You are on page 1of 4

d. Merekrut Melalui Pekerjaan.

Tenaga konselor rehabilitasi tidak akan memanfaatkan afiliasi


institusional dan hubungan yang mereka jalin dengan para pekerjanya untuk merekrut klien,
pengawas, konsultan untuk praktik-praktik pribadi.

e Produk-produk dan Periklanan Training. Konselor rehabilitasi yang mengembangkan


produk terkait dengan profesinya atau mengurusi workshop / training akan memastikan bahwa
iklan-iklan yang mencakup produk atau event adalah akurat dan cukup memebeberkan informasi
untuk para konsumen dalam rangka menentukan pilihan-pilihan.

f. Mempromosikan Layanan-layanan itu. Konselor rehabilitasi tidak akan menggunakan


praktik konseling, pengajaran, training, atau hubungan aktifitas pengawasan untuk
mempromosikan produk atau kegiatan training mereka dengan sifat menipu atau manipulasi
dengan mempengaruhi individu-individu yang lemah secara tidak pantas. Konselor rehabilitasi
seharusnya mengadopsi buku-buku teks yang telah mereka tulis untuk tujuan-tujuan
instruksional.

D.4. SURAT KPERCAYAAN / MANDAT

a. Mandat yang Diakui. Konselor rehabilitasi akan menegaskan atau sekadar menyiratkan
mandat profesional yang berjalan dan bertanggung jawab untuk mengoreksi beberapa
penyimpangan mandat yang dilakukan oleh pihak lain. Mandat profesional mencakup tingkat
pendidikan bidang konseling atau lebih dekatnya yang berkaitan dengan praktik lapangan,
akreditasi dari program-program lulusan, sertifikat nasional tentang kesukarelaan, setifikasi isu-
pemerintahan atu lisensi, atau beberapa mandat yang menunjukkan wawasan umum spesifik atau
kepakaran di bidang konseling.

b. Pengarahan-pengarahan Mandat. Konselor rehabilitasi akan mengikuti pengarahan-


pengarahan untuk menggunakan mandat-mandat yang telah disusun oleh entitas yang
mengeluarkan mandat tersebut.

c. Penyimpangan Mandat. Konselor rehabilitasi tidak akan mengatribusikan mandat mereka


lebih dari menunjukkan mandat, dan tidak akan menyiratkan bahwa konselor rehabilitasi lain
tidak memenuhi kualifikasi karena mereka tidak mengamalkan mendat-mandat tertentu.

d. Tingkat Doktoral dari Wilayah Lain. Konselor rehabilitasi yang menyandang tingkat master
dalam konseling atau yang terkait erat dengan lapangan-lapangan, tetapi memegang suatu derajat
doktoral dari luar bidang konseling atau terkait erat dengan lapangan, tidak akan menyandang
gelar "Dr." dalam praktik-praktik mereka dan tidak akan membeberkan pada publik dalam
relasinya dengan praktiknya atau status koselor rehabilitasi yang memegang doktoral.

D.5. MANDAT CRC

a. Bertindak Atas Nama CRCC. Konselor rehabilitasi bersertifikasi tidak akan menulis,
berbicara, maupun bertindak pada jalur-jalur yang mengarahkan pihak lain untuk mempercayai
bahwa konselor secara resmi mewakili CRCC kecuali Komisi telah mengijinkan untuk
menulisnya.

b. Dukungan Kandidat. Konselor rehabilitasi bersertifikasi tidak akan memulai atau mensuport
pencalonan inidividu dalam sertifikasi oleh CRCC jika individu telah menggeluti praktik-praktik
profesional melakukan pelanggaran kode etik profesional Konseor Rehabilitasi.

D.6. TANGGUNG JAWAB PUBLIK

a. Godaan Sexual. Konselor rehabilitasi tidak akan berkompromi dengan godaan / usikan
sexual. Godaan sexual didefinisikan sebagai permintaan sexual, dorongan fisik (biologis), atau
perlakuan verbal atau nonverbal dalam perangai / watak sexual, yang berlangsung dalam koneksi
dengan aktifitas profesional atau peran, dan bahwa baik (1) konselor rehabilitasi engetahui atau
diberitahu perbuatan itu adalah tidak dikehendaki, tidak terhormat, dan menciptakan kondisi
yang tidak bersahabat; maupun (2) adalah cukup ekstrim atau intens dirasa suatu godaan bagi
orang yang berpikiran logis dalam konteks yang mana itu terjadi.

b. Melaporkan kepada Pihak-pihak ke tiga. Konselor rehabilitasi akan menjadi akurat, tepat
waktu, dan obyektif dalam melaporkan praktik profesional mereka dan pendapat-pendapat untuk
menjadikan layak pihak ke tiga termasuk lembaga pengadilan, perusahaan asuransi kesehatan,
itu lah yang menerima laporan evaluasi, dll.

c. Presentasi Media. Ketika konselor rehabilitasi menyediakan nasihat atau komentar dalam arti
perkuliahan umum, demonstrasi, program radio atau televisi, artikel tercetak, materi yang
dibagikan lewat surat, atau media yang lain, mereka akan mengambil sikap kehati-hatian yang
patut untuk memastikan itu (1) pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan didasarkan pada praktik
dan literatur konseling profesional yang layak; (2) selain itu, pernyataan tersebut tetap konsisten
dengan kode etik konselor rehabilitasi profesionnal; dan (3) penerima informasi tidak didorong
untuk menduga atau menyimpulkan bahwa hubungan konseling rehabilitasi profesional telah
dibangun.

d. Konflik Kepentingan. Konselor rehabilitasi tidak akan menggunakan posisi profesional


mereka untuk mencari atau menerima keuntungan pribadi yang tidak dapat dibenarkan,
ketertarikan sexual, manfaat yang tidak fair, atau bawaan atau pelayanan yang tidak wajar.

e. Ketidakjujuran. Konselor rehabilitasi tidak akan berkompromi sedikitpun dengan berbagai


tindakan yang tidak jujur / curang, keculasan, atau perangai licik dalam mengurusi aktifitas
profesional mereka.

D.7. PERTANGGUNGJAWABAN KEPADA PROFESI LAIN

a. Pernyataan Mencela / Menghina. Konselor rehabilitasi tidak akan berdiskusi dengan


menghina kemampuan profesional agensi lain, atau penemuan, metode-metode yang digunakan,
atu kualitas rencana rehabilitasi.

b. Pernyataan Umum Pribadi. Ketika membuat pernyataan pribadi dalam konteks publik,
konselor rehabilitasi akan mengklarifikasi bahwa mereka berbicara dari perspektif pribadi
mereka dan mereka tidak berbicara atas nama semua profesi konselor rehabilitasi.

c. Klien Dilayani oleh Pihak Lain. Ketika konselor rehabilitasi menyadari bahwa klien sudah
menjalin dan mendapatkan perlakuan dari profesional rehabilitasi yang lain, mereka akan
melepas klien untuk memberitahu profesional lain dan berusaha membangun hubungan
kerjasama yang positif secara profesional. Meninjau arsip-arsip, layanan second-opinion, dan
layanan tak langsung yang lain yang tidak sedang di urus oleh layanan profesional lain.

Bagian E : HUBUNGAN DENGAN PROFESIONAL-PROFESIONAL LAIN

E.1. HUBUNGAN DENGAN ATASAN DAN BAWAHAN

a. Kondisi-kondisi Negatif. Konselor rehabilitasi akan men-siagakan para atasannya dari


kondisi yang mungkin berpotensi mengganggu atau merusak tanggungan keprofesian konselor
atau yang dapat membatasi efektifitas mereka.

b. Evaluasi. Konselor rehabilitasi akan menyerahkan tinjauan profesional dengan tertib dan hasil
evaluasi oleh pengawas mereka atau kelayakan representatif dari atasan.

c. Diskriminasi. konselor rehabilitasi, baik sebagai atasan atau bawahan, akan mendedikasikan
diri dalam praktik yang jujur dengan mengacu pada gaji, promosi, atau training.

d. Hubungan yang Eksploitatif. Konselor rehabilitasi tidak akan berkompromi dalam hubungan
yang eksploitatif dengan individu atas siapa yang mereka awasi, evaluasi, atau kontrol
instruksional atau otoritas.

e. Kebijakan Atasan. Dalam permisalan itu di mana konselor rehabilitasi mengkritik kebijakan-
kebijakan, mereka akan berusaha , mempengaruhi perubahan melalui tindakan konstruktif dalam
organisasi. Jika perubahan tidak dapat dicapai, konselor rehabilitasi akan bertindak lebih jauh.
Tindakan itu bisa meliputi referral kepada sertifikasi yang layak, akreditasi, menyatakan surat
izin organisasi atau mengakhiri pekerjaan.

E.2. KONSULTASI

a. Konsultasi Sebagai Sebuah Pilihan. Konselor rehabilitasi bisa melakukan konsultasi seorang
profesional yang berkompeten tentang klien-klien mereka. Dalam memilih konsultan, konselor
rehabilitasi akan menghindari menempatkan konsultan dalam suatu kepentingan tertentu yang
dapat menghalangi usaha konselor dalam membantu klien secara tepat. Jika konselor rehabilitasi
berurusan dengan pekerjaan yang berkompromi dengan standar yang dimiliki konsultan ini,
meka mereka akan berkonsultasi pada profesional lain kapan pun yang memungkinkannya dapat
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang benar.

b. Kompetensi Konsultan. Konselor rehabilitasi akan sepatutnya memastikan bahwa mereka


memiliki, atau mewakili organisasi memiliki, kompetensi yang dibutuhkan dan sumber daya
untuk memenuhi keperluan konseling dan sumber daya referral yang memadai.
E.3. HUBUNGAN TIM DAN AGENSI

a. Klien Sebagai Anggota Tim. Konselor rehabilitasi akan menjamin bahwa klien dan atau
pengakuan legal mereka akan diberi peluang kesempatan untk berpartisipasi secara penuh dalam
treatment yang dimiliki tim.

b. Komunikasi. Konselor rehabilitasi akan menjamin bahwa ada pengertian timbal-balik yang
fair dari rencana rehabilitasi oleh semua agensi yang bekerja sama dalam proses rehabilitasi klien
dan berbagai encana rehabilitasi itu dikembangkan dengan pengertian timbal-balik tersebut.

c. Ketidaksepakatan. Konselor rehabilitasi akan mematuhi keputusan implementasi tim dalam


memformulasikan rencana rehabilitasi dan prosedur, bahkan ketika secara pribadi tidak setuju
dengan keputusan tersebut, kecuali keputusan tersebut melanggar kode etik.

d. Laporan. Knselor rehabilitasi akan berusaha untuk mengamankan laporan khusus yang layak
dan evaluasi, saat laporan itu menjadi sangat penting untuk perencanaan rehabilitasi dan atau
pengiriman layanan.

BAGIAN F : EVALUASI, ASSESMENT, DAN INTERPRETASI.

F.1. PERIZINAN YANG DIINFORMASIKAN

a. Penjelasan Kepada Klien. Sebelum melakukan assesment, konselor rehabilitasi akan


menjelaskan keaslian dan tujuan dari assesment dan kegunaan spesifik atas hasilnya dalam
bahasa yang mudah dipahami klien (atau kepada wakil klien yang berwenang atas nama klien).
Bagaimana pun juga apakah, penilaian dan interpretasi telah selesai oleh konselor rehabilitasi,
oleh asisten, oleh komputer atau layanan lain, konselor rehabilitasi akan mengambil langkah
logis untuk memastikan bahwa penjelasan yang layakk telah diberikan kepada klien.

b. Penerima Hasil. Kesejahteraan klien, pengertian eksplisit, dan persetujuan sebelumnya akan
penerima hasil tes. Konselor rehabilitasi akan memasukan interpretasi akurat yang baik dengan
berbagai hasil tes yang lulus.

F.2. PELEPASAN INFORMASI KEPADA PROFESIONAL YANG MAHIR

a. Penyalahgunaan Hasil. Konselor rehabilitasi tidak akan menyalahgunakan hasil assesment,


termasuk hasil tes dan interpretasi, dan akan mengambil langkah yang beralasan untuk mencegah
penyalahgunaan yang sama oleh pihak lain.

b. Pelepasan Data Mentah. Konselor rehabilitasi biasanya akan melepaskan data (misal:
protokol, catatan konseling atau wawancara, atau kuesioner) tentang identifikasi klien yang
diijjinkan oleh klien atau perwakilan resmi klien. Data tersebut akan dirilis oleh orang yang
diakui oleh konselor rehabilitasi yang berkompeten dalam interpretasi data.

You might also like