You are on page 1of 2

“Halal Bi Halal”

Merajut ukhuwah
ََ َ َ
‫م‬ْ ُ ‫ن قُلُوبِك‬ َ ْ ‫ف بَي‬ َ ّ ‫م أَعْدَاءً فَأل‬ ْ ُ ‫م إِذ ْ كُنْت‬ْ ُ ‫ة الل ّهِ ع َلَيْك‬ َ ْ‫ميعًا وََل تَفََّرقُوا وَاذ ْكُُروا نِع‬
َ ‫م‬ َ ِ‫ل الل ّه‬
ِ ‫ج‬ ِ ْ ‫حب‬
َ ِ ‫موا ب‬ُ ‫ص‬ ِ َ ‫وَاعْت‬
َ َ َ
ِ‫م ءَايَاتِه‬ ْ ُ ‫ه لَك‬ ُ ّ ‫ن الل‬ َ ِ ‫منْهَا كَذَل‬
ُ ِّ ‫ك يُبَي‬ ِ ‫م‬ ْ ُ ‫ن النَّارِ فَأنْقَذ َك‬ َ ‫م‬ ِ ٍ‫حفَْرة‬ َ ‫م عَلَى‬
ُ ‫شفَا‬ ْ ُ ‫خوَانًا وَكُنْت‬
ْ ِ ‫متِهِ إ‬َ ْ‫م بِنِع‬
ْ ُ ‫حت‬ ْ ‫فَأ‬
ْ َ ‫صب‬
َ
‫ن‬
َ ‫م تَهْتَدُو‬ْ ُ ‫لَعَل ّك‬
“Dan berpeganglah kamu semua kepada tali (agama) Allah, dan janganlah, kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat
Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan diantara hatimu lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk .”(Q.S. Ali Imran: 103)
Menurut Dr. M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul “membumikan Al Qur ‘an” bahwa “Halal Bi Halal
adalah kata majemuk yang terdiri atas pengulangan kata “halal”, di impit oleh satu huruf (kata penghubung) “Ba” (baca Bi)
kalau kata majemuk tersebut diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yakni “Acara Maaf-maafan pada hari lebaran”,
maka dalam Halal Bi Halal terdapat unsur silatur rahmi. Pengertian kedua kata tersebut dapat menjadi sangat luas seperti apa
yang dikemukakan berikut ini. Kemudian beliau menulis: Kita tidak menemukan dalam Al-Qur’an atau Hadits suatu
penjelasan tentang arti “Halal Bi Halal”. Istilah tersebut memang khas Indonesia, bahkan boleh jadi pengertiannya akan
kabur di kalangan bukan bangsa Indonesia, walaupun yang bersangkutan. paham ajaran agama dan bahasa Arab.
Manusia akan senantiasa mendapatkan rahmat Allah jika mereka suka melakukan silaturrahmi. Karena silaturrahmi
merupakan salah satu tanda keakraban persaudaraan antara mereka. Pada dasarnya manusia berasal dan pasangan Adam AS
dan istrinya Hawa, dari rahim Hawa (rahim yang satu) lahirlah anak keturunannya yang kemudian melahirkan manusia-
manusia dan termasuk kita. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 1.
Idul Fitri
Id artinya kembali dan Fitri artinya “agama yang benar”. Fitrah berarti kesucian dapat dipahami dan bahkan bisa
dirasakan maknanya pada saat anda duduk termenung seorang diri. Ketika pikiran anda mulai tenang, kesibukan hari-hari
anda dapat teratasi, akan terdengar suara nurani yang mengajak anda untuk berdialog dengan Sang Pencipta. Yang mengantar
anda untuk menyadari betapa lemahnya manusia di hadapan-Nya. dan betapa kuasanya Sang Khalik Yang Agung. Suara yang
anda dengarkan itu adalah suara fitrah manusia, suara kesucian. Suara itulah yang dikumandangkan pada IduI fitri. yakni
Allahu akbar Allahu akbar Sehingga kalimat-kalimat itu benar-benar tertancap dalam jiwa. maka akan hilanglah segala
kebergantungan kepada unsur -unsur lain kecuali kepada Allah semata.
Halal Bi halal sama dengan Silaturrahmi & Maaf-memaafkan
Silaturrahmi maupun Halal Bi Halal menuntut upaya kepada maaf-memaafkan. Firman Allah SWT dalam Al-
Qur’anul Karim surat Ali Imran ayat 134. Rasulullah SAW bersabda:

‫يما عقبمة أل أخمبرك بأفضال الخلق أهمل الدنيما و الخرة؟ تصمل ممن قطعمك وتعطمى ممن حرممك‬
‫وتعفو عمن ظلمك‬

“Wahai ‘Uqbah, maukah engkau aku beritahukan akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling mulia? Yaitu:
Menyambung silaturrahmi (hubungan kekeluargaan dan persaudaraan) dengan orang yang memutuskan hubungan
silaturrahminya denganmu. Memberi kepada orang yang tidak mau atau tidak pernah memberimu. Memaafkan orang yang
pernah menzhalimimu atau menganiayamu. (H.R. Al-Hakim)
Pernah dalam sejarah seorang sahabat bersumpah untuk tidak berbuat baik kepada seseorang yang melakukan
kesalahan terhadap keluarganya, maka turunlah ayat Al Qur’an untuk memberikan teguran akan sikapnya itu. Allah SWT
berfirman surat An Nuur ayat 22.
Minal ‘Aidin Wal Faizin
Kalimat yang selalu kita ucapkan ketika Idul Fitri adalah Minal ‘Aidin wal Faizin. Kalimat ini terangkai dari kata
‘Aidin dan Faizin. ‘Aidin adalah bentuk pelaku Id. Dan Al Faizin adalah bentuk jamak dari Faiz yang berarti orang yang
beruntung. Kata ini terambil dari kata Fauz yang berarti keberuntungan atau kemenangan.
Kita telah melalui Ramadhan yang penuh dengan rahmat Allah. maghfirah Allah dan itqun minannar. Kita telah lalui
Ramadhan dengan melaksanakan puasa yang dilandasi keimanan yang murni dan ikhlas lillahi ta’ala. Tiada yang kita
harapkan selain derajat taqwa yang dijanjikan Allah bagi siapa saja dari hamba-Nya yang mau menggapainya. Sesungguhnya
hanya orang yang bertaqwalah yang paling mulia disisi Rabbul ‘Izzah: Allah SWT.
Untuk menyempurnakan keimanan dan kematangan taqwa yang mudah-mudahan itu telah kita peroleh dipenghujung
Ramadhan yang lalu dengan puasa kita, dimana puasa adalah amat ritual vertikal kita kepada Allah (Hablun Minallah), maka
kini kita sempumakan dengan melakukan amal horizontal kita sesama manusia (Hablun Minannas). Karena rasanya mustahil
keimanan dan ketaqwaan dapat kita capai jikalau urusan kita sesama manusia belum beres. Kalau masih ada rasa dendam di
dalam hati, masih ada rasa iri hati dan dengki, amarah yang belum juga padam, dan hal-hal kecil lainnya yang masih
bersemayan dalam kalbu kita. maka bagaimana mungkin kita dapat dikatakan termasuk orang-orang yang bertaqwa.
Rasulullah SAW berpesan kepada kita semua melalui hadits :
‫إياكمم والظمن فإن الظمن أكذب الحديمث ول تجسمسوا ول تنافسموا ول تحاسمدوا ول تباغضوا ول‬
‫تدابروا وكونوا عباد الله إخوانا‬

“Jauhilal oleh kalian akan dzan (prasangka), karena prasangka itu adalah dusta yang amat besar. Janganlah kalian
mencari kesalahan orang lain, jangan pula mencari-cari aib (keburukan) orang lain, janganlah pula kalian bersaing
(dengan tidak sehat), janganlah kalian saling iri dan dengki, jangan saling benci, jangan saling bermusuhan, dan jadilah
hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R. At Tirmizi)

You might also like