. TUNIKA VASKULOSA / UVEA (L.uva=anggur)

Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian yaitu khoroid, badan siliaris dan iris.

Khoroid (choroid)

Khoroid merupakan lapisan yang banyak mengandung pembuluh darah dan


sel-sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam. Lapisan ini tersusun dari jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel
fibroblas, pembuluh darah dan melanosit. Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu :

1. Epikhoroid merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat


kolagen dan elastin.
2. Lapisan pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari
pembuluh darah dan melanosit.
3. Lapisan koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler,
jaring-jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit. Kapiler-
kapiler ini berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk
bagian luar retina.
4. Lamina elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel
pigmen retina. Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu
lapisan dalam lamina basal yang homogen.

Badan Siliaris (Korpus siliaris)

Korpus siliaris (badan siliaris) adalah struktur melingkar yang menonjol ke


dalam mata terletak di antara ora serrata dan limbus. Struktur ini merupakan
perluasan lapisan khoroid ke arah depan. Korpus siliar disusun oleh jaringan
penyambung jarang yang mengandung serat-serat elastin, pembuluh darah dan
melanosit.

Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan pendek seperti jari yang dikenal


sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus siliaris muncul benang-benang fibrillin
yang akan berinsersi pada kapsula lensa yang dikenal sebagai zonula zinii.

Korpus siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-8). Lapisan luar kaya
akan pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam
yang tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak
sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan filtrasi
plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli
posterior).

Humor akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke
bilik mata depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris
dan lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya
masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor akweus masuk ke
pleksus sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.

Korpus siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus
siliaris. Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka
kanal Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada
skleral spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut akomodasi.
Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh peningkatan
tekanan intraokuler yang tinggi dalam waktu lama akibat kegagalan penyaluran
humor akweus dari bilik mata depan. Bila keadaan ini dibiarkan dapat
menyebabkan kebutaan.

Iris (Iris, pelangi)

Iris merupakan bagian yang paling depan dari lapisan uvea. Struktur ini
muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah diafragma di depan lensa. Iris
juga memisahkan bilik mata depan dan belakang. Celah di antara iris kiri dan
kanan dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil).

Iris disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya
akan pembuluh darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan
(kamera okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak
lengkap dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris tampak halus dan ditutupi
oleh lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris.
Permukaan yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen
yang akan mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya
akan terfokus masuk melalui pupil.

Pada iris terdapat 2 jenis otot polos yaitu otot dilatator pupil dan otot
sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil. Otot
dilatator pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan pupil,
sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan parasimpatis (N. III)
akan memperkecil diameter pupil.

Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat pada epitel dan stroma iris akan
mempengaruhi warna mata. Bila jumlah melanosit banyak mata tampak hitam,
sebaliknya bila melanosit sedikit mata tampak bewarna biru.

Lensa Mata

Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul lensa, epitel subkapsul dan serat-serat
lensa. Kapsul lensa merupakan lamina basal yang umumnya disusun oleh serat-
serat kolagen tipe IV dan glikoprotein. Kapsul ini elastik, jernih dan kompak.
Epitel subkapsul hanya terdapat pada permukaan anterior lensa tepat di bawah
kapsul lensa. Epitelnya terdiri atas selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel
subkapsul terdapat serat-serat lensa yang di bentuk dari sel-sel yang kehilangan
inti dan organel sel lainnya. Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa
kristalin (crystallins). Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi
lensa.

Lensa sama sekali tidak mengandung pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa
diperoleh dari humor akweus dan korpus vitreus. Lensa bersifat impermeabel,
tetapi dapat ditembus cahaya dengan mudah.

Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan pada lensa yang menyebabkan
menurunnya kemampuan untuk melihat. Keadaan ini dikenal sebagai katarak.
Kondisi mungkin disebabkan oleh bertumpuknya pigmen atau substansi lain dan
keterpaparan sinar ultra violet secara berlebihan. Di samping itu pada orang tua
terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai presbiopia yaitu ketidakmampuan mata
untuk melihat benda-benda dalam jarak dekat yang disebabkan karena
menurunnya elastisitas lensa akibat proses penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak
dapat mencembung guna memfokuskan bayangan benda secara tepat pada retina.
Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian kaca mata.

Lensa digantung ke korpus siliaris oleh penggantung lensa yang dikenal


sebagai zonula Zinii.

Korpus Vitreus

Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar jernih yang mengisi ruang vitreus
(ruang antara lensa dan retina). Korpus vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air
(99%) dan mengandung elektrolit, serat-serat kolagen dan asam hialuronat.
Korpus vitreus melekat pada seluruh permukaan retina. Di tengah korpus vitreus
berjalan sisa suatu saluran yang berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang
semula mengandung arteri hialodea pada masa janin. Badan vitreus berfungsi
untuk memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.

C. TUNIKA NEURALIS (RETINA)

Retina merupakan lapisan terdalam bola mata, mengandung sel-sel fotoreseptor


yaitu sel-sel batang dan kerucut. Retina berkembang dari cangkir optik (optic cup
(Gb-12)), suatu struktur berbentuk cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses
invaginasi (penonjolan ke arah dalam) gelembung optik primer (primary optic
vesicle). Gelembung optik primer ini berkembang dari penonjolan keluar
prosencephalon (otak depan). Tangkai dari cangkir optik (optic stalk) akan
berkembang menjadi saraf optikus (optic nerve). Dinding luar cangkir optik (optic
cup) berkembang menjadi lapisan pigmen luar sementara bagian saraf retina
(neural retina) berkembang dari lapisan dalam cangkir optik.
Lempeng optik (optik disk) (Gb-13) yang terletak di dinding belakang bola
mata merupakan tempat keluarnya nervus optikus. Serat-serat saraf di daerah ini
akan bertumpuk membentuk suatu tonjolan yang disebut papila nervus optikus.
Daerah ini tidak mengandung sel-sel fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya,
sehingga di sebut juga sebagai bintik buta (blind spot).

Retina optikal atau neural melapisi khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian
posterior hingga ora serrata di anterior. Pada irisan histologik (Gb-14 dan 15)
terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam yaitu:

1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans dalam

Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel poligonal yang teratur, ke arah ora
serrata bentuk selnya menjadi lebih gepeng. Inti sel berbentuk kuboid dengan
sitoplasmanya kaya akan butir-butir melanin. Fungsi epitel pigmen adalah

1. Menyerap cahaya dan mencegah terjadinya pemantulan.


2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan rhodopsin

Lapisan batang dan kerucut mengandung 2 jenis sel fotoreseptor yaitu sel
batang dan sel kerucut yang merupakan modifikasi sel saraf. Lapisan ini
mengandung badan sel batang dan kerucut. Sel batang merupakan sel khusus yang
ramping dengan segmen luar berbentuk silindris dengan panjang 28 mikrometer
mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen dalam yang sedikit lebih
panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya mempunyai ketebalan 1,5
mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti luar. Ujung segmen luar
tertanam dalam

epitel pigmen. Segmen luar dan dalam dihubungkan oleh suatu leher yang sempit.
Dengan mikroskop electron segmen luar tampak mengandung banyak lamel-lamel
membran dengan diameter yang seragam dan tersusun seperti tumpukan kue
dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk suatu simpul akhir yang
mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar yang disebut sferul
batang (rod spherule). Sel batang yang hanya teraktivasi dalam keadaan cahaya
redup (dim light) sangat sensitive terhadap cahaya. Sel ini dapat menghasilkan
suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi sel ini tidak dapat menghasilkan
sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan juga tidak peka terhadap warna.

TELINGA

Telinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan.


Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam (Gb-1). Secara
histologi telinga merupakan struktur yang rumit dan halus terdiri atas bagian
tulang dan membran. Telinga terletak pada pars perosus tulang timpani

Gelombang suara yang diterima oleh telinga luar di ubah menjadi getaran mekanis
oleh membran timpani. Getaran ini kemudian di perkuat oleh tulang-tulang padat
di ruang telinga tengah (tympanic cavity) dan diteruskan ke telinga dalam. Telinga
dalam merupakan ruangan labirin tulang yang diisi oleh cairan perilimf yang
berakhir pada rumah siput / koklea (cochlea). Di dalam labirin tulang terdapat
labirin membran tempat terjadinya mekanisme vestibular yang bertanggung jawab
untuk pendengaran dan pemeliharaan keseimbangan. Rangsang sensorik yang
masuk ke dalam seluruh alat-alat vestibular diteruskan ke dalam otak oleh saraf
akustik (N.VIII).

TELINGA LUAR

Telinga luar terdiri atas daun telinga (auricle/pinna), liang telinga luar (meatus
accus-ticus externus) dan gendang telinga (membran timpani)

Daun telinga /aurikula disusun oleh tulang rawan elastin yang ditutupi oleh kulit
tipis yang melekat erat pada tulang rawan. Dalam lapisan subkutis terdapat
beberapa lembar otot lurik yang pada manusia rudimenter (sisa perkembangan),
akan tetapi pada binatang yang lebih rendah yang mampu menggerakan daun
telinganya, otot lurik ini lebih menonjol.

Liang telinga luar merupakan suatu saluran yang terbentang dari daun telinga
melintasi tulang timpani hingga permukaan luar membran timpani. Bagian
permukaannya mengandung tulang rawan elastin dan ditutupi oleh kulit yang
mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea dan modifikasi kelenjar keringat
yang dikenal sebagai kelenjar serumen. Sekret kelenjar sebacea bersama sekret
kelenjar serumen merupakan komponen penyusun serumen. Serumen merupakan
materi bewarna coklat seperti lilin dengan rasa pahit dan berfungsi sebagai
pelindung.

TELINGA TENGAH

Telinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang
terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Ruang ini berbatasan di sebelah
posterior dengan ruang-ruang udara mastoid dan disebelah anterior dengan faring
melalui saluran (tuba auditiva) Eustachius.

Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya


merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior
pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia.
Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum.

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang
maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa
rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang
maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng
dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam.
Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot tensor
timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonya berjalan mula-mula
ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk
melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam
gagang maleus. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk
piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam
leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-
getaran berfrekuensi tinggi

TELINGA DALAM

Telinga dalam adalah suatu sistem saluran dan rongga di dalam pars petrosum
tulang temporalis. Telinga tengah di bentuk oleh labirin tulang (labirin oseosa)
yang di da-lamnya terdapat labirin membranasea. Labirin tulang berisi cairan
perilimf sedangkan labirin membranasea berisi cairan endolimf.

RESEPTOR PENGHIDU DAN PENGECAP


A. RESEPTOR PENGHIDU

Sensasi bau yang dikenal sebagai “Olfaction” dilakukan oleh organ


penghidu yang terletak di dalam rongga hidung pada bagian atap rongga hidung,
bagian atas septum nasi dan pada konka nasalis superior tulang etmoidalis.

Organ penghidu ini terdiri atas dua lapisan

1. Epitel olfaktorius yang terdiri atas sel reseptor penghidu (sel olfaktorius),
sel penyokong (sel sustentakular) dan sel basal. Epitel ini pada keadaan hidup
tampak bewarna kekuningan.

2. Lamina propria merupakan lapisan yang terdapat di bawah epitel


olfaktorius dan disusun oleh jaringan ikat longgar. Lapisan ini mengandung akson
sel olfaktorius, pembuluh darah dan kelenjar olfaktorius (dikenal sebagai kelenjar
Bowman) yang menghasilkan sekret serosa.

Sel olfaktoria merupakan sel saraf bipolar termodifikasi. Bagian ujung


dendrit mengalami penggembungan yang dikenal sebagai vesikel olfaktorius.
Vesikel olfaktorius ini mempunyai 6-8 silia yang panjang dan tidak bergerak. Silia
ini terbenam di dalam lapisan lendir yang menyelimuti permukaan lapisan epitel.
Akson dari sel olfaktorius akan berjalan menembus lamina propia untuk
bergabung dengan akson dari sel olfaktorius lainnya membentuk berkas (bundle)
serat saraf. Berkas saraf ini akan berjalan melintasi lempeng kribiformis
(Cribiform plate) pada atap rongga hidung untuk bersinap dengan sel saraf kedua
pada bulbus olfaktorius. Akson dari sel saraf kedua pada bulbus olfaktorius ini
kemudian akan berjalan ke korteks olfaktorius, hipothalamus dan bagian limbik
sistim melalui traktus olfaktorius. Badan sel olfaktorius ini mempunyai inti yang
bulat dan lebih dekat ke arah lamina basal daripada ke vesikel olfaktorius.
Sitoplasmanya mengandung struktur-struktur yang sama dengan sel saraf lainnya.

Sel penyokong merupakan sel-sel berbentuk silindris, berukuran 50-60 um dan


mempunyai mikrovili pada permukaannya. Intinya berbentuk bulat terletak pada
1/3 apikal sel. Sitoplasma bagian apikalnya mempunyai granula yang
mengandung pigmen bewarna kekuningan. Adanya pigmen kekuningan ini
menyebabkan epitel olfaktorius. tampak bewarna kekuningan pada keadaan hidup.
Fungsi sel ini adalah untuk menyokong, memberi nutrisi dan insulator listrik bagi
sel olfaktorius.

Sel basal merupakan sel kecil, basofilik, berbentuk piramid yang bagian
apikalnya tidak mencapai permukaan epitel. Inti sel terletak lebih ke arah basal.
Sel basal diyakini sebagai sel induk (stem cells) untuk sel olfaktorius dan sel
sustentakular.
B. RESEPTOR PENGECAP

Indera pengecap memberikan informasi kepada kita tentang makanan dan


minuman yang kita konsumsi. Reseptor pengecap terletak pada permukaan atas
lidah dan bagian faring dan laring yang terletak didekatnya. Reseptor pengecap
dan sel-sel epitel yang khas membentuk struktur sensoris yang dikenal sebagai
kuncup kecap (taste bud).

Kuncup kecap merupakan organ sensoris intraepitel yang berfungsi dalam


persepsi rasa. Permukaan lidah dan bagian belakang rongga mulut mengandung
kira-kira 3000 kuncup kecap. Kuncup kecap merupakan organ berbentuk bulat,
lebih pucat dibandingkan dengan epitel disekitarnya. Setiap kuncup kecap terdiri
atas 40 reseptor pengecap berbentuk silindris yang dikenal sebagai sel pengecap
(gustatory cells) dan sel-sel penyokong. Pada bagian ujung sel kecap yang
menyempit terdapat mikrovili, yang dikenal sebagai rambut pengecap (taste hairs)
yang berjalan menuju permukaan lidah

melalui lubang pengecap (taste pore). Ada 4 macam sel pengecap yaitu sel basal
(basal cell, sel tipe IV), sel gelap (dark cell, sel tipe I), sel terang (light cell, sel
tipe II), dan sel

pertengahan (intermediate cell, sel tipe III). Sel basal diyakini merupakan sel
awal yang akan berubah menjadi sel gelap yang kemudian menjadi matang
sebagai sel terang, lalu berubah menjadi sel pertengahan dan akhirnya akan mati.
Serat-serat saraf akan masuk kedalam kuncup kecap dan bersinap dengan sel tipe
I, II dan III.

Di bawah mikroskop cahaya kuncup nampak sebagai struktur mirip irisan


bawangdengan sel-sel yang tersusun mirip lapisan-lapisan pada bawang yang
dibelah tegak lurus melalui dasarnya. Badan akhir serat saraf sensoris ini terdiri
atas 2 macam sel yaitu sel pengecap dan sel penyokong yang keduanya berbentuk
gelendong langsing. Sel ini cukup panjang sehingga tingginya hampir sama
dengan tebal epitel. Sel penyokong lebih gemuk dan intinya berkromatin halus
sedangkan sel pengecap lebih langsing, intinya gepeng panjang dan berkromatin
padat. Pada ujung yang menghadap permukaan biasanya tampak berjumbai yang
terdiri atas rambut-rambut pengecap yang sebenarnya adalah berkas mikrovilus.

Saraf kranial ke VII akan mempersarafi kuncup kecap yang terdapat pada
2/3 anterior lidah, dari akar lidah hingga ke garis papila sirkumvalata. Papila
sirkumvalata dan 1/3 posterior lidah akan dipersarafi oleh saraf otak ke IX. Saraf
otak ke X akan mempersarafi kuncup kecap yang tersebar pada permukaan
epiglotis. Serat saraf sensorik afferent dari saraf –saraf kranial ini akan bersinap
di nukleus solitarius di medula oblongata. Akson dari sel saraf di nuleus solitarius
akan berjalanmemasuki lemniskus medialis selanjutnya menuju ke talamus dan
akhirnya informasi akan diproyeksikan ke korteks sensoris primer.

3) Alat dan Bahan


 Bahan yang digunakan :
o Larutan kimia sulfat 0,1%
o Larutan kimia sulfat 0,000008 M
o Larutan sukrosa 0,01 M dan 5%
o Larutan asam asetat 1%
o Larutan natrium klorida 0,0009 N
o Kapas
o Kamfer
o Minyak permen
o Minyak cengkeh
o Air es
 Alat yang digunakan :
o Model anatomi telinga
o Model anatomi mata
o Pengukur pupil mata
o Lampu senter
o Pipet tetes
o Garpu tala
o Jam/ stopwatch
o Plat warna ishihara
4) Cara Kerja
 Prosedur kerja tertulis jelas pada Diktat Penuntun Praktikum Anatomi
Fisiologi Manusia II Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi hal. 58-67

5) Hasil Pengamatan dan Pembahasan


 Penglihatan (Visio)
1. Anatomi Mata

 Fisiologi Penglihatan
a. refleks akomodasi

Jarak \Keadaan cahaya Gelap Terang


20 cm 5 4
5m 6 5

b. titik dekat

Jarak terlihat Jarak kembali menjadi objek


berganda tunggal
Jarak (cm) ±18 ±25

c. bintik buta
Objek (titik hitam) tak
Objek Nampak kembali
nampak
Jarak (cm) ±14 ±6

 Kecap (Rasa)
1. Distribusi reseptor Kecap

Larutan Kinin Sulfat 0.1% Pahit sekali


Larutan Sukrosa 5% Manis
Larutan Asam Asetat 1% Asam
Larutan Natrium Klorida 10% Asin

2. Nilai ambang rasa

Rasa Zat Konsentrasi Pembuktian


Pahit Kinin 0.00008 M Benar
Manis Sukrosa 0.1 M Benar
Asam Asam Klorida 0.009 M Benar
Asin Natrium Klorida 0.01 M Benar

 Fisiologi Pendengaran
1. Ketajaman Pendengaran

Telinga
Bunyi alarm
Kanan Kiri
Jarak (m) 15 13

2. Uji weber

Kondisi normal

3. Lengkapi table

No. Komponen alat pendengaran Fungsi


Menampung gelombang yang
1 Aurikula (daun telinga)
datang dari luar masuk ke dalam.
Saluran penghubung aurikula
2 Maetus akustikus (liang telinga)
dengan membrane timpani
Menerima rangsangan bunyi dan
3 Telinga dalam mengirimkannya berupa implus
ke otak
4 Telinga Tengah menjaga tekanan udara agar
seimbang
melindungi telinga dari
5 Serumen
kerusakan dan infeksi
mengantar getaran suara dari
6 Membran Timfani
udara ke tulang pendengaran
menghubungkan telinga tengah
7 Saluran Eustachius
dengan bagian telinga belakang
meneruskan getaran yg
8 Tulang-tulang pendengaran
disampaikan gendang telinga
berperan dalam penerimaan
9 Koklea
suara
10 Utrikulus & Sakula terdapat alat keseimbangan
4. Uji keseimbangan

30 sekon balance

 Penciuman
1. Adaptasi penciuman

Bau yang masuk kedalam rongga hidung akan merangsang saraf (nervus
olfaktorius) dari bulbus olfaktori. Indra bau bergerak melalui traktus olfaktorius
dengan perantaraan stasiun penghubung hingga mencapai daerah penerima akhir
dalam pusat olfaktorius pada lobus temporalis di otak besar tempat perasaan
ditafsirkan. Rasa penciuman dirangsang oleh gas yang diisap dan kepekaan akan
rasa tersebut mudah hilang bila dihadapkan pada suatu bau yang sama untuk
waktu yang cukup lama. Contoh, orang yang berada dalam suatu ruangan yang
sesak dan pengap, tidak merasakan bau yang tidak enak sementara di lain pihak
bau segera menyengat hidung orang yang baru datang dari lingkungan udara
segar.

Adaptasi organ penciuman


Bahan
Kanan Kiri
Kamfer 00:22:26 00:10:21
Cengkeh 00:10:61 00:11:09
Minyak permen 00:16:66 00:11:32
2. Transmisi impuls penciuman

Gambar transmisi impuls

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar
nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam
vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa
nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat
konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka
media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior
ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui.
Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel
olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan epitel
olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang
bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan
kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret
yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron
untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada
rongga hidung membuat setiap udara yang masuk mengalami pembersihan,
pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
3. Uji air es

Masukan air es kedalam salah satu telinga :

Pada mula akan memasukan air ke dalam telinga terasa nervous. Air terasa dingin
saat berada di luar (daun telinga) hingga masuk ke dalam telinga, namun air
menjadi hangat setelah ke luar dari telinga.
Gambar :
6) Kesimpulan

Mata

Saraf indra penglihatan, saraf optikus (urat saraf cranial kedua) muncul dari sel-
sel ganglion dalam retina, bergabung untuk membentuk saraf optikus.

Telinga

Proses mendengar ditimbulkan oleh getaran atmosfer yang dikenal sebagai


gelombang suara yang kecepatan dan volumenya berbeda.

Hidung

Neuroepitel olfaktorius terletak di bagian atas rongga hidung di dekat cribiform


plate, septum nasi superior dan dinding nasal superolateral. Struktur ini
merupakan neuroepitelium pseudostratified khusus yang didalamnya terdapat
reseptor olfaktorius utama.

Pada neonatus, daerah ini merupakan suatu lembar neural yang padat, namun pada
anak-anak dan dewasa terbentuk interdigitasi antara jaringan respiratorius dan
olfaktorius.Dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah neuron olfaktorius ini
lambat laun akan berkurang. Selain neuron olfaktorius, epitel ini juga tersusun
oleh sel-sel penopang yaitu duktus dan glandula Bowman yang sifatnya unik pada
epitel olfaktorius dan sel basal yang berfungsi pada regenerasi epitel.

Sensasi pembauan diperantarai oleh stimulasi sel reseptor olfaktorius oleh bahan-
bahan kimia yang mudah menguap. Untuk dapat menstimulasi reseptor
olfaktorius, molekul yang terdapat dalam udara harus mengalir melalui rongga
hidung dengan arus udara yang cukup turbulen dan bersentuhan dengan reseptor.
Faktor-faktor yang menentukan efektivitas stimulasi bau meliputi durasi, volume
dan kecepatan menghirup. Tiap sel reseptor olfaktorius merupakan neuron bipolar
sensorik utama.

Dalam rongga hidung rata-rata terdapat lebih dari 100 juta reseptor. Neuron
olfaktorius bersifat unik karena secara terus menerus dihasilkan oleh sel-sel basal
yang terletak dibawahnya. Sel-sel reseptor baru dihasilkan kurang lebih setiap 30-
60 hari.

Reseptor odorant termasuk bagian dari G-protein receptor superfamily yang


berhubungan dengan adenilat siklase. Manusia memiliki beratus-ratus reseptor
olfaktorius yang berbeda, namun tiap neuron hanya mengekspresikan satu tipe
reseptor. Inilah yang mendasari dibuatnya peta pembauan (olfactory map). Neuron
yang menyerupai reseptor yang terdapat di epitel mengirimkan akson yang
kemudian menyatu dalam akson gabungan pada fila olfaktoria didalam epitel.

Pengecap

Fungsi untuk merasakan arti makanan yang enak atau tidak enak dan sebagai alat
reflex. Dengan adanya rasa asam, asin, pahit, manis dan sebagainya, maka getah
cerna akan keluar.

7) Daftar Pustaka

Drs. H. Syaifuddin, AMK.2003.Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa


Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

http://www.scribd.com/doc/26807882/Anatomi-Sistem-Panca-Indra

http://nissasukavanilla.wordpress.com/2009/10/16/fungsi-dr-bagian-telinga/

You might also like