Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Beberapa reaksi kimia dalam tubuh makhluk hidup terjadi sangat cepat. Hal ini
terjadi karena adanya suatu zat yang membantu proses tersebut. Apabila zat ini tidak
ada, maka proses tersebut berjalan lambat atau tidak berlangsung sama sekali. Zat
tersebut adalah enzim atau fermen.
Enzim adalah biokatalisator, yang artinya dapat mempercepat reaksi-reaksi biologi
tanpa mengalami perubahan struktur kimia. Menurut Kuhne, seorang ahli yang banyak
melakukan penyelidikan tentang fermentasi pada tahun 1878, enzim berasal dari kata in
dan zyme yang berarti sesuatu di dalam ragi.
Enzim terdiri atas bagian yang berupa protein dan bagian lain yang bukan protein.
Bagian yang berupa protein biasanya bersifat termolabil atau tidak tahan panas, yang
disebut apoenzim. Bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif dan diberi nama
gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga, seng, atau suatu bahan
senyawa organik yang mengandung logam. Apoenzim dan gugus prostetik merupakan
suatu kesatuan yang disebut holoenzim. Ada pula enzim yang bagian apoenzim dan
gugus prostetiknya tidak bersatu. Bagian gugus prostetik yang lepas disebut koenzim,
yang bersifat aktif seperti halnya gugus prostetik.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Menjelaskan pengertian dari enzim
2. Menjelaskan tata nama dan kekhasan enzim
3. Menjelaskan fungsi dan cara kerja enzim
4. Menjelaskan penggolongan enzim
5. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim
6. Menjelaskan pengertian dan peranan koenzim
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian enzim
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.
Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh
enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme
sel akan terhambat hingga partum.
Pada umumnya enzim tersusun dari protein. Protein penyusun enzim dapat berupa
protein sederhana atau protein yang terikat pada gugusan non-protein. Banyak enzim
yang hanya te Enzim tersusun atas protein (Apoenzim), tersedia di alam dan mengontrol
pembentukan dan dekomposisi bahan-bahan penting yang ada di sayuran, buah-buahan
dan hewan. Reaksi biokimia yang paling sering saat mengaplikasian enzim secara
industri adalah peruraian hidrolitik komponen bahan pangan yang memiliki berat
molekul (BM) tinggi seperti pati, protein, selulosa, dan sebagainya.rdiri protein saja,
misal tripsin.
2
Kelompok enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut fungsinya,
misalnya hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalis
dalam reaksi hidrolisis. Karena itu disamping nama trivial (biasa) maka oleh
Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry telah ditetapkan
pula tata nama yang sistematik disesuaikan dengan pembagian atau penggolongan
enzim yang didasarkan pada fungsinya.
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu.Kekhasan inilah
ciri suatu enzim. Ini sangat berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat
bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim Urease hanya bekerja terhadap urea
sebagai substratnya. Ada juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu substrat,
namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu. Misalnya Esterase dapat
menghidrolisis beberapa ester asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat
lain yang bukan ester. Suatu contoh tentang kekhasan ini misalnya enzim Arginase
bekerja terhadap L-Arginin dan tidak terhadap D-Arginin. Suatu enzim dikatakan
mempunyai kekhasan nisbi apabila ia dapat bekerja terhadap beberapa substrat
misalnya, esterase dan D-Asam amino Oksidase yang dapat bekerja D-asam amino dan
L-asam amino tetapi berbeda kecepatannya. Karena adanya kekhasan ini maka suatu
enzim dapat digunakan untuk memisahkan komponen D dari L pada suatu campuran
rasemik.
1. Enzim dibagi menjadi enam klas, berdasarkan jenis reaksi yang dikatalisisnya,
masing-masing di bagi lagi menjadi 4-13 subklas.
2. Nama enzim terdiri atas 2 bagian. bagian pertama menunjukkan substrat,
sedangkan bagian kedua menunjukkan tipe reaksi yang dikatalisisnya ditambah
akhiran –ase.
Contoh : Alkohol : NSD oksidoreduktase = alkohol dehidrogenasi yang
mengkatalisis di bawah ini :
Alkohol + NAD+-----+aldehid atau keton + NADH + H+.
Alkohol sebagai substrat enzim tersebut, NAD+ bertindak sebagai ko-substrat,
sedangkan oksidoreduktase menunjukkan bahwa enzim tersebut mengkatalisis
reaksi oksidasi-reduksi.
3
3. Apabila diperlukan informasi tambahan, untuk menjelaskan reaksi, dapat
dituliskan dalam tanda kurung pada bagian akhir.
Contoh : Enzim yang mengkatalisis reaksi L-malat + NAD+ ® piruvat + CO2 +
NADH + H + diberi nama L-malat : NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).
Enzim yang dimaksud mengkatalisis reaksi oksidasi reduksi yang disertai dengan
pelepasan CO2 (dekarboksilasi).
4
2. Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory), diusulkan oleh Daniel
Koshland pada tahun 1958. Menurut teori ini, enzim tidak merupakan struktur
yang spesifik melainkan struktur yang fleksibel. Bentuk sisi aktif enzim
hanya menyerupai substrat. Ketika substrat melekat pada sisi aktif enzim, sisi
aktif enzim berubah bentuk untuk menyerupai substrat.
b. Fungsi Enzim
Sebagai katalis, enzim sangat luar biasa fungsinya, yaitu :
1. Mempunyai daya katalitik yang sangat baik; jauh lebih baik dari katalis
anorganik atau sintetik (kecepatan Reaksi dapat meningkat sampai 1 juta kali).
3. Dapat berfungsi baik dalam larutan pada pH dan suhu sedang (kondisi
physiologic).
5
D. PENGGOLONGAN ENZIM
Enzim dapat digolongkan berdasarkan tempat bekerjanya, substrat yang dikatalisis,
daya katalisisnya, dan cara terbentuknya. Umumnya pemberian nama enzim didasarkan
atas nama substrat yang dikatalisis atau daya katalisisnya dengan penambahan kata –
ase. Misal proteinase adalah enzim yang dapat mengkatalisis pemecahan protein.
6
c. Hidrolase
Enzim ini mengkatalisis reaksi-reaksi hidrolisis, dengan contoh enzim adalah:
- Karboksilesterase adalah hidrolase yang menghidrolisis gugusan ester karboksil.
- Lipase adalah hidrolase yang menghidrolisis lemak (ester lipida).
- Peptidase adalah hidrolase yang menghidrolisis protein dan polipeptida
d. Liase
Enzim ini berfungsi untuk mengkatalisis pengambilan atau penambahan
gugusan dari suatu molekul tanpa melalui proses hidrolisis, sebagai contoh adalah:
- L malat hidroliase (fumarase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan air
dari malat sehingga dihasilkan fumarat.
- Dekarboksiliase (dekarboksilase) yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi pengambilan
gugus karboksil.
e. Isomerase
Isomerase meliputi enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi isomerisasi, yaitu:
- Rasemase, merubah l-alanin D-alanin
- Epimerase, merubah D-ribulosa-5-fosfat D-xylulosa-5-fosfat
- Cis-trans isomerase, merubah transmetinal cisrentolal
- Intramolekul ketol isomerase, merubah D-gliseraldehid-3-fosfat dihidroksi
aseton fosfat
- Intramolekul transferase atau mutase, merubah metilmalonil-CoA suksinil-CoA
f. Ligase
Enzim ini mengkatalisis reaksi penggabungan 2 molekul dengan dibebaskannya
molekul pirofosfat dari nukleosida trifosfat, sebagai contoh adalah enzim
asetat=CoASH ligase.
7
adalah enzim yang berperan dalam menentukan sifat selektif permiabel dari membran
sel.
b. Enzim adaptif
Perubahan lingkungan mikroba dapat menginduksi terbentuknya enzim tertentu. Induksi
menyebabkan kecepatan sintesis suatu enzim dapat dirangsang sampai beberapa ribu
kali. Enzim adaptif adalah enzim yang pembentukannya dirangsang oleh adanya
substrat. Sebagai contoh adalah enzim beta galaktosidase yang dihasilkan oleh bakteri
E.coli yang ditumbuhkan di dalam medium yang mengandung laktosa. Mulamula E.
coli tidak dapat menggunakan laktosa sehingga awalnya tidak nampak adanya
pertumbuhan (fase lag/fase adaptasi panjang) setelah beberapa waktu baru
menampakkan pertumbuhan. Selama fase lag tersebut E. coli membentuk enzim beta
galaktosidase yang digunakan untuk merombak laktosa.
1. Substrat (reaktan)
Kecepatan reaksi enzimatik umumnya dipengaruhi kadar substrat. Penambahan
kadar substrat sampai jumlah tertentu dengan jumlah enzim yang tetap, akan
mempercepat reaksi enzimatik sampai mencapai maksimum. Penambahan substrat
selanjutnya tidak akan menambah kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi enzimatik juga
8
dipengaruhi kadar enzim, jumlah enzim yang terikat substrat (ES) dan konstanta
Michaelis (Km). Km menggambarkan mesetimbangan disosiasi kompleks ES menjadi
enzim dan substrat. Nilai Km kecilnberarti enzim mempunyai afinitas tinggi terhadap
substrat maka kompleks ES sangat mantap, sehingga kesetimbangan reaksi kearah
kompleks ES. Apabila nilai Km besar berarti enzim mempunyai afinitas rendah
terhadap substrat, sehingga kesetimbangan reaksi kearah E + S.
2. Suhu
Seperti reaksi kimia pada umumnya, maka reaksi enzimatik dipengaruhi oleh
suhu. Kenaikan suhu sampai optimum akan diikuti pula oleh kenaikan kecepatan reaksi
enzimatik. Kepekaan enzim terhadap suhu pada keadaan suhu melebihi optimum
disebabkan terjadinya perubahan fisikokimia protein penyusun enzim. Umumnya enzim
mengalami kerusakan (denaturasi) pada suhu diatas 50°C. Walaupun demikian ada
beberapa enzim yang tahan terhadap suhu tinggi, misalnya taka-diastase dan tripsin.
3. Kemasaman (pH)
pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Daya katalisis enzim menjadi rendah
pada pH rendah maupun tinggi, karena terjadinya denaturasi protein enzim. Enzim
mempunyai gugus aktif yang bermuatan positif (+) dan negatif (-). Aktivitas enzim akan
optimum kalau terdapat keseimbangan antara kedua muatannya. Pada keadaan masam
muatannya cenderung positif, dan pada keadaan basis muatannya cenderung negatif
sehingga aktivitas enzimnya menjadi berkurang atau bahkan menjadi tidak aktif. pH
optimum untuk masing-masing enzim tidak selalu sama. Sebagai contoh amilase jamur
mempunyai pH optimum 5, arginase mempunyai pH optimum 10.
9
menghambat enzim dehidrogenase suksinat pada pembentukan asam fumarat dari
suksinat. Struktur asam suksinat mirip dengan asam malonat. Dalam reaksi ini asam
malonat bersaing dengan asam suksinat (substrat) untuk dapat bergabung dengan bagian
aktif protein enzim dehidrogenase. Penghambatan oleh inhibitor dapat dikurangi dengan
menambah jumlah substrat sampai berlebihan. Daya penghambatannya dipengaruhi
oleh kadar penghambat, kadar substrat dan aktivitas relatif antara penghambat dan
substrat.
d. Penghambat represor
Represor adalah hasil akhir suatu rangkaian reaksi enzimatik yang dapat
mempengaruhi atau mengatur pembentukan enzim-enzim pada reaksi sebelumnya.
10
e. Penghambat alosterik
Penghambat alosterik adalah penghambat yang dapat mempengaruhi enzim
alosterik. Enzim alosterik adalah enzim yang mempunyai dua bagian aktif, yaitu bagian
aktif yang menangkap substrat dan bagian yang menangkap penghambat. Apabila ada
senyawa yang dapat memasuki bagian yang menangkap penghambat maka enzim
menjadi tidak aktif, senyawa penghambat tersebut merupakan penghambat alosterik.
Struktur senyawa penghambat alosterik tidak mirip dengan struktur substrat.
Pengikatan penghambat alosterik pada enzim menyebabkan enzim tidak aktif,
sehingga substrat tidak dapat dikatalisis dan tidak menghasilkan produk. Apabila enzim
menangkap substrat maka penghambat tidak dapat terikat pada enzim, sehingga enzim
dapat aktif mereaksikan substrat menjadi produk.
F. KOENZIM
Banyak enzim yang megatalisis proses pemindahan gugus dan reaksi lain
memerlukan, di samping substratnya, sebuah molekul organik sekunder yang dikenal
sebagai koenzim karena tanpa koenzim, enzim tersebut tidak aktif. Koenzim akan
memperbesar kemampuan katalitik sebuah enzim sehingga menjadi jauh melebihi
kemampuan yang ditawarkan hanya oleh gugus fungsional asam aminonya, yang
menyusun massa enzim tersebut. Koenzim yang berikatan secara erat dengan enzim
lewat ikatan kovalen atau gaya nonkovalen kerap kali disebut sebagai gugus prostetik..
Koenzim yang mampu berdifusi secara bebas umumnya berfungsi sebagai unsur
pembawa (yang didaur ulang secara kontinu) hydrogen (FADH), hidrida (NADH dan
11
NADPH), atau unit-unit kimia seperti gugus asil (koenzim A) atau gugus metil (folat),
membawanya bolak-balik antara tempat pembentukannya dan pemakaiannya. Oleh
karena itu, koenzim yang disebut belakangan ini dapat dianggap sebagai substrat
sekunder.
Jenis-jenis enzim yang membutuhkan koenzim adalah enzim yang mengatalisis
reaksi oksidoreduksi, pemindahan gugus serta isomerisasi, dan reaksi yang membentuk
ikatan kovalen (kelas IUB 1,2,5, dan 6). Reaksi lisis, termasuk reaksi hidrolisis yang
dikatalisis oleh enzim-enzim pencernaan, tidak memerlukan koenzim.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
12
1. Enzim merupakan senyawa organik bermolekul besar yang berfungsi untuk
mempercepat jalannya reaksi metabolisme di dalam tubuh tanpa
mempengaruhi keseimbangan reaksi.
2. Enzim diberi nama sesuai dengan nama substrat dan reaksi yang dikatalisis,
dan biasanya ditambah dengan akhiran –ase.
3. Fungsi enzim antara lain : menurunkan energi aktivasi, mpercepat reaksi pada
suhu dan tekanan tetap tanpa mengubah besarnya tetapan seimbangnya,dan
mengendalikan reaksi. Cara kerja enzim yaitu seperti teori kunci dan gembok,
serta teori ketepatan induksi.
4. Enzim memiliki enam golongan,yaitu: Oksireduktase, Transferase, Hidrofase,
Liase, Isomerase, dan Ligase.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim, antara lain : Konsentrasi dan
Kepekatan Enzim, Konsentrasi dan Kepekatan Substrat, Suhu, Pengaruh pH,
dan Pengaruh Aktivator dan Inhibitor.
6. Koenzim merupakan molekul organik kecil,tahan terhadap panas, yang
mudah terdisosiasi dan dapat dipisahkan dari enzimnya dengan cara dialysis.
B. SARAN
Peranan enzim dalam kesehatan sangat penting untuk itu manusia hendaknya
lebih menjaga kesehatan. Dan kami penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Kuchel, Philip dkk. 2006. Schaum’s Easy Ooutlines Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Maryati, Sri dkk. 2006. Biologi SMA Jilid 3 untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga.
Purba, Michael. 2008. Kimia SMA Jilid 3 untuk Kelas XII. Jakarta : Erlangga.
13
Poediadji,Anna dan FM. Titin Supriyanti.2006. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta :
Universitas Indonesia
http://www.scribd.com/enzyme
http://www.google.com
14