You are on page 1of 10

Kebijakan Pendidikan

PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
BAGI PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Renstra Development Education Ministry of national education, national education development


most under the next five years is directed at expanding access and equity of education, the
improvement of the quality, relevance and strengthen competitiveness, and strengthening
governance, accountability and the public at once became the imaging of the pillar of the
important development of national education. To support the development of the quality of
national education, the Government through Ditjen Mandikdasmen as development and
infrastructure of education including do rahabilitasi schools considered not viable anymore to
support teaching and learning. In the context of increased competitiveness, the Government also
encourages the development of life skills education which is one of strategic activities in
improving the quality and relevance of the concept are aligned with the needs of learners and
especially the needs of the job market. Specifically, the Government also encouraged the
construction or development of schools based on the primacy of local. Expanding access to
education should start at the primary and secondary education, for the acquisition of the quality
education of primary and secondary education, to improve the quality of education, the
Government had provided subsidies Fund of funds, the quality improvement program BOSS in
each unit of education, as well as rehabilitating several buildings unit of education. As the
strengthening of the implementation of government programs are need of supervision who not
only from the inside only, but the supervision also need to synergize the outsiders through Ngos
and Mass Media which are disproportionate and became a partner in the national program of
development of national education.

I. Pendahuluan

Pendidikan sebagai kebutuhan manusia yang diatur melalui undang-


undang yang berarti memberikan tanggung jawab besar bagi negara untuk
mampu memberikan pendidikan yang berkualitas, terjangkau, dan memiliki
konstelasi dengan kebutuhan individu, negara, dan bangsa

Upaya pembangunan manusia Indonesia yang telah dicanangkan


melalui program pembangunan pendidikan tidak berarti menciptakan
kluster pembangunan, tetapi lebih dimaksudkan untuk mempertajam
tujuan-tujuan pembangunan yang mampu mendorong terjadinya
peningkatan daya saing pada tingkat kompetisi yang lebih luas. Untuk
itu, harus disadari pula bahwa program pembangunan pendidikan bermutu
yang direncanakan tidak hanya membutuhkan anggaran yang besar tetapi
juga membutuhkan dorongan dan komitmen politik yang lebih kuat dari
seluruh unsur termasuk dukungan legislatif.

Sebagaimana dijabarkan dalam Renstra Pembangunan Pendidikan

1
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional, pembangunan pendidikan nasional


paling kurang lima tahun ke depan diarahkan pada perluasan akses dan
pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan memperkuat
daya saing, dan penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan
publik yang sekaligus menjadi pilar penting pembangunan
pendidikan nasional.

II. Akses Kebijakaan Pendidikan Terstruktur Dan Terarah

Seiring dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah,


pemerintah telah pula mendorong berkembangnya pemahaman optimal
dari masing-masing daerah untuk memiliki sensitivitas sebagai
steakeholders dalam merancang dan melaksanakan pembangunan
pendidikan. Untuk itu, pemerintah perlu menjelaskan dan memperkuat
fungsi-fungsi barunya di dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan,
termasuk dalam penetapan kebijakan pendidikan nasional, menentukan
standar nasional pendidikan, melakukan pengendalian dan penjaminan
mutu pendidiikan berdasarkan penilaian kinerja, serta menumbuhkan
harmonisasi dan koordinasi sesuai dengan delegasi urusan fungsi,
wewenang, dan tanggungjawab masing-masing tingkat pemerintahan,
satuan pendidikan, dan masyarakat (Renstra Depdiknas 2005-2009:4).
Implementasi semangat pembangunan pendidikan yang dikembangkan
tersebut harus tetap berpegang pada tiga pilar utama pembangunan
pendidikan, yaitu perluasan dan pemerataan Akses, Peningtkatan Mutu dan
Pencitraan Publik.

Sebagai bagian tidak terpisahkan dari pelaksanaan


pembangunan pendidikan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah telah melakukan langkah-langkah kebijakan
strategis sebagaimana dituangkan dalam Renstra Depdiknas 2005-2009
sebagai berikut: (1) melakukan perluasan akses kesempatan sekolah bagi
anak usia 7-15 tahun; (2) pengembangan sekolah terpadu; (3)
pengembangan SD-SMP satu atap; dan (4) mendorong penyelenggaraan

2
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

pendidikan yang bersifat inklusif.

Program pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan


akan dapat berhasil mencapai target atau sasaran apabila dikelola secara
efektif, efisien, transparan dan akuntabel. Untuk itu diperlukan perencanaan
terpadu baik secara horizontal - lintas departemen, lintas unit utama, lintas
unit kerja, lintas bagian/bidang, maupun vertikal - antara pusat dan daerah,
dengan tingkatannya sendiri-sendiri. Perencanaan terpadu ini memerlukan
dukungan tersedianya data terpadu yang valid dan akurat yang menjadi
dasar bagi perencanaan.

Perbedaan data yang terjadi selama ini dapat dihindari dengan


membangun pangkalan data terpadu dengan sistem informasi terpadu
pula. Sistem ini tidak hanya bermanfaat perencanaan, malainkan juga akan
sangat bermanfaat dan bahkan menjadi pendukung handal dan terpercaya
bagi pelaksanaan dan evaluasinya.

Untuk menjamin bahwa program dilaksanakan sesuai dengan


rencana bahkan melampauinya, dilakukan monitoring dan evaluasi
(monev), yang ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang kemajuan
dalam pelaksanaan, kesulitan-kesulitan yang terjadi di lapangan, dan
masalah-masalah yang timbul karena rencana tidak cocok diterapkan di
lapangan. Monev juga dilaksanakan secara terpadu antara pusat-daerah
untuk menjamin kemenyeluruhan dan ketuntasan, baik dalam hal
pengumpulan data maupun dalam hal tindak lanjutnya. Monev terpadu
seperti itu akan menghasilkan himpunan data komprehensif yang
memungkinkan terjadinya proses perubahan bersiklus secara berkelanjutan
sehingga perbaikan sejati dapat dilakukan secara terus menerus.

Dalam konteks Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing,


pelaksanaan pembangunan pendidikan nasional akan memberikan
dampak luas pada terwujudnya eksistensi insan-insan Indonesia yang lebih
mandiri dan mampu bersaing di dalam konteks pergaulan yang makin

3
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

mengglobal Peningkatan mutu pendidikan misalnya dapat dilihat dari


terjadinya peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai
kemanusiaan yang meliputi: 1) peningkatan ketakwaan, keimanan; 2)
berkembangnya wawasan kebangsaan; 3) terbentuknya keperibadian
nasional yang tangguh, dan 4) pencapaian prestasi akademik mapun non-
akademik. Adapun peningkatan revansi dapat diukur dari kesesuaian apa
yang dipelajari di sekolah dengan tuntutan masyarakat dan lapangan
kerja, serta kemampuan anak-anak bangsa ini dalam beradaptasi
terhadap perubahan sosial, budaya, ekonomi maupun politik pada tingkat
lokal, nasional maupun global.

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan sebagaimana


dimaksudkan dalam Renstra Pendidikan Nasional diarahkan pada
pencapaian mutu pendidikan yang semakin meningkat dan mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan (SNP). Untuk itu di dalam pengembangan
mutu yang terstandarisasi secara nasional hal-hal yang perlu dilihat
meliputi: 1) standar isi; 2) standar proses; 3) standar kompetensi
lulusan; 4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; 5) standar
sarana dan prasarana; 6) standar pengelolaan; 7) standar pembiayaan;
dan 8) standar penilaian pendidikan.

Untuk mendukung pengembangan mutu pendidikan nasional,


pemerintah melalui Ditjen Mandikdasmen memperioritaskan pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan termasuk melakukan rahabilitasi sekolah-
sekolah yang dianggap tidak layak lagi untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar. Dalam konteks peningkatan daya saing, pemerintah juga
mendorong berkembangnya pendidikan kecakapan hidup yang merupakan
salah satu kegiatan strategis dalam peningkatan mutu dan relevansi yang
konsepnya diselaraskan dengan kebutuhan peserta didik dan terutama
kebutuhan pasar kerja. Secara spesifik, pemerintah juga mendorong
pembangunan atau pengembangan sekolah-sekolah yang berbasis pada
keunggulan lokal.

4
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

Kebijakan tata kelola dan akuntabilitas di dalam konteks


Ditjen Mandikdasmen meliputi: 1) pengembangan sistem pembiayaan
berbasis kinerja yang diterapkan pada semua jenjang kebijakan, dan 2)
pengembangan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Pengembangan tata
kelola dan akuntabilitas tersebut akan membantu pemerintah di dalam
setiap jenjang untuk melakukan monitoring dan mempermudah
pemerintah di dalam mengaalokasikan sumberdaya secara lebih efisien
dan tepat sasaran. Di samping itu, program tersebut akan mempermudah
upaya menarik keterlibatan masyarakat di dalam perencanaan,
pengelolaan, dan pengawasan kinerja pendidikan, terutama melalui
pemberdayaan Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan.

Implementasi kebijakan tata kelola dan akuntabilitas


dilakukan melalui : 1) pengembangan sistem pengendalian internal; 2)
pengawsan publik; dan 3) pengawasan fungsional yang terintegrasi dan
dilakukan secara terus-menerus. Di dalam konteks otonomi penyelenggaraan
pendidikan, fungsi-fungsi pengawasan dilakukan dengan konsep power
sharing yang memungkinkan pemerintah daerah mengambil fungsi
pengawasan yang lebih luas terhadap satuan-satuan pendidikan yang bersifat
umum. Adapun satuan pendidikan khusus, seperti Sekolah Bertaraf
Internasional fungsi pengawasannya dilakukan oleh pemerintah pusat.

Berdasarkan kerangka pengaturan dan kerangka institusional,


pengembangan kapasitas kelembagaan diarahkan terutama untuk
meningkarkan kemampuan kabupaten/kota di dalam memberikan pelayanan
pendidikan yang efektif dan akuntabel, sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan (SNP). Untuk mendukung peningkatan layanan pendidikan di
masing-masing daerah, baik pada jalur formal maupun nonformal dilakukan
perubahan-perubahan mendasar di dalam sistem penilaian melalui
pembaruan- pembaruan indikator yang lebih berakar pada kondisi dan
kebutuhan setempat, tetapi tetap berpegang pada SNP.

5
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan menggunakan dana publik, sehingga


akuntabilitasnya harus dipertaggungjawabkan kepada publik pula.
Akuntabilitas penggunaan dana publik untuk pendidikan perlu ditingkatkan
secara kontinyu dengan mengoptimalkan penerapan MBS di tingkat satuan
pendidikan dan mengoptimalkan kinerja dinas pendidikan dan organisasi
penyelenggara pendidikan. Optimasi penerapan MBS dapat dilakukan
dengan: (a) menyusun RPS (Rencana Pengembangan Sekolah)
berdasarkan kondisi nyata masing-masing sekolah dan daerah; (b)
menyusun RAPBS (Rencana Angaran dan Biaya Sekolah) sebagai
bagian dari RPS; dan (c) membuat pembukuan secara tertib penerimaan
dan penggunaan uang, kemudian melaporkannya kepada semua
pemangku kepentingan. Laporan dapat dilakukan secara tertulis dan
disampaikan secara terbuka dalam suatu pertemuan, yang di dalamnya para
pesertanya didorong untuk berdialog dengan pimpinan sekolah guna
memperoleh informasi tentang alasan untuk masing-masing kegiatan.
Mereka juga diberi kesempatan untuk mengusulkan perubahan, yang
pelaksanaannya dilaporkan pada pertemuan selanjutnya.

III. Agenda Kebiajakan

Penyelenggaraan pendidikan memerlukan biaya yang tidak


sedikit, baik untuk investasi, operasional maupun peningkatan mutu.
Keterbatasan, keberagaman kemampuan keuangan pemerintah pusat dan
daerah serta masyarakat dalam membiayai pendidikan, dihadapkan dengan
tuntutan pemerataan, peningkatan mutu dan daya saing pasar yang
semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan berbagai upaya komprehensif
dan proporsional dalam mencapai tuntutan dan kondisi yang ada tersebut.

Oleh karena itu, pembinaan dalam implementasi pendidikan


tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,
terutama pembinaan dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan

6
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

masih diperlukan, baik untuk operasional, peningkatan mutu, maupun untuk


pencitraan kelembagaan. Salah satu bentuk pembinaan tersebut adalah
dengan memberikan subsidi ke satuan pendidikan yang merupakan
stimulan minimal untuk pemenuhan pencapaian Standar Nasional
Pendidikan (SNP), khususnya berkaitan dengan pemenuhan standar sarana
dan prasarana serta standar pembiayaan dalam upaya mendorong
pencapaian standar proses, isi, dan kompentensi lulusan.

(1) BOS (Biaya Operasional Sekolah)

Bentuk subsidi untuk operasional penyelengaraan satuan


pendidikan adalah Bantuan Opersional Sekolah (BOS). BOS diperuntukan
untuk satuan pendidikan pada jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah
pertama yang mengalami kendala dalam pembiayaan pendidikan, terutama
satuan pendidikan yang sebagian besar peserta didik dan orang tuanya
mengalami kendala dalam membiayai sekolah.

BOS merupakan upaya strategis untuk mendorong partisipasi


masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Namun
demikian, patut diingat bahwa BOS bersifat bantuan yang hanya
membantu sebagian dari pembiayaan penyelenggaraan pendidikan,
khususnya untuk mewujudkan pelayanan minimal dalam penyelenggaraan
pendidikan oleh satuan pendidikan terkait. Secara bertahap BOS akan
dikembangkan menjadi school funding formulation yang
memperhitungkan, baik kondisi dan potensi ekonomi orang tua peserta
didik maupun daerah. BOS sebagai salah satu sumber pendapatan
pembiayaan satuan pendidikan seyogyanya terintegrasi dalam Rencana
Pendapatan dan Anggaran Sekolah (RAPBS).

(2) Peningkatan mutu

Pembinaan peningkatan mutu pendidikan dasar menengah

7
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

dilakukan melalui penjaminan mutu bagi satuan pendidikan dalam


pemenuhan SNP, diantaranya melalui pemberian subsidi/hibah dalam
bentuk block grant atau imbal swadaya ke satuan pendidikan. Pemberian
bantuan ini dalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan, seperti
buku, media pembelajaran, dan peralatan pendidikan lainnya dilakukan
untuk mendorong terciptanya suasana dan kondisi layanan proses
pembelajaran yang bermutu. Selain itu, bantuan ini juga diberikan dalam
bentuk subsidi atau beasiswa bagi peserta didik yang berasal dari
keluarga tidak mampu dan peserta didik yang berprestasi.

(3) Rehabilitasi Bangunan Satuan Pendidikan

Rehabilitasi bangunan pada satuan pendidikan memerlukan upaya


yang sinergi antara pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat dan satuan
pendidikan. Upaya yang dilakukan dalam bentuk Dana Alokasi Khusus
(DAK) bidang pendidikan. Dengan bentuk tersebut akan terjadi tanggung
jawab bersama yang proporsional antara para pengelola, pembina, pemilik
dan penyelenggara pendidikan di lingkungan pendidikan dasar dan
menengah. Pada tahun anggaran ini dan di tahun-tahun berikutnya program
rehabilitasi sekolah masih terus akan dikembangkan dan dievaluasi
pelaksanaannya dengan melibatkan unsur-unsur yang lebih luas termasuk
pengawasan masyarakat.

IV. Memperkuat Sistem Pengawasan


Pengawasan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu
dilakukan oleh tingkat satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah pusat,
dan pemerintah daerah. Pengawasan pada tingkat satuan pendidikan dengan
menumbuhkembangkan pengelolaan pada tingkat satuan pendidikan atau
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Penguatan pengelola pendidikan dalam melaksanakan peran dan

8
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

fungsi pengelolaan satuan pendidikan, sinergi, dan keharmonian satuan


pendidikan dengan mitra satuan pendidikan (komite sekolah sebagai
representatif masyarakat) dalam pelaksanaan MBS merupakan langkah
awal dalam pengawasan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
Sebagai acuan dalam pengawasan tersebut adalah Rencana Pendapatan dan
Anggaran Sekolah (RAPBS), Rencana Induk Pengembangan Sekolah dan
implementasinya.

Pengawasan dari luar satuan pendidikan adalah dengan


penguatan peran, fungsi dan mekanisme monitoring dan evaluasi yang
sinergi dan proporsional pada tingkat pemerintah, pemerintah daerah,
masyarakat. Monitoring dan evaluasi diarahkan untuk membangun
pendataan pendidikan dasar dan menengah untuk kepentingan pembinaan
dalam pengelolaan pendidikan berkelanjutan.

Dalam implementasi kebijakan pembangunan pendidikan


nasional khususnya pada tingkat pendidikan dasar, perlu dilakukan
sinergi yang sehat antara NGO atau Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dan Mass Media secara proporsional. Artinya, keterlibtan kedua
“mitra” tersebut patut dipertimbangkan dalam kapasistasnya masing-masing
untuk meningkatkan pencitraan pendidikan dasar dan menengah yang lebih
baik. Semangatnya adalah untuk menjalin kemitraan di dalam
mensukseskan pembangunan nasional yang berakar pada kebutuhan
masyarakat tanpa meninggalnya pentingnya.

V. Penutup

Kebijakan pendidikan senantiasa memperoleh perhatian dari


seluruh elemen publik, pelaksanaan yang terencana secara matang akan
memiliki manfaat serta mendapat dukungan dari elemen publik sebagai
wujud dari pemerataan dan perluasan akses pendidikan, sehingga elemen

9
Fachruddiansyah Muslim - 2007
Kebijakan Pendidikan

publik bersama pemerintah dapat mewujudkan eksistensi insan-insan


Indonesia yang lebih mandiri dan mampu bersaing dalam komunitas global.

Perluasan akses pendidikan harus dimulai dari pendidikan dasar


dan menengah, sebab perolehan mutu pendidikan bersumber dari pendidikan
dasar dan menengah, untuk meningkatkan mutu pendidikan pemerintah telah
memberikan subsidi dana berupa dana BOS, program peningkatan mutu di
setiap satuan pendidikan, serta merehabilitasi beberapa bangunan satuan
pendidikan.
Sebagai penguatan pelaksanaan program pemerintah tersebut perlu
adanya pengawasan yang tidak hanya dari dalam saja, akan tetapi
pengawasan juga perlu mensinergikan pihak luar melalui Lembaga Swadaya
Masyarakat dan Mass Media yang proporsional dan menjadi mitra dalam
mensukseskan pembangunan pendidikan nasional.

10
Fachruddiansyah Muslim - 2007

You might also like