You are on page 1of 35

TUGAS PELAYANAN KELUARGA BERENCANA

“AKDR (ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM)”


Dosen Pembimbing :

Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes.

Oleh:

IRMA SARI FITRIANA


P 27824109059
NON REGULER / (18)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO SURABAYA
2010-2011

1 | Metode AKDR/IUD
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Nikmat-Nya saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas tentang AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).
Dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak,diantaranya :
1. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes. Selaku dosen Pembimbing mata kuliah
Pelayanan KB Prodi Kebidanan Sutomo
2. Pihak-pihak yang ikut serta dalam proses pembuatan makalah ini

Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari sebagai manusia saya banyak kekurangan. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati, saya mohon pembaca berkenan memberikan kritik dan saran demi
penyempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua khususnya bagi saya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, April 2011

Penyusun

2 | Metode AKDR/IUD
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ………………………………………………………………….……..… i

Daftar Isi ………………………………………………………………………….......… ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..…….. 1


1.2 Tujuan ……………………………………..…………………………………… 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah AKDR……………………………………………………...…………… 3

2.2 Pengertian AKDR ………………………………………………………………. 4

2.3 Macam-Macam AKDR….………………………………………………………. 4

2.4 Mekanisme Kerja AKDR....................................................................................... 12

2.5 Indikasi................................................................................................................... 14

2.6 Kontaindikasi..........................................................................................................14

2.7 Keuntungan dan Kerugian dari Masing-Masing AKDR…….………….………. 16

2.8 Efek Samping dan Komplikasi AKDR………………………………………..... 20

2.6 Penanganan Efek Samping AKDR ……………………………………………... 22

2.7 Insersi IUD............................................................................................................ 24

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………...….…………………... 29

3.2 Saran …………………………………………………………………………… 29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...... 30

3 | Metode AKDR/IUD
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Merencanakan kehamilan merupakan bagian penting dalam membentuk keluarga
bahagia dan sejahtera. Salah satu solusinya adalah melalui pemakaian alat kontrasepsi
yang dianggap sebagai upaya jitu menekan ledakan populasi penduduk.
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin,
2003).
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam
kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah
mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan
pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental
dasn perilaku masyarakat dalamupaya membangun keluarga berkualitas
Dari masa ke masa, alat kontrasepsi terus berkembang. Di samping fungsi utama
sebagai pencegah kehamilan, alat kontrasepsi masa kini kian disempurnakan dengan
menambahkan manfaat nonkontrasepsi yang ditujukan bagi kenyamanan penggunanya.
Salah satu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mengalami perkembangan
cukup signifikan adalah IUD atau dikenal dengan spiral. IUD ditanamkan di dalam
rahim dan bekerja menghambat pembuahan melalui sistem mekanik. Alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif
mampu menghindari terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang (2-
6 tahun).
Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR
dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses
pemasangan , dilarang oleh suami, dan kurang mengetahui tentang KB AKDR.
Adapun berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan oleh akseptor KB agar
tidak terjadi alah persepsi setelah pemasangan yaitu pengetahuan akseptor KB tentang
persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi, status kesehatan klien sebelum berKB,

4 | Metode AKDR/IUD
tahu efek samping, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan,
besarnya keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya
lingkungan dan orang lain.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah penyusunan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
gambaran umum pelayanan kontrasepsi KB terutama AKDR.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan sejarah AKDR
b. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi AKDR
c. Mahasiswa dapat menjelaskan macam-macam AKDR
d. Mahasiswa dapat menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing
AKDR
e. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi dari pemasangan AKDR
f. Mahasiswa dapat menjelaskan penanganan efek samping AKDR

5 | Metode AKDR/IUD
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah AKDR


Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau IUD mempunyai sejarah
perkembangan yang sangat panjang sebelum generasi III dengan keamanan, efektivitas,
dan penyulit yang tidak terlalu besar. Sejarah abad masa lalu, walaupun tidak tercatat
dengan baik, menunjukkan bahwa kafilah dagang “bangsa Arab” mempraktekkan
penggunaan AKDR pada unta-unta mereka. Jika melakukan perjalanan jauh dalam
kegiatan perdagangannya, mereka memasukkan batu-batu ke dalam rahim untanya.
Periode abad berikutnya mencatat keberhasilan Richard Richter pada tahun 1909
di Jerman mengujicobakan penggunaan AKDR pada manusia. AKDR yang
digunakannya merupakan cicin catgut ulat sutera yang mempunyai kawat nikel dan
tembaga yang mejulur keluar melalui serviks. Tahun 1920-an Grafenberg mengganti
cincin catgut dengan cicin berlapis emas atau perak. Tidak lama berselang (1934) Ota di
Jepang menambahkan struktur pendukung cincin AKDR yang berlapiskan emas atau
perak untuk mengurangi angka ekspulsi. Selama berlangsung perang dunia kedua,
filosofi politik Jepang dan Nazi mengeliminasi penggunaan AKDR. Baru pada tahun
1959 Oppenheimer menggerakkan kembali penggunaan dengan berbagi macam bentuk
pengembangan IUD.
Perkembangan seterusnya pada tahun 1960 melahirkan AKDR berbentuk “Loop”
hasil karya Jack Lippes. Kemudian berturut-turut tahun 1968-1969, Zipper

6 | Metode AKDR/IUD
menambahkan Cu (tembaga) dan Doye dan Clewe (Amerika) menggunakan progestin
sebagai bahan anti fertilitas. Penelitian untuk mendapatkan jenis AKDR yang paling
efektif, dan aman dipakai masih terus berlangsung hingga sekarang.

2.2 Pengertian AKDR


AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang,
dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktip (Saefuddin,2003)
AKDR atau IUD atau Sepiral adalah suatu alat yang dimasukan ke dalam rahim
wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar, 1998)
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik
kertas, diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo,
2005)
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik
yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan
ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)

2.3 Macam-macam AKDR

Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. karena itu berpuluh-puluh
macam AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari

7 | Metode AKDR/IUD
benang sutra dan logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat
maupun tidak.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1. Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T
2. Bentuk tertutup (closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.

Menurut Tambahan obat atau Metal:


1. Medicated IUD
a. Mengandung Logam
AKDR – Cu generasi pertama (First Generation Copper Devices) :
§ CUT – 200 = Tatum – T
§ Cu – 7 = Gravigard
§ MLCU – 250
AKDR – Cu generasi kedua (Second Generation Copper Devices) :
§ CUT – 380 A = paragard
§ CUT – 380 Ag
§ CUT – 220 C
§ Nova – T = novagard : mengandung Ag
§ Delta – T : modified Cut – 220 C
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama
untuk insersi post partum
§ MICU – 375

Penjelasan:
Copper IUD
Yang paling kenal sampai saat ini adalah :
- CuT – 200 = Tatum T : panjang 36 mm, lebar 32 mm, mengandung 200
mm2 Cu (luas permukaan Cu-nya) . Daya kerja :
tiga tahun. Cara insersi : withdrawal
- CuT – 200 B : seperti Cut – 200, tetapi ujung bagian bawah
batang IUD berbentuk bola
- CuT – 200 Ag : seperti Cut – 200, tetapi mengandung inti Ag di
dalam tembaganya

8 | Metode AKDR/IUD
- CuT – 220 C : panjang 36 mm, lebar 32 mm, 220 mm 2 Cu di
dalam tujuh selubung, 2 pada lengan dan 5 pada
batang vertikalnya. Dava kerja : tiga tahun. Cara
insersi : withdawal
- CuT-380A = Para Gard: Panjang 36 mm, lebar 32 mm, 314 mm2 kawat cu
pada batang vertikal, 2 selubung Cu seluas
masing-masing 33 mm2 pada masing-masing
lengan horizontal. Daya kerja : 8 tahun (FDA : 10
tahun)
- CuT – 380 Ag : seperti CuT – 380 A, hanya dengan tambahan inti
Ag di dalam kawat Cu-nya. Daya kerja : 5 tahun
- CuT – 380 S : CuT – 380 slimline
Selubung Cu diletakkan pada ujung-ujung lengan
horizontalnya dan beberapa di dalam plastiknya.
Daya kerja : 2,5 tahun
- Nova-T = Novagard : panjang 32 mm, lebar 32 mm, 200 mm2 luas
permukaan Cu dengan anti Ag di dalam kawan
Cu-nya. Daya kerja : 5 tahun. Cara insersi :
withdrawal
- ML Cu – 250 : 220 mm2 luas permukaan kawat Cu. Benang ekor
2 lembar, berwarna hitam atau tidak berwarna..
Daya kerja : 3 tahun. Cara insersi : withdrawal.
Ada tiga bentuk Ml Cu – 250:
§ Standar : panjang 35 mm, lebar 18 mm
§ Short : panjang 29 mm, lebar 18 mm
§ SL : panjang 24 mm, lebar 18 mm
- Cu – 7 = Gravigard : panjang 36 mm, lebar 26 mm, mengandung 200
mm2 luas permukaan Cu, mempunyai tabung
inserter diameter paling kecil dibandingkan
tabung inserter IUD lain-lainnya sehingga dapat
dianjurkan untuk nulligravid.
Daya kerja : 3 tahun
Cara insersi : withdrawal (dapat pula push-out)
- MPL – Cu 240 Ag : 240 mm2 luas permukaan Cu, dengan inti Ag di
dalam kawat Cu nya

9 | Metode AKDR/IUD
Daya kerja : 3 – 5 tahun
Cara insersi : withdrawal
Ada 3 bentuk MPL – Cu 240 Ag :
o Ukuran 0 : panjang 26 mm, lebar 18 mm,
untuk kuran rahim, 7 cm atau nuligravid
o Ukuran 1 : panjang 31 mm, lebar 23 mm,
untuk ukuran rahim 7 – 8 cm
o Ukuran 2 : Panjang 25 mm, lebar 30 mm,
untuk ukuran rahim, 8 cm atau para – 4 atau
lebih
- Utering 330 Cu : terbuat dari plastik polyethylene, dengan lebar
tepi diagonal 15 mm, kawat Cu berdiameter 0,4
mm dengan luas permukaan Cu lebih dari 300
mm2, melingkari sekitar batangnya dan tanpa
benang ekor. Tabung inserter berdiameter 4 mm.
Daya kerja : 3 tahun
Pengeluaran : dengan ekstraktor IUD

b. Mengandung Hormon
1. Progestasert-T = Alza T
- Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna
hitam.
- Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65mcg
progesteron per hari
- Tabung insersinya berbentuk lengkung
- Daya kerja :18 bulan
- Tehnik insersi: plunging?(modified withdrawal)
2. LNG-20
- Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per
hari
- Sedang diteliti di Finlandia
- Angka kegagalan /kehamilan angatrendah: ‹0,5 per 100wanita per tahun
- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan
ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit.

10 | Metode AKDR/IUD
a. Lippes-Loop ; b. Saf-T-Coil ; c. Dana-Super ; d. Copper-T (Gyne-T) ; e.
Copper-7 ; f. Multiload ; g. Progesterone IUD

2. UnMedicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon
- Lippes Loop
Diperkenalkan pada awal 1960-an dan dianggap sebagai IUD standard,
terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara biologik) ditambah
Barium Sulfat.
Ada 4 macam IUD Lippes Loop :
 Lippes Loop A : panjang 26,2 mm, lebar 22,2 mm, benang biru, satu
titik pada pangkal IUD dekat benang ekor.
 Lippes Loop B : panjang 25,2 mm, lebar 27,4 mm, 2 benang hitam,
bertitik-4.
 Lippes Loop C : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang kuning,
bertitik 3.
 Lippes Loop D : panjang 27,5 mm, lebar 30,0 mm, 2 benang putih ,
bertitik 2.
Cara insersi : Push – out
Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopouse, sepanjang tidak ada keluhan dan/atau persoalan bagi
akseptornya.
- Delta loop : modified lippes loop

11 | Metode AKDR/IUD
Penambahan benang chromic catgut pada lengan atas, terutama untuk
insersi post-partum

Jenis-jenis IUD yang ada di Indonesia, antara lain:

 a.  Copper-T

 
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya
diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T yang baru
IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah selama
minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang tinggi dalam
mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan menstruasi.
Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping hormonal dan
amenorhea.

12 | Metode AKDR/IUD
b. Copper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis
ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan
kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama
seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T.

c. Multi Load 

IUD ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau
375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small
(kecil), dan mini.

13 | Metode AKDR/IUD
d. Lippes Loop

IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes
Loopterdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe
A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C
berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe
D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. Yang banyak dipergunakan
dalam program KB masional adalah IUD jenis ini.

e. IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan IUD
bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang
IUD. Gambar IUD Nova T :

14 | Metode AKDR/IUD
15 | Metode AKDR/IUD
f. IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas
hormon Levonolgestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh
ibu menyusui karena tidak menghambat ASI. Bentuknya seperti ini :

2.4 Mekanisme Kerja AKDR


1. Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang
berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang
setempat, dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau seperma.
Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.Tembaga
dalam konsentrasi kecilyang dikeluarkanke dalamrongga uterus juga menghambat
khasiatanhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon
juga menebalkan lendirsehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
2. Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalamkavum uteri menimbulkan
reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat
menghancurkan blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami
perubahan-perubahan pada pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak
dapat hidup dalam uterus. Walaupun sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-
penyelidik lain menemukansering adanya kontraksi uterus pada pemakaianAKDR
yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh meningkatnya kadar
prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
3. Sebagai metode biasa(yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR
mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan
spermasehingga pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi daruat(dipasang
setelahhubungan sexual terjadi) dalam beberapa kasus mungkin memiliki
mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan mencegah terjadinya implantasi

16 | Metode AKDR/IUD
atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam dinding rahim (BKKKBN,
2003)

4. Menurut Saefuddin, et. al (2003) :


Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui, namun ada beberapa
mekanisme kerja yang telah diajukan:
a.  Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b.  Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya
implantasi.
c.  Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam
endometrium.
d.  Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi.
e.  Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f.  Dari penelitian terakhir, disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
g.  Untuk AKDR yang mengandung Cu :
1) Antagoisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim
carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita,
dimana Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak
memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat
aktivitas alkali phospatase.
2) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus.
3) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu metabolisme glikogen.

17 | Metode AKDR/IUD
h. Untuk AKDR yang mengandung hormon progesterone :
1) Gangguan proses pematangan proliteratif – sekretoir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi
(endometrium tetap berada dalam fase decidual/ progestational).
2) Lendir serviks yang menjadi lebih kental/ tebal karena pengaruh progestin.

2.5 Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan
masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
• Usia reproduktif
• Keadaan nulipara
• Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
• Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
• Setelah melahirkan dan tidak menyusui
• Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
• Risiko rendah dari IMS
• Tidak menghendaki metoda hormonal
• Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
• Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
• Perokok
• Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara
khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu,
lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan
setiap enam bulan sekali.

2.6 Kontraindikasi
Menurut Saifudin (2006), yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah
• Belum pernah melahirkan
• Adanya perkiraan hamil
• Kelainan alat kandungan bagian dalam seperti: perdarahan yang tidak normal dari alat
kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
• Perdarahan vagina yang tidak diketahui

18 | Metode AKDR/IUD
• Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
• Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septic.
• Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yangdapat
mempengaruhi kavum uteri.
• Penyakit trofoblas yang ganas.
• Diketahui menderita TBC pelvic.
• Kanker alat genital
• Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

Kontraindikasi Insersi IUD


1. Kontra indikasi absolut
a. Infeksi pelvis yang aktif (akut – sub akut) termasuk persangkaan gonorrhoe atau
chlamydia
b. Kehamilan atau persangkaan kehamilan
2. Kontra indikasi relatif kuat
a. Partner seksual yang banyak
b. Partner seksual yang banyak dari partner akseptor IUD
c. Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi
d. Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang akuren, post partum
endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir
e. Cervicitis akut atau purulent
f. Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya
g. Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan predisposisi
untuk terjadinya kehamilan ektopik
h. Pernah mengalami infeksi pelvik satu kali dalam masing menginginkan kehamilan
selanjutnya
i. Gangguan respon tubuh terhadap infeksi (AIDS, DM, dan lain-lain)
3. Keadaan-keadaan lain yang dapat merupakan kontra – indikasi untuk insersi IUD
§ Penyakit katup jantung
§ Keganasan endometrium atau serviks
§ Stenosis serviks yang berat
§ Uterus yang kecil sekali
§ Endometriosis
§ Myoma uteri
§ Polip endometrium

19 | Metode AKDR/IUD
§ Kongenital uterus
§ Dismenore yang berat
§ Anemia
§ Pernah mengalami problem ekspulsi IUD
§ Leukore atau infeksi vagina
§ Riwayat infeksi pelvis
§ Riwayat operasi pelvis
§ Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan
dimasa yang akan datang
§ Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri rekor IUD
§ Darah haid yang banyak atau perdarahan bercak (spotting)

2.7 Keuntungan dan Kerugian dari Masing-masing AKDR


Secara umum, keuntungan dan kerugian AKDR / IUD sebagai alat kontrasepsi
adalah sebagai berikut :
Keuntungan Kontrasepsi IUD
 Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1
kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)
 AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
 Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak terjadi infeksi)
 Dapat digunakan sampai manopouse
 Tidak ada interaksi dengan obat-obat
 Membantu mencegah kehamilan ekktopik
Kelemahan Kontrasepsi IUD
 Efek samping umum terjadi:
perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat
haid lebih sakit
 Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar)

20 | Metode AKDR/IUD
 Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering berganti
pasangan
 Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR,
PRP dapat memicu infertilitas
 Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR
 Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR.
Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari
 Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih yang dapat
melepas
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR
dipasang segera setelah melahirkan)
 Tidakmencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah
kehamilan normal
 Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

21 | Metode AKDR/IUD
Keuntungan Kerugian
 Hanya memerlukan satu kali  Pemasangan dalam dan penyaringan
motivasi dan satu kali pemasangan. infeksi saluran genitalia diperlukan
 Tidak menimbulkan efek sistemik. sebelum pemasangan AKDR.
 Dapat mencegah kehamilan dalam  Dapat meningkatkan risiko Penyakit
jangka lama. Radang Panggul (PRP).
 Sederhana, mudah, dan ekonomis.  Memerlukan prosedur pencegahan infeksi
 Cocok untuk penggunaan secara sewaktu memasang dan mencabutnya.
massal.  Bertambahnya darah haid dan rasa sakit
 Efektifitas tinggi. selama beberapa bulan pertama pada

 Kegagalan pasien (patient’s failure) sebagian pemakai AKDR.

hampir tidak ada.  Pasien tidak dapat mencabut sendiri

 Tidak membutuhkan inteligensia AKDR

yang tinggi pada pemakaian  Tidak dapat terlindungi terhadap PMS,


reversibel. HIV/AIDS.

 Untuk beberapa jenis AKDR, dapat  AKDR dapat keluar dari rahim melalui
dipakai untuk jangka lama kanalis servikalis hingga keluar ke vagina.
(bertahun-tahun  Bertambahnya risiko mendapat PRP pada
pemakai AKDR yang dahulu pernah
menderita penyakit menular seksual
(PMS) atau mereka yang mempunyai
mitra seks banyak.

Menurut Saefuddin, et. al (2003)


Keuntungan Cu IUD :
§  Ekspulsi lebih jarang, baik pada insersi interval, post partum maupun post abortus
§  Kehilangan darah haid lebih sedikit
§  Dapat lebih ditolerir oleh wanita yang belum punya anak atau wanita dengan paritas
rendah
§  Ukuran tabung inserter lebih kecil
Kerugian Cu IUD
§  Perlu diganti setelah pemakaian beberapa tahun
§  Lebih mahal

22 | Metode AKDR/IUD
Menurut Saefuddin (2004) . Keuntungan AKDR Non hormonal (Cu T 380A):
a. Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi
Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam1 tahun
pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
b. AKDR dapat efektf seger setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan sexual
f. Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
j. Dapat digunakan sampai menopause
k. Tidak ada intraksidengan obat-obat.
Menurut Saefuddin (2004). Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:
a. Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan siklus haid
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan(spotting) antar menstruasi
- Disaat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain :
- Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
- Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
-Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
-Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
-Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
- Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk
mencegah kehamilan normal.

Menurut Hanafi(2003). Keuntungan IUD hormonal adalah:

23 | Metode AKDR/IUD
a. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe
b. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh synechiae(Asherman’s
Syndrome)
Kerugian IUD hormonal:
-Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
-Harus diganti setelah 18 bulan
-Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan bercak(spotting)
-Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi

2.8 Komplikasi AKDR


Efek samping dan komplikasi IUD dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu sebagai
berikut :
1. Pada saat insersi
2. Dikemudian hari
Efek samping dan komplikasi pada saat insersi IUD
§  Rasa sakit / nyeri
Pengobatan : analgetika atau prostaglandin – inhibitor
§  Muntah, keringat dingin dan syncope
a. Terjadi pada 1%
b. Penyebab : reaksi vaso – vagal
c. Pencegahan : pemberian atropin 0,4 – 0,5 mg IM / IV, sedativa ringan dan
anastesi lokal
d. Pengobatan : istirahat dalam posisi horizontal
§  Perforasi uterus
a. Angka kejadian kira-kira 1,2 per 1000 insersi IUD
b. Lebih sering terjadi pada tehnik insersi push – out
c. Perforasi dapat :
- Partial
- Komplit
d. Gejala-gejala perforasi
- Rasa sakit / nyeri yang tiba-tiba perdarahan
- Tetapi perforasi dapat pula a – symptomatis atau silent
e. Di kemudian hari persangkaan adanya perforasi
o  Benang ekor IUD tidak teraba dan tidak terlihat dan akseptor tidak pernah
merasa IUD-nya keluar pervaginam

24 | Metode AKDR/IUD
o  Perdarahan post insersi
o  Kehamilan
Efek samping dan komplikasi IUD dikemudian hari
 Rasa sakit dan perdarahan
a.  Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian IUD, yaitu kira-kira
4 – 15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian rasa sakit dan
perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya pemakaian IUD
b.  Perdarahan yang bertambah banyak dapat berbentuk :
o Volume darah haid bertambah, kecuali pada IUD yang mengandung hormon
o Perdarahan yang berlangsung lebih lama
o Perdarahan bercak/spotting diantara haid
Sebab-sebab dari timbulnya perdarahan haid yang lebih banyak (menorrhagi)
belum diketahui pasti
 Embedding dan displacement
IUD tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrim
Penanggulangan : IUD harus dikeluarkan
 Infeksi
a.  Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan pemakaian
IUD
b.  Akseptor IUD mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk mendapatkan PID
dibandingkan non akseptor KB. Risiko timbulnya PID terutama dalam bulan-
bulan pertama setelah insersi IUD (empat bulan pertama)
c.  Penyakit akibat hubungan seks (PHS)
Partner seksual yang banyak
d. Umur
Di negara-negara yang sedang berkembang, resikonya sama untuk wanita usia
muda maupun usia tua sedangkan di negara-negara maju risiko lebih besar pada
wanita.

2.9 Penanganan Efek Samping AKDR


Menurut Saifuddin (2006), Penanganan efek samping AKDR yaitu :

25 | Metode AKDR/IUD
Efek Samping / Permasalahan Penanganan
Amenora Periksa apakah sedang hamil, apbila tidak, jangan
lepas AKDR, lakukan konseling dan selidiki
penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila
hamil, jelaskan dan sarankan untuk melepas
AKDR bila talinya terlihat dan kehamilan kurang
dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat,
atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR
jangan dilepas.Apabila klien sedang hamil dan
ingin mempertahankan kehamilannya tanpa
melepas AKDR jelaskan ada resiko kemungkinan
terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi serta
perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan
diperhatikan
Kejang Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan
penyebab ain dari kekejangan. Tanggulangi
penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak
ditemukan penyebabnya beri analgesik untuk
sedikt meringankan. Apabila klien menglami
kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu
klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
Perdarahan pervagina yang Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan
hebat dan tidak teratur kehamiolan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
potologis, perdarahan berkelanjutan serta
prdarahan hebat,lakukan konseling dan
pemantauan. Beri ibu profen(800mg, 3x
sehriselama 1 minggu) untuk mengurangi
perdarahan dan berikan tablet besi(1 tablet setiap
hari selama 1 sampai 3bulan).
Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan
apakah AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan
AKDR tidak terlepas, berikan kondom, periksa
talinya di dalam saluran endoservik dan kavum
uteri(apabila memungkinkan adanya peralatan dan
tenaga terlatih) setelah masa haid briutnya.
Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan

26 | Metode AKDR/IUD
x-ray atau pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak
hamil dan AKDR yang hilang tidak ditemukan,
pasanglah AKDR baru atau bantulah klien
menentukan metode lain.
Adanya pengeluaran cairan dari Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan
vagina atau dicurigai adanya AKDR apabila ditemukan menderita atau sangat
PRP dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi
klamidal, lakukan pengobatan yang memadai. Bila
PRP, obati dan lepas AKDR sesudah 48 jam.
ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain
sampai masalahnya teratasi.

27 | Metode AKDR/IUD
2.10 Insersi IUD
Permasalahan pada insersi IUD
a. Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan
  Ekspulsi
  Kerja kontraseptif tidak efektif
  Perforasi uterus
Untuk sukses / berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal yaitu :
  Ukuran dan macam IUD beserta tabung inserternya
  Waktu / saat insersi
  Teknik insersi
   Penjelasan prosedurnya kepala calon akseptor
  Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus
  Tehnik a dan anti sepsis
  Penempatan IUD setinggi mungkin di dalam uterus tanpa menembus myometrium
Ukuran dan Macam IUD
 Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin tinggi ekspulsinya
 Makin besar IUD, makin sukar insersinya, makin rendah ekspulsinya
Waktu / Saat Insersi
a.  Insersi interval
- Kebijakan sekarang
Insersi IUD dapat dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin seyakinnya
bahwa calon akseptor tidak dalam keadaan hamil.
- Kebijakan lama
Insersi IUD dilakukan selama atau segera sesudah haid. Alasan :
 Ostium uteri lebih terbuka
 Canalis cervicalis lunak
 Perdarahan yang timbul karena prosedur insersi
 Tertutup oleh perdarahan haid yang normal
 Wanita pasti tidak hamil
Tetapi akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena :
 Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid
 Dilatasi canalis servicalis adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid –
siklus
 Memudahkan calon akseptor pada setiap saat ia datang ke klinik KB
b. Insersi Post – partum

28 | Metode AKDR/IUD
Insersi IUD adalah aman dalam beberapa hari post-partum hanya kerugian paling
besar adalah angka kejadian ekspulsi yang sangat tinggi. IUD yang dipakai atau dan
yang sedang dicoba
 Delta loop = modified lippes loop D
 Delta T = modified cut – 220 C
Kedua IUD tersebut diberi benang chromic catgut pada lengan atasnya, dengan
maksud benangnya akan tertanam ke dalam endometrium dan menahan IUD-nya di
tempatnya selama involusi uterus. Benangnya secara perlahan-lahan akan larut dalam
waktu 6 minggu.
 Modified delta loop
 Modified delta – T
Kedua IUD tersebut diberi tonjolan-tonjolan yang terbuat dari bahan polimer yang
biodegradable yang akan larut secara perlahan-lahan.
 Post partum T
Mempunyai lengan atas tambahan pada bagian bawah batang IUD, sepanjang 2 cm
yang menjurus ke atas dan ke arah luar insersi IUD post-partum tidak mempunyai
efek pada kuantitas atau komposisi dari ASI.
c. Insersi Post – Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah abortus, maka IUD dapat segera
dipasang sesudah :
 Abortus trimester I
Ekspulsi, infeksi, perforasi dan lain-lain sama seperti pada insersi interval.
 Abortus trimester II
Ekspulsi 5 – 10 kali lebih besar dari pada setelah abortus trimester I
Dari penyelidikan ternyata bahwa lippes loop lebih sering menyebabkan
komplikasi dibandingkan Cu IUD.
d. Insersi Post – Coital

Pengukuran Uterus
1.  Dari penyelidikan didapatkan bahwa efek samping lebih sering timbul pada ukuran
uterus yang berada di luar batas-batas normal (6,5 – 8 cm)
2.  Alat-alat yang dikembangkan untuk mengukur dengan lebih akurat panjangnya
cavum uteri, misalnya
a. Hasson wing sound I
b. Hasson wing sound II untuk panjang dan lebar cavum uteri

29 | Metode AKDR/IUD
c. Cavimeter
Teknik Insersi
Ada 3 cara :
 Tehnik push out = mendorong : lippes loop
Bahaya perforasi lebih besar
 Tehnik withdrawal = menarik : Cu IUD
 Tehnik plunging = “mencelupkan” : progestasert – T
Prosedur Insersi IUD
1.  Pemberian analgetika dan sedativa bila diperlukan
2.  Pasang spekulum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding vagina
3.  Bila mungkin, kerjakan papanicolaou smear dan perhatikan bakteriologis terhadap
gonorrhoe
4.  Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi dan
mobilitas uterus serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya
infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya
5.  Pasang kembali spekulum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan
dinding vagina
6.  Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk
meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mempengaruhi perdarahan dan resiko
perforasi
7.  Lakukan sondage uterus
8.  Masukkan IUD sesuai dengan macam alatnya
Lepaskan IUD dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi
mungkin di fundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus, jangan
dipaksakan keluarkan alatnya dan lakukan re – insersi
9.  Keluarkan tabung insertersnya
10. Periksa dan gunting benang ekor IUD sampai 2 – 3 cm dari ostium uteri eksternum
11. Keluarkan tenakulum dan spekulum
Catatan : IUD jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di dalam tabung insersinya,
karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama untuk lippes loop).

30 | Metode AKDR/IUD
CARA PEMASANGAN AKDR/IUD
Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD :
1.Bivale speculum
2.Tanekulum(penjepit portio)
3.Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)
4.Forsep
5.Gunting
6.Bengkok larutan antiseptic
7.Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT
8.Kasa atau kapas
9.Cairan DTT
10.Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
11.AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masihbelum rusak dan terbuka
12.Aligator(penjepit AKDR)
(Menurut Prawirohardjo, Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T
Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan insersi
melalui servikalis.
1. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran danposisi uterus
2. Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik
3. Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptik
Iinspekulum, servik ditampilkan dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik,
penjepit dilakukan kira-kira 2cm dari osteum uteri externum, dengan cunan bergerigi
Saturday
4. Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk
menentukan arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi osteum
uteri internum. Tentukan arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde masuk kurang
dari 5 cmatau kavumuteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan dilakukan
5. Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis servikalis
sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan sounde. Kadang-
kadang terdapat tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam hal demikian
pemasangan diulangi
6. AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung penyalur
atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara pertama
agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR
7. Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDRditinggalkan 2-3cm.

31 | Metode AKDR/IUD
CARA PENCABUTAN AKDR
1. Mengeluarkan AKDR lebih mudahjika dilakukan sewaktu haid
2. Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut
keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde
uterus, sehingga osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan.
Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas
3. Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan ddengan mikro kuret.
Kadang-kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
4. Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
5. AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada
efek samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra
uteri. Hanya AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun),
sedang Progestasert-T 1-2 tahun.

32 | Metode AKDR/IUD
BAB 3
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Indonesia pemerintah


telah merencanakan dan mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yang diadakan
untuk membina akseptor sekaligus mencapai sasaran/fungsi yang telah ditetapkan untuk
memberi konstribusi bag tercapainya upaya mewujudkan keluarga berkualitas.

Adapun pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran,
mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga(Hartanto, 2003).

Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi yaitu
bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan KB ada berbagaimacam cara untuk
mencegah konsepsi salah satunya dengan menggunakan AKDR.

AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik
yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan
ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)

Dalam penggunaan AKDR juga terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari
penggunaan AKDR tersebut.

Masalah yang timbul dari penggunaan AKDR tersebut juga diharapkan bisa teratasi
dengan beberapa cara antara lain dengan memperhatikan cara pemakaian yang bena, efek
samping serta konseling bagi pengguna oleh tenaga kesehatan.

Adapun berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan oleh akseptor KB agar tidak
terjadi alah persepsi setelah pemasangan yaitu pengetahuan akseptor KB tentang
persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi, status kesehatan klien sebelum berKB, tahu
efek samping, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya
keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan
orang lain.

33 | Metode AKDR/IUD
3.2. Saran

1.Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR

Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di pakai
dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.

2.Bagi tenaga kesehatan

Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang


AKDR yang baik dan sesuai prosedur.

Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan infom choice
pada klien serta menjelaskan segala informasi tentang AKDR secara lengkap.

34 | Metode AKDR/IUD
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham,dkk. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Hartanto, Hanafi. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan

Manuaba, Ida Bagus, Gde . 1998 . Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga

Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2006 . Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.

Jakarta: YBP-SP

Speroff, Leon . 2003. Pedoman Klinis Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

35 | Metode AKDR/IUD

You might also like