You are on page 1of 24

1

USULAN PENELITIAN

ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL DAN MENENGAH

TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN PDRB DI

KABUPATEN BANYUMAS

Disusun Oleh :

NANSI MARTINA ADISTI


C1A003083

Diajukan Untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu


Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
PURWOKERTO
2

2008
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan dan pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. Di negara-negara berkembang

dengan tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan UKM juga sangat

penting. Contohnya di beberapa negara kawasan Afrika, perkembangan, dan

pertumbuhan UKM sekarang diakui sangat penting untuk menaikkan output

agregate dan kesempatan kerja (Tambunan, 2000). Di Indonesia hal itu bisa

dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak di semua sektor ekonomi

dan kontribusinya yang besar terhadap penciptaan lapangan pekerjaan dan sumber

pendapatan, khususnya di daerah pedesaan dan bagi rumah tangga berpendapatan

rendah.

Terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang belakangan ini

memandang penting keberadaan UKM (Berry, dkk, 2001). Alasan pertama adalah

karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja

yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai

peningkatan produktivitas melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga

adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal

fleksibilitas ketimbang usaha besar. Kuncoro (2000) juga menyebutkan bahwa

usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting
2

dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung

pendapatan rumah tangga.

Sektor Usaha Kecil dan Menengah telah mampu menunjukkan kinerja

yang relatif lebih tangguh dalam menghadapi masa krisis yang panjang. UKM

mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang tidak bisa

lagi dilakukan oleh usaha besar. Indikator ekonomi makro yang yang merupakan

hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementrian Koperasi dan

UKM mengumumkan pertumbuhan UKM yang terus mengalami peningkatan.

Apabila melihat data yang dilansir BPS menunjukkan betapa UKM menuju

perkembangan yang sangat menjanjikan.

Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang disumbangkan UKM pada

2003 mencapai Rp1.013 triliun atau 56,7 persen dari total PDB nasional. Pada

2001 terjadi pertumbuhan 3,8 persen, tahun 2002 naik menjadi 4,1 persen dan

2003 meningkat menjadi 4,6 persen. Bahkan sumbangan pertumbuhan PDB UKM

lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan usaha besar. Tahun 2003 dari 4,1 persen

pertumbuhan PDB nasional ,2,4 persen berasal dari UKM (BPS,2003).


3

Tabel 1. Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar Terhadap PDB Tahun 2001
s.d. 2004 (dalam persentase).

Rata-Rata 2001 – 2004


Lapangan
No
Usaha Menenga
Kecil Besar Jumlah
h
1 Pertanian 85.89 9.05 5.06 100
Pertambangan &
2 7.42 3.09 89.49 100
Penggalian
Industri
3 14.95 12.8 72.25 100
Pengolahan
4 Listrik, Gas & Air 0.54 7.34 92.12 100

5 Bangunan 43.57 22.61 33.82 100


Perdagangan,
6 75.19 21.06 3.75 100
Hotel & Restoran
Pengangkutan &
7 35.35 26.4 38.25 100
Komunikasi
Keuangan, Sewa
8 16.17 46.32 37.51 100
& Jasa
9 Jasa-jasa 35.78 7.22 57 100

PDB 40.65 15.39 43.96 100

PDB tanpa migas 46.00 17.27 36.72 100


Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2005, Berita Statistik
Maret 2005,
Badan Pusat Statistik dengan Kementerian Koperasi & Usaha Kecil Menengah

Kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional juga cukup signifikan.

Pada tahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3 juta unit atau 99,99 % dari

keseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenaga

kerja sebesar 88,7% dari jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 juta

orang. Dibanding dengan kondisi tahun 2002, jumlah tersebut meningkat sebesar

2,7% menjadi 42,4 juta unit usaha, dengan penyerapan tenaga kerja menjadi 79

juta tenaga kerja atau meningkat 15,7 %. (BPS,2003).


4

Tabel 2.Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan Produktivitas


Berdasarkan Skala Usaha Tahun 2003 dan 2004
Jumlah Usaha Tenaga Kerja
Skala (juta orang) Produktivitas (rupiah/TK)
(juta unit)
Usaha
2003 2004 2003 2004 2003 2004
Usaha Kecil 42.48 43.22 71.09 70.92 10.37 juta/TK 11.57 juta/TK
Usaha 8.30 8.15
0.05 0.06 33.70 juta/TK 38.71 juta/TK
Menengah
Usaha Besar 2.17 2.25 0.42 0.40 1.87 miliar/TK 2.22 miliar/TK
Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2005, Berita Statistik Maret 2005
Badan Pusat Statistik dengan Kementerian Koperasi & Usaha Kecil Menengah

UKM dapat menjadi motor baru bagi pertumbuhan ekonomi nasional,

walaupun rata-rata produktivitasnya relatif masih cukup rendah. Sementara

mereka mampu membantu menciptakan lapangan pekerjaan informal sehingga

dapat digunakan sebagai akses untuk menampung bertambahnya jumlah tenaga

kerja. Data yang dipublikasikan oleh Kementrian Negara Koperasi dan UKM

menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada sektor UKM mencapai 96

persen (2000-2006) relatif terhadap total tenaga kerja yang tersebar di sembilan

sektor ekonomi Indonesia.

Dalam situasi dan kondisi ekonomi sekarang ini, pengembangan kegiatan

UKM dianggap sebagai salah satu alternatif yang mampu mengurangi beban berat

yang dihadapi perekonomian nasional dan daerah juga dalam hal penciptaan

lapangan pekerjaan.

Argumentasi ini didasarkan pada kenyataan bahwa, di satu pihak, jumlah

angkatan kerja di Indonesia sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang

besar, dan di pihak lain, usaha besar tidak sanggup menyerap semua pencari

pekerjaan. Ketidaksanggupan usaha besar dalam menciptakan kesempatan kerja

yang besar disebabkan karena memang pada umumnya kelompok usaha tersebut
5

relatif padat modal, sedangkan UKM relatif padat karya. Kedua, pada umumnya

usaha besar membutuhkan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan

pengalaman kerja yang cukup, sedangkan UKM, khususnya usaha kecil, sebagian

pekerjanya berpendidikan rendah.

UKM merupakan kegiatan usaha dominan yang dimiliki bangsa ini.

Selain itu pengembangan kegiatan UKM relatif tidak memerlukan modal yang

besar dan dalam periode krisis selama ini UKM relatif lebih bisa bertahan,

terutama UKM yang berkaitan dengan kegiatan usaha pertanian.

Ketahanan bisnis UKM terhadap krisis ekonomi tersebut di atas telah

diteliti juga oleh Urata (2000),Thee Kian Wie (2001) dan The Asia Foundation

(1999). Lebih lanjut studi yang pernah dilakukan Urata (2000), menemukan

bahwa dampak krisis ekonomi ternyata lebih dasyat terjadi di perkotaan

dibandingkan dengan di daerah pedesaan. Hal ini dikarenakan pada umumnya

usaha besar berlokasi di daerah perkotaan, sebaliknya UKM relatif berlokasi di

daerah pedesaan. Dengan demikian , UKM dapat diharapkan berperan penting

dalam peningkatan pembangunan ekonomi daerah pedesaan. Dan ini berarti

dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi sejak awal tahun

2001, maka tidak dapat dihindarkan pentingnya peningkatan peran UKM dalam

memberdayakan perekonomian daerah.

Di Kabupaten Banyumas sendiri, secara umum kegiatan produksi UKM

telah mencapai suatu kondisi yang cukup baik dengan tingkat produksi lebih dari

80%, yang menunjukkan bahwa UKM telah memanfaatkan kemampuannya dalam

memenuhi permintaan pelanggan. Untuk usaha menengah dapat dikatakan sudah


6

memanfaatkan kapasitas produksi secara optimal, namun untuk usaha mikro dan

kecil kapasitas produksinya masih belum digunakan secara optimal bahkan

sebagian UKM tidak dapat menghitung kapasitas produksi yang dimilikinya.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyumas tahun 2006 lebih tinggi dari

pertumbuhan tahun 2005 dikarenakan pada tahun 2006 tidak ada kebijakan

pemerintah yang cukup mengganngu perekonomian. Sedangkan adanya kebijakan

pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada awal Oktober 2005 memberikan

efek kenaikan harga di berbagai komoditas, sehingga berpengaruh pula terhadap

kinerja sektor-sektor ekonomi pada tahun 2005 termasuk sektor UKM. Meskipun

pada bulan menjelang akhir tahun 2006 juga terjadi kenaikan harga beras yang

cukup signifikan, namun secara umum tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi

kabupaten banyumas.

Kinerja perekonomian Kabupaten Banyumas dapat dilihat dari PDRB

atas dasar harga konstan, pada tahun 2006. mengalami pertumbuhan 4,48 persen.

Selama periode tahun 2003 - 2006 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyumas

berkisar 3 sampai 5 persen, dengan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun

2006, yaitu sebesar 4,48 persen.

Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, masalah ketenagakerjaan yang utama

adalah keterampilan tenaga kerja karena dampaknya pada produktivitas.UKM di

kabupaten Banyumas ternyata mampu mendorong lapangan kerja baru karena

pertumbuhan penyerapan tenaga kerjanya tinggi beberapa tahun terakhir.


7

Tabel 3. Data jumlah Pengusaha dan Penyerapan Tenaga Kerja UKM di Kabupaten

Banyumas.

No Jenis Data 2005 2006 2007


Jumlah Pengusaha
1. Pengusaha Kecil 261221 325062 578564
2. Pengusaha Menengah 85 85 85
3. Pengusaha Besar 10 10 10
Jumlah Penyerapan
1. Usaha Kecil 261221 325062 578564
2. Usaha Menengah 3445 5857 9966
3. Usaha Besar 1997 1998 1956

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Banyumas.

Tabel 4. Data UKM di Jawa Tengah Untuk Penyusunan Indikator Pencapaian RPJPD di

Jawa Tengah Kabupaten Banyumas.

No KEBUTUHAN DATA 2005 2006 2007


1. Jumlah UMKM se-Kabupaten 536.021 538.931 579.024
2. Jumlah UMKM yang memiliki Izin Usaha 1.898 2.850 3.660
3. Volume Produksi UMKM (ton) 499.962 546.502 549.462
4. Nilai Produksi UMKM (Milyar) 26,85 27,38 33,51
5. Nilai Tambah Produksi UMKM (milyar) 5,37 5,43 6,7

Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Banyumas.

B. Perumusan Masalah

Usaha Kecil dan Menengah telah terbukti memberikan peranan kontribusi

yang signifikan dalam perekonomian nasional. Selama masa krisis UKM terbukti

mampu berperan dalam menyediakan alternatif kegiatan ekonomi produktif

(sektor riil), maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. Meskipun peranan UKM

dalam perekonomian Indonesia adalah sentral, namun kebijakan pemerintah


8

maupun pengaturan yang mendukungnya sampai sekarang dirasa kurang

maksimal. Demikian juga kebijakan yang diambil yang tidak efektif sehingga

kebijakan menjadi kurang komprehensif dan kurang terarah. Padahal UKM masih

memiliki banyak permasalahan yang perlu mendapatkan penanganan dari otoritas

untuk mengatasi keterbatasan akses ke kredit bank atau umber permodalan lain

dan akses pasar. Selain itu kelemahan dalam organisasi, manajemen, maupun

penguasaan teknologi juga perlu dibenahi. Masih banyaknya permasalahan yang

dihadapi oleh UKM membuat kemampuan UKM berkiprah dalam perekonomian

nasional tidak dapat maksimal.

Pengetahuan akan potensi dan kontribusi UKM terhadap

perekonomian nasional dapat menjadi salah satu upaya dalam mengambil

kebijakan yang harus dilakukan dalam pengembangan UKM khususnya di daerah

dalam menghadapi perdagangan bebas dan otonomi daerah.

Sejalan dengan apa yang diuraikan diatas, maka perumusan

masalah pokok dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja

di Kabupaten Banyumas?

2. Seberapa besar kontribusi UKM terhadap jumlah PDRB di

kabupaten Banyumas?

C. Pembatasan Masalah
9

Penelitian ini dibatasi pada jumlah UKM di daerah Kabupaten


Banyumas, jumlah angkatan kerja, kontribusi UKM terhadap penyerapan tenaga
kerja, PDRB Kabupaten Banyumas, dan kontribusi sektor UKM terhadap PDRB
Kabupaten banyumas.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi sektor UKM terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Banyumas.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontibusi sektor UKM terhadap jumlah

PDRB Kabupaten Banyumas.

E. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih bagi

pengembangan ilmu pengetahuan, menambah kelengkapan hasil penelitian

mahasiswa dan dapat digunakan sebagai bacaan ilmiah untuk penelitian

berikutnya.

2. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini menambah pengetahuan tentang

bagaimana kontribusi dan peranan sektor UKM dalam penyerapan tenaga

kerja dan PDRB,sebagai salah satu alternatif pengembangan ekonomi

daerah dalam rangka menghadapi perdagangan bebas dan otonomi daerah.


10

3. Bagi pemerintah diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam

penyusunan kebijakan pembangunan ekonomi khususnya perkembangan

UKM.

F. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berangkat dari realitas pasar tenaga kerja di Indonesia

dimana jumlah angkatan kerja sangat berlimpah mengikuti jumlah penduduk yang

besar. Dan di pihak lain usaha besar tidak sanggup menyerap semua pencari

pekerjaan. Ketidak sanggupan usaha besar dalam menciptakan lapangan kerja

yang besar dikarenakan pada umumnya kelompok kerja tersebut relatif padat

modal, sedangkan UKM padat karya. Kedua, pada umumnya usaha besar

memerlukan pekerja dengan pendidikan formal yang tinggi dan pengalaman kerja

yang cukup, sedangkan UKM, khususnya usaha kecil sebagian pekerjannya

berpendidikan rendah.
11

Pasar Tenaga Kerja

Sektor Usaha
Kecil dan Produksi Barang
Pasar Barang jadi
Menengah dan Jasa
Pasar Input Lainnya

Memberi Kontribusi terhadap


PDRB.

1. Memperluas kesempatan
kerja.
2. Meningkatkan taraf hidup
Masyarakat.
3. Mendorong kelancaran
Pembangunan.
12

G. Hipotesis

1. Kontribusi sektor UKM berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja di Kabupaten Banyumas.

2. Kontribusi sektor UKM berpengaruh signifikan terhadap jumlah PDRB

Kabupaten Banyumas.

II. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini berkaitan dengan kontribusi Usaha Kecil dan

Menengah terhadap penyerapan tenaga kerja dan PDRB Kabupaten Banyumas.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Banyumas.

3. Metode Penelitian

a. Jenis dan Sumber Data


13

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan

Perdagangan (DISPERINDAG), Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(DISNAKERTRANS) Kabupaten Banyumas.

b. Metode Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan cara melakukan pengamatan terhadap data-data

dan literatur yang mendukung penelitian ini.

4. Macam variabel dan pengukuran variabel.

a. Tenaga Kerja sektor UKM

Pengukuran kontribusi sektor UKM terhadap penyerapan tenaga kerja diukur

berdasarkan banyaknya jumlah tenaga kerja yang terserap oleh sektor UKM.

b. PDRB sektor UKM dan PDRB secara keseluruhan

Pengukuran kontribusi sektor UKM terhadap PDRB Kabupaten Banyumas

diukur berdasarkan besarnya kontribusi sektor UKM yang diberikan terhadap

PDRB, sehingga dapat diketahui kontribusi rata-rata per tahun selama periode

penelitian.

5. Definisi operasional

a) Tenaga Kerja.

Tenaga kerja mencakup penduduk umur kerja yang sudah atau sedang

bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melakukan kegiatan lain

seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Simanjuntak, 1985: 2).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja adalah orang yang bekerja
14

di perusahaan baik yang dibayar maupun yang tidak dibayar (pekerja dan

keluaran) yang turut serta secara langsung maupun tidak langsung didalam

proses produksi.

b) Angkatan Kerja.

Adalah setiap penduduk usia kerja (10 tahun keatas) yang bekerja atau

memiliki pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak bekerja (karena sakit,

cuti, menunggu panen, mogok ), dan/atau sedang mencari pekerjaan

dinyatakan dalam satuan orang (Biro Pusat Statistik,1993).

c) Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Menurut Badan Pusat Statistik (2000), UKM adalah usaha kecil (termasuk

mikro) yang mempunyai jumlah penjualan yang kurang dari Rp. 1 Milyar,

dan usaha menengah yang mempunyai jumlah penjualan antara Rp. 1 Milyar

dan Rp. 50 Milyar.

Menurut Depnaker UKM adalah perusahaan mikro atau industri rumah

tangga yang memiliki kurang dari 5 pekerja, perusahaan kecil yang memiliki

5-19 pekerja, dan perusahaan menengah yang memiliki 20-99 pekerja.

d) PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat didefinisikan

menurut tiga sudut pandang yang saling berbeda namun mempunyai pengertian

yang sama (BPS,2004) :


15

Menurut pendekatan produksi, PDRB adalah merupakan jumlah nilai

produksi netto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi

di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit

produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokan menjadi 9 kelompok

lapangan usaha yaitu :

1) Pertanian

2) Pertambangan dan penggalian

3) Industri pengolahan

4) Listrik, Gas dan Air Bersih

5) Konstruksi

6) Perdagangan, Hotel dan Restoran

7) Pengangkutan dan Komunikasi

8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

9) Jasa-Jasa

Menurut pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa

yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi dalam suatu region atau wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu

tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah,

bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak

langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),

kecuali balas jasa faktor produksi di atas, termasuk didalamnya peningkatan

komponen pendapatan ini secara sektoral disebut Nilai Tambah Bruto.


16

Menurut pendekatan pengeluaran, PDRB adalah merupakan jumlah

pengeluaran oleh sektor rumah tangga, lembaga swasta yang tidak mencari

untung dan pemerintahan sebagai konsumsi, pengeluaran untuk pembentukan

modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah atau

wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor netto yang dimaksud

adalah jumlah nilai ekspor dikurangi dengan jumlah nilai impor.

B. Metode Analisis data

1. Untuk mengetahui besarnya persentase penyerapan tenaga kerja pada sektor

UKM di Kabupaten Banyumas digunakan rumus penyerapan tenaga kerja

sebagai berikut (Mulyadi, 2003)

Penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM =

Jumlah Tenaga Kerja Sektor UKM x 100%


Total Angkatan kerja

Kriteria pengujian ;

Jika tenaga kerja yang terserap > 3,7 % maka penyerapan tenaga kerja sektor

UKM di Kabupaten Banyumas tinggi.

Jika tenaga kerja yang terserap < 3,7 % maka penyerapan tenaga kerja sektor

UKM di Kabupaten Banyumas rendah.


17

Untuk ukuran penyerapan tenaga kerja diformulasikan dengan sektor ekonomi

yang ada di Indonesia. Sektor UKM itu sendiri merupakan salah satu bagian

dari ke-9 sektor ekonomi, dimana sektor UKM dibagi menjadi 3 sektor yaitu :

sektor Usaha mikro, kecil dan menengah. Diperoleh dari 100% : 9 : 3 = 3,70.

2. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi terhadap PDRB di Kabupaten

Banyumas selama periode tahun penelitian digunakan pendekatan berikut

(Arsyad, 1998).

PDRB I
S t
=
PDRBtotal
× 100%

∑S
S r
=
N
t

Keterangan :

St = Persentase kontribusi UKM pada tahun t.

PDRBI = Besarnya kontribusi sektor UKM terhadap PDRB.

PDRBtotal = Besarnya kontribusi sektor UKM terhadap PDRB.

Sr = Persentase kontribusi rata-rata.

t = Pada tahun t.

N = Jumlah tahun penelitian.

3. Untuk mengetahui laju pertumbuhan sektor UKM baik dalam kontribusinya

untuk PDRB maupun dalam penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM
18

menggunakan rumus laju pertumbuhan (Djarwanto Ps dan Subagyo Pangestu,

1984).

PDRB it − PDRB it −1
G it
=
PDRB it −1
×100

Lit − Lit −1
T it
= ×100
Lit −1

Keterangan:

Git = Laju pertumbuhan kontribusi UKM terhadap PDRB pada

tahun t.

PDRBit = Besarnya kontribusi sektor UKM terhadap PDRB pada tahun t.

PDRBt-1 = Besarnya kontribusi sektor UKM terhadap PDRB pada tahun t-

Tit = Laju pertumbuhan sektor UKM dalam penyerapan tenaga kerja

pada tahun t.

Lit = Banyaknya tenaga kerja yang terserap sektor UKM pada tahun

t.

Lt-1 = Banyaknya tenaga kerja yang terserap sektor UKM pada tahun

t-1

t = Pada tahun t.

N = Jumlah tahun penelitian.


19

Pengujian hipotesis :

Diterima, jika
G r ≤Tr

Ditolak, jika Gr > Tr


20

Daftar Pustaka :

Abduddin, Adi, 2006, Studi Peran Serta Wanita Dalam pengembangan Usaha

kecil Menengah Dan Koperasi, , Jurnal Pengkajian Koperasi Dan UKM,

no. 1, Jakarta.

Abduddin, Adi, 2006, Pengkajian Dukungan Finansial Dan Nonfinansial Dalam

Pengembangan Sentra Bisnis UKM, Jurnal Pengkajian Koperasi Dan

UKM, no. 1, Jakarta.

Arsyad, Lincoln. 2004.Ekonomi Pembangunan. STIE Yayasan Keluarga

Pahlawan. Yogyakarta.

Ernani, Hadiyati, 2007, Pengaruh Bantuan BUMN dan Kredit Perbankan

Terhadap Kewirausahaan dan Kinerja Industri Kecil Mebel Kayu Di

Jawa Timur, Banks Loan; Small Business, Surabaya.

Gunadi Brata, Aloysius, 2002, Distribusi Spasial UKM Di Masa Krisis Ekonomi,

Lembaga Penelitian Universitas Atmajaya, Yogyakarta.

Mulya Firdaus, Carunia, 2003, Prospek Bisnis UKM Dalam Era Perdagangan

Bebas Dan Otonomi Daerah, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,

Jakarta.
21

Sugiyono. (2004). Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung

Sugiyono. (2003). Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Siagian, Naomi, 2004, Antara Data Statistik Dan Kualitas UKM, Small Business

Digital Community, Jakarta.

Tambunan, Tulus T.H.. (2002). Usaha Kecil dan Menegah di Indonesia Beberapa

Isu Penting, Salemba Empat. Jakarta.

Tjandrawinata, Elvira, 2006, UKM Mampu Menyerap Tenaga Kerja Besar,

Danareksa, Jakarta.
22

You might also like