You are on page 1of 4

Daun Alfalfa

Gambar diambil dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Alfalfa

Kata Alfalfa sudah tak asing lagi bagi saya, karena sudah beberapa
bulan ini saya mengkonsumsi liquid Chlorophyl yang merupakan
ekstrak daun Alfalfa. Cairan hijau ini selalu tersedia di kulkas saya dan
menjadi bagian dari menu harian. Awalnya saya masih ragu dengan
keampuhan zat hijau daun dari tumbuhan Alfalfa ini, tapi setelah saya
konsumsi baru ada terasa manfaatnya. Keluhan pada pencernaan mulai
berkurang, dan bersin pagi juga sudah jarang. Mungkin kandungan
Alfalfa yang kaya akan mineral esensial, seperti kalsium, kalium, sulfur,
magnesium, sodium, yodium, zat besi, selenium, boron dan krom
membuatnya menjadi nutrisi lengkap yang sangat baik untuk kesehatan. Sejauh itu, yang saya ketahui
hanyalah bahwa tumbuhan ini mempunyai panjang kurang lebih semeter dan akarnya bisa mencapai
puluhan meter, sehinga memungkin untuk menyerap zat-zat yang baik dari tanah, dan tumbuhnya di
daerah gurun pasir seperti daerah Arab.
Ket gambar= Bal-bal Alfafa di sebuah kebun. Gambar diambil dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Alfalfa

Setelah saya baca di situs ensiklopedi graftis saya baru mendapatkan


informasi yang lebih jelas bahwa Alfalfa (Medicago sativa) adalah
satu tanaman berbunga di dalam keluarga kacang polong Fabaceae
ditanami sebagai suatu tanaman pakan penting. Alfalfa adalah
sejenis kacang polong yang tetap hijau pada musim dingin yang
hidup dari tiga sampai duabelas tahun, tergantung pada iklim dan variasi. Tumbuhan ini menyerupai
semanggi dengan bunga-bunga ungu kecil.

Alfalfa mempunyai nilai nutrisi paling tinggi dari semua tanaman panenan rumput kering umum. Sistem
pengakarannya mudah beradaptasi, hasilnya mempunyai kemampuan paling tinggi mencari zat
makanannya ke mana-mana. Penggunaan primernya adalah sama dengan makanan untuk sapi perah,
dan juga untuk lembu daging sapi, kuda-kuda, domba-domba, dan kambing-kambing. Manusia juga
makan sayuran tumbuhan Alfalfa, di dalam sandwich-sandwich dan selada-selada, misalnya. Dibeberapa
tempat dikonsumsi sebagai sayuran daun. Dewasa ini konsumennya bertambah dikarenakan terutama
oleh isi serabut tinggi tumbuhan tersebut. Daun tumbuhan Alfalfa biasanya dikeringkan dan secara
komersial tersedia sebagai suguhan berkenaan dengan aturan makan di dalam beberapa bentuk, seperti
tablet-tablet, teh dan bedak-bedak. Tumbuhan Alfalfa dipercaya oleh sebagian orang untuk menjadi
galaktagoga, satu unsur yang mempengaruhi masa menyusu anak.

Di Indonesia sekarang malah telah dijumpai di beberapa swalayan terkemuka tauge Alfalfa.Dipercaya
meningkatkan daya tahan tubuh, bersifat antioksidan pencegah kanker dan penyakit kardiovaskular.
Tauge ini juga mampu mengatasi alergi, mencegah penumpukan plak dalam pembuluh darah yang dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner. Alfalfa kaya akan serat yang dapat mengiklat lemak dan zat
karsinogen penyebab kanker di dalam saluran pencernaan. Tingginya serat juga bermanfaat untuk
mencegah sembelit sehingga sangat baik bagi penderita susah buang air besar.

Di sebuah perusahaan maju yang bergerak di bidang makanan kesehatan menjadikan ekstrak daun ini
sebagai produk andalannya. Sudah banyak terbukti ekstrak daun ini memberikan manfaat bagi kesehatan
bahkan berdaya penyembuh. 

Ket gambar = Tauge Alfalfa. Diambil dari:


http://budiboga.blogspot.com/2007/02/manfaat-tauge-alfalfa.html
Susunan kulit manusia

Kulit manusia tersusun atas dua lapisan, yaitu epidermis dan dermis. Epidermis dan dermis dapat
terikat satu sama lain akibat adanya papilare dermis dan rabung epidermis.

1. Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-
beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm
untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel,
epidermis juga tersusun atas lapisan:
 Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.
 Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.
 Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.
 Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam  sebagai
berikut:
1. Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin.
2. Stratum Lucidum, terdiri atas lapisan tipis sel epidermis eosinofilik yang sangat gepeng, dan
sitoplasma terdri atas keratin padat. Antar sel terdapat desmosom.
3. Stratum Granulosum, terdiri atas 3-5 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan
materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi
asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.
4. Stratum Spinosum, terdiri atas sel-sel kuboid. Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel
dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah
yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.
5. Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, terdiri atas
selapis sel kuboid. Pada stratum basal terjadi aktivitas mitosis, sehingga stratum ini
bertanggung jawab dalam proses pembaharuan sel-sel epidermis secara berkesinambungan.
6. Dermis, yaitu lapisan kulit di bawah epidermis, memiliki ketebalan yang bervariasi
bergantung pada daerah tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis
terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum
reticular.
 Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan
ikat longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar
dari pembuluh (ekstravasasi).
 Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat
padat tak teratur (terutama kolagen tipe I)
Selain kedua stratum di atas, dermis juga mengandung beberapa turunan epidermis, yaitu folikel
rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebacea

 Rambut, merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis, yaitu folikel rambut. Pada folikel ini terdapat pelebaran terminal yang berbentuk
benjolan pada sebuah papilla dermis. Papila dermis tersebut mengandung kapiler dan
ditutupi oleh sel-sel yang akan membentuk korteks rambut, kutikula rambut, dan sarung akar
rambut.
 Kelenjar keringat, yang terdiri atas kelenjar keringat merokrin dan kelenjar keringat apokrin
1. Kelenjar keringat merokrin, berupa kelenjar tubular sipleks bergelung dengan saluran
bermuara di permukaan kulit. Salurannya tidak bercabang dan memiliki diameter lebih kecil
dari bagian sekresinya 0,4 mm. Terdapat dua macam sel mioepitel yang mengelilingi bagian
sekresinya, yaitu sel gelap yang mengandung granula sekretoris dan sel terang yang tidak
mengandung granula sekretoris.
2. Kelenjar keringat apokrin, memiliki ukuran lebih besar (3-5 mm) dari kelenjar keringat
merokrin. Kelenjar ini terbenam di bagian dermis dan hipodermis, dan duktusnya bermuara
ke dalam folikel rambut. Terdapat di daerah ketiak dan anus.
 Kelenjar sebacea, yang merupakan kelenjar holokrin, terbenam di bagian dermis dengan
jumlah bervariasi mulai dari seratus hingga sembilan ratus per centimeter persegi. Sekret dari
kelenjar sebacea adalah sebum, yang tersusun atas campuran lipid meliputi trigliserida, lilin,
squalene, dan kolesterol beserta esternya.
Pada bagian bawah dermis, terdapat suatu jaringan ikat longgar yang disebut jaringan subkutan dan
mengandung sel lemak yang bervariasi. Jaringan ini disebut juga fasia superficial, atau panikulus
adiposus. Jaringan ini mengandung jalinan yang kaya akan pembuluh darah dan pembuluh limfe.
Arteri yang terdapat membentuk dua plexus, satu di antara stratum papilare dan retikulare, satu lagi
di antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang-cabang plexus tersebut mendarahi papila dermis.
Sedangkan vena membentuk tiga plexus, dua berlokasi seperti arteri, satu lagi di pertengahan
dermis. Adapun pembuluh limfe memiliki lokasi sama dengan pembuluh arteri.

Untuk mendukung fungsi kulit sebagai penerima stimulus, maka terdapat banyak ujung saraf, antara
lain di epidermis, folikel rambut, kelenjar kutan, jaringan dermis dan subkutis, serta papila dermis.
Ujung saraf ini tanggap terhadap stimulus seperti rabaan-tekanan, sensasi taktil, suhu
tinggi/rendah, nyeri, gatal, dan sensasi lainnya. Ujung saraf ini meliputi ujung Ruffini, Vaterpacini,
Meissner, dan Krause.

Selain itu turunan kulit yang lain adalah kuku. Kuku merupakan lempeng sel epitel berkeratin pada
permukaan dorsal setiap falang distal. Lempeng kuku terletak pada stratum korneum, sedangkan
dasar kuku terletak pada stratum basal dan spinosum.
Untuk mengetahui bagaimana fungsi kulit manusia dalam menunjang homeostasis, lihat
juga Fisiologi Kulit
Daftar pustaka:
Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007.

You might also like