You are on page 1of 9

AHMADIYAH DAN ISLAM

Kelompok 5

Oleh:

Abdul Manan (1006692991)

Bayu Priadam Tama ()

Fahmi Sidiq (1006693104)

Rian Isidoro Sihombing (1006697582)

Winda Novia Rahmanisa (1006775243)

1
Abstrak

Banyak sekali pengertian salah tentang Gerakan Ahmadiyah yang dipahami oleh khalayak
ramai. Pengertian yang tidak benar adalah, bahwa Ahmadiyah dikatakan sebagai suatu
agama yang sama sekali terpisah dari agama Islam, seperti “Babisme atau Bahaisme”.
Dasar pemikiran keliru ini, berasal dari anggapan bahwa Mirza Ghulam Ahmad dari
Qadiyan, Pendiri Gerakan Ahmadiyah ini telah melakukan pendakwahan pada tingkat
kenabian. Tetapi ada pula orang-orang yang menyatakan bahwa para Ahmadi
memiliki kalimat syahadat dan cara bershalat yang berlainan dengan kaum muslimin
lainnya, mempunyai kitab suci lain disamping Qur’an Suci, dan berbeda pula Kiblatnya.
Sebenarnya, ahmadiyah itu sendiri merupakan sekelompok orang yang memiliki keyakinan
sendiri namun mirip dengan agama Islam. Ahmadiyah memiliki ciri-ciri istimewa dari
golongan Islam lainnya, maka Ahmadiyah dapat disebut suatu golongan atau suatu aliran
dalam Islam, tetapi sebenarnya ia adalah suatu gerakan yang besar dalam pangkuan Islam.

2
BAB I

Pendahuluan

Masalah yang berkaitan dengan penyimpanan agama kini kian marak diberitakan.
Dahulu kita pernah mendengar masalah kaum Lia Eden dan sekarang kita digencarkan
dengan berita kasus Ahmadiyah. Kasus jemaah Ahmadiyah yang mendapat kekerasan dari
berbagai kalangan masyarakat merupakan salah satu dari sekian banyak peristiwa
penyerangan terhadap berbagai agama yang ada di Indonesia. Seperti kasus yang terjadi di
Cikeusik, Pandegelang, dan Banten pada 6 Februari merupakan contoh dari perbuatan yang
salah terhadap jemaah Ahmadiyah oleh masyarakat karena memiliki perbedaan dalam
pandangan.

Di dalam agama Islam diajarkan untuk menjadi umat yang kuat, aman, tertib, dan
tentram, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Islam di Indonesia belum memiliki ciri-ciri
ini yang dapat berdampak kepada masyarakat sendiri. Memang benar bahwa ada di antara
para pengikut Ahmadiyah, yakni kelompok Qadiyan, yang menuntut kenabian terhadap Imam
Mirza Ghulam Ahmad, akan tetapi mereka masih berada didaerah abu-abu (intermediary
state). Walaupun mereka menuntut keyakinan atas kenabian dan jika kaum Muslimin lain
yang tidak meyakininya mereka anggap kafir, akan tetapi mereka tidak pernah mengubah
syahadat mereka menjadi kalimah syahadat yang baru.

3
BAB II

Gerakan Ahmadiyah

Ahmadiyah yang merupakan salah satu golongan yang mengatasnamakan agama


namun dinyatakan sesat ini telah menuai banyak kontroversi dikalangan masyarakat
Indonesia. Ahmadiyah itu sendiri merupakan sekelompok orang yang memiliki keyakinan
sendiri namun mirip dengan agama Islam. Ahmadiyah memiliki ciri-ciri istimewa dari
golongan Islam lainnya, maka Ahmadiyah dapat disebut suatu golongan atau suatu aliran
dalam Islam, tetapi sebenarnya ia adalah suatu gerakan yang besar dalam pangkuan
Islam. Tujuan utamanya adalah membangunkan kaum muslimin dan mempersatukan usaha
mereka untuk menyebarluaskan Islam. Tujuannya juga bukan memusatkan dan memegang
teguh kepada perbedaan-perbedaan faham yang tidak begitu penting, sebagaimana dilakukan
oleh golongan-golongan Islam lainnya. Cita-citanya jauh mengatasi segala penganut-
penganut faham lain dalam Islam. Kelompok ini memiliki seorang imam yang bernama
Mirza Ghulam Ahmad dan para pengikutnya disebut Ahmadi.

Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama memercayai bahwa Mirza


Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan
tetapi, dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:

1. Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat


di Bogor), merupakan kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah
seorang mujaddid (pembaru) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru.

2. Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah Indonesia (berpusat


di Yogyakarta), adalah kelompok yang secara umum tidak menganggap Mirza Ghulam
Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekadar mujaddid dari ajaran Islam.

Masyarakat Islami

Masyarakat Islami dibentuk berdasarkan ajaran dan tata nilai Islam, yang
mengandung arti prinsip-prinsip dasar yang membentuk dan membina masyarakat ialah nilai-
nilai luhur ajaran agama tersebut. Masyarakat Islami adalah masayrakat yang secara dibentuk
4
berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa dan bertopang dengan mentaati seluruh
perintah-Nya yang dicerminkan dengan kasih sayang antar sesama, bersyukur terhadap
rahmat dan nikmat Allah S.W.T serta segala puji bagi-Nya yang ditunjukkan dengan cara
mewujudkan kesejahteraan masyarakat secara material dan spiritual yang berlandaskan pada
kaidah-kaidah moral yang mulia, rasa dekat dengan Tuhan yang ditunjukkan dengan rasa
takut akan larangan-Nya yang membentuk sikap adil dan bertanggung jawab serta
menghindari tingkah laku curang dan mencegah kejahatan dengan dalam masyarakat.

Orang yang dapat mencapai kemuliaan yang tinggi ialah orang yang jika didengarkan
asma Allah akan merasakan dan menghayati sifat-sifat keagungan dan kemulian-Nya,
bertambah keimanan mereka dan kepada Tuhan mereka bertawakal. Serta mereka adalah
orang yang mendirikan sholat dengan khusu’ dan menafkahkan sebagian rezeki yang mereka
punya untuk sesama. Mereka juga menghormati antar sesama dan diberikam hak-hak yang
sama dan adil sesuai dengan persamaan derajat di hadapan Tuhan Y.M.E.

Karakteristik Masyarakat Islami

Masyarakat Islami adalah masyarakat terbuka, berdasarkan kesatuan umat dan cita-
cita persaudaraan sesama manusia. Islam menganggap rasisme, sukuisme, kastaime, dan
dinastiisme suatu hal yang mengingkari ketentuan Tuhan dan berkhianat kepada sesama.

Masyarakat Islami adalah masyarakat yang terpadu, integratif, dan agama yang
menjadi perekatnya. Masyarakat terpadu adalah masyarakat yang seimbang karena bila
mengikuti prinsip keseimbangan dalam segala aspek maka mereka akan terbina.

Masyarakat Islami adalah masyarakat yang dinamis dan progresif, karena diugaskan
sebagai khalifah Allah di muka bumi untuk mewujudkan shigbah Allah dan keagungan serta
kemulian-Nya dalam menciptakan sarana bagi kesejahteraan manusia, lahir dan batin.

Masyarakat Islami adalah masyarakat yang demokratis secara spiritual, sosial,


ekonomi, dan demokrasi politik dengan membentuk lembaga keilmuan dan menghapuskan
feodalisme agama dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai hak pribadi. Islam juga
menciptakan kesetaraan sosial dengan menghilangkan perbedaan yang berarti serta
menciptakan sistem ekonomi yang adil.

5
Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berkeadilan yang membentuk semua
aspek dari keadilan sosial di bidang moral, hukum, ekonomi, dan politik yang telah
ditetapkan dalam aturan serta disepakati.

Masyarakat Islami adalah masyarakat yang berwawasan ilmiah, terpelajar, karena


sangat menekankan pada pengetahuan dan ilmu tehnologi. Dan mencari ilmu walau sampai
ke tempat yang jauh merupakan kewajiban umat muslim.

Masyarakat Islami adalah masyarakat yang disiplin dan Allah S.W.T telah
menetapkan segenap ajarannya berdasarkan aturan-aturan dan batas-batas yang terang, yang
berkaitan dengan kedisiplinan baik dalam ibadah maupun muamalah.

Masyarakat Islami menentukan pada kegiatan keumatan yang memiliki tujuan jelas
dan perancanaan yang sempuna, dengan menggunakan manajemen yang rasional dan efektif.

Masyrakat Islami menbentuk persaudaraan yang tangguh, menekankan kasih sayang


antar sesama. Antara umat yang satu dengan umat yang lain saling menghormati, melindungi,
dan memerintah kebenaran serta mencegah kemungkaran.

Masyarakat Islami adalah masyarakat yang sederhana, yang berkesinambungan


dengan mengutuk kesenangan duniawi yang berlebihan dan boros dengan menghambur-
hamburkan uang secara percuma. Islam juga mengajarkan bahwa aggota masyarakat agar
tidak mengikuti hawa nafsu yang bersifat hewani.

Tanggapan Masyarakat terhadap Ahmadiyah

Kontroversi yang dituai dari kelompok Ahmadiyah ini berasal dari masyarakat yang
merasa kelompok tersebut merupakan kelompol sesat karena ajaran mereka merupakan
pengambilan sebagian ajaran islam yang merupakan agama mayoritas di Indonesia.
Masyarakat menganggap keberadaan kelompok ini mengganggu ketentraman di lingkungan.
Kekerasan ini merupakan konflik intra umat beragama, yang sama-sama mempertahankan
identitas dirinya masing-masing. Identitas merupakan salah satu elemen kuat yaitu mobilisasi
kelompok komunal didasarkan ras, agama, kultur, bahasa dan lain-lain. Konflik Pandeglang
merupakan konflik internal agama Islam antara Islam yang mainstream (kelompok

6
massa) dengan sebuah aliran minoritas yaitu Ahmadiyah yang juga mengatakan kelompoknya
adalah Islam. Salah pemicu konflik ini adalah fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang
menyatakan bahwa Ahmadiyah aliran sesat. Fatwa ini dijadikan sebagai landasan oleh
kelompok massa yang sangat benci terhadap Ahmadiyah untuk melakukan penyerangan.
Konflik identitas jauh lebih rumit, bertahan dan sulit dikelola untuk mencapai kompromi,
negosiasi atau pertukaran. Masing-masing pihak-pihak yang berkonflik mempertahankan ego
sektoral yang dimiliki. Konflik ini sangat sensitif yaitu apabila sedikit yang menjadi
indentitasnya terganggu maka konflik dengan mudah akan terjadi.

Menanggapi Ahmadiyah dalam Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah

Kekerasan ini biasanya dilakukan oleh umat Islam lainnya yang merasa agamanya
dinodai dengan kehadirannya golongan Ahmadiyah ini. Sebenarnya, kita sebagai umat yang
sama-sama mengatasnamakan agama Islam harus senantiasa menjaga jalinan persaudaraan
antarumat. Tidak hanya menjaga jalinan persaudaraan antarsesama pemeluk agama Islam,
tetapi juga dengan agama-agama lain. Islam bukanlah agama teroris melainkan agama yang
penuh dengan cinta damai. Maka, sudah selayaknya kita menjunjung tinggi rasa persaudaraan
dan saling menghormati. Sesuai dengan konsep ukhuwah Islamiyah, seperti firman
Allah:”Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
kamu mendapat rahmat” (Q.S. Al-Hujurat ayat 10). Dalam konsep ukhuwah Insaniyah jg kita
diajarkan untuk menyantuni orang Non Muslim yang lemah, memaafkan orang Non Muslim
yang berbuat kesalahan, bergaul dengan sesama manusia dengan baik, mengupayakan sikap
perdamaian (rekonsiliasi) jika terjadi perselisihan, kadang-kadang harus bersikap tegas
terhadap orang yang ingkar (kafir), memohonkan ampunan Allah untuk mereka di kala
mereka masih hidup.

BAB III
7
Penutup
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat
yang sejahtera secara total dan terpadu, baik secara lahir maupun batin. Kekerasan yang
sering dilakukan oleh umat Islam rasanya telah jauh dari karakteristik masyarakat islami.
Islam adalah sungguh-sungguh suatu agama yang berpandangan luas dan berlapang dada
(toleran). Dalam pandangan Islam, seluruh umat manusia itu umat yang satu, dan
dinyatakannya pula bahwa seperti adanya undang-undang jasmani dan alam semesta, maka
hanya ada satu undang-undang rohani untuk seluruh manusia, dan setiap bangsa telah
mempunyai pemimpin rohani yang telah mengajak umatnya kepada ketulusan dan kebajikan.

Solusi/Rekomendasi

Untuk mengantisipasi terjadinya bentrokan antara pengikut Ahmadiyah dengan


masyarakat sekitar, maka diperlukan upaya tegas dari pemerintah. Ketegasan aturan akan
membuat masyarakat lebih teregulasi dan lebih dewasa dalam menghadapi atau menjalani
kehidupan bersama dengan pengikut Ahmadiyah. Kebijakan untuk membubarkan Ahmadiyah
juga dapat menjadi alternatif lain. Dengan membubarkan Ahmadiyah, memaksa pengikut
Ahmadiyah kembali ke ajaran Islam mainstream dan membuat undang-undang yang jelas
tentang regulasinya. Ini telah dilakukan oleh berbagai negara seperti; Malaysia, Brunei
Darussalam dan Saudi.

Namun masyarakat di Indonesia belum dapat memenuhi kriteria ini karena masih
menganggap penting dari perbedaan yang sangat mendasar hingga mengakibatkan kekerasan
yang seharusnya dapat dihindarkan. Oleh karena itu, seharusnya masyarakat Indonesia lebih
bisa menerima arti sebuah perbedaan dan menjadikan perbedaan tersebut sebagai suatu warna
dalam kehidupan yang dapat membuat hidup lebih berwarna karena sesungguhnya “bagi ku
agama ku, bagi mu agama mu.”

8
Daftar Pustaka

Mubarak, Zakky, 2010, Menjadi Cendikiawan Muslim, Jakarta: PT Magenta Bhakti Utama

http://blog.re.or.id/makna-dan-sumber-akidah-yang-benar.html

http://www.scribd.com/doc/39679373/Implementasi-Aqidah-Dalam-Kehidupan-Pribadi-Dan-
Sosial

http://oase.kompas.com/read/2011/02/14/12050819/Ahmadiyah.Islam.atau.Bukan

http://studiislam.wordpress.com/2007/09/22/9/

http://politik.kompasiana.com/2011/02/16/kekerasan-cikeusik-kronologi-penyebab-dan-
alternatif-resolusi/ (16-04-2011: 15.16)

You might also like