You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Masyarakat merupakan suatu populasi yang membentuk organisasi


social bersifat kompleks.Dalam organisasi social terdapat nilai-nilai, norma-
norma, dan pranata pranata social.Dalam organisasi social terdapat pula
peraturan-eraturan untuk bertingkah laku yang kesemuanya berinteraksi
dalam kehidupan masyarakat. Meskipun norma, nilai,pranata dan peraturan
dimiliki oleh setiap kelompok masyarakat dengan tingkat peradapan berbeda,
dapat dipastikan tidak akan semua anggotanya mengetahui sekaligus
menyetujuinya. Tidak mungkin semua orang akan begitu saja berperilaku
sesuai dengan nilai, norma ataupun peraturan yang berlaku.
Kenyataan inilah yang menyebabkan ketidakselarasan atau konflik di
tengah-tengah masyarakat. Hakikat manusia sebagai individu dan makhluk
social dalam banyak hal akan mendatangkan ketiddakselarasan apabila tidak
di atur dan diarahkan sebagai mana mestinya.
Masyarakat pasti berubah, setiap masyarakat dimana pun pasti akan
mengalami perubahan dan dinamika social budaya, baik di desa maupun di
perkotaan. Perubahan dan dinamika itu merupakan akibat dari adanya
interaksi antar manusia dan antar kelompok.Akibatnya ,diantara mereka
terjadi proses saling mempengaruhi yang menyababkan perubahan dan
dinamika social.
Perubahan social tidak bisa kita elakkan.Apalagi di zaman yang
terbuka ini, kemajuan teknologi yang amat pesat telah membawa berbagai
macam pengaruh baik dari dalam maupun dari luar.Semua pengaruh itu
begitu mudah hadir di tengah-tengah kita.Lambat laun laun tanpa disadari
kita telah mengadopsi nilai-nilai baru tersebut.
Perubahan dan dinamika yang terjadi masyarakat bisa berupa
perubahan nilai-nilai social, norma-norma yang berlaku di masyarakat, pola-
pola perilaku individu dan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan,
lapisan-lapisan maupun kelas-kelas dalam masyarakat, kekuasaan,
wewenang, interaksi social, dan masih banyak lagi. Dengan kata lain
perubahan social bisa meliputi perubahan organisasi social, status, Lembaga
dan struktur social masyarakat.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian dan teori-teori perubahan sosial?


2. Apa hubungan antara perubahan sosial dan perubahan kebudayaan?
3. Beberapa bentuk perubahan sosial?
4. Faktor apa yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan di
Indonesia?
5. Faktor apa yang mempengaruhi jalannya proses perubahan di Indonesia?
6. Faktor apa yang menghambat terjadi dalam perubahan sosial dan kebudayaan
di Indonesia?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dan teori-teori perubahan sosial.


2. Mengetahuih hubungan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan.
3. Mengetahui beberapa bentuk perubahan sosial.
4. Mengetahui faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan kebudayaan di
Indonesia.
5. Mengetahui faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan di
Indonesia.
6. Mengetahui faktor yang menghambat dalam perubahan sosial dan
kebudayaan di Indonesia.
BABII
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Sosial

Perubahan kebudayaan, bahwa peradaban senatiasa berkembang mengandung


prinsip kontinuitas,dinamika, pertumbuhan dan perubahan. Kingsley Davis
mengartikan perubahan social sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat. Max iver mengartikan bahwa perubahan social
sebagai perubahan dalam hubungan social (social relationship) atau sebagai
perubahan terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan social.
Perubahan-perubahan dan dinamika social budaya tidak selalu berarti
kemajuan, tetapi dapat pula berarti kemunduran dalam bidang-bidang kehidupan
tertentu.Perubahan social menyangkut segala macam perubahan pada lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk nilai,
sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Perubahan social kultural


Terjadinya perubahan-perubahan social dianggap sebagai suatu hal yang
wajar dan akan terus berlangsung sepanjang manusia manusia saling berinteraksi
dan bersosialisasi. Perubahan social terjadi karena adanya perubahan unsur-
unsur dalam kehidupan masyarakat baik yang bersifat materil maupun
imatererial sebagai cara untuk menjaga keseimbangan masyarakat dan
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang dinamis. Seperti misalnya
unsur-unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan.Beberapa teori yang
menjelaskan sebab-sebab mengapa terjadi perubahan social antara lain sebagai
berikut:

a. Teori-teori Perubahan Sosial Moore:

Evolusi rektiliner yang sederhana


RA

AB
PE

N
D

U
A
K
T
DABA
TAHA

PERA

Evolusi melalui tahap-tahap


N
P

U
A
K
T
Evolusi yang terjadi dengan tahap yang tidak serasi

DA
RA

BA
PE

N
W

U
A
K
T
DABA Evolusi menurut siklus-siklus tertentu dengan kemunduran-kemuduran jangka pendek
TAHA

PERA

N
P

U
A
K
T Evolusi bercabang yang mewujudkan pertumbuhan dan kebhenikaan
UHAN

DAYA
KEBU
UMB
PERT

AN
W

U
A
K
T

Siklus-siklus yang tidak mempunyai kecenderungan-kecenderungan


PERADABA
TIPE-TIPE

U
A
K
T

Pertumbuhan logistik yang digambarkan oleh populasi


DA
RA

BA
PE

TU
AK
W

Pertumbuhan logistik terbalik tergambar dari angka kematian


KEMA
ANGK

ANGK

TIAN
A-

WAKTU
MUAN

MUAN

Pertumbuhan eksposional yang tergambar penemuan-penemuan baru


PENE
PENE

WA
KT
U
PERAD

Primitivisme
ABAN

WA
KT
U

b. Teori Evolusi (Evolutionary Theory)


Emile Durkheim dan Ferdinand Tonnies. Durkheim berpendapat bahwa
perubahan karena evolusi mempengaruhi cara pengorganisasian masyarakat,
terutama yang berhubungan dengan kerja. Sedangkan Tonnies memandang
bahwa masyarakat berubah dari masyarakat sederhana yang mempunyai
hubunagn erat dan kooperatif menjadi tipe masyarakat besar yang memiliki
hubungan yang terspesialisasi dan impersonal.Tonnies tidak yakin bahwa
perubahan-perubahan tersebut selalu membawa kemajuan.Bahkan dia melihat
adanya fragmentasi social (perpecahan dalam masyarakat), individu menjadi
terasing, dan lemahnya ikatan social sebagai akibat langsung dari perubahan
social budaya kea rah individualisasi dan pencarian kekuasaan.Gejala itu
tampak jelas pada masyarakt perkotaan. Teori evolusi ini masih belum
memuaskan banyak pihak. Alasanya, teori ini tidak mampu menjelaskan
jawaban terhadap pertanyaan mengapa masyarakat berubah hanya
menjelaskan bagaimana proses perubahan terjadi.
c. Teori Fungsionalis ( functionalist Theory)
Konsep kejutan budaya (cultural flag) dari Willim Ogburn berusaha
menjelaskan perubahan social dalam kerangka fungsionalis ini. Menurutnya,
meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain,
beberapa unsur lainnya tidak secepat itu sehingga tertinggal di belakang.
Ketertinggalan itu menjadikan kesenjangan social dan budaya antara unsur-
unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah lambat.
Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya kejutan social dan budaya pada
masyarakat. Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat
daripada perubahan budaya nonmaterial seperti kepercayaan, norma,nilai-
nilai yang mengatur masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu. Dia berpendapat
bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan kejutan budaya yang
pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang baru, meskipun
terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional
d. Teory Siklis (Cylical theory)
Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat
perubahan social.Teori ini beranggapan bahwa perubahan social tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh siapapun, bahkan orang-orang ahli sekali
pun.Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang harus diikutinya.Menurut
teori ini kebangkitan dan kemunduran suatu peradapan (budaya) tidak dapat
dielakkan, dan tidak selamanya perubahan social membawa kebaikan.
B. Hubungan perubahan sosial dan perubahan kebudayaan
Kingsley Davis menyebutkan bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari
perubahan kebudayaan.
Ciri-ciri perubahan-perubahan sosial:
1. Tidak ada masyarakat yang berhenti perkembangannnya, karena setiap
masyarakat mengalami perubahan yang terjadi secara lambat atau secara
cepat.
2. Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, akan diikuti
dengan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya. Karena
lembaga-lembaga sosial tadi sifatnya independen, maka sulit sekali
mengisolasi perubahan pada lembaga-lembaga sosial tertentu saja. Proses
awal dan proses selanjutnya adalah mata rantai.
3. Perubahan-perubahan sosial yang cepat biasanya mengakibatkan
disorganisasi yang bersifat sementara karena berada di dalam proses
penyesuaian diri. Disorganisasi akan didikuti oleh reorganisasi yang
mencakup pemantapan kaidah-kaidah dan nilai-nilai lain yang baru.
4. Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebedaan atau spiritual saja,
karena kedua bidang tersebut mempunyai kaitan timbal balik yang sangat
kuat.
5. Secara tipologis, perubahanperubahan sosial dapat dikatagorikan sebagai:
a. Proses Sosial: peredaran berbagai manfaat, fasilitas, dan pribadi dalam
struktur keluar.
b. segmentasi: proliferasi unit struktural yang tidak berbeda secara kualitatif
dari unit keluar.
c. Perubahan struktural: munculnya kompleks kualitatif baru dari peran dan
organisasi.
d. Perubahan struktur kelompok: pergeseran dalam komposisi kelompok,
tingkat kesadaran kelompok, dan hubungan antara kelompok-kelompok
dalam masyarakat.
C. Beberapa Bentuk Perubahan Sosial dan Budaya
1. Perubahan Lambat dan Perubahan Cepat
Perubahan – perubahan yang memerlukan waktu lama, dan rentetan -
rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti danlambat, dinamakan
evolusi. Pada evolusi perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa rencana atau
kehendak tertentu. Ada macam – macam teori tentang evolusi:
a) Unilinear theories of evolution. Teori ini berpendapat bahwa manusia dan
masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan sesuai
dengan tahap – tahapan tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana,
kemudian bentuk yang kompleks sampai pada tahap yang sempurna.
Pelopor teori ini: August Comte, Hebert Spencer dan lain – lain. Suatu
variasi dari teori tersebut adalah Cylical theories.
b) Universal theory if evolution. Teori ini menekankan pada penelitian –
penelitian terhadap tahap – tahap yang tetap. Teori ni mengemukakan
bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang
tertentu. Prinsip – prinsip teori ini diuraikan oleh Herbert Spencer yang
antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil
perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen baik
sifat maupun susunannya.
c) Multilined theories of evolition. Teori menekankan pada penelitian –
penelitian terhadap tahap – tahap perkembangan tertentu dalam evolusi
masyarakat, misalnya, mengadakan penelitian perihal pengaruh
perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian, terhadap
sistem kekeluargaan dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sementara itu perubahan – perubahan sosial dan kebudayaan yang
berlangsung dengan cepat dasar – dasar atau sendi – sendi pokok kehidupan
masyarakat (yaitu lembaga – lembaga lemasyarakatan) lazimnya dinamakan
“Revolusi”. Unsur – unsur pokok revolusi adalah adanya perubahan –
perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut mengenai dasar - dasar atau
sendi – sendi pokok kehidupan. Di dalam revolusi, perubahan – perubahan
yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu atau tanpa rencana. Ukuran
kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi, sebenarnya bersifat
relatif, karena revolusi dapat memakan waktu lama. Proklamasi kemerdekaan
Indonesia pada tangga; 17 Agustus 1945 merupakan contoh suatu revolusi
yang tepat.
Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan
yang kemudian menjelama menjadi revolusi. syarat – syarat revolusi:
a) Harus ada keinginan umum mengadakan suatu perubahan.
b) Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu
memimpin masyarakat tersebut.
c) Pemimpin mana dapat menampung keinginan – keinginan masyarakat
untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas tadi
menjadi program dan arah pergerakan.
d) Pemimpin tersebut harus dapat menunjukan suatu tujuan pada
masyarakat.
e) Harus ada momentum, yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah
tepat dan baik untuk memulai suatu gerakan. Apabila “momentum”
keliru, maka revolusi dapat gagal.
2. Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan - perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur
struktur - struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau berarti
bagi masyarakat. Perubahan mode pakaian misalnya, tak akan membawa
pengaruh apa – apa bagi masyarakat dalam keseluruahannya, karena tidak
mengakibatkan perubahan pada lembaga – lembaga kemasyarakatan.
Sebaliknya, suatu proses Industrialiasi yang berlangsung pada masyarakat
agraris, misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh besar
kepada masyarakat.
3. Perubahan yang dikehendaki (intended – change) atau perubahan yang
direncanakan (palned – change) dan perubahan yang tidak dikehendaki
(Unintended – change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unpalned
- change)

Perubahan yang dikendendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan


yang diperkirakan oleh pihak - pihak yang hendak mengadakan perubahan
dalam masyarakat. Pihak – pihak yang menghendaki perubahan disebut
Agent of Change, yaitu seorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga –
lembaga kemasyarakatan. Suatu perubahan yang dikehendaki atau yang
direncanakan selalaui berada di bawah pengendalian serta pengawasan agent
of change.
Perubahan sosial tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan adalah
perubahan – perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki, berlangsung di luar
jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat
– akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.
Konsep perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki tidak mencakup
paham – paham apakah perubahan - perubahan tadi diharapkan atau tidak
diharapkan oleh masyarakat.
D. Faktor-faktor penyebab perubahan social budaya di Indonesia
faktor- faktor yang menyebabkan social dalam dua golongan yaitu:
a. Faktor internal
 Bertambahnya atau berkurangnya penduduk
Pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat dapat menyebabkan
perubahan dalam struktur masyarakat seperti munculnya kelas social yang
baru dan profesi yang baru. Selain itu, bertambahnya jumlah penduduk akan
meningkatkan kebutuhan-kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, dan
perumahan. Padahal sumber-sumber pemenuhan kebutuhan tersebut
terbatas.Konsekuensinya, harus ada penciptaan lapangan kerja baru agar
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan yang makin meningkat. Jika tidak,
maka akan terjadi berbagai masalah social, seperti kemiskinan, kriminalitas.
Kondisi ini akan mengubah pola interaksi dan meningkatkan mobilitas
sosial.
Sementara itu, berkurangnya jumlah penduduk bisa jadi disebabkan
perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari dari satu daerah ke daerah
lainnya. Perpindahan ini akan mengakibatkan kekosongan dalam pembagian
kerja dan jumlah angkutan kerja. Kondisi ini akan mempengaruhinlembaga-
lembaga kemasyarakatan.
 Adanya penemuan baru
Dalam setiap masyarakat selalu ada sejumlah individu yang sadar
akan kekurangan kebudayaan masyarakatnya. Mereka ini terdorong untuk
memperbaiki dan menyempurnakannya melalui penemuan baru. Kemudian,
tuntutan zaman yang selalu berubah menjadi pemicu individu menciptakan
penemuan baru untuk memenuhi atau membantu kemudahan cara
memenuhi berbagai kebutuhan sesuai dengan tuntutan zaman melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi. Proses penemuan baru ini dinamakan inovasi.
Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan-perubahan
dibedakan menjadi dua, yaitu discovery dan invention.Discovery adalah
penemuan unsur kebudayaan baru, baik berupa alat maupun gagasan yang
diciptakan oleh seseorang individu atau kelompok.Sedangkan
invention.Merupakan penemuan baru yang sudah diakui, diterima serta
diterapkan oleh masyarakat.Jadi, discovery menjadi invention jika
masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru
tersebut. Adanya inovasi pada berbagai kehidupan sosial budaya masyarakat
akan menberi pengaruh yang luas pada berbagi kehidupan masyarakat.
Pengaruh itu berdampak pada terciptanya perilaku sosial dan adat istiadat
yang baru di antara golongan masyarakat tersebut, di samping mengeser
nilai-nilai dan norma-borna sosial yang lama.
 Pertentangan ( konflik masyarakat)
Dalam masyarakat yang heterogen dan dinamis, pertentangan-
pertentangan mungkin saja terjadi antara individu dengan kelompok atau
kelompok tertentu. Apalagi pada masyarakat yang sedang berkembang
dari tahap tradisional ke masyarakat modern seringkali terjadi
pertentangan, misalnya antara golongan muda yang menganut nilai-nilai
baru kerena menerima unsur-unsur baru kebudayaan lain(kebudayaan
barat) dengan golongan tua umumnya ingin mempertahankan nilai-nilai
tradisi, dan kebudayaan tradisional. Konflik ini akan menyebabkan
perubahan nilai-nilai, pola perilaku dan interaksi yang baru di masyarakat
tersebut.
 Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendasar yang dilakukan
oleh individu atau kelompok akan berpengaruh besar pada struktur
masyarakat dan lembaga-lembaga kemasyarakatan mulai dari lembaga
Negara sampai keluarga mengalami perubahan dasar.
 Ideology
Ideologi bisa diartikan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai, dan
norma yang saling berhubungan yang dapat mengerhkan pada tujuan
tertentu. Ideology memainkan peran yang cukup besar dalam
membentuk perubahan sosial.Ada bermacam-macam ideology yang
eksis di dunia yang dikelompokkan menjadi ideology konservatif atau
tradisional.Liberal, radikal.Untuk mendorong terjadinya perubahan
sosial di masyarakat, biasanya ideology-ideologi ini dituangkan ke
dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang
manganut salah satu ideology tersebut.
b. Faktor Eksternal
 Lingkungan alam fisikyang ada disekitar manusia
Penyebab perubahan yang bersumber dari lingkungan alam fisik,
kadang kala disebabkan oleh masyarakat itu sendiri.Terjadinya bencana
alam menyebabkan masyarakat yang mendiami daerah tersebut terpaksa
harus pindah dan meninggalkan daerah tersebut dan mencari tempat
tinggal baru sehingga mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkunagn
yang baru. Hal tersebut akan mengakibatkan terjadi perubahan pada
lembaga-lembaga masyarakat
 Peperangan
Peperangan antara satu Negara dan Negara lain bisa menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan baik pada lembaga kemasyarakatan
maupun struktur masyarakatnya. Biasanya Negara yang menag akan
memaksakan nilai-nilai dan cara-cara dan lembaga yang dianutnya kepada
Negara yang kalah.
 Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
Di zaman yang semakin terbuka, tidak ada Negara atau masyarakat
yang menutup dirinya dari interaksi dengan bangsa atau msayarakat lain.
Interkasi yang dilakuakan antara dua masayarakat atau bangsa mampunyai
kecenderungan untuk menimbulkan pengaruh dari masyarakat lain.
Dengan demikain, akan timbul suatu nilai-nilai budaya yang baru sebagai
akibat asimilasi atau akulturasi kedua budaya. Soekanto mengungkapkan,
apabila salah satu atau kedua kebudayaan yang bertemu menpunyai
teknologi yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi berupa
penipuan unsur-unsur kebudayaan lain. Mula-mula kebudayaan asli
menyerap unsur-unsur kebudayaan yang baru, tetapi lambat laun unsur-
unsur kebudayaan asli akan terdesak dan digantikan oleh unsur-unsur
kebudayaan asing.

Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan.Perubahan


yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga menuju ke
arah kemunduran. Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung
dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi
masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti
peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan,
bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.

1. Peralatan dan perlengkapan hidup mencakup pakaian, perumahan, alat-alat rumah


tangga, senjata, alat produksi, dan transportasi. Sebagai contoh, pada zaman nenek
moyang kita memasak makanan dengan cara membakarnya, sekarang di zaman
modern memasak makanan menggunakan alat modern seperti oven atau membeli
makanan yang diawetkan.

2. Mata pencaharian dan sistem ekonomi meliputi pertanian, peternakan, dan sistem
produksi. Sebagai contoh, kaum laki-laki bekerja dengan cara berburu atau
pekerjaan lainnya, sedangkan kaum perempuan tinggal di rumah mengurus rumah
tangga dan mengasuh anak. Sekarang kaum perempuan dapat juga bekerja dan
mata pencaharian untuk kaum laki-laki tidak hanya berburu saja, tetapi sudah
beragam jenisnya.

3. Sistem kemasyarakatan mencakup sistem kekerabatan, organisasi politik, sistem


hukum, dan sistem perkawinan. Sebagai contohnya, pada masa kehidupan belum
begitu kompleks orang-orang yang ada ikatan darah atau keluarga selalu hidup
bersama dalam satu rumah. Saat ini ikatan masyarakat tidak hanya berdasarkan
hubungan kekerabatan, tetapi juga karena profesi, dan hobi yang sama seperti
ikatan motor gede (MOGE), orari (radio amatir).
4. Bahasa dahulu disampaikan secara lisan. Sekarang bahasa dapat disampaikan
melalui beragam media, seperti tulisan, sandi, dan sebagainya.

5. Kesenian mencakup seni rupa, seni suara, dan seni tari. Sebagai contoh, orang
Jawa menganggap bahwa sebuah rumah yang indah jika bernuansa gelap,
sekarang masyarakat Jawa banyak menyukai rumah yang bernuansa terang
ataupun pastel.

6. Sistem pengetahuan berkaitan dengan teknologi. Dahulu kala sistem pengetahuan


hanya berpedoman pada alam atau peristiwa alam.Sekarang ini sistem
pengetahuan terus berkembang seiring berkembangnya teknologi.

7. Religi atau sistem kepercayaan dahulu kala berwujud sistem keyakinan dan
gagasan tentang dewa, roh halus, dan sebagainya. Oleh karena itu, segala kegiatan
manusia dikaitkan dengan kepercayaan berdasarkan getaran jiwa.Namun,
sekarang aktivitas manusia banyak yang dikaitkan dengan akal dan logika.

8. Pola Hidup

contoh Masyarakat sekarang lebih suka membeli daripada membuat.

9. Cara berpakaian

contoh cara berpakaian orang indonesia cenderung meniru gaya barat yang
terbuka.

10. Perilaku

Contoh Anak banyak yang melawan orang tua dan tidak tahu sopan santun

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jalannya Proses Perubahan

Di dalam masyarakat yang terjadi proses perubahan , terdapat beberapa factor


yang mempengaruhi, antara lain :

a. Kontak dengan kebudayaan lain. Salah satu proses yang menyangkut hal ini
adalah diffusion. Difusi adalah proses penyebaran unsure – unsure
kebudayaan dari individu kepada individu lain, dari masyarakat satu ke
masyarakat lain. Dengan adanya difusi , penemuan baru yang telah diterima
oleh masyarakat dapat di teruskan dan di sebarkan pada masyarakatr luas
sampai umat manusia bisa merasakan kegunaanya. Ada 2 tipe difusi .pertama
difusi intra-masyarakat, dan kedua difusi antar masyarakat.
Difusi intra masyarakat terpengaruh beberapa factor :
i. Suatu pegakuan bahwa unsure yang baru mempunyai kegunaan
ii. Ada tidaknya unsure – unsure kebudayaan yang mempengaruhi di
terima atau tidak diterimah
iii. Unsure baru yang berlawanan dengan unsure lama ,kenungkinan besar
tidak akan di terima.
iv. Kedudukan dan peranan social individu akan mempengaruhi
penerimaan penemuan baru.
v. Pemerintah dapat membatasi proses divusi tersebut.

Difusi antar masyarakat pengaruhnya:

i. Adanya kontak antar masyarakat


ii. Kemampuan mendemonstrasikan penemuan baru
iii. Pengakuan kegunaan penemuan baru
iv. Ada tidaknyaunsur kebudayaan yang menyaingi penemuan baru
v. Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuan baru
vi. Paksaan untuk menerima penemuan baru
b. System pendidikan formal yang maju
Pendidikan mengajarkan kepada individu aneka macam
kemampuan.Pendidikan member nilai tertentu pada manusia terutama dalam
fikirannya serta menerima hal – hal baru dan bagaimana berfikir secara
ilmiah dan juga mengajarkan manusia untuk berfikir objektif.
c. Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
Apabila sikap tersebut melembaga dalam masyarakat , maka akan menjadi
pendorong bagi usaha penemuan penemuan baru. Hadiah Nobel misalnya
merupakan pendorong untuk menciptakan hasil – hasil karya baru.
d. Toleransi terhadap perilaku-perilaku menyimpang (deviation) , yang bukan
merupakan delik.

e. System terbuka lapisan masyarakat (open stasification)


System ini memungkinkan adanya gerak social vertical yang luas atau berarti
member kesempatan kepada individu untuk maju atas dasar kemampuan
sendiri.
f. Penduduk yang heterogen
Masyarakat yang terdiri dari kelompok-kelompok social yang berbeda
kebudayaan , ras, dan ideologinya, akan mempermudah terjadinya
pertentangan dan pergoncangan. Keadaan tersebut akan mendorong
perubahan-perubahan dalam masyarakat.
g. Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang – bidang kehidupan
Ketidak puasan yang berlangsung terlalu lama dalam sebuah masyarakat
kemungkinan besar akan mendatangkan revolusi.
h. Orientasi masa depan
i. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memprbaiki
hidupnya
F. Faktor yang menghambat terjadinya perubahan:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyrakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
3. Sikap masyarakat yang tradisionalisti
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat atau
vasted interests
5. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
6. Prasangka terhadap hal-hal yang baru/asing
7. Kebiasaan
8. Nilai pasrah
G. Proses-proses perubahan sosial dan kebudayaan
1. Penyesuaian masyarakat terhadap perubahan
Keserasian atau harmoni dalam masyarakat (social equibrium) merupakan
keadaan yang diidam-idamkan masyarakat.Dengan keserasian masyarakat
dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang pokok benar-benar berfungsi dan saling mengisi. Dalam keadaan demikian,
individu secara psikologis merasakan akan adanya ketentraman, karena tidak
adanya pertentangan dalam norma-norma dan nilai-nilai. Setiap kali terjadi
gangguan terhadap keadaan keserasian, maka masyarakat dapat menolaknya atau
mengubah susunan lembaga-lembaga kemasyarakatannya dengan maksud
menerima unsur yang baru. Akan tetapi, kadangkala unsur baru dipaksakan
mkasudnya oleh suatu kekuatan. Apabila masyarakat tidak dapat menolaknya
karena unsur baru tersebut tidak menimbulkan kegincangan, pengaruh tetap ada,
akan tetapi sifatnya dangkal dan hanya terbatas pada bentuk luarnya. Norma-
norma dan nilai-nilai sosial tidak akan terpengaruh olehnya. Dan dapat berfungsi
secara wajar.
Adakalanya unsur-unsur baru dan lama bertentangan secara bersamaan
mempengaruhi norma-norma dan nilai-nilai yang kemudian berpengaruh pula
pada warga masyarakat.Itu berarti adanya gangguan yang kontinu terhadap
keserasian masyarakat.Keadaan tersebut berarti bahwa ketegangan-ketegangan
serta kekecewaan diantara masyarakat tidak mempunyai saluran
pemecahan.apabila ketidakserasian dapat dipulihkan kembali setelah terjadi
perubahan, maka keadaan tersebut dinamakan penyesuaian (adjustment) yang
mungkin mengakibatkan anomie.
Suatu perbedaan dapat diadakan antara penyesuaian dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan dan penyesuaian dari individu yang ada dalam masyarakat
tersebut.Yang pertama menujuk pada keadaan, dimana masyarakat berhasil
menyesuaiakan lembaga-lembaga kemasyarakatan dengan keadaaan yang
mengalami perubahan sosial dan budaya.Sedang yang kedua menujuk pada usaha-
usaha individu untuk menyaesuaikan dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang telah diubah atau diganti.Agar terhindar dari disorganosasi psikologis.
Dikenalnya kehidupan dan praktek ekonomi yang bersala dari barat yang dapat
menyebabkan semakin pentingnya peranan keluarga batih sebagai lembaga
produksi dan konsumsi..peranan keluarga-keluarga besar atau masyarakat hukum
adat semakin berkurang.
Kesatuan-kesatuan kekeluargaan besar atas dasar ikatan atau kesatuan
wilayah tempat tinggal terpecah menjadi kesatuan-kesatuan kecil. Di
minangkabau misalnya, dimana menurut tradisi wanita mempunyai kedudukan
penting karena gadis keturunan yang matrilineal, terlihat adanya suati
kecenderungan dimana hubungan antara anggota keluarga batih lebih erat.
Hubungan anak-anak dengan ayahnya yang semula dianggap tidak mempunyai
kekuasaan apa-apa terhadap anak-anak sebab ayah dianggap sebagai orang luar
lebih cenderung menguat.Pendidikan anak-anak yang sebelumnya dilakukan oleh
keluarga ibu diserahkan kepada ayah.Individu, agar tidak mengalami tekanan-
tekanan psikologis, harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
2. Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan
Saluran-saluran perubahan sosial dan kebudayaan merupakan saluran-
saluran yang dilalui oleh suatu proses perubahan. Umumnya saluran-saluran
tersebut adalah lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam bidang pemerintahan,
ekonomi, pendidikan, agama, rekreasi dsb.Lembaga kemasyarakatan mana yang
menjadi titik tolak.Tergantung pada cultural focus masyarakat pada suatu masa
tertentu.
Lembaga kemasyarakatan pada suatu waktu mendapatkan penilaian
tertinggi dari masyarakat cenderung untuk menjadi saluran utama perubahan
sosial dan kebudayaan. Perubahan lembaga kemasyarakatan tersebut akan
membawa akibat pada lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, karena
lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan suatu system yang terintegrasi.
Apabila lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut sebagai suatu system sosial
digambarkan, maka coraknya adalah sebagai berikut:

Organisasi
politik

Organisasi Organisasi
keagamaan ekonomi

Organisasi
Organisasi
hukum
pendidikan
lembaga-lembaga kemasyarakatan tersebut di atas merupakan suatu stuktur
apabila mencakup suatu struktur apabila mencakup hubungan antar lembaga-
lembaga kemasyarakatan yang mempunyai pola-pola tertentu dan keserasian
tertentu.
Pada tanggal 17 agustus 1945, terjadilah proklamasi kemerdekaan
Indonesia.Dimana pertama-tama terjadi perubahan pada struktur pemerintahan,
dari jajahan menjadi Negara yang merdeka dan berdaulat.Hal ini menjalar ke
lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya.Misalnya dalam bidang pendidikan,
tidak ada lagi diskriminasi antara golongan-golongan, sebagaimana halnya pada
zaman penjajahan. Setiap orang boleh memilih pendidikan macam apa yang di
sukai. Perubahan tersebut berpengaruh pada sikap pola perilaku dan nilai-nilai
masyarakat Indonesia.
Dengan singkat dapatlah dikatakan bahwa saluran tersebut berfungsi agar
sesuatu perubhan dikenal, diterima. Diakui serta dipergunakan oleh khalayak
ramai. Atau dengan singkat, mengalami proses institutionalization (pelembagaan).

3. Disorganisasi (disentegrasi) dan reorganisasi (reintegrasi)


a. Pengertian
Organisasi merupakan artikulasi dari bagian-bagian yang merupakan satu
kesatuan fungsional.Tubuh manusia, misalnya terdiri dari bagian yang masing-
masing mempunyai fungsi dalam rangka hidupnya seluruh tubuh manusia sebagai
suatu kesatuan.Apabila seseorang sedang sakit, maka dikatakan bahwa salah satu
bagian tubuhnya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.Jadui secara
keseluruhan bagian-baguan tubuh manusia tadi merupakan keserasian yang
funsional.Disorganisasi adalah suatu keadaan dimana tidak ada keserasian pada
bagian-bagian dari suatu kebulatan.Misalnya dalam masyarakat, agar dapat
berfungsi sebagai organisasi, harus ada keserasian antar bagian-bagianya.
Masalah lain yang sering timbul adalah disorganisasi dalam masyarakat
acapkalidihubungkan dengan moral yaitu anggapan-anggapan tentang apa yang
baik dan apa yang buruk. Pemogokan buruh, misalnya, dianggap oleh golongan
konservatif sebagai perbuatan tidak baik. Padahal gejala tersebut dapat dilihat dari
sisi lain tidak demikian halnya. Pemogokan dapat juga dilihat sebagai sarana
penyerasi antara hak dan kewajiban.Jadi disorganisasi tidak selalu menyangkut
persoalan moral.Sebaliknya, perbuatan immoral belum tentu merupakan
disorganisasi, misanya pada suatu waktu sekumpulan pemuda tanggung mencuri
di sebuah toko.Perbuatan tersebut tidak mengakibatkan disorganisasi, tetapi
merupakan perbuatan yang immoral.Dan sekaligus merupakan delik.
Sehubungan dengan masuknya unsur-unsur baru, maka didalam tubuh
suatu sosial seperti masyarakat, ada unsur-unsur yang menentukan adanya system
sosial tersebut, yang tidak dapat di ubah selama hidup oleh pihak manapun
juga.System sosial di dalam pertumbuhannya mungkin mempengaruhi diri sendiri
sehingga yang terjadi bukanlah perubahan-perubahan inti, tapi mempengaruhi
suasana masyarakat yang melingkunginya. Menurut Sorokin, lingkungan dapat
mempercepat atau memperlambat pertumbuhan system sosial, bahkandapat
menghancurkan sebagian atau seluruhnya, tetapi tidak mungkin akan berhasil
mengubah sifatnya yang pokok.
Teori Sorokin dapat dimengerti dengan lebih jelas apabila di dalam
meninjau suatu system sosial diadakan pemisahan antara pengertian bentuk
dengan tujuannya. Ada system sosial yang bentuknya sesuai benar denga
tujuannya. Akan tetapi ada system sosial yang bentuknya tidak sesuia dengan
tujuannya, mungkin karena disengaja, mungkin juga karena tidak disengaja,
seperti misalnya suatu perkumpulan sosial yang mempunyai tujuan politik.Di
dalam semua itu, maka yang menentukan corak serta sifat pokok suatu system
sosial adlah tujuan dan bukan bentuknya.
Suatu disorganisasi atau disintegrasi mungkin dapat dirumuskan sebagai
suatu proses berpudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat, karena
perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Sedangkan reorganisasi atau reintegrasi adalah suatu proses pembentukan norma-
norma dan nilai-nilai baru agar serasi dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan
yang telah mengalami perubahan. Tahap reorganisasi dilaksanakan apabila norma-
norma dan nilai-nilai yang baru telah melembaga (institutionalized) dalam diri
warga masyarakat. Berhasil tidaknya proses pelembagaan tersebut dalam
masyarakat, mengikuti formula sebagai berikut
Pelembagaan = (efektifitas (kekutan menentang

Menanam)- masyarakat)

Kecepatan menanam

Yang dimaksud dengan efektifitas menanam adalah hasil positif


penggunaan tenaga manusia.Alat, organisasi dan metode didalam menanamkan
lembaga baru.Semakin besar kemampuan tenaga manusia.Alat-alat yang dipakai
organisasi yang tertibnya dan system penanaman sesuai dengan kebudayaan
masyarakat makin besar pula hasil yang dapat dicapai oleh suatu penanaman
lembaga baru itu.
Akan tetapi setiap usaha untuk menanam sesuatu unsur yang baru, pasti
akan mengalami reaksi dari beberapa golongan masyarakat yang merasa
dirugikan. Kekuatan menentang masyarakat itu mempunyai pengaruh nugatif
terhadap kemungkinan berhasilnya suatu kelembagaan. Dengan begitu jelaslah,
bahwa apabila efektifitas menanam kecil, sedangkan kecil, sedangkan kekuatan
menentang masyarakat besar maka kemungkinan suksesnya proses pelembagaan
menjadi kecil atau malahan hilang sama sekali.

b. Ketidak Serasian Perubahan-Perubahan Dan Ketertinggalan Budaya

pada masyarakat yang sedang mengalami perubahan, tidak selalu


perubahan pada unsur-unsur masyarakat dan kebudayaan mengalami kelainan
yang seimbang. Dikenalnya senjata api dan kuda oleh orang-orang indian di
amerika serikat mengubah cara mereka mencari makanan dan berperang. Akan
tetapi tidak demikain halnya dengan bidang-bidang kehidupan lainnya seperti
agama yang disebarkan oleh penyiar-penyiar agama kulit putih.
Ada unsur-unsur yang cepat berubah, akan tetapi ada pula unsur-unsur
yang sukar untuk berubah. Biasanya unsur-unsur kebudayaan kebendaan lebih
mudah berubah daripada unsur-unsur kebudayaan rohaniah.Apabila terdapat
unsur-unsur yang tidak mempunyai hubungan yang erat, maka taka da persoalan
yang mengenai tidak adanya keseimbangan lejunya perubahan-perubahan.
Misalnya suatu perubahan dalam cara bertani, tidak begitu berpengaruh pada tari-
tarian tradisional. Akan tetapi system pendidikan anak-anak mempunyai
hubungan yang erat dengan diperkerjakannya tenaga tenaga wanita pada industry,
misalnya, apabila hal ini tidak adanya keserasian, maka kemungkinan akan terjadi
kegoyahan dalam hubungan antara unsur-unsur tersebut di atas. Sehungga
keserasian masyarakat terganggu.Misalnya apabila pertambahan penduduk
berjalan dengan cepat, maka untuk menjga tata tertib dalam masyarakat
diperlukan pula penambahan petugas-petugas keamanan yang seimbang
banyaknya. Ketidakserasian mungkin akan menaikkan frekuensi kejahatan yang
terjadi.
Demikian pula bertambah banyaknya sekolah-sekolah, harus di imbangi
dengan penambahan lapangan kerja, apabila terjadi ketidak serasian, maka
mungkin akan timbul penggangguran dsb. Sampai sejauh mana akibatnya keadaan
tidak serasi laju perubahan tersebut, tergantung dari erat tidak eratnya integrasi
antara unsur-unsur tersebut.Apabila unsur-unsur tersebut dalam masyarakat sangat
erat integrasinya seperti halnya dengan bagian-bagian sebuah jam, maka
ketidakseimbangan mempunyai akibat-akibat yang sangat jauh. Kalau bagian-
bagian dari sebuah jam tidak bekerja sebagaimana mestinya, maka jam itu tidak
akan berfungsi sebagai mana mestinya.
Suatu teori dari sosiologi mengenai perubahan dalam masyarakat adalah
teori ketertinggalan budaya dari William F Ogburn teori tersebut mulai dengan
kenyataan bahwa pertumbuhan kebudayaan tidak selalu sama cepatnya dalam
keseluruhannya seperti diuraiakan sebelumnya, akan tetapi ada bagian yang
tumbuh cepat, sedang ada bagian lain yang tumbuhnya lambat. Perbedaan antara
taraf kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat,
dinamakan cultural lag (ketertinggalan kebudayaan). Juga suatu ketertinggalan
terjadi apabila laju perubahan dari dua unsur masyarakat atau kebudayaan yang
mempunyai korelasi, tidak sebanding, sehingga unsur yang satu tertinggal oleh
unsur yang lainnya.
H. Arah perubahan (direction of change)
Apabila seseorang mempelajari perubahan masyarakat, perlu pula
diketahui kearah mana perubahan dalam masyarakat itu bergerak.Yang jelas,
perubahan bergerak meninggalkan faktor yang di ubah. Akan tetapi setelah
meninggalkan faktor itu mungkin perubahan itu bergerak kepada sesuatu bentuk
yang sama sekali baru, namun mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang
sudak ada di dalam waktu yang lampau. Usaha-usaha masyarakat Indonesia
bergerak kea rah modernisasi dalam pemerintahan, angkatan bersenjata,
pendidikan, dan indusrialisasi yang disertai dengan usaha untuk menemukan
kembali kepribadian indonesia, merupakan contoh dari ke dua arah yang
berlangsung pada waktu yang sama dalam masyarakat kita. Guna memperoleh
gambaran jelas mengenai arah perubahan tersebut akan diberikan contoh yang
diambil dari social chenges in Yogyakarta.
Jauh sebelum orang belanda dating di Indonesia, orang jawa telah
mempunyai lembaga-lembaga pendidikan tradisionalnya.Dalam cerita-cerita
wayang, sering diceritakan bahwa guru yang bijaksana, mengumpulkan kaum
muda sebagai cantriknya di tempat kediamannya serta mengajarkan kepada
mereka bagaimna caranya untuk dapat hidup sebagai warga masyarakat yang baik.
Cantrik-cantrik tersebut hidup bersama-sama guru mereka dalam pondok-pondok,
dimana mereka bekerja untuk kelangsungan hidupnya dan kehidupan gurunya,
sambil menerima ajaran-ajaran sang guru disela-sela pekerjaan sehari-hari. System
tersebut berlangsung selama berabad-abad, baik waktu pengaruh hindu, budha
maupun islam masuk hingga kini. Dengan masuknya pengaruh islam para guru
dinamakan kiai, sedangkan pondok-pondok tersebut dinamakan pesantren yang
artinya tempat para santri. Akhir-akhir ini banyak sekolah-sekolah yang didirikan
oleh lembaga-lembaga agama islam di mana para siswa juga mendapatkan
pelajaran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan soal keduniawian (sekuler).
Sekolah-sekolah tersebut dinamakan madrasah.
Dari gejala tersebut di atas, tidaklah dapat disimpulkan bahwa madrasah
dan pesantren-pesantren tersebut sebagai lembaga pendidikan akan terdesak oleh
lembaga-lembaga pendidikan yang sekuler. Akan tetapi keinginan-keinginan yang
kuat untuk mendapat pendidikan yang sekuler rupa-rupanya lebih kuat pada
generasi muda.Pendidikan di Indonesia dianggap sebagai alat utama untuk
mengadakan perbaikan-pernbaikan, dahulu pusat perhatian lebih ditujukan pada
kehidupan dunia ini.Pendidikan keagamaan seyogyanya disesuaikan dengan
aspirasi generasi muda, sejak proklamasi kemerdekaa.
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Perubahan social budaya adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam


struktur dan fungsi dan budaya masyarakat. Kingsley Davis menyebutkan
bahwa perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan. Ada 2
bentuk perubahan sosial kebudayaan yaitu: perubahan lambat dan cepat, yang
krdua perubahankecil dan besar. Faktor yang menyebabkan perubahan sosial dan
kebudayaan di Indonesia yaitu: bertambah/berkurangnya jumlah penduduk,
penemuan-penemuan baru, konflik masyarakat, pemberontakan, lingkungan fisik,
peperangan dan pengaruh budaya lain. Faktor yang mempengaruhi jalannya
proses perubahan: kontak budaya lain, sistempendidikan yang maju,sikap
menghargai karya orang lain, toleransi, sistem terbuka, penduduk yang
heterogen, ketidak puasan masyarakat, orientasi kedepan dan nilai untuk
memperbaiki hidupnya. Sedang faktor yang menghalangi terjadinya perubahan:
Kurangnya hubungan dengan masyarakat-masyrakat lain, Perkembangan IPTEK
lambat, Sikap yang tradisionalistis, Adanya vasted interests, Rasa takut akan
terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan, Prasangka terhadap hal-hal
yang baru/asing, Kebiasaan dan Nilai pasrah.

2. SARAN
Dengan perubahan, diharapkan tatanan sosial dan kebudayaan di Indonesia dapat
lebih baik, maju dalam teknologi dan tidak meninggalkan akar budaya asli
Indonesia.
Daftar Pustaka

http://mgmpips/wordpress/ diakses tanggal 1 Maret 2011


http://id.wikipedia/org/perubahan_sosial_budaya_indonesia diakses tanggal 1
Maret 2011
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu pengantar.Jakarta. Raja Grafindo.1990.

You might also like