Professional Documents
Culture Documents
` BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan,
bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua
tahun (Purwanti, 2004).
b. Protein
Air Susu Ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan
bayi manusia. ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein
(casein), ASI juga mengandung taurin, lactoferrin, dan lysosyme.
a). Whey dan Kasein
Whey adalah protein yang halus, lembut, dan mudah dicerna.Kasein adalah protein
yang berbentuk kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2000).
b). Taurin
Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf,
juga penting untuk pertumbuhan retina (Roesli, 2000).
c). Lactoferrin
Laktoferin bertindak sebagai “polisi” bakteri dalam usus. Laktoferin akan
membiarkan bakteri usus yang baik, yang menghasilkan vitamin, untuk tumbuh,
sedangkan bakteri yang jahat, yang akan menyebabkan penyakit, dihancurkan
(Roesli, 2000).
d). Lysosyme
Lysosyme adalah suatu kelompok antibiotik alami di dalam ASI.Suatu protein spesial
yang akan menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000).
c. Lemak
ASI mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara proporsional. Lemak ASI
mudah dicerna dan diserap. ASI mengandung enzym lipase pencerna lemak, sehingga
hanya sedikit lemak ASI yang tidak diserap oleh usus bayi.Susu formula tidak
mengandung enzym lipase sebab enzim ini akan hancur bila dipanaskan, sehingga
bayi menemukan kesukaran menyerap lemak susu formula. Bentuk lemak ASI yang
8
utama adalah lemak ikatan panjang antara lain : asam linoleat (AA) dan asam
linolenat (DHA). Bentuk asam lemak merupakan komonen penting untuk mielinisasi
pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf.
Selaput isolasi ini akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Pada susu
sapi lemak jenis ini tidak ada, padahal ini menjadi amat sangat penting untuk
pertmbuhan otak bayi (Roesli, 2001).
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatifrendah tetapi
cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi diet
ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan
natriumdari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar
Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P
yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih,
1997).
e. Vitamin
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D, dan C cukup,
sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah
kurang (Soetjiningsih, 1997).
f. Kalori
Kalori dalam ASI relatif rendah, hanya 77/100 ml ASI. 90 % berasal dari
karbohidrat dan lemak, sedangkan 10 % berasal dari protein (Soetjiningsih, 1997).
3. ASI Matang/Mature
a. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya.
b. Komposisi relatif konstan
c. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan
satu- satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001).
ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang
menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecetsewaktu
diisap bayi (Soetjiningsih, 1997).
Proses pengeluaran air susu tergantung juga pada let down reflex, isapan puting susu
dapat merangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin,
yang merangsang serabut otot halus didalam dinding saluran susu agar membiarkan
susu dapat mengalir secara lancar (Winarno 1987).
Air Susu Ibu dihasilkan oleh kelenjar jaringan susu yang sangat banyak
jumlahnya didalam payudara, kemudian dialirkan oleh saluran-saluran menuju puting
susu. Kemampuan jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang
kadarnya meningkat setelah ibu melahirkan.Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh
faktor emosi, kondisi kesehatan, dan kecukupan gizi ibu.
Selain itu rangsangan pada puting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga
akan meningkatkan hormon oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air
susu melalui puting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan
sehat, perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).
f). Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam.
g). Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari (Soetjiningsih, 1997).
Terdapat 3 jenis faktor khusus yang mendukung kecerdasan bayi atau anak, yaitu:
1). Pertumbuhan fisik otak (ASUH)
Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan otak, maka
jelasbahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi/anak adalah
nutrisi atau gizi yang diberikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara
langsung juga dapat mempengaruhi otak
2) ASAH
Dibutuhkan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kecerdasan anak yang
optimal.Tindakan menyusui dapat mengembangkan sosialisasi bayi.Sejak dini sering
berhubungan dengan ibunya maka perkembangan sosialisasinya akan baik dan mudah
berinteraksi dengan lingkungannya.
3). ASIH
Bayi yang disusui ibunya akan merasa aman dan disayangi. Seorang anak yang
merasa disayangi akan mampu menyanyangi lingkungannya sehingga ia akan
berkembang menjadi manusia dengan budi pekerti yang baik dan nurani yang baik
(Roesli 2001).
4). Meningkatkan jalinan kasih sayang.
Bayi yang berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang
ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat
mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan.
Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan
emosi bayi dan membentukan kepribadian yang percaya diri dasar spiritual yang baik
(Roesli, 2001).
5). Melindungi anak dari serangan alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah
alergi, misalnya asma dan eksim (Roesli, 2001).
6). Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan (Roesli, 2000).
14
b). ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan
pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga
mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu
yang besar-besar (Roesli, 2000).
d). Perut ibu menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokan kepala bayi).
e). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f). Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3). Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah,
jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja.
4). Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
a). Menyentuh pipi dengan puting susu.
b). Menyentuh sisi mulut bayi.
5). Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatakan ke payudara
ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a). Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara.
Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b). Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disanggah lagi
(Soetjiningsih, 1997).
Umumnya bayi yang menyusui ASI tidak mempunyai masalah dalam jadwal
pemberian ASI, karena dapat diberikan setiap saat. Bayi yang mendapat ASI biasanya
pemberian minum dilakukan dalam waktu tiga jam. Sebaiknya enam kali sehari dan
bila perlu ditambah satu-dua kali pada malam hari. Bayi Berat badan lahir rendah
(BBLR) diberikan minum dengan porsi yang lebih sedikit, namun dengan frekuensi
yang lebih sering. Pada dasarnya makin kecil berat lahir bayi, maka makin kecil porsi
minumnya dan makin sering waktu pemberian minumnya ((Roesli, 2001).
Bila bayi diperkenalkan dengan makanan pelengkap, maka jarak waktu
pemberian makanan utama adalah tiga-empat jam dan diantaranya diberikan dua kali
makanan pelengkap berupa buah dan biskuit/kue. Penjadwalan hendaknya diatur agar
waktu pemberian makan disesuaikan dengan kebiasaan orang dewasa.
Jadi bila bayi sudah mendapat nasi tim, maka jadwal makan secara umum adalah
sebagai berikut:
a). Tiga kali makan padat (pagi, siang, dan sore)
b). Dua kali ASI/PASI (Pendamping ASI) (waktu bangun pagi dan sebelum tidur)
c). Dua kali buah atau kue yang diberikan diantara waktu makan padat dan bila perlu
tambahkan minum pada malam hari (Roesli, 2001).
Kriteria bayi mendapatkan makanan yang cukup
(1). Bayi tumbuh apabila kurva pertumbuhan mengikuti arah ‘’jalan menuju sehat’’,
berarti ia sudah mendapat cukup makanan
(2). Bila beratnya tidak bertambah, berarti bayi tidak tumbuh maka ia perlu mendapat
makanan tambahan. Sampai bayi berumur empat bulan bahkan kadang-kadang
sampai enam bulan ASI saja sudah cukup untuk pertumbuhan bayi.Bila bayi berumur
empat-enam bulan atau lebih, bayi sudah harus mulai diberikan makanan
penyapihan/padat (Roesli, 2001).
Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan adalah sebagai berikut:
2.6.5. Bayi Akan Tumbuh Menjadi Anak Yang Tidak Mandiri danManja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering
didekap dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri,
manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh
orang tua (Roesli, 2000).
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan (Soekidjo, 2005).
Bahwa dalam suatu tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : a) ranah kognitif
(cognitif domain), b) ranah afektif (affective domain), dan c) ranah psikomotor
(psychomotor domain) (Soekidjo, 2005).
Dalam kepentingan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge)
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude)
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice) (Soekidjo, 2005).
b). Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di
sini sikap subjek sudah mulai timbul..
c). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e). Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran,dan sikapnya terhadap stimulus (Soekidjo, 2005).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni :
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation) (Soekidjo, 2005).
suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau
perilaku.
b). Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung (Soekidjo, 2005).
BAB III
Tingkat Pengetahuan
Ibu
Tindakan Ibu
Pertanyaan terdiri dari 10 nomor dengan skor tertinggi 20. Berdasarkan jumlah
skor yang telah diperoleh, maka ukuran tingkat pengetahuan responden: (Pratomo,
1986)
- tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari
75% dari skor maksimum, yaitu >15
- tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-
75% dari skor maksimum, yaitu 8-15
- tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil
dari 40% dari skor maksimum, yaitu <8
- kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor
maksimum, yaitu <8,8
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang dipilih
berdasarkansystematic sampling, ditentukan bahwa dari seluruh subjek yang dapat
dipilih, setiap subjek nomor ke sekian dipilih sebagai sampel. Caranya adalah
membagi jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yag diinginkan dan
hasilnya adalah interval. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus :
N . Z²1-α/2 p . (1-p)
n =
(N-1) d² +Z²1-α/2. p . (1-p)
Keterangan :
n = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan ( absolut ) yang dapat ditolerir
N = jumlah populasi
N . Z²1-α/2 p . (1-p)
n =
(N-1) d² + Z²1-α/2. p . (1-p)
dan hasilnya adalah 4. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap
elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12 dan seterusnya sampai
mencapai jumlah 50 anggota sampel (Wahyuni 2007).
BAB V
Hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Kecamatan Medan Denai Tahun 2009“, kuesioner diberikan
kepada 50 orang ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan. Hasilnya dapat
diterangkan sebagai berikut :
Berdasarkan karateristik distribusi ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi
dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan sebanyak
35
50 orang dan dengan umur yang berbeda. Rentang umur yang dimiliki ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan sebagai responden dalam penelitian ini adalah umur 18-21
tahun sebanyak 9 orang (18,0%), 22-25 tahun sebanyak 11 orang (22,0%), 26-29
tahun sebanyak 17orang (34,0%), 30-35 tahun sebanyak 13 orang (26,0%). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1.
18-21 9 18,0
22-25 11 22,0
26-29 17 34,0
30-35 13 26,0
Total
50 100,0
36
Tabel 5.2.
SD 12 24,0
SMP 24 48,0
SMA 14 28,0
Total 50 100,0
37
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif pada bayi sebagian besar yang berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang
(64 %) dan sebagiankecil berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8 %).Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3.
Baik 14 28,0
Kurang 32 64,0
Sedang 4 8,0
Total 50 100,0
38
Tabel 5.6.
Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian
ASEksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009
responden tentang kolostrum, responden hanya mengerti tentang istilah ASI saja
tanpa disertai pengertian dan manfaat dari kolostrum.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif
sebagian besar memiliki sikap kurang sebanyak 21 orang (42%), dan sebagian kecil
mempunyai sikap sedang sebanyak 14 orang (28 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel
5.4.
Tabel 5.4.
Distribusi Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan
Medan Denai Tahun 2009
Tabel 5.7.
Distribusi Sikap Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor total
No. Pertanyaan N F N F N F N F
11. Hanya memberi
ASI tanpa 15 19,5 19 24,7 16 20,8 50 100
diselingi MP-ASI
12. ASI merupakan
makanan yang
5 6,5 11 14,3 34 44,2 50 100
murah, aman,
sempurna
13. ASI saja dapat
mencukupi 22 28,6 14 18,2 14 18,2 50 100
kebutuhan gizi
14. ASI yang
pertama kali
3 3,9 24 31,2 23 29,9 50 100
keluar harus
diberi ASI
15. Kolostrum dapat
mencegah 22 28,6 15 19,5 13 16,9 50 100
penyakit
16. Jika diberi
makanan dapat
17 22,1 23 29,9 10 13,0 50 100
mengganggu
pencernaan
17. Bayi yang tidak
mendapat ASI
1 1,3 23 29,9 26 33,8 50 100
mudah terkena
penyakit
18. ASI
meningkatkan 1 1,3 21 27,3 28 36,4 50 100
kasih sayang
19. Jika bekerja, ibu
tetap dapat 22 28,6 17 22,1 11 14,3 50 100
memberi ASI
20. ASI dapat
diperah dan 17 22,1 23 29,9 10 13,0 50 100
disimpan
21. ASI tidak
mempengaruhi 28 36,4 12 15,6 10 13,0 50 100
bentuk payudara
41
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tindakan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif diperoleh sebagian besar yang mempunyai tindakan kurang sebanyak 22
orang (44 %),dan sebagian kecil mempunyai tindakan baik sebanyak 12 orang (24
%). Hal ini
dapat
dilihat
dari tabel 5.5.
Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)
Baik
12 24,0
Kurang
22 44,0
Sedang
16 32,0
Total
50 100,0
Tabel 5.5.
Tabel 5.8.
BAB VI
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan di Kecamatan Medan Denai tahun 2009, diperoleh dari data dengan
cara menyebarkan kuesioner kepada 50 orang ibu. Data tersebut dijadikan tolak ukur
dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai
berikut :
Pada tabel 5.3.dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (64%) dan
sebagian kecil berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8%).
Hal ini menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik berarti
telah memperoleh informasi tentang pemberian ASI eksklusif dari berbagai sumber
seperti media elektronik, media massa ataupun dari petugas kesehatan. Sedangkan ibu
yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
disebabkan oleh kurangya informasi dan wawasan yang diperoleh baik melalui
media elektronik, media massa maupun dari tenaga kesehatan.
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Novi Wahyuningrum dari
Universitas Negeri Semarang didapat pengetahuan ibu di Desa Sadang Kecamatam
44
B. Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Denai tahun
2009
Pada tabel 5.4.diperoleh sebagian besar ibu memiliki sikap kurang sebanyak 21
orang (42%), dan sebagian kecil mempunyai sikap sedang sebanyak14 orang (28%).
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memiliki sikap
baik berarti telah meyakini karena memiliki pengalaman dalam pemberian ASI
eksklusif.Sedang ibu yang memiliki sikap kurang disebabkan ibu belum meyakini
karena tidak berpengalaman dalam memberikan ASI eksklusif.
Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami
individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama
hidupnya. Sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain.
Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu,
berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.Secara nyata sikap
menunjukkan adanya keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai
adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat
respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Menurut Azwar Syaefuddin (1995) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang
membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang yaitu : komponen kognitif
(berisi kepercayaan individu), Komponen afektif (berisi dimensi emosional subjektif
individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatf (rasa
tidak senang) dan komponen konatif (disebut juga komponen perilaku) yang
berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap
yang dihadapinya.
45
C. Tindakan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kecamatan Medan Denai
Tahun 2009
Pada Tabel 5.5. diperoleh sebagian besar ibu memiliki tindakan kurang sebanyak
22 orang (44%) dan sebagian kecil memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (24%).
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tindakan baik telah menilai dan
meyakini bahwa memberikan ASI eksklusif adalah baik karena didapat dari
pengalaman sendiri dari inteaksi dengan orang lain.
Sedang ibu yang memiliki tindakan kurang berarti ibu belum menilai dan
meyakini memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah hal yang baik karena belum
dilaksanakan sendiri dan kurangya interaksi dengan orang lain.
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan atau praktek dilaksanakan setelah
seseorang mengetahi stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian terhadap
apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan atau praktek dilaksanakan karena
dinilai baik dan diyakini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku ibu dalam pemberian
ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009 diperoleh
kesimpulan :
1. Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan
Denai Tahun 2009 sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang
(41,6%) dan sebagian kecil berpengetahuan sedang 4 orang (5,2%).
2. Sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai
tahun 2009 sebagian besar bersikap
kurang sebanyak 21 orang (27,3%) dan sebagian kecil bersikap sedang sebanyak
14 orang (18,2%).
3. Tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan
Denai Tahun 2009 sebagian besar memiliki tindakan kurang sebanyak 22 orang
(28,6%) dan sebagian kecil memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (15,6%).
4. Sebagian besar ibu telah mengenal istilah ASI, tetapi masih sedikit ibu yang
mengenal istilah ASI yang pertama kali keluar/kolostrum.
5. Sebagian besar ibu setuju bahwa ASI merupakan makanan yang paling murah,
aman dan sempurna, tetapi sebagian besar ibu tidak setuju bahwa ASI tidak dapat
mengubah bentuk payudara.
6. Sebagian besar ibu memberikan ASI segera setelah kelahiran tetapi sebagian
besar ibu tidak memberikan ASI jika keluar rumah.
46
B. Saran
1. Bagi ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya sampai bayi berumur >6 bulan.
2. Bagi peneliti dimasa yang akan datang jumlah sampel hendaknya lebih banyak dan
dapat dilakukan dibeberapa tempat.
3. Tenaga/petugas kesehatan lebih giat dan aktif dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi pada saat ibu melakukan
antenatal care.
4. Tenaga/petugas kesehatan tidak hanya memberikan penyuluhan tentang ASI saja,
tetapi dapat juga memberikan informasi tentang kolostrum.
DAFTAR PUSTAKA
Roesli, Utami, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Niaga Swadaya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi, Jakarta.
Notoadmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purwanti HS, 2004. KonsepPenerepan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih, 1997.ASI :Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC.
Suradi R, Roesli U, 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universias Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Diektorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta.
Danuatmaja, Bonny, dan Meiliasari, Mila, 2004. 40 Hari Pasca Persalinan: Masalah
dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Depkes RI, 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
Buruk 2005-2009. Jakarta: Depkes RI.
47
Fulhan, Jill Kostka. 2007. Breastfeeding. In: Hendricks, Duggan, Walker. Manual
Pediatric of Nutrition 3th ed. 86 – 97.
Gupte, Suraj, 2000. Paduan Perawatan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Heird, William.C. 2004. The Feeding of Infants and Children. In: Behrmann, Richard
E., etc. Nelson Textbook of Pediatric 17th ed. USA: Elsevier Science.
Suhardjo, 2000. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Kanisius.