You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ yang paling luas pada tubuh, mewakili kira-kira 16%

dari berat badan orang dewasa. Kulit merupakan organ satu-satunya yang dapat

digosok, dipijat, diregangkan, dan dicium. Kulit bersifat fleksibel dan tahan

terdapat perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang kehidupan sehari-hari.

Tanpa fleksibilitas ini, suatu jabatan tangan yang sederhana akan

menimbulkan pengelupasan kulit akibat regangan dan tekanan. Karena kulit dapat

terlihat sangat jelas, kulit tersebut bertindak sebagai suatu suatu jendela terhadap

kematian seseorang. Walaupun benar bahwa tidak seorangpun meninggal karena

kulit yang sudah tua atau terjadi kegagalan kulit karena suatu diagnosis,

pemahaman tentang bukti-bukti perubahan fisiologis pada kulit seiring

peningkatan usia memberikan banyak informasi bagi perawat tentang klien lansia.

Secara structural, kulit adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari

epidermis, dermis, dan subkutis. Hal yang dikaitkan dengan penuaan adalah

khususnya perubahan yang terlihat pada kulit seperti atropi, keriput, dan kulit

yang kendur. Perubahan yang terlihat sangat abervariasi, tetapi pada prinsipnya

terjadi karena hubungan antara penuaan intreinstik (alami) dan penuaan ekstrinsik

(lingkungan).

Secara fungsional kulit memiliki berbagai kegunaan, dan kehadirannya

sangat penting untuk bertahan hidup secara keseluruhan. Karena kulit mampu

untuk melakukan sensasi, kulit dapat melindungi tubuh dari cedera dan serangan

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 1


LANSIA
tiba-tiba dari lingkungan. Kulit yang utuh lebih jauh lagi dapat melindungi

individu secara imunologis dengan cara mencegah bakteri masuk kedalam tubuh.

Kulit memainkan suatu peran utama dalam termoregulasi dan adaptasi

terhadap lingkungan. Kulit juga bertindak sebagai organ ekskresi, sekresi,

absorbsi, dan akumulasi. Akhirnya, kulit mewakili kontak pertama individu

dengan orang yang lain secara social dan secara seksual. Bagaimana cara kita

melihat diri sendiri cenderung untuk menentukan bagaimana perasaan kita tentang

diri kita sendiri dan merupakan suatu komponen penting dari harga diri dan

konsep diri.

PROSES PENUAAN NORMAL PADA KULIT

STRATUM KORNEUM

Lapisan paling luar dari epidermis, stratum korneum terutama terdiri dari

timbunan korneosit. Dengan peningkatan usia, jumlah keseluruhan sel-sel dan

lapisan sel secara esensial tetap tidak berubah, tetapi kohesi sel mengalami

penurunan. Waktu perbaikan lapisan sel menjadi lambat, menghasilkan waktu

penyembuhan yang lebih lama. Penurunan kekohesivan sel dalam hubungannya

dengan penggantian sel beresiko terhadap lansia. Pelembab pada stratum korneum

berkurang, tetapi status barier air tampaknya tetap terpelihara, yang berakibat

pada penampilan kulit yang kasar dan kering. Kekasaran ini menyebabkan

pemantulan cahaya menjadi tidak seimbang, yang menyebabkan kulit kurang

bercahaya yang sering dihubungkan dengan kemudahan dan kesehatan yang baik.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 2


LANSIA
EPIDERMIS

Epidermis mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan

sesorang. Namun, terdapat perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel

basal yang lebih sedikit, dan penurunan jumlah dan kedalaman rete ridge. Rete

ritge dibentuk oleh penonjolan epidermal dari lapisan basal yang mengarah

kebawah kedalam dermis. Pendataran dari rete ridge tersebut mengurangi area

kontak antara epidermis dan dermis, menyebabkan mudah terjadi pemisahan

antara lapisan-lapisan kulit ini. Akibatnya adalah proses penyembuhan kulit yang

rusak ini lambat dan merupakan predisposisi infeksi bagi individu tersebut. Kulit

dapat mengelupas akibat penggunaan plester atau zat lain yang dapat

menimbulkan gesekan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan suatu

perekat yang tidak lebih kuat dari taut epidermal-dermal itu sendiri untuk

mencegah atau meminimalkan cedera akibat penggunaan plester.

Terjadi penurunan jumlah melanosit seiring penuaan, dan sel yang tersisa

mungkin tidak dapat derfungsi secara normal. Rambut mungkin menjadi beruban,

kulit mungkin mengalami pigmentasi yang tidak merata, dan perlindungan

pigmen dari sinar ultraviolet (UV) mungkin menurun.

DERMIS

Pada saat individu mengalami penuaan, volume dermal mengalami penurunan,

dermis menjadi tipis, dan jumlah sel biasanya menurun. Konsekuensi fisiologis

dari perubahan ini termasuk penundaan atau penekanan timbulnya penyakit pada

kulit, penutupan dan penyembuhan luka lambat, penurunan termoregulasi,

penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat topical.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 3


LANSIA
Perubahan degeneratif dalam jaringan elastis dimulai sekitar usia 30 tahun.

Serabut elastis dan jaringan kolagen secara bertahap dihancurkan oleh enzim-

enzim, menghasilkan perubahan dalam penglihatan karena adanya kantung dan

pengeriputan pada daerah sekitar mata. Pada saat elastisitas menurun, dermis

meningkatkan kekuatan peregangannya; hasilnya adalah lebih sedikit ‘’melentur’’

ketika kulit mengalami tekanan. Organisasi kolagen menjadi tidak teratur, dan

turgor kulit hilang.

Vaskularitas juga menurun, dengan lebih sedikit pembuluh darah kecil

yang umumnya terdapat pada dermis yang memiliki vaskuler sangat tinggi.

Dermis berisi lebih sedikit fibroblast, makrofag, dan sel batang. Secara visual

kulit tampak pucat dan kurang mampu untuk melakukan termoregulasi. Lansia

oleh karena hal tersebut beresiko tinggi untuk mengalami hipertermia atau

hipotermia.

SUBKUTIS

Secara umum, lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan seiring

dengan peningkatan usia. Hal ini turut berperan lebih lanjut terhadap kelemahan

kulit dan penampilan kulit yang kendur/menggantung diatas tulang rangka.

Penurunan lapisan lemak terutama dapat dilihat secara jelas pada wajah,tangan,

kaki, dan betis, pembuluh darah menjadi lebih cenderung untuk mengalami

trauma. Deposit lemak cenderung untuk meningkatkan pada abdomen baik pada

wanita dan pria, seperti halnya bagian paha pada wanita. Distribusi kembali dan

penurunan lemak tubuh lebih lanjut menimbulkan gangguan fungsi perlindungan

dari kulit tersebut.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 4


LANSIA
1.2 Tujuan

• Menggambarkan perubahan fisiologis pada kulit yang mengalami penuaan.

• Mengenali dampak dari penuaan dini karena sinar matahari pada kulit.

• Menggambarkan lesi pada kulit sebagai akibat terpajan penyinaran.

• Menyebutkan dua jenis resiko dari trauma terhadap kulit.

• Menggambarkan dua alasan terjadinya penyembuhan luka yang tertunta pada

lansia.

• Menggambarkan proses pengkajian kulit dan mendemonstrasikan dokumentasi

yang sesuai.

• Mengembangkan suatu rencana perawatan untuk mempertahankan integritas

kulit

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 5


LANSIA
BAB II

MATERI

A. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari

proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap

individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik

maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan

yang pernah dimilikinya.

Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti

rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya

ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman

bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan

kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan

orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi

yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).

2. Batasan Lansia

Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia

Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai 59

tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 6


LANSIA
(Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old)

yaitu usia diatas 90 tahun.

b. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

c. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia

sebagai berikut :

Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia

dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut

usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 75-80

tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old).

B. Tanda – lansia, Faktor – factor yang mempengaruhi dan Keluhan

terhadap lansia.

1. Proses menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa

dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis

maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara

fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,

rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat dan

kurang gairah.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 7


LANSIA
Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi

tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat

dalam hal ini diartikan :

1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial

2) Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

(Rahardjo, 1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah

berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto

( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain

2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya

3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal

atau pindah

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah

banyak

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 8


LANSIA
5) Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik yan g

mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terkhir minta

terhadap kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu

diperlukan motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran

fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk

melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran

fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan

bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya

terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.

Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal

ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman

pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang

berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan

peran sosial (Goldstein, 1992).

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia ( Hurlock, 1979) di kutip oleh Munandar

(1994) adalah :

1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 9


LANSIA
2) penarikan diri ke dalam dunia fantasi

3) Selalu mengingat kembali masa lalu

4) Selalu kwuatir karena pengangguran

5) Kurang ada motivasi

6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik

7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan

Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah :

Minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,

menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan

memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan orang lain.

Factor yang mempengaruhi penuaan

1) Hereditas atau ketuaan genetik

2) Nutrisi atau makanan

3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) Stres

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 10


LANSIA
2. Perubahan yang terjadi pada lansia

1. Perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,

diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem

pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan

integumen.

a. Sistem pernafasan pada lansia.

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara

inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga

potensial terjadi penumpukan sekret.

3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah

udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada

pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal

50m²), Ù menyebabkan terganggunya prose difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi

dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga

menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 11


LANSIA
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari

saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

Sistem persyarafan.

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

3) Mengecilnya syaraf panca indera.

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf

pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya

ketahanan terhadap dingin.

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

1) Penglihatan

a) Kornea lebih berbentuk skeris.

b) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar.

c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan

lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

e) Hilangnya daya akomodasi.

f) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 12


LANSIA
g) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

2) Pendengaran.

a) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap

bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit

mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya

kreatin.

3) Pengecap dan penghidu.

a) Menurunnya kemampuan pengecap.

b) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan

berkurang.

4) Peraba.

a) Kemunduran dalam merasakan sakit.

b) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

b. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 13


LANSIA
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur

20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan

posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah

menurun menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).

4) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah

perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

c. Sistem genito urinaria.

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50 %, fungsi tubulus

berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis

urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ;

nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya

menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika

urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi

urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Atropi vulva.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 14


LANSIA
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan

menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap

perubahan warna.

6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas

untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1) Produksi hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di

pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

4) Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya pertukaran

zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron.

7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum

tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

e. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi

yang buruk.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 15


LANSIA
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi

indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah

terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung

menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

f. Sistem muskuloskeletal.

1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.

2) resiko terjadi fraktur.

3) kyphosis.

4) persendian besar & menjadi kaku.

5) pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan

berkurang ).

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 16


LANSIA
a. Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan.

b. Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap

rangsangan pada lobus.

c. Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi terhadap

suatu perangsangan terhadap lobus

d. Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin

efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

g. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.

1). Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2). Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya

jaringan adiposa

3). Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak

begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

4). Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah

dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

5). Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka

luka kurang baik.

6). Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7). Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut

kelabu.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 17


LANSIA
8). Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

9). Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

10). Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak rendahnya akitfitas otot.

h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1) Perubahan sistem reprduksi.

a) selaput lendir vagina menurun/kering.

b) menciutnya ovarium dan uterus.

c) atropi payudara.

d) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur

berangsur.

e) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

2) Kegiatan sexual.

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi kehidupan

yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang mempunyai kebutuhan

sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap

sexual akan berfungsi secara biologis melalui organ kelamin yang berhubungan

dengan proses reproduksi, 2) rohani, Secara rohani Ù tertuju pada orang lain

sebagai manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan

sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial, Secara

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 18


LANSIA
sosial Ù kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain yang

merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan

cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa ia sangat

berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua tampa harus berhubungan

badan, msih banyak cara lain unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda.

Pernyataan pernyataan lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak

mengambil alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

3. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. kesehatan umum

c. Ttingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan

perubahan konsep diri

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 19


LANSIA
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering

berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh

karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam

sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) Kenangan

jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan,persepsi dan keterampilan

psikomotorterjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan

dari faktro waktu.

4. Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.

1. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,

kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya

percaya diri pada fungsi mereka.

2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak.

3. Gangguan halusinasi.

4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 20


LANSIA
5. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya

(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan

Zentner,1970)

C. Gangguan Integument Pada Lansia

Gangguan integumen yang biasanya sering ditemui pada lansia adalah kulit

keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastik karena

menurunnya cairan dan kehilangan jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat

bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-

sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi lebih tebal

dan rapuh, pada wanita usia lebih dari 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut

menipis atau botak dan warna rambut kelabu.

Penyakit Integumen pada Lansia

1. Kandidiasis

Di Amerika Serikat, infeksi kandida dewasa ini merupakan penyebab infeksi pada

darah nomor empat paling banyak, dan tampaknya meningkatnya infeksi ini

terutama didapati pada lanjut usia (lansia). Infeksi jamur kandida ini lebih sering

terjadi pada lansia karena daya tahan tubuh yang menurun, penyakit kencing

manis (diabetes melitus/DM), lebih sering menggunakan obat antibiotik, memakai

obat kortikosteroid yang dihirup misalnya memakai obat triamcinolone pada

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 21


LANSIA
penderita penyakit asma, penyakit paru obstruktif menahun (PPOM) seperti

bronkhitis, mulut kering (xerostomia) yang dapat disebabkan penyakit dan obat,

memakai alat-alat untuk membantu pemberian makanan, penggunaan alat-alat

yang harus dimasukkan ke dalam tubuh di dalam ruang rawat intensif, kurang

gizi, penyinaran dengan sinar rontgen dan lain-lain. Selain daripada itu, pada

lansia lebih sering pula mengalami transplantasi atau pencangkokan organ-organ

vital tubuh, mendapat pengobatan dengan khemoterapi untuk penyakit kanker

secara agresif, serta mengalami penyakit-penyakit kulit dan tulang, yang

kesemuanya ini sering menggunakan obat-obat yang dapat menurunkan daya

tahan tubuh. Infeksi kandida juga menyebabkan tingginya angka kesakitan bagi

lansia. karena pemakaian obat-obat tertentu, perawatan diri yang kurang baik, dan

berkurangnya produksi air ludah, yang kesemuanya hal ini sering terjadi pada

lansia. Oleh karena itu, infeksi jamur kandida merupakan suatu masalah yang

perlu dipertimbangkan pada lansia, mengingat seringnya terjadi infeksi ini.

Infeksi jamur kandida pada kulit dan kuku

• Intertigo : infeksi jamur kandida pada kulit di bawah payudara, daerah

antara kemaluan dan lubang dubur

• Paronychia : infeksi jamur kandida pada bagian samping dan bawah kuku,

ditandai dengan menebalnya kuku dan bahkan dapat tanggal sendiri

• Onychomycosis : penderita DM lebih sering mendapat infeksi jamur ini.

Penyakit ini ditandai dengan sulitnya memotong kuku kaki, yang

memudahkan penderita cenderung mengalami kukunya terbentur dan

infeksi pada kuku.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 22


LANSIA
• Vulvovaginitis : infeksi pada daerah kemaluan dan liang senggama wanita.

Gejala yang palin sering adalah gatal pada daerah kemaluan terutama pada

malam hari, dan keluarnya secret atau cairan dari liang senggama

berwarna keju sampai dengan keruh encer.

Gejala

• Infeksi pada lipatan kulit atau infeksi intertriginosa

• Infeksi penis

• Thrush

• Perleche

• Paronikia

2. Herpes Zoster

Herpes, demikianlah para medis menyebut penyakit radang kulit yang ditandai

dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok ini. Gelembung-

gelembung tersebut berisi air pada dasar perdangan. Ada dua macam penyakit

herpes, yaitu herpes genitalis dan herpes zoster. Herpes genitalis disebabkab oleh

virus herpes simplek dan merupakan penyakit kelamin, sedangkan herpes zoster

disebabkan oleh virus varisela zoster dan menyerang kulit secara umum. Herpes

zoster intinya memang berurusan dengan daya tahan tubuh. Tak heran kalau

penyakit ini banyak menyerang kaum lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun. Pada

usia di atas 50 tahun, banyak orang yang terserang akibat daya tahan tubuhnya

lemah. Terjadinya nyeri pascaherpes disebabkan lambatnya pengobatan saat

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 23


LANSIA
seseorang terserang virus varisela zoster. Akibatnya, virus sempat merusak

jaringan saraf di sekitarnya. Jika gejala ini telanjur terjadi, kulit yang terkena

sentuhan sedikit saja bisa menimbulkan nyeri. Atau, kadang saraf memancarkan

sinyal nyeri terus-menerus. Sekitar 75% penderita nyeri ini mengaku, rasanya

seperti terbakar.Faktor usia sangat menentukan kerentanan serangan nyeri.

Semakin tua seseorang saat terkena herpes zoster, semakin besar kemungkinannya

menderita nyeri. Jumlah mantan penderita yang berlanjut ke nyeri kira-kira 10% –

15% populasi. Di atas 50 tahun kemungkinannya menjadi 40%, di atas 60 tahun

jadi 50%, dan di atas 80 tahun menjadi 80% dari populasi. Kaum lanjut usia

dengan gangguan saraf akibat penuaan atau diabetes lebih mudah terkena nyeri

pascaherpes. Akan tetapi, bukan berarti penderita herpes zoster berusia muda tak

mungin terkena nyeri. Jika serangannya parah, misalnya sampai ke mata, si

penderita muda juga mungkin terkena nyeri pascaherpes. Jika terkena penyakit

ini, penderita akan mengalami nyeri pada saat kondisi ketahanan tubuhnya

menurun. Pada usia di atas 50 tahun, banyak orang yang terserang herpes zoster

akibat daya tahan tubuhnya lemah.

Gejala

• Demam

• Malaise

• Nyeri yang menyerupai appendisistis

• Pleuritis

• Nyeri musculoskeletal

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 24


LANSIA
Penatalaksanaan

• Memberikan vaksin pada lansia

• Mengalihkan perhatian untuk manajemen nyeri

• Memberikan obat-obatan untuk memblok impuls di saraf kulit agar tidak

sampai ke otak, seperti amitriplitin

3. Psoriasis

Psoriasis merupakan kelainan pada kulit berupa bercak-bercak merah, berbatas

tegas, dan di atasnya terdapat sisik yang tebal. Psoriasis juga merupakan penyakit

menahun dan bersifat kambuahan. Paling sering ditemukan pada usia 15-35 tahun.

Penyebab

• Sengatan matahari hebat

• Iritasi kulit atau cedera (luka bakar, gigitan serangga, luka sayat, ruam)

• Pemakaian obat anti malaria

• Pemakaian litinium

• Infeksi virus dan atau bakteri

• Pemakaian alcohol yang berlebihan

• Obesitas

• Cuaca dingin

Gejala

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 25


LANSIA
• Kering atau merah

• Tertutup oleh sisik berwarna keperakan

• Bercak menonjol

• Pinggiran merah

• Bisa pecah dan menimbulkan nyeri

• Biasanya terpisah satu sama lain

• Ditemukan di siku, lutut, batang tubuh, kulit kepala

4. Pruritus

Pruritus adalah suatu perasaan yang secara otomatis menuntut penggarukan. Hal

itu bisa menyebabkan kemerahan dan goresan dalam pada kulit. Penggarukan bisa

juga mengiritasi kulit dan menyebabkan bertambahnya rasa gatal sehingga terjadi

suatu lingkaran setan. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan terbentuknya

jaringan parut dan penebalan kulit. Penyebab yang paling sering dari rasa gatal

adalah kulit kering yang umumnya pada lansia, atau xerosis. Mekanisme rasa

gatal itu sendiri belum diketahui dengan pasti, tetapi histamine adalah suatu

mediator yang mengetahui pruritus. Rasa gatal bisa juga disebabkan oleh panas,

perubahan suhu yang tiba-tiba, berkeringat, pakaian, produk pembersih seperti

sabun, kelelahan, dan stress emosional; hal ini biasanya lebih terasa hebat saat

musim dingin. Pruritus bisa juga dihubungkan dengan gangguan kulit atau

penyakit sistemik. Sering juga pruritus diasosiasikan dengan kulit kering, tapi bisa

diasosiasikan dengan kudis, ekzema, reaksi obat, penyakit hati atau ginjal,

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 26


LANSIA
hiperglikemia, penyakit tiroid, gejala prodormal dari herpes zozter, stasis pada

vena, dan anemia.

5. Melanoma Ganas

Melanoma merupakan neoplasma yang berasal dari melanosit yang kemungkinan

besar adalah kanker kulit yang menyebabkan kematian. Kanker ini paling banyak

dari insiden kanker yang ada. Insidennya meningkat sangat cepat dan lebih

banyak terjadi pada wanita. Puncaknya pada usia 50 dan 70. melanoma menyebar

melalui system vascular dan limfatik serta bermetastasis ke kelenjar getah bening

regional, kulit, paru, dan system saraf. Prognosisnya bervariasi berdasarkan

ketebalan tumor. Melanoma biasanya terjadi di kepala dan leher pada pria,

tungkai pada wanita, serta punggung pada individu yang terpajan sinar matahari

secara berlebih.

Terdapat empat tipe melanoma :

 Melanoma yang menyebar ke superficial

Biasa terjadi diantara usia 40 dan 50 tahun. Tumor ini tumbuh secara horizontal

selama bertahun-tahun tpi prognosis semakin memburuk ketika pertmbuhan

ventrikel terjadi.

 Melanoma nodular

Terjadi diantara usia 40 dan 50 tahun. Tumor ini tumbuh secara vertical,

menginvasi dermis, dan bermanifestasis lebih awal.

 Melanoma lentigionosa-akral

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 27


LANSIA
Melanoma ini terjadi di telapak tangan dan telapak kaki serta di sublingual.

 Melanoma lentigo ganas

Melanoma ini jarang terjadi. Ini merupakan kanker kulit yang paling jinak,

pertumbuhannya paling lambat dan yang paling tidak agresif dari keempat jenis

melanoma. Melanoma biasanya terjadi di area yang sering terpajan sinar matahari

dan terjadi pada lansia diantara usia 60 dan 70 ahun. Melanoma ini berasal dari

lentigo ganas pada permukaan kulit yang terpajan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya melanoma:

1. Terpajan sinar matahari yang berlebihan

2. Tipe kulit

3. Faktor-faktor genetik

4. Riwayat keluarga

5. Riwayat masa lalu

Tanda dan gejala pada melanoma :

• Luka yang tidak kunjung sembuh

• Benjolan atau pembengkakan yang menetap

• Perubahan tanda kulit yang telah ada, seperti tah lalat, tanda lahir, jaringan

parut, bintik-bintik atau kutil.

• Lesi pada pergelangan kaki atau permukaan lutut yang tampak merah,

putih atau biru diatas dasar coklat atau hitam. Mungkin mempunyai
Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 28
LANSIA
migraine yang tidak teratur dan menonjol. Dan dapat mengalami ulserasi

dan perdarahan pada penderita melanoma yang menyebar secara

superfisial

• Pada melanoma nodular, nodul tampak pucat dan tidak seragam bentuknya

yang menyerupai blackberry keunguan

• Pada lentiginosa-akral, lesi berwarna kecoklat-coklatan dan hitam pada

telapak tangan dan telapak kaki serta kemungkinan terdapat warna

kecoklatan atau noda coklat pada kuku yang berdifusi dari dasar.

• Pada melanoma lentigio ganas, lesi tahan lama dan luas diwajah,

dipunggung tangan, atau dibawah kuku jari yang mengalami ulserasi dapat

terlihat seperti bintik-bintik berwarna kecoklatan, coklat tua, hitam,

keputihan atau warna seperti batu dengan kemungkinan terdapat nodul

hitam yang menyebar dan tidak beraturan pada permukaannya.

6. Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,

bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada

suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah

setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir

yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang

menonjol (bony prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu

yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah

pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini dapat

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 29


LANSIA
menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemi jaringan dan akhirnya

dapat mengakibatkan kematian sel

Informasi:

Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering

tejadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke,

injuri tulang belakang atau penyakit degeneratif. Istilah dekubitus sebenarnya

kurang tepat dipakai untuk menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus

adalah decumbere yang artinya berbaring. Ini diartikan bahwa luka tekan hanya

berkembang pada pasien yang dalam keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka

tekan tidak hanya berkembang pada pasien yang berbaring, tapi juga dapat terjadi

pada pasien yang menggunakan kursi roda atau prostesi. Oleh karena itu istilah

dekubitus sekarang ini jarang digunakan di literatur literatur untuk

menggambarkan istilah luka tekan.

Etiologi

Faktor intrinsik: penuaan (regenerasi sel lemah), Sejumlah penyakit  yang

menimbulkan seperti DM, Status gizi, underweight atau kebalikannya overweight,

Anemia, Hipoalbuminemia, Penyakit-penyakit neurologik dan penyakit-penyakit

yang merusak pembuluh darah, Keadaan hidrasi/cairan tubuh.

Faktor Ekstrinsik:Kebersihan tempat tidur, alat-alat tenun yang kusut dan

kotor, atau peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu

sikap tertentu, Duduk yang buruk, Posisi yang tidak tepat, Perubahan posisi yang

kurang.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 30


LANSIA
Patofisiologi

Immobile atau terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring (lebih

dari 2 jam),tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan daerah tumit

mencapai 30-45 mmHg (normal: tekanan daerah pada kapiler berkisar antara 16

mmHg-33 mmHg),iskemik,nekrosis jaringan kulit selain faktor tegangan, ada

faktor lain yaitu: Faktor teregangnya kulit misalnya gerakan meluncur ke bawah

pada penderita dengan posisi dengan setengah berbaring

Faktor terlipatnya kulit akibat gesekan badan yang sangat kurus dengan

alas tempat tidur, sehingga seakan-akan kulit “tertinggal” dari area tubuh lainnya.

Tanda dan Gejala, stadium dan komplikasi

1. Stadium Satu

a. Adanya perubahan dari kulit yang dapat diobservasi. Apabila dibandingkan

dengan kulit yang normal, maka akan tampak salah satu tanda sebagai berikut:

perubahan temperatur kulit (lebih dingin atau lebih hangat)

b. perubahan konsistensi jaringan (lebih keras atau lunak)

c. perubahan sensasi (gatal atau nyeri)

d. Pada orang yang berkulit putih, luka mungkin kelihatan sebagai kemerahan

yang menetap. Sedangkan pada yang berkulit gelap, luka akan kelihatan sebagai

warna merah yang menetap, biru atau ungu.

2. Stadium Dua

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 31


LANSIA
Hilangnya sebagian lapisan kulit yaitu epidermis atau dermis, atau keduanya.

Cirinya adalah lukanya superficial, abrasi, melempuh, atau membentuk lubang

yang dangkal.

3. Stadium Tiga

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap, meliputi kerusakan atau nekrosis dari

jaringn subkutan atau lebih dalam, tapi tidak sampai pada fascia. Luka terlihat

seperti lubang yang dalam

4. Stadium Empat

Hilangnya lapisan kulit secara lengkap dengan kerusakan yang luas, nekrosis

jaringan, kerusakan pada otot, tulang atau tendon. Adanya lubang yang dalam

serta saluran sinus juga termasuk dalam stadium IV dari luka tekan.

Faktor resiko

1. Mobilitas dan aktivitas

2. Penurunan sensori persepsi

3. Kelembapan

4. Tenaga yang merobek (shear)

5. Pergesekan ( friction)

6. Nutrisi

7. Usia

8. Tekanan arteriolar yang rendah


Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 32
LANSIA
9. Stress emosional

10. Merokok

11. Temperatur kulit

Klasifikasi dan stadium ulkus dekubitus

Berdasarkan waktu yang diperlukan untuk penyembuhan dari suatu ulkus

dekubitus dan perbedaan temperatur dari ulkus dengan kulit sekitarnya, dekubitus

dapat dibagi menjadi tiga:

1. Tipe normal

Mempunyai beda temperatur sampai dibawah lebih kurang 2,5oC dibandingkan

kulit sekitarnya dan akan sembuh dalam perawatan sekitar 6 minggu. Ulkus ini

terjadi karena iskemia jaringan setempat akibat tekanan, tetapi aliran darah dan

pembuluh-pembuluh darah sebenarnya baik.

2. Tipe arterioskelerosis

Mempunyai beda temperatur kurang dari 1oC antara daerah ulkus dengan kulit

sekitarnya. Keadaan ini menunjukkan gangguan aliran darah akibat penyakit pada

pembuluh darah (arterisklerotik) ikut perperan untuk terjadinya dekubitus

disamping faktor tekanan. Dengan perawatan, ulkus ini diharapkan sembuh dalam

16 minggu.

3. Tipe terminal

Terjadi pada penderita yang akan meninggal dunia dan tidak akan sembuh.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 33


LANSIA
Proses penyembuhan luka

Prinsip-prinsip Perawatan Luka

Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka:

Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering

(tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan

dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi

dengan air steril atau NaCl 0,9 %.

Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi,

yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang)

atau NaCl 0,9 %. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam

larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam

10 liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol

1:1000 menggunakan kain kasa.

Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi,

karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan

luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika

dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak

menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.

Lansia beresiko tinggi mengalami dekubitus karena adanya perubahan

nutrisi, perubahan sensasi untuk perlindungan terhadap tekanan, adanya penyakit

kronis, defisit perawatan diri, dukungan dirumah tidak adekuat, inkontensia,

defisit, mobilitas, dan perubahan tingkat kesadaran . pada tahun 1992 – edisi

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 34


LANSIA
pertama presure ulcers in adult : prediction and prevention diterbitkan olek agency

for health care policy and research. Petunjuk ini sangat bermanfaat dalam

menentuka suatu program yang menyeluruh untuk mengidentifikasi individu yang

beresiko tinggi dan strategi awal untuk pencegahan dan pemeliharaan integritas

kulit.

Dekubitus terjadi terutama diatas tonjolan tulang tetapi munkin juga

terjadi padadaerah jaringan lain yang tertekan .tempat terpasangnya slang , daerah

di bawah restrain dan daerah jaringan lunak yang tertekan oleh suatu traksi atau

bidai adalah beberapa contoh lokasi non tulang yang merupakan predisposisi

terjadinya nekrosis akibat tekanan. Setiap jaringan dapat mengalami ulserasi jika

terpajan tekanan dari luar yang lebih besar dibandingkan tekanan penutupan

kapiler untuk jangka panjang.

Derajat ulserasi bergantung pada beberapa faktor, baik faktor instrinsik

maupun ekstrinsik. Pada saat tekanan terus berlanjut tanpa interupsi, jaringan

tersebut menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi yang penting bagi

metabolismesel dan kemudian sel mengalami hipoksia dan membengkak. Jika

diberi tekanan pada titik ini , jaringan akan dipenuhi darah karena pembuluh darah

kapiler membesar dan daerah tersebut akan berwarna kemerahan yang dikenal

secara klinis sebagai hiperemia regional.dalam keadaan ini area yang berada

dibawah tekanan dapat dengan sepenuhnya kembali kekondisi semula pada saat

faktor resiko telah dikenali dan dihilangkan dan tindakan pencegahan dimulai.

Namun , jika masalah tidak diketahui pada titik ini, tekanan tidak akan dapat

dihilangkan dan edema sel akan berkembang menjadi trombosis pembuluh darah

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 35


LANSIA
kecil, penurunan suplai oksigen yang lebih lanjut, dan jaringan akan mulai

mengalami ulserasi.

Derajat lesi dibedakan atas :

Lesi derajat 1 dilihat sebagai daerah berwarna merah, daerah yang jelas

tidak memucat ketika ketika dilakuka palpasi ringan, yang mengidisikan adanya

kerusakan jaringan yang lebih dalam.

Lesi derajat 2 epidermis telah mengelupas, menampakkan dermis yang

memiliki vaskularisasi sangat tinggi. Bila sensasi tetap utuh , lesi derajat 2 ini

sangat menyakitkan.

Lesi derajat 3 pada saat lapisan lapisan jaringan mengalami nekrosis,

subkutis menjadi lebih terlibat mendorong ke arah perkembangan. Ulkus ini

dapay dengan cepat mengikis bagian tepi sementara lapisan jaringan subkutan

mengalami nekrosis lebih cepat dibandingkan dengan dermis yang sangat

vaskuler.

Lesi derajat 4 mengakibatkan infeksi tulang lokal dan sulit, serta

memakan waktu cukup lama untuk sembuh tanpa intrvensi pembedahan.

D. Gejala Pada Lansia Wanita

Fase Klimakterium

Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari

periode reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau keluhan yang

kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini disebut tanda atau gejala

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 36


LANSIA
menopouse. Periode ini dapat berlangsung antara 5 sebelum dan sesudah

menopause. Pada fase ini fungsi reproduksi wanita menurun.

Fase klimakterium berlangsung bertahap sebagai berikut :

a. Sebelum menopouse

Masa sebelum berlangsungnya saat menopouse, yaitu fungsi reproduksinya mulai

menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.

b. Saat menopouse

Periode dengan keluhan memuncak, rentangan 1-2 tahun sebelum dan 1-tahun

sesudah menopouse. Masa wanita mengalami akhir dari datangnya haid sampai

berhenti sama sekali. Pada masa ini menopouse masih berlangsung.

c. Setelah menopouse

Masa setelah perimenopouse sampai munculnya perubahan-perubahan patologic

secara permanen disertai dengan kondisi memburuknya kondisi badan pada usia

lanjut (Senilitas).

Menopouse

Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi akan mengalami

perubahan. Rahim mengalami antropi (keadaan kemunduran gizi jaringan),

panjangnya menyusut, dan dindingnya menipis. Jaringan miometrium (otot rahim)

menjadi sedikit dan lebih banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut

secara berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut tidak menonjol kedalam

vagina bahkan lama-lama akan merata dengan dinding vagina.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 37


LANSIA
Lipatan-lipatan saluran telur menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut.

Rambut getar yang ada pada ujung saluran telur atau fimbria menghilang (Kasdu,

2002 : 58).

Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada saat

menopouse mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan

ini berupa keluhan-keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan

sehari-hari.

1) Hot flushes (perasaan panas)

Adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh bagian atas

(seperti leher dan dada). Dengan perabaan tangan akan terasa adanya peningkatan

suhu pada daerah tersebut. Gejolak panas terjadi karena jaringan-jaringan yang

sensitif atau yang bergantung pada esterogen akan terpengaruh sewaktu kadar

estrogen menurun. Pancaran panas diperkirakan merupakan akibat dari pengaruh

hormon pada bagian otak yang bertanggung jawab untuk mengatur temperatur

tubuh.

2) Keringat Berlebihan

Cara bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran panas pada

tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur termostat tubuh pada suhu yang

lebih rendah. Akibatnya, suhu udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak

menjadi terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta mengeluarkan keringat

untuk mendinginkan diri. Selain itu, dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-

jaringan vagina menjadi lebih tipis dan berkurang kelembabannya seiring dengan

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 38


LANSIA
kadar estrogen yang menurun. Gejala lain yang dialami wanita adalah berkeringat

dimalam hari.

3) Vagina Kering

Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina

sehingga dapat menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu,

akibat berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina,

jaringan penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina

mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu mengurangi rasa

sakit dalam berhubungan seksual.

4) Tidak dapat menahan air seni

Ketika usia bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat bersin

dan batuk. Hal ini akibat estrogen yang menurun sehingga salah satu dampaknya

adalah inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi kandung kemih).

Perlu diketahui, dinding serta lapisan otot polos uretra perempuan juga

mengandung banyak reseptor estrogen. Kekurangan estrogen menyebabkan

terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran urin menjadi

abnormal sehingga mudah terjadi infeksi pada saluran kemih bagian bawah.

5) Hilangnya jaringan penunjang

Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan

kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya

kolagen menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok,

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 39


LANSIA
gigi mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta timbulnya rasa

sakit dan ngilu pada persendian.

6) Penambahan berat badan

Saat wanita mulai menginjak usia 40 tahun, biasanya tubuhnya mudah

menjadi gemuk, tetapi sebaliknya sangat sulit menurunkan berat badannya.

Berdasarkan penelitian, setiap kurun 10 tahun, akan bertambah berat badan atau

tubuh melebar kesamping secara bertahap. Hal ini diduga ada hubungannya

dengan turunnya estrogen dan gangguan pertukaran zat dasar metabolisme lemak.

7) Gangguan mata

Kurang dan hilangnya estrogen mempengaruhi produksi kelenjar air mata

sehingga mata terasa kering dan gatal.

8) Nyeri tulang dan sendi

Seiring dengan meningkatnya usia maka beberapa organ tidak lagi

mengadakan remodeling, diantaranya tulang. Bahkan, mengalami proses

penurunan karena pengaruh dari perubahan organ lain. Selain itu dengan

bertambahnya usia penyakit yang timbul semakin beragam. Hal ini tentu saja

berkaitan dengan kebugaran dan kesehatan tubuh wanita (Kasdu, 2002 : 56).

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 40


LANSIA
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN FOKUS

Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi

infeksi. Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan

terhadap infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen

yang akan memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat

infeksi , dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.

I. BIODATA

a. Jenis Kelamin

Biasnya laki – lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.

b. Riwayat Kesehatan

– Riwayat penyakit dahulu

Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis ,

pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss

atopik , limfoblastoma.

– Riwayat Penyakit Sekarang

Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.

c. Pola Fungsi Gordon


Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 41
LANSIA
1. Pola Nutrisi dan metabolisme

Terjadinya kebocoran kapiler , hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang

negative mempengaruhi keseimbangan cairan tubuh pasien ( dehidrasi ).

2. Pola persepsi dan konsep diri

– Konsep diri

Adanya eritema ,pengelupasan kulit , sisik halus berupa kepingan / lembaran zat

tanduk yang besr – besar seperti keras selafon , pembentukan skuama sehingga

mengganggu harga diri.

3. Pemeriksaan fisik

a. KU : lemah

b. TTV : suhu naik atau turun.

c. Kepala

Bila kulit kepala sudah terkena dapat terjadi alopesia.

d. Mulut

Dapat juga mengenai membrane mukosa terutama yang disebabkan oleh obat.

e. Abdomen

Adanya limfadenopati dan hepatomegali.

f. Ekstremitas

Perubahan kuku dan kuku dapat lepas.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 42


LANSIA
g. Kulit

Kulit periorbital mengalami inflamasi dan edema sehingga terjadi ekstropion pada

keadaan kronis dapat terjadi gangguan pigmentasi. Adanya eritema ,

pengelupasan kulit , sisik halus dan skuama.

Diagnosa Keperawatan

1. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan usia yang ekstern

(Eksternal) dan perubahan turgor (elastisitas kulit), ditandai dengan

- Gangguan pada bagian tubuh

- Kerusakan lapisan kulit/dermis

- Gangguan permukaan kulit/epidedermis

Tujuan ;

Tissue integrity : Skins and mukos membrane

Kriteria Hasil :

a.Integritas kulit yang baik dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas,

temperature, hidrasi, pigmentasi.

b.Tidak luka / lesi pada kulit

c.Perfusi jaringan baik

d.Menunjukan perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera

berulang

e.Mampu melindungi kulit dan mempertahan kelembapan kulit dan

perawatan alami

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 43


LANSIA
Intervensi

a. Anjurkan Klien untuk menggunakan pakaian longgar

b. Hindari kerutan pada tempat tidur

c. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap 2 jam sekali

d. Jaga kebersihan kulit supaya tetap kering dan bersih

e. Monitor kulit akan adanya kemerahan

f. Oleskan lotion/minyak/ baby oil pada daerah yang tertekan.

g. Monitor status nutrisi pasien

h. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 44


LANSIA
DAFTAR PUSTAKA

2. Jaime L. Stockslager. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta :

EGC

3. Mubarak, Wahit Iqbal. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : Sagung

Seto

4. Meiner, Sue.E. 2006. Gerontologic Nursing. St. Louis, Missouri : Mosby

5. Nugroho, Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC

6. www.majalah-farmacia.com

7. www.medicastore.com

8. www.klinikmedis.com

9. www.suaramerdeka.co

Rakha Arrayyan | GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA 45


LANSIA

You might also like