You are on page 1of 6

EVALUASI PE

DIDIKA

Oleh:
Rosnita

Pendidikan yang berkualitas membutuhkan upaya yang terus menerus untuk


selalu meningkatkan mutu pendidikan. Upaya tersebut memerlukan adanya usaha-usaha
kongkrit untuk meningkatan kualitas pembelajaran. Upaya apapun yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan tercapai tanpa adanya peningkatan kualitas
pembelajaran.
Oleh karena itulah berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
tentulah tidak dapat dilakukan secara parsial melainkan memerlukan upaya peningkatan
kualitas program pembelajaran secara menyeluruh karena hakikat kualitas pembelajaran
tersebut merupakan kualitas implementasi dari program pembelajaran yang telah
dirancang sebelumnya.
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran adalah
diperlukannya suatu informasi yang akurat dan adekwat mengenai hasil evaluasi terhadap
kualitas program pembelajaran sebelumnya. Hal itu berarti bahwa untuk melakukan
pembaharuan program pendidikan, tak terkecuali program pembelajaran yang sedang
ataupun yang telah berjalan sebelumnya. Oleh karena itulah agar dapat menyusun
program yang lebih baik, maka hasil evaluasi program sebelumnya merupakan acuan
yang terlalu riskan untuk diabaikan.

Evaluasi: Penilaian, Pengukuran dan Tes


Paling tidak ada tiga istilah yang selalu disebut-sebut dalam evaluasi, yaitu tes
(test/imtihan), pengukuran (measurement/muqayasyah), dan penilaian (assessment/al-
taqdir), satu sama lain memiliki kesamaan, tetapi dapat dibedakan secara spesifik.
Istilah tes (test) berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piringan
atau jambangan dari tanah liat. Istilah ini dipergunakan dalam lapangan psikologi dan
menjadi istilah sebagai metode psikologi untuk menyelidiki seseorang. Penyelidikan
tersebut dilakukan dengan memberikan suatu tugas kepada seseorang dan sampai sejauh
mana seseorang itu dapat menyelesaikan tugas atau masalah tersebut. Karena itu dalam
pembelajaran tes selalu didefinisikan sebagai suatu alat yang berisi serangkaian tugas
yang harus dikerjakan, atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur suatu aspek perilaku tertentu. Djemari Mardapi mendefenisikan, tes sebagai
salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak langsung,
yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan.1
Dengan demikian tes atau imtihan merupakan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu objek. Objek
ini bisa berupa kemampuan peserta didik, sikap, minat, maupun motivasi. Respons
peserta tes terhadap sejumlah pertanyaan menggambarkan kemampuan dalam bidang
tertentu. Itulah sebabnya, tes dipandang sebagai bagian tersempit dari evaluasi.
Pengukuran (measurement/muqayasyah) merupakan suatu proses atau kegiatan
untuk menentukan kuantitas “sesuatu”. Kata “sesuatu” di sini bisa berarti peserta didik,
guru, gedung sekolah, meja belajar, papan tulis, dan lain-lain. Dalam melakukan proses
pengukuran, haruslah menggunakan alat ukur, baik tes atau non tes, yang standar yaitu
memiliki derajat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itulah pengukuran
selalu didefinisikan sebagai proses kuantifikasi atau penetapan angka terhadap
kemampuan individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu.2 Dengan demikian,
hakikat dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik
atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu yang
dimaksudkan bisa berupa kemampuan pada ranah kognitif (nahiyah al-fikriyyah), afektif
(nahiyah al-mauqifiyyah), dan psikomotor (nahiyah al-harakah).
Terlihat jelas bahwa pengukuran memiliki konsep yang lebih luas dari pada tes.
Seseorang dapat mengukur karakateristik suatu objek tanpa menggunakan tes, yang biasa
disebut non tes, misalnya pengukuran yang mengunakan pengamatan, skala rating atau
cara lain untuk memperoleh informasi dalam bentuk kuantitatif.
Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi
(evaluation). Penilaian dalam konteks pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses

1
Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan on Tes (Yogyakarta: Mitra cendekia,
2008), h. 67.
2
R.L. Ebel and D.A. Frisbie, Essentials of Educational Measurement (Englewood Cliffs: Prentice-
Hall, Inc., 1986), h. 14. Lihat juga L. L. Oriondo and E. M.D. Antonio, Evaluating Educational
Outcomes:Test, Measurement and Evaluation,. (Manila: Rex Book Store, 1998), h. 2.
dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dari pertimbangan tertentu. Kegiatan penilaian harus dapat memberikan informasi
kepada pendidik untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu peserta
didik mencapai perkembangan belajarnya secara optimal. Implikasinya adalah kegiatan
penilaian harus digunakan sebagai cara atau teknik untuk mendidik sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran. Dalam hal ini W.J. Popham mendefinisikan penilaian
sebagai sebuah usaha secara formal untuk menentukan status siswa berkenaan dengan
berbagai kepentingan pendidikan.3 Sementara Strak and Thomas mendefinisikannya
sebagai “processes that provide information about individual students, about curricula or
programs, about institutions, or about entire systems of institutions”.4 Secara singkat
dapat dikatakan bahwa peniliaian itu merupakan suatu proses yang menyediakan
informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau program, tentang institusi atau
segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi. Dapat disimpulkan bahwa
assessment atau penilaian merupakan suatu kegiatan menafsirkan data dari hasil
pengukuran.
Akan halnya evaluasi (evaluation) memiliki makna yang berbeda dengan
pengertian penilaian, pengukuran maupun pengertian tes. Stufflebeam dan Shinkfield
menyatakan:
Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing descriptive and
judgmental information about the worth and merit of some object’s goals, design,
implementation, and impact in order to guide decision making, serve needs for
accountability, and promote understanding of the involved phenomena.5

Evaluasi sebagai suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan


sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) mulai dari
tujuan yang ingin dicapai, desain, implementasi dan dampaknya untuk suatu membuat
keputusan, membantu pertanggung jawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap
fenomena. Inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Berbagai persoalan masa lalu,

3
W. J. Popham, Classroom Assessment (Boston: Allyn and Bacon, 1995), h. 3.
4
J.S. Stark and A. Thomas, Assessment and Program Evaluation (Needham Heights: Simon &
Schuster Custom Publishing, 1994), h. 14.
5
D.L. Stufflebeam and A.J. Shinkfield, Systematic Evaluation (Boston: Kluwer Nijhof Publishing,
1985), h. 159.
merupakan informasi berharga. Al-Qur’an menegaskan bahwa setiap orang hendaklah
me…
Stark and Thomas menyebutkan bahwa National Study Committee on Evaluation
(Komite Studi Nasional tentang Evaluasi) dari UCLA membuat defenisi yang,
menyatakan: “Evaluation is the process of ascertaining the decision of concern, selecting
appropriate information, and collecting and analyzing information in order to report
summary data useful to decision makers in selecting among alternatives”.6 Hal itu berarti
bahwa evaluasi merupakan suatu proses atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis
dan penyajian informasi yang sesuai untuk mengetahui sejauh mana suatu tujuan
program, prosedur, produk atau strategi yang dijalankan telah tercapai, sehingga
bermanfaat bagi pengambilan keputusan serta dapat menentukan beberapa alternatif
keputusan untuk program selanjutnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan
proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan,
mengintepretasikan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai dasar
membuat keputusan dan atau menyusun kebijakan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi yang akurat dan objektif
tentang suatu program. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program,
dampak/hasil yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan
untuk program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan,
diperbaiki atau dihentikan. Jadi, evaluasi berfungsi untuk menentukan kualitas sesuatu,
terutama yang berkenaan dengan “nilai dan arti” sesuatu. Pemberian “nilai” dilakukan
apabila seorang evaluator memberikan pertimbangannya mengenai evaluan tanpa
menghubungkannya dengan sesuatu yang bersifat dari luar. Jadi, pertimbangan yang
diberikan sepenuhnya berdasarkan apa adanya evaluan itu sendiri. Sedangkan yang
berkaitan dengan “arti”, berhubungan dengan posisi dan peranan evaluasi dalam suatu
konteks tertentu.
Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement) yang
merupakan konsep dasar dari evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan
arti/makna dari sesuatu yang dievaluasi. Dalam memberikan pertimbangan tentang nilai

6
Stark and Thomas, Assessment, h. 12.
dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan
nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai
evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan: (1) hasil
evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, (2) evaluator lebih percaya diri, (3)
menghindari adanya unsur subjektivitas, (4) memungkinkan hasil evaluasi akan sama,
sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang berbeda, (5) memberikan kemudahan
bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.
Berdasarkan uraian di atas jelas terlihat persamaan dan perbedaan antara evaluasi,
penilaian, pengukuran dan tes yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Evaluasi

Penilaian

Pengukuran
Tes / Non Tes

Persamaan antara evaluasi dan penilaian terletak pada fungsi utamanya dalam
menilai atau menentukan nilai sesuatu, di samping itu juga alat yang digunakan untuk
mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif,
sementara pengukuran bersifat kuantitatif.7 Keduanya merupakan suatu proses membuat
keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang
lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya
terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan
penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas,
mencangkup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak
internal tetapi juga pihak eksternal.
Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran,
sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih
membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif tentang kemajuan belajar peserta
didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian

7
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 3.
tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil
pengamatan dan wawancara yang disebut non tes.

You might also like