You are on page 1of 48

1

` BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah
tanggung jawab bersama semua pihak. Baik tidaknya proses tumbuh kembang fisik,
mental maupun sosial anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor gizi, sosial
budaya, pelayanan kesehatan, dan lain-lain. Impian setiap orang tua adalah
mempunyai anak yang sehat, cerdas, dan berkepribadian baik.Langkah awal untuk
dapat mewujudkan impian tersebut adalah melalui pemberian makanan pertama atau
makanan awal yang benar, dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.Setelah itu
dilanjutkan dengan memberikan makan makanan anak yang bergizi yang seimbang
serta imunisasi yang dilakukan secara teratur.Gangguan gizi pada masa bayi dan anak
dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi tersebut dikemudian hari.
Penelitian ilmiah membuktikan bahwa bayi akan tumbuh lebih sehat dan lebih cerdas
dengan diberi Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama empat-enam bulan pertama
kehidupannya (Roesli, 2000).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 450 bulan April tahun 2004
tentang pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai
dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan dianjurkan dilanjutkan sampai anak umur 2
(dua) tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai (Roesli, 2002).
Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih yang tertinggi di antara negara-
negara di ASEAN(Association South East Asia Nation).Tingginya angka kematian
bayi di Indonesia tersebut diperkirakan ada kaitannya dengan pemberian ASI yang
akhirnya akan berkorelasi dengan terjadinya gizi buruk (Survey Demografi Kesehatan
Indonesia, 1997-2003).
2

United Nations ChildrenFund (UNICEF) menyatakan sebanyak 30.000 kematian


bayi di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam
bulan sejak kelahiran, tanpa harus memberikan makanan atau minuman tambahan
pada bayi. The World Alliance for BreastfeedingAction (WABA) memperkirakan 1
juta bayi dapat diselamatkan setiap tahunnya bila diberikan ASI pada 1 jam pertama
kelahiran, kemudian dilanjutkan ASI eksklusif sampai dengan enam bulan. Namun
kesadaran para ibu untuk memberikan ASI eksklusif di Indonesia baru sekitar 14%
(Survey Demografi Kesehatan Indonesia, 1997-2003).
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI
eksklusif antara lain pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif masih rendah,
tatalaksana rumah sakit yang salah dan banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan di
luar rumah. Beberapa rumah sakit menganjurkan susu formula pada bayi yang baru
lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI. Hal ini menyebabkan bayi tidak
terbiasa menghisap ASI dari puting susu ibunya (Suradi, 2004).
Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu
botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang
baru berusiasatu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI
(Roesli, 2000).
Berdasarkan hasil di atas, maka peneliti tertarik untuk menelitimengenai perilaku
ibu dalam pemberian ASIeksklusif pada bayi.
3

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka yang
menjadi masalah adalah gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada
bayi di kecamatan Medan Denai tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaranperilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada
bayi di Puskesmas Kecamatan Denai tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif
2. Untuk mengetahui sikap ibu terhadappemberian ASI eksklusif pada bayi
3. Untuk mengetahui tindakan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada
bayi

1.4. Manfaat Penelitian


a. Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dalam
menyusun program kebijakan yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif
b. Sebagai bahan masukan kepada petugas dan kader posyandu untuk meningkatkan
penyuluhan tentang pentingnya memberikan ASI kepada bayi terutama bayi baru
lahir dan meningkatkan upaya pelaksanaan manajemen laktasi
c. Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi
tentang manfaatnya pemberian ASI eksklusif
d. Menambah informasi dan wawasan peneliti tentang pemberian ASI
eksklusif pada bayi.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1. Definisi ASI


Air Susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung
berasal dari kelenjar payudara ibu (WHO Geneva, 1991). Air Susu Ibu (ASI) adalah
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makananyang utama
bagi bayi (Roesli, 2000).
ASI merupakan makanan yang paling mudah dicerna dan yang terbaik bagi
bayi karena dapat memenuhi seluruh kebutuhan zat gizi untuk tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang sehat dan cerdas (Depkes RI, 1996).
ASI adalah pemberian Tuhan yang nilainya tidak dapat disamai oleh susu
pengganti apa saja yang dibuat oleh manusia. ASI memiliki kandungan zat gizi yang
lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi.Oleh
karenanya ASI merupakan makanan terbaik dan paling baik untuk bayi (Winarno,
1987).

2.1.2. Definisi ASI eksklusif


ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa terjadwal dan tanpa memberikan makanan lain, seperti susu formula,
madu, jeruk, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya,
5

bubur susu, biskuit, bubur nasi tim, sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan,
bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan tetap diberi ASI sampai berumur dua
tahun (Purwanti, 2004).

Dalam deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration) pada tahun 1990.olehWorld


Health Organitation/United Children Fund (WHO/UNICEF) yang bertujuan
melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi
ini juga ditandatangani Indonesia yang memuat hal-hal sebagai berikut: “Sebagai
tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal
maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI
eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi
diberikan makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangakan ASI tetap
diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan ini dapat dicapai
dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu
dapat menyusui secara eksklusif.Pada tahun 1999, UNICEF memberikan klarifikasi
tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif.Rekomendasi terbaru
UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak Negara lainnya adalah
menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2000).
Dahulu, pemberian ASI eksklusif hanya dianjurkan selama empat bulan (WHO
Geneva, 1991).Akan tetapi, sekarang pemberian ASI eksklusif dianjurkan selama 6
bulan pertama dan dilanjutkan hingga 2 tahun dengan bantuan Makanan Pendamping
ASI /MP-ASI (WHO, 1999).
Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu
pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu
tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan tambahan
sebelum 4 atau 6 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan
mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak
positif untuk perkembangan pertumbuhannya. (Roesli, 2000).
6

2.1.3. Komposisi ASI


ASI mengandung lebih dari 200unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak,
karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan dan
sel darah putih.
Semua zat ini terdapat secara proporsional dan seimbang dengan yang lainnya.
Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan biokimia ini sangat tepat bagai suatu
“simfoni nutrisi bagi pertumbuhan” bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan
manusia (Roesli, 2000).

Komposisi ASI antara lain :


a. Karbohidrat
Karbohidrat utama ASI adalah laktosa (gula). ASI mengandung lebih banyak laktosa
dibanding susu mamalia lainnya. Laktosa ASI 20-30 % lebih banyak dari susu sapi
(Roesli, 2001).
Kegunaan laktosa bagi bayi :
Laktosa
a). Laktosa diperlukan untuk pertumbuhan otak. Salah satu produk dari laktosa yaitu
galaktosa. Ini penting bagi jaringan otak yang sedang tumbuh.
b). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium yang sangat penting untuk
pertumbuhan tulang.
c). Laktosa juga meningkatkan pertumbuhan bakteri usus yang baik, yaitu
Lactobacillus bifidus.
d). Laktosa oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini
memberikan suasana asam di dalam usus bayi. Dengan suasana asam di dalam usus
7

akan memberikan beberapa keuntungan, diantaranya menghambat pertumbuhan


bakteri yang berbahaya (Roesli, 2001).

b. Protein
Air Susu Ibu mengandung protein khusus yang dirancang untuk pertumbuhan
bayi manusia. ASI mengandung dua macam protein utama, yaitu whey dan kasein
(casein), ASI juga mengandung taurin, lactoferrin, dan lysosyme.
a). Whey dan Kasein
Whey adalah protein yang halus, lembut, dan mudah dicerna.Kasein adalah protein
yang berbentuk kasar, bergumpal, dan sukar dicerna oleh usus bayi (Roesli, 2000).
b). Taurin
Taurin adalah protein otak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, susunan saraf,
juga penting untuk pertumbuhan retina (Roesli, 2000).
c). Lactoferrin
Laktoferin bertindak sebagai “polisi” bakteri dalam usus. Laktoferin akan
membiarkan bakteri usus yang baik, yang menghasilkan vitamin, untuk tumbuh,
sedangkan bakteri yang jahat, yang akan menyebabkan penyakit, dihancurkan
(Roesli, 2000).
d). Lysosyme
Lysosyme adalah suatu kelompok antibiotik alami di dalam ASI.Suatu protein spesial
yang akan menghancurkan bakteri berbahaya (Roesli, 2000).

c. Lemak
ASI mengandung jumlah lemak sehat yang tepat secara proporsional. Lemak ASI
mudah dicerna dan diserap. ASI mengandung enzym lipase pencerna lemak, sehingga
hanya sedikit lemak ASI yang tidak diserap oleh usus bayi.Susu formula tidak
mengandung enzym lipase sebab enzim ini akan hancur bila dipanaskan, sehingga
bayi menemukan kesukaran menyerap lemak susu formula. Bentuk lemak ASI yang
8

utama adalah lemak ikatan panjang antara lain : asam linoleat (AA) dan asam
linolenat (DHA). Bentuk asam lemak merupakan komonen penting untuk mielinisasi
pembentukan selaput isolasi yang mengelilingi serabut saraf.
Selaput isolasi ini akan membantu rangsangan menjalar lebih cepat. Pada susu
sapi lemak jenis ini tidak ada, padahal ini menjadi amat sangat penting untuk
pertmbuhan otak bayi (Roesli, 2001).

d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupun kadarnya relatifrendah tetapi
cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.Fe dan Ca paling stabil, tidak dipengaruhi diet
ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah kalsium, kalium, dan
natriumdari asam klorida dan fosfat. Yang terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar
Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P
yang merupakan bahan pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup (Soetjiningsih,
1997).

e. Vitamin
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D, dan C cukup,
sedangkan golongan vitamin B, kecuali riboflavin dan asam pantothenik adalah
kurang (Soetjiningsih, 1997).

f. Kalori
Kalori dalam ASI relatif rendah, hanya 77/100 ml ASI. 90 % berasal dari
karbohidrat dan lemak, sedangkan 10 % berasal dari protein (Soetjiningsih, 1997).

Berdasarkan komposisi dari hari ke hari laktasi dibagi menjadi 3 yaitu :


1. Kolostrum (Susu jolong)
a. Merupakan cairan pertama yang keluar dari kelenjar payudara, dan keluar padahari
pertama sampai hari ke-empat-tujuh.
9

b. Komposisinya selalu berubah dari hari ke hari


c. Merupakan cairan kental dengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning dari
susu matur.
d. Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak terpakai dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi
makanan yang akan datang.
e. Lebih banyak mengandung protein, sedangkan kadar karbohidrat dan lemaknya
lebih rendah dibandingkan ASI matur.
f. Mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur.
g.Volume kolostrum antara 150-300 ml / 24 jam (Roesli, 2001).

2. ASI Transisi / Peralihan


a. adalah ASI yang diproduksi pada hari ke-4 sampai 7 sampai hari ke-10 sampai 14.
b. Kadar protein berkurang, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin
meningkat.
c. Volume semakin meningkat (Roesli, 2001).

3. ASI Matang/Mature
a. Merupakan ASI yang diproduksi sejak hari ke-14 dan seterusnya.
b. Komposisi relatif konstan
c. Pada ibu yang sehat dan memiliki jumlah ASI yang cukup, ASI ini merupakan
satu- satunya yang paling baik bagi bayi sampai umur enam bulan (Roesli, 2001).

2.1.4. Pola Pemberian ASI


1). Persiapan Menyusui
Sebagai persiapan menyongsong kelahiran sang bayi, perawatan payudara yang
dimulai dari kehamilan bulan ke-7-8 memegang peranan penting dalam menentukan
berhasilnya menyusui bayi. Payudara yang terawat akan memproduksi ASI cukup
untuk memenuhi kebutuhan bayi. Begitu pula dengan perawatan payudara yang baik,
10

ibu tidak perlu khawatir bentuk payudaranya akan cepat berubah sehingga kurang
menarik. Juga dengan perawatan payudara yang baik puting tidak akan lecetsewaktu
diisap bayi (Soetjiningsih, 1997).

2). Cara Menyusui


Yang penting dalam cara menyusui adalah ibu merasa senang dan enak. Bayi dapat
disusukan sambil duduk atau sambil tidur. Bayi dapat disusukan pada kedua buah
payudara secara bergantian, tiap payudara sekitar 10-15 menit (Soetjiningsih, 1997).

3). Lama Menyusui


ASI diberikan segera setelah bayi lahir. Pemberian ASI segera setelah lahir
dianjurkan segera pada 1 jam pertama. Hal ini dikarenakan ASI yang pertama kali
keluar (kolostrum) sangatlah baik serta bergizi tinggi (WHO, 1999).
Setelah itu, pemberian ASI bisa kapan saja dan dimana saja. Waktunya dapat
diberikan pada pagi, siang, maupun malam hari sesuai kebutuhan bayi tersebut
(WHO, 1999).
Pada hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disususkan
selama 4-5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu
diisap oleh bayi. Setelah hari ke-4-5, boleh disusukan selama 10 menit. Setelah
produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit (jangan lebih dari 20
menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi ASI cukup dan ASI lancar
keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakan bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi
pada 5 menit pertama adalah kurang lebih 112 ml, 5 menit kedua kurang lebih 6 ml,
dan 5 menit terakhir hanya kurang lebih 16 ml (Soetjiningsih, 1997).

2.1.5. Produksi ASI


Proses terjadinya pengeluaran ASI dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar pituitary anterior
untuk memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengendalikan air susu.
11

Proses pengeluaran air susu tergantung juga pada let down reflex, isapan puting susu
dapat merangsang kelenjar pituitary posterior untuk menghasilkan hormon oksitosin,
yang merangsang serabut otot halus didalam dinding saluran susu agar membiarkan
susu dapat mengalir secara lancar (Winarno 1987).
Air Susu Ibu dihasilkan oleh kelenjar jaringan susu yang sangat banyak
jumlahnya didalam payudara, kemudian dialirkan oleh saluran-saluran menuju puting
susu. Kemampuan jaringan payudara ini dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang
kadarnya meningkat setelah ibu melahirkan.Kadar prolaktin juga dipengaruhi oleh
faktor emosi, kondisi kesehatan, dan kecukupan gizi ibu.
Selain itu rangsangan pada puting susu ibu berupa isapan mulut bayi juga
akan meningkatkan hormon oksitosin dalam darah yang mengatur pengeluaran air
susu melalui puting susu. Ini berarti bahwa untuk memperoleh ASI yang cukup dan
sehat, perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).

2.1.6. Petunjuk Yang dapat Digunakan untuk Mengetahi Produksi ASI


Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberap kriteria yang dapat dipakai
sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI cukup atau tidak adalah:
a). ASI yang banyak dapat merembes ke luar melalui puting
b). Sebelum menyusui payudara terasa tegang
c). Berat badan naik dengan memuaskan sesuai dengan umur :
UMUR KENAIKAN BERAT BADAN
1-3 bulan 700 gr/bulan
4-6 bulan 600 gr/bulan
7-9 bulan 400 gr/bulan
10-12 bulan 300 gr/bulan

d). Pada umur 5 bulan tercapai 2 x berat badan waktu lahir


e). Pada umur 1 tahun tercapai 3 x berat badan waktu lahir.
12

f). Jika ASI cukup, setelah menyusui bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam.
g). Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari (Soetjiningsih, 1997).

2.2. Manfaat Pemberian ASI


2.2.1. Manfaat bagi bayi
Beberapa manfaat pemberian ASI yang diperoleh bayi antara lain :
1). Sebagai nutrisi.
ASI merupakan sumber gizi yang ideal dengan komposisi yang seimbang dan
disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa pertumbuhannya.
ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan melaksanakan tatalaksana menyusui yang tepat dan benar,
produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal
sampai usia 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi harus diberi makanan padat tambahan,
tetapi ASI masih dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih (Roesli, 2001).

2). Meningkatkan daya tahan tubuh bayi.


Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang
(mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari
penyakit diare. Selain itu, ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena
berbagai penyakit infeksi seperti telinga, batuk, dan penyakit alergi (Roesli, 2000).
3). ASI eksklusif meningkat kecerdasan
Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
a). Faktor genetik
Faktor genetik atu faktor bawaan sangat menentukan potensi genetik atau bawaan
yang diturunkan oleh orangtua. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi ataupun
direkayasa.
b). Faktor Lingkungan
Faktor yang menentukan tercapaianya faktor genetik scara optimal. Faktor ini
mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa.
13

Terdapat 3 jenis faktor khusus yang mendukung kecerdasan bayi atau anak, yaitu:
1). Pertumbuhan fisik otak (ASUH)
Perkembangan kecerdasan berkaitan erat dengan pertumbuhan otak, maka
jelasbahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak bayi/anak adalah
nutrisi atau gizi yang diberikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara
langsung juga dapat mempengaruhi otak
2) ASAH
Dibutuhkan stimulasi atau rangsangan untuk perkembangan kecerdasan anak yang
optimal.Tindakan menyusui dapat mengembangkan sosialisasi bayi.Sejak dini sering
berhubungan dengan ibunya maka perkembangan sosialisasinya akan baik dan mudah
berinteraksi dengan lingkungannya.
3). ASIH
Bayi yang disusui ibunya akan merasa aman dan disayangi. Seorang anak yang
merasa disayangi akan mampu menyanyangi lingkungannya sehingga ia akan
berkembang menjadi manusia dengan budi pekerti yang baik dan nurani yang baik
(Roesli 2001).
4). Meningkatkan jalinan kasih sayang.
Bayi yang berada dalam dekapan ibu karena menyusui akan merasakan kasih sayang
ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat
mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan.
Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan
emosi bayi dan membentukan kepribadian yang percaya diri dasar spiritual yang baik
(Roesli, 2001).
5). Melindungi anak dari serangan alergi
Bayi yang diberi susu sapi terlalu dini mungkin menderita lebih banyak masalah
alergi, misalnya asma dan eksim (Roesli, 2001).
6). Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi
sampai usia 6 bulan (Roesli, 2000).
14

7). Meningkatkan daya penglihatandan kepandaian bicara (Roesli, 2000).

8). Membantu pembentukan rahang yang bagus (Roesli, 2000).


9). Mengurangi risiko terkena kencing manis dan penyakit jantung (Roesli, 2000).
10). Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat
bisa jalan (Roesli, 2000).

2.2.2. Manfaat bagi Ibu


a). Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
Apabila bayi disusui segera setelah dilahirkan maka kemungkinan terjadinya
perdarahan setelah melahirkan (post partum) akan berkurang. Hal ini karena pada ibu
menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.
Hal ini menurunkan angka kematian ibu yang melahirkan (Roesli, 2000)
b). Mengurangi terjadi anemia.
Karena menyusui dapat mengurangi perdarahan, maka dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya anemia pada ibu (Roesli, 2000).
c). Menjarangkan kehamilan.
Menyusui merupakan kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil (Roesli,
2000).
d). Mengecilkan rahim.
Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan sangat membantu rahim kembali
ke ukuran sebelum hamil. Proses pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada
ibu yang tidak menyusui (Roesli, 2000).
e). Mengurangi kemungkinan menderita kanker.
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker
payudara dan ovarium berkurang (Roesli, 2000).
f). Lebih ekonomis, tidak perlu dibeli.
15

Dengan memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,


perlengkapan menyusui, dan persiapan pembuatan minum susu formula (Roesli,
2000).
g). Hemat waktu dan tidak merepotkan
ASI dapat segera diberikan pada bayi. Tidak seperti ASI, pemberian susu botol akan
lebih merepotkan terutama pada malam hari (Roesli, 2000).
h). Portabledan praktis
Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat berpergian tidak perlu
membawa pergi berbagai alat untuk membuat susu formula. Air susu ibu dapat
diberikan kapan saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/minum, serta dalam
suhu yang selalu tepat (Roesli, 2001).
i). Memberi kepuasan bagi ibu.
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan, kebanggaan,
dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2000).
j). Lebih cepat langsing.
Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang
menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil (Roesli, 2000).

2.2.3. Manfaat pemberian ASI bagi keluarga


a). Mengurangi pengeluaran rumah tangga karena pemberian ASI tanpa biaya (Roesli,
2000).
b). Tidak merepotkan anggota keluarga yang lain karena ASI sangatlah mudah dan
praktis untuk diberikan (Roesli, 2000).

2.2.4. Manfaat pemberian ASI bagi lingkungan


a). Melindungi lingkungan, jika dengan ASI mengurangi kebutuhan sumber daya
alam misalnya: air, bahan bakar. Dan mengurangi terjadinya polusi dari botol bekas,
kaleng susu, dan sebagainya (Roesli, 2000).
16

b). ASI tidak menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan
pabrik yang mengeluarkan asap, tidak memerlukan alat transportasi yang juga
mengeluarkan asap, juga tidak perlu menebang hutan untuk membangun pabrik susu
yang besar-besar (Roesli, 2000).

2.2.5. Manfaat pemberian ASI bagi negara


Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena halhal
berikut :
a). Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta
biaya menyiapkan susu.
b). Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah-mencret dan sakit saluran
nafas.
c). Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun negara (Roesli, 2000).

2.3. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar


1). Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting
dandisekitar payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu.
2). Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a). Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik menggunaka kursi
yang rendah (agar kaki ibu tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi.
b). Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak
pada lengkung siku (kepala tidak boleh menengadah, dan bokong bayi ditahan
dengan telapak tangan).
c). Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, danyang satu di depan.
17

d). Perut ibu menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak
hanya membelokan kepala bayi).
e). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f). Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
3). Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah,
jangan menekan puting susu atau kalang payudara saja.
4). Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
a). Menyentuh pipi dengan puting susu.
b). Menyentuh sisi mulut bayi.
5). Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatakan ke payudara
ibu dan puting susu serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
a). Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah kalang payudara.
Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya mengisap pada puting susu saja, akan
mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat dan puting susu lecet.
b). Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disanggah lagi
(Soetjiningsih, 1997).

2.4. Waktu Pemberian ASI


Ibu memberikan ASI nya setiap bayi meminta dan tidak berdasarkan jam. Ini
disebut menyusui atas permintaan atau on demand. Pada mulanya, bayimenyusui
secara tidakteratur, tetapi setelah satu atau dua minggu pola menyusuinya sudah
teratur. Jenjang waktu menyusui pada bayi biasanya dua-tiga jam sekali. Dan pola ini
tidak akan menimbulkan masalah seperti terjadinya bendungan dan sebagainya
(Roesli, 2001).

2.5. Jadwal Pemberian Makan


18

Umumnya bayi yang menyusui ASI tidak mempunyai masalah dalam jadwal
pemberian ASI, karena dapat diberikan setiap saat. Bayi yang mendapat ASI biasanya
pemberian minum dilakukan dalam waktu tiga jam. Sebaiknya enam kali sehari dan
bila perlu ditambah satu-dua kali pada malam hari. Bayi Berat badan lahir rendah
(BBLR) diberikan minum dengan porsi yang lebih sedikit, namun dengan frekuensi
yang lebih sering. Pada dasarnya makin kecil berat lahir bayi, maka makin kecil porsi
minumnya dan makin sering waktu pemberian minumnya ((Roesli, 2001).
Bila bayi diperkenalkan dengan makanan pelengkap, maka jarak waktu
pemberian makanan utama adalah tiga-empat jam dan diantaranya diberikan dua kali
makanan pelengkap berupa buah dan biskuit/kue. Penjadwalan hendaknya diatur agar
waktu pemberian makan disesuaikan dengan kebiasaan orang dewasa.
Jadi bila bayi sudah mendapat nasi tim, maka jadwal makan secara umum adalah
sebagai berikut:
a). Tiga kali makan padat (pagi, siang, dan sore)
b). Dua kali ASI/PASI (Pendamping ASI) (waktu bangun pagi dan sebelum tidur)
c). Dua kali buah atau kue yang diberikan diantara waktu makan padat dan bila perlu
tambahkan minum pada malam hari (Roesli, 2001).
Kriteria bayi mendapatkan makanan yang cukup
(1). Bayi tumbuh apabila kurva pertumbuhan mengikuti arah ‘’jalan menuju sehat’’,
berarti ia sudah mendapat cukup makanan
(2). Bila beratnya tidak bertambah, berarti bayi tidak tumbuh maka ia perlu mendapat
makanan tambahan. Sampai bayi berumur empat bulan bahkan kadang-kadang
sampai enam bulan ASI saja sudah cukup untuk pertumbuhan bayi.Bila bayi berumur
empat-enam bulan atau lebih, bayi sudah harus mulai diberikan makanan
penyapihan/padat (Roesli, 2001).

2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Tidak Memberi ASI Secara


Eksklusif
19

Alasan ibu untuk tidak menyusui terutama yang secara eksklusif sangat
bervariasi. Namun, yang paling sering dikemukakan adalah sebagai berikut:

2.6.1. ASI Tak Cukup


Alasan ini merupakan alasan utama para ibu untu tidak memberikan ASI secara
eksklusif.Walaupun banyak ibu-ibu yang merasa ASI-nya kurang, tetapi hanya sedikit
sekali (2-5%) yang secara biologis memang kurang produksi ASI-nya.Selebihnya 95-
98% ibu dapat menghasilkan ASI yang cukup untuk bayinya (Roesli, 2000).

2.6.2. Ibu Bekerja Dengan Cuti Tiga Bulan


Bekerja bukan alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif, karena waktu ibu
bekerja, bayi dapat diberi ASI perah yang diperah sehari sebelumnya (Roesli, 2000).

2.6.3. Takut Suami


Pendapat ini merupakan mitos yang salah, yaitu menyusui akan mengubah
bentuk payudara menjadi jelek, Sebenarnya mengubah bentuk payudara adalah
kehamilan bukan menyusui (Roesli, 2000).

2.6.4. Tidak Diberi ASI Tetap ”Jadi Orang”


Dengan diberi susu formula memang bayi dapat tumbuh besar, bahkan
mungkin berhasil “jadi orang”. Namun, kalau bayi ini diberi ASI eksklusif akan lebih
berhasil (Roesli, 2000).
Dengan menyusui berarti seorang ibu tidak hanya memberikan makanan yang
optimal, tetapi juga rangsangan emosional, fisik, dan neurologik yang optimal pula.
Dengan demikian, dapat dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan lebih sehat,
lebih tinggi kecerdasan intelektual, maupun kecerdasan emosionalnya, lebih mudah
bersosialisasi, dan lebih baik spiritualnya (Roesli, 2000).
20

2.6.5. Bayi Akan Tumbuh Menjadi Anak Yang Tidak Mandiri danManja
Pendapat bahwa bayi akan tumbuh menjadi anak manja karena terlalu sering
didekap dan dibelai, ternyata salah. Anak akan tumbuh menjadi kurang mandiri,
manja dan agresif karena kurang perhatian bukan karena terlalu diperhatikan oleh
orang tua (Roesli, 2000).

2.6.6. Susu Formula Lebih Praktis


Pendapat ini tidak benar, karena untuk membuat susu formula diperlukan api
atau listrik untuk memasak air, peralatan yang harus steril, dan perlu waktu untuk
mendinginkan susu formula yang baru dibuat. Sementara itu, ASI yang siap dipakai
dengan suhu yang tepat setiap saat serta tidak memerlukan api atau listrik, dan
perlengkapan yang harus steril jauh lebih praktis daripada susu formula (Roesli,
2000).

2.6.7. Takut Badan Tetap Gemuk


Pendapat bahwa ibu menyusui akan sukar menurunkan berat badan adalah
tidak benar. Pada waktu hamil, badan telah mempersiapkan timbunan lemak untuk
membuat ASI. Didapatkan bukti bahwa menyusui akan membantu ibu-ibu
menurunkan berat badan lebih cepat daripada ibu yang tidak menyusui secara
eksklusif. Timbunan lemak yang terjadi sewaktu hamil akan dipergunakan untuk
proses menyusui, sedangkan wanita yang tidak menyusui akan lebih sukar untuk
menghilangkan timbunana lemak ini (Roesli, 2000).
21

2.7. Tinjauan Tentang Perilaku


2.7.1. Konsep Perilaku
Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas
organisme yang bersangkutan. Jadi pada hakekatnya perilaku manusia adalah suatu
aktifitas dari pada manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang luas,
mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Soekidjo,
2005).
Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi
juga merupakan perilaku manusia. Atau dapat juga dikatakan bahwa perilaku adalah
apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau
tidak langsung (Soekidjo, 2005).
Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku
makhluk hidup, termasuk perilaku manusia.
Saparinah Sadli (1982) menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan
sosial yang saling mempengaruhi, yakni:
a). Perilaku kesehatan individu, sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
b). Lingkungan keluarga, kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
c). Lingkungan terbatas, tradisi, adat istiadat dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan.
d). Lingkungan umum, kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang kesehatan, undang-
undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.
22

Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini
dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan (Soekidjo, 2005).
Bahwa dalam suatu tujuan pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : a) ranah kognitif
(cognitif domain), b) ranah afektif (affective domain), dan c) ranah psikomotor
(psychomotor domain) (Soekidjo, 2005).
Dalam kepentingan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge)
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude)
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice) (Soekidjo, 2005).

2.7.2. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan


Perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Soekidjo, 2005).
23

Hasil penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang


mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi
proses yang berurutan yakni:
a). Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b). Interest, dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di
sini sikap subjek sudah mulai timbul..
c). Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e). Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran,dan sikapnya terhadap stimulus (Soekidjo, 2005).
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat,
yakni :
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation) (Soekidjo, 2005).

2.7.3.Perilaku Dalam Bentuk Sikap


Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek.Adapula yang melihat sikap sebagai kesiapan saraf
sebelum memberikan respon.Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial,
mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Soekidjo, 2005).Sikap belum merupakan
24

suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau
perilaku.

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok,


yakni:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu:
a). Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
b). Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c). Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d). Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
adalah merupakan sikap yang paling tinggi.Sikap yang sudah positif terhadap suatu
objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh:
a). Sikap, untuk terwujud didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat
itu.
25

b). Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung (Soekidjo, 2005).

2.7.4.Perilaku Dalam Bentuk Tindakan


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).
Untuk terwujudnya sikap untuk menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas
(Soekidjo, 2005).
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari
pihak lain, misalnya orang tua, mertua, suami atau istri.
Tingkat-tingkat praktek:
a). Persepsi (perception)
Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat
memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya
b). Respon terpimpin (guided respon)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat
memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya,
lama memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.
c). Mekanisme (mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
Misalnya, seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur
tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
26

d). Adaptasi (adaptation)


Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi
tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Soekidjo, 2005).

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan


wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Soekidjo, 2005).
27

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :

Tingkat Pengetahuan
Ibu

Sikap Ibu Pemberian ASI


Eksklusif
28

Tindakan Ibu

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional Cara Ukur Hasil Ukur Ska


. la
Uk
ur
1 Pengeta Segala sesuatu yang Kuesioner Or
huan diketahui responden din
mengenai ASI al
2 Sikap Tanggapan atau reaksi Kuesioner 1: Tidak Or
responden mengenai ASI Setuju din
2: setuju al

3 Tindaka Segala sesuatu yang telah Kuesioner Or


n dilakukan responden din
sehubungan dengan al
pengetahuan dan sikap
tentang ASI

3.2.1. Pengetahuan Ibu


Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif adalah gambaran
pengetahuan ibu mengenai pengertian ASI eksklusif, awal pemberian, lama waktu
dan frekuensi ASI eksklusif yang diberikan pada bayi untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi, kandungan zat gizi yang terdapat pada ASI, serta manfaat pemberian ASI
eksklusif bagi ibu dan bayi.
29

Kategori pengetahuan ibu terdiri dari:


a. Tahu maka diberi skor 2
b. Kurang tahu maka diberi skor 1
c. Tidak tahu maka diberi skor 0

Pertanyaan terdiri dari 10 nomor dengan skor tertinggi 20. Berdasarkan jumlah
skor yang telah diperoleh, maka ukuran tingkat pengetahuan responden: (Pratomo,
1986)
- tingkat pengetahuan baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari
75% dari skor maksimum, yaitu >15
- tingkat pengetahuan sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-
75% dari skor maksimum, yaitu 8-15
- tingkat pengetahuan kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil
dari 40% dari skor maksimum, yaitu <8

3.2.1. Sikap Ibu


Sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah tanggapan ibu
terhadap pemberian ASI eksklusif.
Kategori sikap ibu terdiri dari:
a. Setuju diberi skor 2
b. Kurang setuju diberi skor 1
c. Tidak setuju diberi skor 0
Pertanyaan terdiri dari 11 nomor dengan skor tertinggi 22. Berdasarkan
jumlah skor yang diperoleh maka ukuran sikap responden: (Pratomo, 1986)
- baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor
maksimum, yaitu >16,5
- sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-75% dari skor
maksimum, yaitu 8,8-16,5
30

- kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor
maksimum, yaitu <8,8

3.2.2. Tindakan Ibu


Tindakan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah perbuatan
yang dilakukan secara konkrit oleh ibu terhadap pemberian maupun tidak
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Kategori tindakan ibu terdiri dari:
a. Tindakan benar diberi skor 2
b. Tindakan kurang benar diberi skor 1
c. Tindakan tidak benar diberi skor 0
Pertanyaan terdiri dari 7 nomor dengan jumlah skor tertinggi 14. Berdasarkan
jumlah skor yang diperoleh maka ukuran tindakan responden: (Pratomo, 1986)
- baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dari skor
maksimum, yaitu >10,5
- sedang, apabila skor yang diperoleh responden sebesar 40%-75% dari skor
maksimum, yaitu 5,6-10,5
- kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 40% dari skor
maksimum, yaitu <5,6
31

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei yang bersifat deskriptif, dengan
pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menggambarkan
atau menguraikan suatu keadaan fenomena dalam suatu komunitas atau masyarakat,
yang mana data variabel bebas dan terikat diambil dalam waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


4.2.1. Waktu Penelitian
-Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli-November 2009

4.2.3. Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Kecamatan Medan Denai.

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak 0-6 bulan
dan 6-12 bulan.Terdapat jumlah ibu yang mempunyai anak 0-6 bulan sebanyak
202orang (data diambil pada bulan Maret) di Kecamatan Medan Denai tahun 2009.
32

4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel yang dipilih
berdasarkansystematic sampling, ditentukan bahwa dari seluruh subjek yang dapat
dipilih, setiap subjek nomor ke sekian dipilih sebagai sampel. Caranya adalah
membagi jumlah populasi dengan perkiraan jumlah sampel yag diinginkan dan
hasilnya adalah interval. Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus :

N . Z²1-α/2 p . (1-p)
n =
(N-1) d² +Z²1-α/2. p . (1-p)

Keterangan :
n = besar sampel minimum
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada tertentu
P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan ( absolut ) yang dapat ditolerir
N = jumlah populasi

N . Z²1-α/2 p . (1-p)
n =
(N-1) d² + Z²1-α/2. p . (1-p)

n = 202 . 1,96 . (0,5) . (0.5)


(201) . (0.01) + (1,96) (0,5) (0.5)
n = 40 orang

Berdasarkan rumus diatas peneliti akan mengambil sampel sebanyak kurang


lebih 40atau yang akurat adalah 50orang. Pada penelitian ini, sampelnya ditentukan
dengan membagi jumlah populasi sebanyak 202dengan jumlah sampel sebanyak 50
33

dan hasilnya adalah 4. Maka anggota populasi yang terkena sampel adalah setiap
elemen yang mempunyai nomor kelipatan 4, yakni 4, 8, 12 dan seterusnya sampai
mencapai jumlah 50 anggota sampel (Wahyuni 2007).

4.4.Teknik Pengumpulan Data


4.4.1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian
kuesioner, sedangkan data sekunder adalah data yang didapatkan dari Puskesmas
yang meliputi jumlah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.
.
4.4.2. Instrumen Penelitian
Instrumen berupa kuesioner sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan semiterbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data
karakteristik pengetahuan, sikap, dan tindakan responden

4.5. Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, tahap pertama editing yaitu
mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa
semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau
angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa,
tahap ketiga entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program komputer dengan
menggunakan program SPSS versi 12.0, tahap ke empat adalah melakukan cleaning yaitu
mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.
Untuk mendeskripsikan gambaran perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi
34

dilakukan perhitungan frekuensi, dan persentase.Hasil penelitian akan di tampilkan dalam


bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Medan Denai.Puskesmas


Kecamatan Medan Denai terletak di Jalan Jermal XV No. 6. Adapun Batas – batas
wilayah dari Kecamatan Medan Denai :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Medan Tembung


 Sebelah Barat berbatasan dengan Medan Kota dan Medan Area
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
 Sebelah Selatan berbatasan dengan Medan Amplas

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden

Hasil penelitian yang berjudul “Gambaran Perilaku Ibu Dalam Pemberian ASI
Eksklusif Pada Bayi Kecamatan Medan Denai Tahun 2009“, kuesioner diberikan
kepada 50 orang ibu yang mempunyai bayi berumur 0-6 bulan. Hasilnya dapat
diterangkan sebagai berikut :

A. Distribusi Umur Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Berdasarkan karateristik distribusi ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi
dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan sebanyak
35

50 orang dan dengan umur yang berbeda. Rentang umur yang dimiliki ibu yang
mempunyai bayi 0-6 bulan sebagai responden dalam penelitian ini adalah umur 18-21
tahun sebanyak 9 orang (18,0%), 22-25 tahun sebanyak 11 orang (22,0%), 26-29
tahun sebanyak 17orang (34,0%), 30-35 tahun sebanyak 13 orang (26,0%). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.

Distribusi Umur Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Pesen (%)

18-21 9 18,0

22-25 11 22,0

26-29 17 34,0

30-35 13 26,0
Total
50 100,0
36

B. Distribusi Pendidikan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Sebagian besar ibu di Kecamatan Medan Denai berpendidikan SMP sebanyak 24


orang (48%), dan sebagian kecil berpendidikan SD sebanyak 12 orang (24%). Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Pendidikan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

SD 12 24,0

SMP 24 48,0

SMA 14 28,0

Total 50 100,0
37

C. Distribusi Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif pada bayi sebagian besar yang berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang
(64 %) dan sebagiankecil berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8 %).Hal ini
dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 14 28,0

Kurang 32 64,0

Sedang 4 8,0

Total 50 100,0
38

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor total


No. Pertanyaan N F N F N F N F
1. Pengertian ASI 15 30,0 19 38,0 16 32,0 50 100
2. Pernah
mendengar istilah 20 26,0 30 39,0 50 100
ASI
3. Manfaat memberi
ASI sampai usia 12 15,6 22 28,6 16 20,8 50 100
6 bulan
4. Manfaat
14 18,2 21 27,3 15 19,5 50 100
pemberian ASI
5. Istilah ASI yang
pertama kali 29 37,7 7 9,1 14 18,2 50 100
keluar
6. Kapan Bayi diberi
22 28,6 15 19,5 13 16,9 50 100
ASI
7. Manfaat
23 29,9 13 16,9 14 18,2 50 100
kolostrum
8. Bagaimana
kandungan gizi 20 26,0 17 22,1 13 16,9 50 100
pada ASI
9. Sampai usia
berapa mendapat 21 27,3 16 20,8 13 16,9 50 100
ASI
10. Kapan diberi
makanan 24 31,2 11 14,3 15 19,5 50 100
tambahan

Tabel 5.6.
Distribusi Pengetahuan Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian
ASEksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 50 responden tentang


pengetahuan yaitu pertanyaan nomor 1 sampai nomor 10, sebagian responden banyak
menjawab benar pertanyaan nomor 2 yaitu apakah ibu pernah mendengar istilah ASI
sebanyak 30 orang (39,0%), dan sebagian besar menjawab salah/tidak tahu
pertanyaan nomor 5 yaitu apakah istilah ASI yang pertama kali keluar sebanyak 29
orang (37,7%). Hal ini kemungkinan disebabkan kurangnya informasi yang didapat
39

responden tentang kolostrum, responden hanya mengerti tentang istilah ASI saja
tanpa disertai pengertian dan manfaat dari kolostrum.

D. Distribusi Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi


DiKecamatan Medan Denai Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif
sebagian besar memiliki sikap kurang sebanyak 21 orang (42%), dan sebagian kecil
mempunyai sikap sedang sebanyak 14 orang (28 %). Hal ini dapat dilihat pada tabel
5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan
Medan Denai Tahun 2009

Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)


15 30,0
Baik
21 42,0
Kurang
14 28,0
Sedang
50 100,0
Total
40

Tabel 5.7.
Distribusi Sikap Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian ASI Eksklusif
Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009
Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor total
No. Pertanyaan N F N F N F N F
11. Hanya memberi
ASI tanpa 15 19,5 19 24,7 16 20,8 50 100
diselingi MP-ASI
12. ASI merupakan
makanan yang
5 6,5 11 14,3 34 44,2 50 100
murah, aman,
sempurna
13. ASI saja dapat
mencukupi 22 28,6 14 18,2 14 18,2 50 100
kebutuhan gizi
14. ASI yang
pertama kali
3 3,9 24 31,2 23 29,9 50 100
keluar harus
diberi ASI
15. Kolostrum dapat
mencegah 22 28,6 15 19,5 13 16,9 50 100
penyakit
16. Jika diberi
makanan dapat
17 22,1 23 29,9 10 13,0 50 100
mengganggu
pencernaan
17. Bayi yang tidak
mendapat ASI
1 1,3 23 29,9 26 33,8 50 100
mudah terkena
penyakit
18. ASI
meningkatkan 1 1,3 21 27,3 28 36,4 50 100
kasih sayang
19. Jika bekerja, ibu
tetap dapat 22 28,6 17 22,1 11 14,3 50 100
memberi ASI
20. ASI dapat
diperah dan 17 22,1 23 29,9 10 13,0 50 100
disimpan
21. ASI tidak
mempengaruhi 28 36,4 12 15,6 10 13,0 50 100
bentuk payudara
41

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 50 responden tentang sikap


yaitu pertanyaan nomor 11 sampai nomor 21, sebagian responden banyak menjawab
setuju pertanyaan nomor 12 sebanyak 34 orang (44,2%) yaitu apakah ASI merupakan
makanan yang paling murah, aman, dan sempurna. Dan sebagian besar responden
menjawab tidak setuju pertanyaan nomor 21 sebanyak 28 orang (36,4%), yaitu
apakah ASI tidak mempengaruhi bentuk payudara. Hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pemahaman dan informasi yang didapat ibu tentang ASI.
E. Distribusi Tindakan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di
Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tindakan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif diperoleh sebagian besar yang mempunyai tindakan kurang sebanyak 22
orang (44 %),dan sebagian kecil mempunyai tindakan baik sebanyak 12 orang (24
%). Hal ini
dapat
dilihat
dari tabel 5.5.
Karakteristik Frekuensi (n) Persen (%)
Baik
12 24,0
Kurang
22 44,0
Sedang
16 32,0

Total
50 100,0
Tabel 5.5.

Distribusi Tindakan Ibu Dalam Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Di


Kecamatan Medan Denai Tahun 2009
42

Tabel 5.8.

Distribusi Tindakan Ibu Berdasarkan Pertanyaan Dalam Pemberian ASI


Eksklusif Pada Bayi Di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009

Skor 0 Skor 1 Skor 2 Skor total


No. Pertanyaan N F N F N F N F
22. Apakah ibu masih
33 42,9 - - 17 22,1 50 100
menyusui bayi
Kapan memberi
23. 6 7,8 4 5,2 40 51,9 50 100
ASI pertama kali
24. Apakah
kolostrum
29 37,7 - - 21 27,3 50 100
diberikan setelah
melahirkan
25. Kapan memberi
makanan
4 5,2 34 44,2 12 15,6 50 100
tambahan bagi
bayi
26. Apakah tetap
memberi ASI jika 40 51,9 - - 10 13,0 50 100
keluar rumah
27. Bagaimana cara
2 2,6 38 49,9 10 13,0 50 100
memberi ASI
28. Bagaimana
mengatur waktu 7 5,2 9 11,7 37 48,1 50 100
pemberian ASI
43

Berdasarkan kuesioner yang telah dibagikan kepada 50 responden tentang


tindakan yaitu pertanyaan nomor 22 sampai nomor 28, sebagian responden banyak
menjawab benar/ya pertanyaan nomor 23 sebanyak 40 orang (51,9%), yaitu kapan ibu
memberi ASI pertama kali. Dan sebagian besar responden menjawab pertanyaan
salah/tidak adalah pertanyaan nomor 26 sebanyak 40 orang (51,9%) yaitu apakah ibu
tetap memberikan ASI jika keluar rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pemahaman dan informasi yang didapat ibu tentang pemberian ASI.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada ibu yang mempunyai
bayi 0-6 bulan di Kecamatan Medan Denai tahun 2009, diperoleh dari data dengan
cara menyebarkan kuesioner kepada 50 orang ibu. Data tersebut dijadikan tolak ukur
dalam melakukan pembahasan dan sebagai hasil akhir dapat dijabarkan sebagai
berikut :

A. Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan


Denai Tahun 2009

Pada tabel 5.3.dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang (64%) dan
sebagian kecil berpengetahuan sedang sebanyak 4 orang (8%).
Hal ini menyatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik berarti
telah memperoleh informasi tentang pemberian ASI eksklusif dari berbagai sumber
seperti media elektronik, media massa ataupun dari petugas kesehatan. Sedangkan ibu
yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
disebabkan oleh kurangya informasi dan wawasan yang diperoleh baik melalui
media elektronik, media massa maupun dari tenaga kesehatan.
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Novi Wahyuningrum dari
Universitas Negeri Semarang didapat pengetahuan ibu di Desa Sadang Kecamatam
44

Jekulo Kabupaten Kudus, tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemberian ASI


eksklusif juga masih kurang sebanyak 22 orang dengan presentase (55%).
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang lain,
media massa ataupun lingkungan. Pengetahuan baik dan cukup dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu seperti : sumber informasi, faktor pendidikan. Semakin
banyak orang yang mendapatkan informasi baik dari lingkungan keluarga,
lingkungan tetangga dari petugas kesehatan maupun dari media cetak. Hal ini akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Sama halnya dengan pendidikan,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik juga tingkat
pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif.

B. Sikap Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Medan Denai tahun
2009

Pada tabel 5.4.diperoleh sebagian besar ibu memiliki sikap kurang sebanyak 21
orang (42%), dan sebagian kecil mempunyai sikap sedang sebanyak14 orang (28%).
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan yang memiliki sikap
baik berarti telah meyakini karena memiliki pengalaman dalam pemberian ASI
eksklusif.Sedang ibu yang memiliki sikap kurang disebabkan ibu belum meyakini
karena tidak berpengalaman dalam memberikan ASI eksklusif.
Sikap baik dan cukup dapat dipengaruhi oleh pengalaman langsung yang dialami
individu terhadap sesuatu hal dan sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi dipelajari dan
dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan selama
hidupnya. Sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain.
Menurut Sunaryo (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu,
berupa respons tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.Secara nyata sikap
menunjukkan adanya keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang disertai
adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat
respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Menurut Azwar Syaefuddin (1995) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang
membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang yaitu : komponen kognitif
(berisi kepercayaan individu), Komponen afektif (berisi dimensi emosional subjektif
individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang) maupun negatf (rasa
tidak senang) dan komponen konatif (disebut juga komponen perilaku) yang
berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap
yang dihadapinya.
45

C. Tindakan Ibu yang Mempunyai Bayi 0-6 Bulan di Kecamatan Medan Denai
Tahun 2009

Pada Tabel 5.5. diperoleh sebagian besar ibu memiliki tindakan kurang sebanyak
22 orang (44%) dan sebagian kecil memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (24%).
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tindakan baik telah menilai dan
meyakini bahwa memberikan ASI eksklusif adalah baik karena didapat dari
pengalaman sendiri dari inteaksi dengan orang lain.
Sedang ibu yang memiliki tindakan kurang berarti ibu belum menilai dan
meyakini memberikan ASI eksklusif pada bayi adalah hal yang baik karena belum
dilaksanakan sendiri dan kurangya interaksi dengan orang lain.
Menurut Notoatmodjo (2003), tindakan atau praktek dilaksanakan setelah
seseorang mengetahi stimulus atau objek kemudian mengadakan penilaian terhadap
apa yang diketahui. Dengan kata lain tindakan atau praktek dilaksanakan karena
dinilai baik dan diyakini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perilaku ibu dalam pemberian
ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai Tahun 2009 diperoleh
kesimpulan :

1. Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan
Denai Tahun 2009 sebagian besar berpengetahuan kurang sebanyak 32 orang
(41,6%) dan sebagian kecil berpengetahuan sedang 4 orang (5,2%).
2. Sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan Denai
tahun 2009 sebagian besar bersikap
kurang sebanyak 21 orang (27,3%) dan sebagian kecil bersikap sedang sebanyak
14 orang (18,2%).
3. Tindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada bayi di Kecamatan Medan
Denai Tahun 2009 sebagian besar memiliki tindakan kurang sebanyak 22 orang
(28,6%) dan sebagian kecil memiliki tindakan baik sebanyak 12 orang (15,6%).
4. Sebagian besar ibu telah mengenal istilah ASI, tetapi masih sedikit ibu yang
mengenal istilah ASI yang pertama kali keluar/kolostrum.
5. Sebagian besar ibu setuju bahwa ASI merupakan makanan yang paling murah,
aman dan sempurna, tetapi sebagian besar ibu tidak setuju bahwa ASI tidak dapat
mengubah bentuk payudara.
6. Sebagian besar ibu memberikan ASI segera setelah kelahiran tetapi sebagian
besar ibu tidak memberikan ASI jika keluar rumah.
46

B. Saran

1. Bagi ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya sampai bayi berumur >6 bulan.
2. Bagi peneliti dimasa yang akan datang jumlah sampel hendaknya lebih banyak dan
dapat dilakukan dibeberapa tempat.
3. Tenaga/petugas kesehatan lebih giat dan aktif dalam memberikan pendidikan
kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi pada saat ibu melakukan
antenatal care.
4. Tenaga/petugas kesehatan tidak hanya memberikan penyuluhan tentang ASI saja,
tetapi dapat juga memberikan informasi tentang kolostrum.

DAFTAR PUSTAKA

Roesli, Utami, 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: PT. Niaga Swadaya
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005.Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi, Jakarta.
Notoadmodjo S, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Purwanti HS, 2004. KonsepPenerepan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih, 1997.ASI :Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta. EGC.
Suradi R, Roesli U, 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universias Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Diektorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta.
Danuatmaja, Bonny, dan Meiliasari, Mila, 2004. 40 Hari Pasca Persalinan: Masalah
dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
Depkes RI, 2005. Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Gizi
Buruk 2005-2009. Jakarta: Depkes RI.
47

Depkes RI, 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan RI 2005-2009. Jakarta:


Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI 2008.

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007. Profil Kesehatan Propinsi


Sumatera Utara 2006. Medan: Dinas Kesehatan Sumatera Utara.

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes RI, 2005.Manajemen Laktasi. Jakarta:


Depkes RI.

Fulhan, Jill Kostka. 2007. Breastfeeding. In: Hendricks, Duggan, Walker. Manual
Pediatric of Nutrition 3th ed. 86 – 97.

Gupte, Suraj, 2000. Paduan Perawatan Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Heird, William.C. 2004. The Feeding of Infants and Children. In: Behrmann, Richard
E., etc. Nelson Textbook of Pediatric 17th ed. USA: Elsevier Science.

Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, Sofyan, 2008. Dasar-Dasar Metodologi


Penelitian Klinis.Jakarta : Sagung Seto.
World Health Organization, 2001.Introduction of hepatitis B vaccine into childhood
immunization services:Management guidelines, includinginformation for health
workers andparents. Department Of Vaccines and Biologicals, Geneva.
Spark, Arlene, 2007. Nutrition in public health. New York : CRC press.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1985.
Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta.

Suhardjo, 2000. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Jakarta: Kanisius.

World Health Organization, 1991.Indicators for Assessing Breastfeeding Practices.


Devision of Child Healt and Development, Geneva.
48

You might also like