You are on page 1of 12

Konseling kelompok

Pengertian Konseling kelompok


Pendekatan Konseling kelompok
Tujuan Konseling kelompok
Manfaat dan keterbatasan Konseling kelompok
Struktur dalam Konseling kelompok
Tahapan Konseling kelompok
Faktor kuratif
Konselor, ko-konselor, dan klien
Proses kelompok dan perilaku anggota
Interaksi dalam kelompok
Konseling kelompok
 Hubungan antara (beberapa) konselor dg
beberapa klien.
 Konseling kelompok berfokus pd
pemikiran dan tingkah laku yang disadari.
 Dalam konseling kelompok terdapat
factor-faktor yang merupakan aspek
terapi bagi klien.
 Bermaksud memberikan dorongan dan
pemahaman kepada klien, untuk
memecahkan masalah yang dihadapi klien.
Pendekatan Konseling kelompok
1. Psikoterapi Kelompok
2. Konseling Kelompok
3. Kelompok Latihan dan Pengembangan
4. Diskusi kelompok Terfokus
5. Self-help
Tujuan konseling
membantu klien dalam melakukan perubahan
dengan menaruh perhatian pada
perkembangan dan penyesuaian sehari-hari.
misalnya berupa modifikasi perilaku,
pengembangan ketrampilan hubungan
personal, nilai, sikap, atau membuat
keputusan karier
Manfaat konseling kelompok
1. Pd dasarnya kelompok dapat memecahkan
masalah individu/ sejumlah individu
2. Kelompok dapat dijadikan sebagai media
terapeutik
3. Sebagai proses belajar dan upaya
membantu klien dlm pemecahan
masalahnya
keterbatasan Konseling kelompok


 Klien terlebih dahulu harus sudah berpengalaman dalam
konseling individual.

 Konselor akan menghadapi masalah yang lebih kompleks
dan secara spontan konselor harus dapat memberi
perhatian pada setiap klien. Dan hal itu tidak mudah
dilakukan oleh seorang konselor.

 Kelompok dapat berhenti karena masalah ‘proses
kelompok’.

 Kekurangan informasi individu yang man yang lebih baik
ditangani dengan konseling kelompok dan yang mana yang
sebaiknya ditangani dengan konveling individual.

 Seorang sulit percaya pada anggota kelompok,akhirnya
perasaan,sikap,nilai dan tingkah laku tidak dapat di
“bawah” kesituasi kelompok.
Struktur dalam Konseling kelompok

 Jumlah anggota
 Homogenitas
 Sifat kelompok
 Waktu pelaksanaan
Tahapan Konseling kelompok

 Prakonseling : pembentukan kelompok.


 Tahap I: tahap permulan ( orientasi dan
eksplorasi)
 Tahap II : transisi.
 Tahap III : Tahap kerja – kohensi dan
produktivitas.
 Tahap IV : tahap akhir ( konselidasi dan
terminasi )
 Setelah konseing : tindak lanjut dan
evaluasi
Faktor kuratif
 Membina harapan
 Universalitas
 Pemberian inspirasi
 Altruisme
 Pengulangan korektif kelompok primer
 Pengembangan teknik sosialisasi
 Peniruan tingkah laku
 Belajar menjalin hubungan interpersonal
 Kohesitas kelompok
 Katarsis
 Faktor-faktor eksistensial
Konselor, ko-konselor, dan klien

 Konselor berperan sebagai pembimbing


kelompok
 Ko-konselor adalah orang yang membantu

konselor dalam menjalankan perannya


sebagai pemimpin kelompok
 Klien adalah anggota kelompok, yang juga

berperan sebagai agen penolong bagi


anggota yang lain
Proses kelompok dan perilaku anggota

Konflik : suatu pertentangan antar anggota kelompok tersebut dapat


terjadi jika ada anggota kelompok yang tidak menerima kritik dan
umpan balik dari anggota lain.
Kecemasan : Seorang anggota yang memiliki perasaan rendah diri dan
selalu merasa cemas jika harus menyatakan diri secara terbuka
didepan anggota lain. Kecemasan tersebut dapat mengurangi
keterlibatannya dalam proses kelompok.
Penarikan diri : bahwa sebagian anggota merasa kurang berguna
mengikuti konseling kelompok. Jika perasaan yang demikian sudah
terjadi pada diri kita, maka kita tidak akan berminat untuk terlibat
dalam proses kelompok dan dapat pula keluar dari kegiatan konseling
kelompok.
Transferensi : suatu anggota kelompok yang melimpahkan
pengalaman-pengalaman masa lalunya kepada konseor atau kepada
anggota kelompok lain. Transferensi ini juga dapat digunakan untuk
memahami kehidupan masa lalu klien sekaligus reaksi emosionalnya.
Dominansi : sebagian anggota kelompok dapat menguasai
pembicaraan sementara lainnya tidak diberikan kesempatan untuk
berbicara atau memberi umpan balik. Karena factor adanya seseorang
yang dominant, maka anggota kelompok yang lain memilih diam.
Interaksi dalam kelompok

Interaksi dapat terjadi karena seorang memberi


perhatian kepada anggota kelompok, dan
seorang anggota memberikan perhatian
kepada kelompok lain, setiap anggota
kelompok saling meberi perhatian, dan
sebagainya.

You might also like