You are on page 1of 5

Sejarah Kemunculan Aswaja dilihat dari Latar Belakang Sosial Politik, dan Agama

Oleh : Anang Luqman Afandi


Jaman Rasulullah SAW. masih hidup, istilah Aswaja itu sudah pernah ada tetapi ti
dak menunjuk untuk kelompok tertentu atau aliran tertentu. Yang dimaksud dengan
Ahlussunah wal Jama ah ya orang-orang yang (ketika jaman Rasulullah ya ) adalah oran
g-orang Islam semuanya, yaitu orang-orang yang mengikuti Rasulullah, tradisi Ras
ulullah, kebiasaan Rasulullah yang disebut dengan As-Sunah dan mengikuti tradisi
yang dikembangkan para Shahabat, yang kemudian diistilahkan dengan Ahlussunah w
al Jama ah.
Ada sebuah hadits yang mungkin perlu saya kutipkan telebih dahulu yang kelihatan
nya ada hubungannya dengan apa yang akan kita bahas walaupun sebenarnya ini nant
i lebih tepatnya disampaikan pada sesi yang ke-2 yaitu tentang Ajaran Aswaja, te
tapi sebagai pengantar mungkin saya harus menyampaikan tentang hadits ini :Inna b
ani Israiila tafaraqot alaa tsintaini wasab iina milatan wa taftariqu ummati alaa ts
alatsi wasab iina milatan kuluhum finnaari illaaa milatan wakhidatan qooluu : wama
n hiya ya Rasulallahu qoola : maaa annaa alaihi wa askhabihi. Artinya : Rasululla
h SAW bersabda: Sesungguhnya bani Israil akan terpecah menjadi 70 golongan dan u
mmatku terpecah menjadi 73 golongan dan semuanya masuk neraka kecuali satu golon
gan. Para Shohabat bertanya : Siapa yang satu golongan itu? Rasulullah SAW. menj
awab : yaitu golongan dimana Aku dan Shahabatku berada. Hadits inilah yang serin
g digunakan oleh orang-orang NU sebagai salah satu dalil atau dasar tentang Ahlu
ssunah wal Jamaah. Nah saya tidak akan mempermasalahkan hadits ini atau mendisku
sikan tetapi saya akan melihat sejarah kemunculan paham.
Sejarah tentang paham atau aliran pemkiran Ahlussunah wal Jamaah itu kira-kira m
uncul mulai kapan? Tadi sudah dikatakan paham atau aliran Ahlussunah wal Jamaah
baik aliran keagamaaan atau aliran pemikiran pada zaman Nabi belum ada. Kalau is
tilahnya memang sudah. Coba kita bersama-sama melihat skema yang saya buat sebag
ai panduan: (gambar skema)P ernah membaca sejarah Islam ya ? Dalam sejarah Islam k
ita mengetahui bahwa Nabi Muhammad SAW. wafat, sebagai khalifah (kepala negara)
yang pertama terpilih itu siapa? Abu Bakar ash Sidiq. Beliau jadi khalifah itu d
itunjuk oleh Nabi Muhammad atau bagaimana? Kesepakatan atau musyawarah para saha
bat, dia terpilih melalui forum atau lembaga yang sangat demokratis. Jadi tidak
ditunjuk oleh Nabi tetapi melalui kesepakatan para Sahabat pada waktu itu. Kemud
ian ketika Abu Bakar ash Shidiq meninggal diganti oleh siapa? Umar bin Khattab.
Umar bin Khattab menjadi khalifah itu ditunjuk oleh abu bakar atau siapa? Ditent
ukan oleh para Sahabat tetapi bersifat tidak langsung. Setelah Umar wafat digant
i oleh Utsman bin Affan, juga melalui musyawarah. Inilah yang disebut sebagai da
sar-dasar demokrasi. Jadi demokrasi itu sudah jalan. Setelah Rasulullah SAW meni
nggal itu negara Islam yang pertama setelah Rasulullah SAW itu ditentukan melalu
i sistem demokrasi. Setelah Utsman wafat, yang terpilih menjadi khalifah itu sia
pa? Shahabat Ali bin Abi Thalib. Nah, kita melihat sejarah kemunculan Ahlussunah
wal Jamaah itu bisa ditelusuri sejak pemerintahan Ali bin Abi Thalib.Pada jaman
pemerintahan Utsman itu ada seorang Gubernur Syiria yang bernama Muawwiyah bin
Abu Sufyan. Nah ketika Ali bin Abi Thalib terpilih menjadi presiden/khalifah itu
Muawwiyah tidak setuju dan melakukan pemberontakan. Disini terjadi perang antar
a Ali melawan Muawwiyah.
Nah kita coba telusuri sejak ini kemunculannya (kemunculan Aswaja). Ini terjadi
sekitar tahun 35 40 H. Perang antara pasukan Ali dan Muawwiyah kira-kira dimenan
gkan oleh siapa? Ali bin abi Thalib. Akhirnya perang dimenangkan oleh Ali bin Ab
i Thalib. Dalam pertempuran-kalau kita baca sejarahnya- ketika Muawwiyah bin Abu
Sufyan pasukannya hampir terdesak dia mengibarkan berndera putih tanda menyerah
dengan Al Quran di atas minta perdamaian.Maka terjadilah perundingan antara Ali
bin Abi Thalib dengan Muawwiyah untuk merembug tentang perdamaian maka diutusla
h (cara sekarang diplomat), Ali bin Abi Thalib diwakili oleh Abu Musa al Asy ari k
emudian Muawwiyah diwakili oleh Amru bin Ash. Terjadi perundingan yang dalam sej
arah disebut dengan Tahkim. Nah dalam perundingan disini terjadi ketidak seimban
gan basic pengetahuan atau latar belakang keilmuan. Abu Musa al Asy ari adalah seo
rang Ulama, sedangkan Amru bin Ash adalah seorang politisi. Tadinya adalah pejab
at Gubernur, sementara Abu Musa adalah orang tua (kasepuhan) juga seorang tokoh
ulama. Sehingga terjadi ketidakseimbangan.Disinilah kemudian menimbulkan konflik
. Amru bin Ash mengatakan pada Abu Musa al Asy ari, Wahai Abu Musa, marilah kita pe
rtama-tama membuat kesepakatan bahwa pemerintahan itu berada ditengah-ditengah (
kosong/tidak ada yang menduduki). Marilah kita umumkan kepada publik bahwa sebel
um perundingan dimulai pemerintahan kosong atau tidak diduduki baik oleh pemerin
tah yang sah (Ali bin Abu Thalib) maupun Muawwiyah . Nah kemudian Abu Musa al Asy ar
i setuju : Kalau memang itu jalan terbaik, setuju saya. Setelah setuju dia mengata
kan : Siapa dulu yang akan mendeklarasikan, akan mengumumkan kepada publik bahwa
pemerintahan itu kosong? di sini nalar politik Amru bin Ash mulai bermain, Ini kar
ena panjenengan itu lebih sepuh, lebih alim maka panjenengan dulu yang mengataka
n . Akhirnya naiklah mimbar, diumumkan oleh Abu Musa Al asy ari: Wahai saudara-saudar
a kaum Muslimin, penduduk Makkah dan Madinah yang saya hormati, dengan ini saya
Abu Musa Al Asy ari mewakili pemerintahan yang sah (Ali bin Abi Thalib) meletakkan
jabatan . Akhirnya jabatan khalifah Ali itu diletakkan. Seharusnya yang kedua (Am
ru bin Ash) mengatakan hal yang serupa. Akan tetapi ternyata ketika naik panggun
g Amru bin Ash mengatakan: Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia, Abu Mus
a Al Asy ari mewakili khalifah Ali telah meletakkan jabatan, maka dengan ini jabat
an khalifah saya ambil untuk diserahkan pada Muawwiyah bin Abu Sofyan . Nah akhirn
ya, ketika perang itu Sahabat Ali yang menang, tetapi ketika perundingan Muawwiy
ah yang menang karena taktik politik. Nah akhirnya yang kalah (kubu Ali) inilah
terpecah menjadi 2 golongan yaitu Syiah dan Khawarij.Yang Syiah adalah pendukung
setia Ali. Sedangkan Khawarij tidak setuju Muawwiyah dan tidak setuju Ali karen
a alasanya karena membuat keputusan hukum tidak menggunakan hukum Allah atau huk
um Al Qur an sehingga Khawarij (Kharaja: keluar). Nah sehingga pada masa pemerinta
han Muawwiyah awal ini, masyarakat ummat Islam itu sudah terpecah menjadi 3 golo
ngan. Yang pertama pengikut Ali yang setia, yang kedua golongan yang menolak Ali
dan Muawiyah, yang ketiga adalah pendukung Muawwiyah.
Disinilah pada tahun sekitar akhir 40an Hijriah ini ummat Islam yang tadinya sat
u terpecah menjadi 3 golongan (Syiah, Khawarij dan pendukung Muawiyyah).Kemudian
dalam rangka melanggengkan kekuasaan (kekuasaan mulai turun temurun/dinasty) Mu
awiyah membuat aliran keagamaan yang dikenal dengan Jabariyyah. (Disini ada juga
masyarakat muslim yang netral, tidak ngeblok kesana maupun kesini atau golput t
idak ikut faksi politik) Semua masyarakat pada waktu itu kecuali golongan Muawiy
yah memandang bahwa perebutan kekuasaan dari tangan Ali ke Muawiyyah tidak melal
ui proses politik yang benar atau tidak mengindahkan etika politik Islam. Kemudi
an khalifah membuat paham keagamaan Jabariyyah yang antara lain mengatakan bahwa
: Semua yang terjadi di dunia ini adalah kehendak Allah. Termasuk Muawiyyah salah
ketika memerangi Ali, tetapi bahwa Muawwiyah menang itu juga sudah dikehendaki
oleh Allah . Pendeknya semua apapun yang dilakukan manusia adalah sudah dikehendak
i dan dinginkan oleh Allah. Inilah ajaran dari paham Jabariyyah. Sehingga kemunc
ulan paham Jabariyah ini adalah dalam rangka untuk kepentingan politik untuk mel
egitimasi kekuasaan bani Muawiyah bin Abu Sufyan yang mengatakan bahwa manusia i
ni tidak punya kekuasaan untuk berkehendak. Semuanya sudah dikehendaki oleh Alla
h SWT. Banyak Ayat al Qur an yang dipakai/disitir untuk melegitimasi diantaranya a
dalah : Wamaa ramaita idzromaita walaaa kinnalllaaha ramaa Ada ayat Al Qur an yang meng
atakan bahwa tidaklah engkau memanah ketika engkau memanah, melainkan Allahlah y
ang memanah. Ini salah satu ayat yang digunakan oleh para ulama, para kyai yang
mendukung aliran Jabariyah mungkin para ulama, para kyai yang ingin dekat dengan
kekuasaan, ingin mendapatkan fasilitas dari kekuasaan, mungkin mendukung aliran
ini dan ikut menyebarkan. Nah inilah yang kemudian kita menyebutnya sebagai aja
ran fatalisme. Mengapa Muawiyyah menyebarkan ajaran paham Jabariyah? Karena untu
k melindungi cara-caranya ketika mengalahkan Ali melalui peristiwa Tahkim atau a
rbitrase. Nah kemudian dari akibat paham Jabariyah ini kemudian muncul banyak pe
ngemis.Ekonomi itu hancur, manusia banyak yang tidak berusaha (Hanya menjalankan
rutinitas ritual peribadatan tanpa berusaha mencari rizky, karena memandang bah
wa rizky itu sudah diatur oleh Allah, akan datang dengan sendirinya). Sebagai pe
rimbangan kemudian muncullah paham baru yang dipelopori oleh cucu Ali bin Abu Th
alib (Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib) yang bernama Qodariy
ah. Paham ini mengajarkan sebaliknya dari paham Jabariyah. Bahwa manusia ini yan
g berkehendak atau yang berkuasa, Allah tidak turut campur terhadap apa yang dil
akukan oleh manusia. Oleh karena manusia berkehendak, Allah tidak turut campur m
aka manusia harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Paham ini dalam rangk
a melawan terhadap berkembangnya paham Jabariyah, ini juga menggunakan ayat-ayat
Al Quran diantaranya misalnya tentang: maa yughoyu ruqomun khatta yughoyuru bi anf
usihim Artinya : tidak akan berubah suatu kaum kecuali kaum itu yang merubah . Nah di
sini mulai ada reformasi (pembaruan). Kemudian khalifah bani Muawiyyah ini digul
ingkan oleh kekhalifahan Abassiyah (Muawiyyah = Umayyah). Kekhalifahan Abassiyah
ini murni, pemerintahannya memang maju pesat. Karena berprinsip bahwa manusia t
idak bisa mengandalkan pada takdir, tetapi kalau ingin maju maka harus merubah d
irinya sendiri. Kemudian aliran qodariyah ini pada zaman Abassiyah (kalau sebelu
mya hanya sekedar menjadi kritik atas paham Jabariyah) menjadi spirit pembanguna
n negara yang kemudian turunannya (dengan sedikit modifikasi) kita kenal sebagai
paham Mu tazilah.Paham Mu tazilah ini karena pada mulanya dalam rangka memberi keku
atan pada manusia bahwa manusia mempunyai kehendak, dan prinsipnya dia menggunak
an prinsip akal, segala sesuatu yang masuk akal, segala sesuatu harus dirasional
kan, sehingga ini keblabasan karena semuanaya serba akal dan kehendak manusia (a
kal mutlak). Sampai ada terjadi peristiwa ketika salah satu keturunan Abassiyah
ini menggunakan paham Mu tazilah sebagai paham resmi negara, sehingga timbul korba
n yang tidak mengikuti paham Mu tazilah dibunuh dan lain sebagainya.
Nah akhirnya lahirlah seorang ulama besar (dulunya pengikut Mu tazilah) yang berna
ma Abu Hasan Al Asy ari menyatakan diri keluar dari paham Mu tazilah. Beliau berada
di tengah, tidak mengikuti dua kubu ekstrim Jabariyah maupun Qodariyah. Beliau m
emproklamasikan kembali pada maa anna alaihi wa ashabihi sebuah kelompok dimana Ra
sulullah dan para Sahabat berada di dalamnya. Nah paham tengah ini yang merujuk
kepada maa alaihi wa ashabihi yang kemudian oleh Abu Hasan Al Asy ari ini disebut
sebagai Ahlussunah wal Jama ah.Kalau paham Qodariyah dan paham Mu tazilah itu mengat
akan bahwa manusia punya kehendak (free will). Sedang paham Jabariyah itu mengat
akan bahwa manusia itu tidak punya kehendak (fatalisme/taqdir). Nah, dalam teolo
gi Aswaja yang dirumuskan Abu Hasan Al Asy ari ini menyatakan bahwa manusia itu pu
nya kehendak Akan tetapi kehendak itu diketahui oleh Allah. Manusia punya kehend
ak tetapi kehendak itu dibatasi oleh taqdir Allah. Jadi kalau Jabariyah ini murn
i taqdir apapun yang dia lakukan adalah taqdir, termasuk ketika mencuri sekalipu
n. Misalanya ketika ditanya: Kenapa kamu mencuri..? Maka Jabariyah akan menjawab: L
ha wong saya ditaqdirkan mencuri, maka jangan salahkan saya donk, tanyakan sama
Allah . Ini didobrak habis-habisan oleh Qodariyah yang mengedepankan tanggung jawa
b individu dengan kehendak bebas manusia, yang pada kelanjutannya keblabasan men
jadi paham yang merasionalkan ajaran-ajaran agama (Mu tazilah). Kemudian lahirlah
paham tengah-tengah Ahlussunah wal Jama ah, konteksnya kembali pada semanagat awal
Islam ma anna alaihi wa ashabihi yang dipelopori oleh dua ulama besar pada wakt
u itu Abu Hasan Al Asy ari dan Abu Mansur Al Maturidi, ini dalam bidang teologi/ta
uhid.Kemudian dalam bidang Fiqih lahirlah ulama-ulama besar yang merumuskan fiqi
h dengan mendasarkan kepada Ahlussunah, artinya kepada kebiasaan-kebiasaan Rasul
ullah dan para Sahabat (para Sahabat itu artinya wal Jama ah ya ) kemudian lahirlah
Imam Ahmad bin Hanbal (Imam Hambali), kemudian Imam Malik, Imam Syafi i, kemudian
Imam Hanafi. Imam Ahmad bin Hanbal inilah yang merupakan korban dari kekuasaan B
ani Abassiyah ketika mengharuskan warganya menggunakan aliran yang dikembangkan
oleh Mu tazilah dalam bidang Fiqih. Dan masih banyak imam-imam yang lain tetapi ya
ng paling kita kenal adalah ini, yang kita sebut dengan empat madzhab.
Sehingga orang Ahlussunah wal Jama ah sering dikatakan: orang Islam yang secara teo
logi mengikuti ijthad Abu Hasan Al Asy ari dan Abu Mansur Al Maturidi dan secara F
iqih mengikuti ijtihad salah satu madzhab yang empat yaitu Imam Ahmad bin Hanbal
, Imam Maliki, Imam Syafi i dan Imam Maliki kemudian dalam bidang tasawuf mengikut
i ijtihad ulama besar Imam Al Ghazali.
Inilah kemudian kita sampai pada pengertian Aswaja. Pertama kalau kita melihat i
jtihadnya ulama-ulama tersebut di atas maka pengertian yang pertama adalah. Defi
nisi kedua adalah (melihat cara berpikir dari berbagai kelompok aliran yang bert
entangan); orang-orang yang memiliki metode berpikir keagamaan yang mencakup asp
ek kehidupan yang berlandaskan atas dasar moderasi menjaga keseimbangan dan tole
ransi. Ahlussunah wal Jama ah ini tidak mengecam Jabariyah, Qodariyah maupun Mu tazi
lah akan tetapi berada di tengah-tengah dengan mengembalikan pada ma anna alaihi
wa ashabihi.Nah itulah latar belakang sosial dan latar belakang politik munculn
ya paham Aswaja. Jadi tidak muncul tiba-tiba tetapi karena ada sebab, ada ekstri
m mutazilah yang serba akal, ada ekstrim jabariyah yang serba taqdir, aswaja ini
di tengah-tengah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Aswaja sebagai sebuah
paham keagamaan (ajaran) maupun sebagai aliran pemikiran (manhajul fiqr) kemunc
ulannya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh dinamika sosial politik pada waktu i
tu, lebih khusus sejak peristiwa Tahqim yang melibatkan Sahabat Ali dan sahabat
Muawiyyah sekitar akhir tahun 40 H.
Demikian yang bisa saya sampaikan tentang latar belakang kemunculan Ahlussusnah
wal Jama ah dilihat dari latar belakang sosial dan politik.
SESSI II : Tanya Jawab
Pertanyaan ;1. Penggambaran atau representasi golongan Syiah atau Ahlussunah Wal
Jama ah dalam masyarakat Islam di dunia sekarang ini secara geografis tersebar di
mana saja?2. Apakah Islam Aswaja di Indonesia sama dengan Islam Aswaja di belah
an dunia lain (Timur Tengah misalnya)?3. Apakah Muhammadiyah itu Aswaja?
Jawab :1. Ahlussunah wal Jama ah dalam bahasa sekarang dikenal juga dengan nama Is
lam Sunni tersebar di daerah Irak, Arab Semenanjung (Yaman dan sekitarnya), Pant
ai Utara Afrika (Maroko, Aljazair, Tuniasi), daerah trans Asia atau Kukasus (Uzb
ekistan, Kirgystasn, Tadzikistan, Pakistan) dan Asia Tenggara (Malaysia, Indones
ia, Moro). Syiah tersebar di Iran, sebagian Turki dan Irak.2. Islam Sunni di Ind
onesia dengan Arab pada dasarnya sama cuma di Indonesia yang direpresentasikan d
alam organisasi NU mempunyai karakteristik lokal yang berbeda dengan Arab. Secar
a syar i sama cuma berbeda dalam penerapannya. Misalnya di Jawa ada mithoni, tahli
l, dll. Di arab tidak ada. Jadi hanya berbeda secara praksis metodologis. NU itu
tidak hanya Sunni karena mengikuti secara ajaran akan tetapi juga cara berpikir
nya.3. Apakah Muhammadiyah Sunni? Iya cuma bedanya dengan NU mereka tidak mengak
omodir tradisi-tradisi lokal. Aswajanya Muhammadiyah itu dekat dengan Mu tazilah (
Abu Mansur al Maturidi) cuman mereka tidak mau menggunakan embel-embel Ahlussuna
h wal Jama ah. Kenapa kita komit dengan hal ini? Karena dalam rangka dakwah Islam.
(penyebaran Islam dengan metode pendekatan lokal)
Pertanyaan:1. Tujuan Ahlussunah wal Jama ah?
Jawab :1. Mengembalikan kemurnian ajaran Islam seperti pada waktu zaman Rasulull
ah dan Sahabat, ma anna alaihi wa ashabihi.
Pertanyaan :1. Islam terpecah menjadi 73 golongan yang masuk surga hanya 1 golon
gan yaitu Aswaja, apakah yang masuk surga cuma Aswaja bagaimana dengan yang lain
.2. Apakah yang namanaya Aswaja itu cuman nama atau yang lainnya, bagaimana deng
an Syiah yang banyak ahlul baitnya?Bagaimana dengan madzhab lainnya misal madzha
b Ja fari yang masih dzuriyah Rasul. (Salim Sukoco, SMU N 3 Pwt)3. Moderasi itu ap
a?4. Mengapa Aswaja itu mengklainm diri bahwa dia adalah ummat dimana nabi dan s
ahabtnya itu berada. (Lya Zulfa Hanum, SMU N 2 Pwt)5. Apakah Aswaja itu mengenal
batasan-batasan dalam bermadzhab (Astri Istikharoh, SMU N 1 Purwokerto)
Jawab :1. Bahwa yang dikenal oleh Aswaja itu adalah empat madzhab tersebut, teta
pi ada madzhab Imam Ja fari yang tidak berdiri sendiri akan tetapi punya kecenderu
ngan pada 4 madzhab tersebut, jadi tidak keluar.2. Apakah Aswaja ini sebuah kelo
mpok tersendiri sehingga kelompok-kelompok lainnya itu tidak masuk surga? Saya r
asa kalau kita melihat arti letter lex-nya: Ahlu artinya pengikut, Sunnah yaitu
pengikut tradisi atau kebiasaan Nabi, wal Jama ah dan para Sahabat Nabi. Itu tidak
mesti sekelompok orang, tetapi kalau dalam paham keagamaan ya mungkin orang Jaba
riyahpun, Syiahpun, dll. Ketika masih dalam ma anna alaihi wa ashabihi maka dia
termasuk dalam aswaja. Jadi aswaja tidak bisa dijadikan secara ekstrim milik say
a, maka saya yang menjadi paling sah masuk surga (ini berarti tidak aswaja karen
a tidak moderat), boleh jadi orang yang mengaku mengikuti Awaja tetapi tidak men
jadi Ahlusunah dan Jamaah para Sahabat maka dia tidak akan masuk surga walaupun
mengaku diri sebagai NU atau aswaja. Jadi secara luas aswaja tidak bisa dikelomp
okkan menjadi kelompok tersendiri. Kelompok yang akan masuk surga itu siapa? Buk
an kelompok-kelompok seperti yang telah disebutkan akan tetapi siapapun yang ma
anna alaihi wa ashabihi.3. Ahlul bait ketika kafirpun saya rasa tidak akan masuk
surga. Jelasnya yang akan masuk surga itu bukan kelompok tertentu apalagi seked
ar berdasarkan garis keturunan, akan tetapi siapapun yang berperilaku Ahlussunah
wal Jama ah ma anna alaihi wa ashabihi.4. Moderasi adalah tidak ekstrim di dalam m
engambil sikap-sikap politik, budaya, keagamaan, dll.5. Pada umumnya di Indonesi
a itu bermadzhab Syafi i akan tetapi bermadzhab lainpun boleh asal konsisten
Pertanyaan :1. Apakah semua ummat Islam yang tidak aswaja pasti masuk neraka ata
u tidak akanmasuk surga, padahal di kan beriman. Jadi seharusnya setiap orang Is
lam itu masuk surga entah aswaja entah tidak.2. Bagaimana tentang tindakan ekstr
im kaum beragama di Indonesia yang menurut mereka juga itu sebagai Sunnah Rasul.
Siapa yang merumuskan Aswaja seperti itu (moderasi, dll.).3. Aswaja bagaimanapu
n terkait dengan politik, agaimana kondisi sosial budaya masyarakat pada waktu i
tu (munculnya Aswaja) (Budi, SMU N 2 Pwt)4. Mengapa terjadi perbedaan dalam hal
fiqh ibadah antara sesama ulama ahlussunah?5. Mengapa aswaja yang tadinya politi
k bisa masuk dalam sistem peribadatan kita (ummat Islam) (Suparno, SMU N 2 Purwo
kerto)Jawab :1. Siapakah yang diklaim masuk surga atau neraka? Karena haditsnya
sahih maka yang masuk surga adalah yang : maa anna alaihi wa ashabihi (siapa yan
g masuk golongan itu? Hanya Tuhan yang tahu)2. Kesimpulan bahwa aswaja adalah me
tode berpikir dirumuskan berdasarkan sejarah munculnya aliran aswaja, disimpulka
n oleh siapa? Tentang aswaja sebagai ajaran oleh KH Hasyim Asy ari, Aswaja sebagai
Manhaj berpikir dirumuskan oleh generasi pembaru NU.3. Aswaja muncul karena uns
ur politik kenapa masuk dalam ibadah dan tauhid? Politik memunculkan aliran-alir
an keagamaan, aswaja berfungsi meluruskan. Jadi Aswaja muncul bukan karena mempu
nyai kepentingan politik praktis akan tetapi sebagai reaksi dari keadaan politik
yang berbahaya bagi ajaran agama.4. Perbedaan fiqh karena menyesuaikan dengan s
ituasi dan kondisi dimana hukum itu di buat, misal Imam Syafi i membuat dua hukum
yang berbeda ketika di Baghdad dan Mekkah. Sumbernya kan satu Qur an dan Hadits, l
alu kenapa prakteknya berbeda? Ini hanya masalah tafsir, perbedaan umatku adalah
rahmat. Perbedan ini ada yang tekstualis dan kontekstualis. Misalnya tentang Sa
laman. Hukum aslinya tidak boleh yang bukan muhrim (ini teks), kemudian secara k
ontekstual : kenapa tidak boleh? Karena dikhawatirkan syahwat, kemudian ada ulam
a yang berpendapat berarti kalau tidak syahwat boleh. Inilah yang menyebabkan me
ngapa dalam praksisnya bisa berbeda. Jangankan antar madzhab, antar ulama satu m
adzhab saja bisa berbeda. Kenapa bisa terjadi perbedaan: 1. Berbeda cara memaham
inya 2. Berbeda latar belakangnya (kondisi masyarakat, dll.). Misalnya begini: k
enapa kalau pakai celana disunahkan di atas entho-entho di Mekkah? Karena dikhaw
atirkan kena najis karena tanahnya berpasir. Pakaian ulama di tempat lain juga p
asti berbeda-beda. Perbedaan lain misal pada qunut nazilah (pada waktu perang),
dll.

You might also like