You are on page 1of 38

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

Latar Belakang

Puskesmas bertanggung jawab atas satu wilayah kerja, mempunyai


tanggung jawab untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit
menular di wilayah kerjanya.

Pengalaman menunjukkan bahwa penyakit menular yang terdapat


di dalam wilayah kerja Puskesmas di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi kelompok – kelompok penyakit menular sesuai dengan sifat
penyebarannya di dalam masyarakat wilayah tersebut, yaitu :

1. Penyakit menular yang secara endemik berada di dalam wilayah,


yang pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, yang
dikelompokkan ke dalam Penyakit – Penyakit Menular Potensial
Mewabah.

2. Penyakit menular yang berada di dalam wilayah dengan


endemisitas yang cukup tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat
menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat umum.

3. Penyakit – penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya


tidak terlalu tinggi di dalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat
penyebarannya dianggap sangat membahayakan masyarakat,
maka penyakit – penyakit ini perlu diawasi keberadaanya.

Berbagai cara pencegahan dapat diterapkan, salah satunya dengan


membangkitkan kekebalan pada masyarakat melalui pelayanan imunisasi
yang dalam pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam program – program
pelayanan perorangan seperti KIA, UKS, dan kegiatan imunisasi di luar
gedung Puskesmas. Mengingat pentingnya pelayanan imunisasi ini, maka
cakupan imunisasi di dalam masyarakat perlu dimonitor dengan
Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) imunisasi Puskesmas menurut
distribusi desa.

Pengertian

1. Penyakit Menular

Penyakit Menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi


atau toxinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reservoir,
yang ditularkan/ditransmisikan kepada penjamu (host) yang rentan.

2. Kejadian Luar Biasa (KLB)

1
KLB ialah kejadian kesakitan dan atau kematian yang menarik
perhatian umum dan mungkin menimbulkan kehebohan/ketakutan di
kalangan masyarakat, atau yang menurut pengamatan epidemiologik
dianggap adanya peningkatan yang berarti (bermakna) dari kejadian
kesakitan/kematian tersebut pada kelompok penduduk dalam kurun
waktu tertentu.

Termasuk dalam KLB ialah kejadian kesakitan/kematian yang


disebabkan oleh penyakit – penyakit baik yang menular maupun yang
tidak menular dan kejadian bencana alam yang disertai wabah
penyakit.

Secara operasional suatu kejadian dapat disebut KLB bila memenuhi


satu atau lebih ketentuan – ketentuan sebagai berikut:

a. Angka kesakitan/kematian suatu penyakit menular di suatu


Kecamatan menunjukkan kenaikan tiga kali atau lebih selama
tiga minggu berturut – turut atau lebih.

b. Jumlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit


menular di suatu Kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali
lipat atau lebih, bila dibandingkan dengan angka rata – rata
sebulan dalam setahun sebelumnya dari penyakit menular yang
sama di Kecamatan tersebut.

c. Angka rata – rata bulanan dalam satu tahun dari penderita –


penderita baru dari suatu penyakit menular di suatu Kecamatan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih, bila dibandingkan
dengan angka rata – rata bulanan dalam tahun sebelumnya dari
penyakit yang sama pula.

d. Case fatality rate dari suatu penyakit menular tertentu dalam


suatu kurun tertentu (hari, minggu, bulan) di suatu Kecamatan
menunjukkan kenaikan 50% atau lebih bila dibandingkan dengan
CFR penyakit yang sama dalam kurun waktu yang sama periode
sebelumnya di Kecamatan tersebut itu.

e. Proporsional rate penderita baru dari suatu penyakit menular


dalam satu periode tertentu, dibandingkan dengan Proportional
rate penderita baru dari penyakit menular yang sama dalam
tahun yang lalu dengan periode yang sama menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih.

f. Khusus penyakit – penyakit Kolera, Pes, DBD/DSS

2
(i) Setiap peningkatan jumlah penderita – penderita penyakit tersebut
di atas, di suatu daerah endemik yang sesuai dengan ketentuan –
ketentuan di atas.

(ii) Terdapatnya satu atau lebih penderita kematian karena penyakit


menular tersebut dia atas, di suatu Kecamatan yang telah bebas
dari suatu penyakit – penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama
4 minggu berturut – turut.

g. Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu


kelompok masyarakat.

h. Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya


tidak ada/dikenal. Khusus untuk kasus AFP (Acut Flaccid
Paralysis) dan Tetanus neonatorum ditetapkan sebagai KLB bila
ditemukan satu kasus atau lebih.

3. Wabah Penyakit Menular

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular


dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melenihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka (U.U. No. 4 tahun 1984 tentang
wabah penyakit menular).

Menteri Kesehatan menentukan jenis – jenis penyakit tertentu yang


dapat menimbulkan wabah. Menteri Kesehatan menetapkan daerah
tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai
daerah wabah.

4. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular (P2M)

Penangulangan KLB penyakit menular dilaksanakan dengan upaya –


upaya :

a. Pengobatan, dengan memberikan pertolongan penderita,


membangun pos – pos kesehatan di tempat kejadian dengan
dukungan tenaga dan sarana obat yang memadai termasuk rujukan.

b. Pemutusan rantai penularan atau upaya pencegahan misalnya,


abatisasi pada KLB DBD, kaporisasi pada sumur – sumur yang
tercemar pada KLB diare, dsb.

3
c. Melakukan kegiatan pendukung yaitu penyuluhan,
pengamatan/pemantauan (surveilans ketat) dan logistic

5. Program Pencegahan

Program pencegahan ini adalah mencegah agar penyakit menular tidak


menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan
memberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan penyuluhan
kesehatan dan imunisasi.

6. Cara Penularan Penyakit Menular

Dikenali beberapa cara penularan penyakit menular yaitu :

a) Penularan secara kontak, baik langsung atau tidak langsung


(benda – benda bekas dipakai pasien).

b) Penularan melalui vehicle seperti melalui makanan dan minuman


yang tercemar.

c) Penularan melalui vektor

d) Penularan melalui suntikan, transfusi, tindik, tato.

7. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Surveilans epidemiologi suatu penyakit dapat di artikan sebagai


kegiatan pengumpulan data/informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan/kematian dan penyebarannya serta faktor – faktor yang
mempengaruhinya secara sistematik, terus – menerus dengan tujuan
untuk perencanaan suatu program, mengevaluasi hasil program, dan
sistem kewaspadaan dini. Secara singkat dapat dikatakan :
Pengumpulan Data/Informasi untuk Menentukan Tindakan
(Surveillance for Action).

Untuk dapat memonitor/mengamati distribusi penyakit menular di


dalam masyarakat wilayah kerja Puskesmas, dilakukan pencatatan
peristiwa kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit
menular tersebut.

Pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data mengenai


peristiwa kesakitan dan kematian penyakit menular/penyakit tidak
menular ini di dalam wilayah kerja serta menggunakannya sebagai

4
informasi untuk monitoring/pengamatan distribusi penyakit dan
mengambil tindakan di dalam wilayah disebut surveilans.

Puskesmas harus mempunyai sistem surveilans untuk penyakit –


penyakit ini, serta menggunakan informasi yang dapat diungkapkan
untuk memonitor masalah penyakit menular di dalam masyarakat
wilayah kerja.

Untuk pemantauan penyakit menular tertentu yang menjadi


masalah kesehatan di wilayah Puskesmas disajikan dalam PWS
Mingguan Penyakit (contoh PWS Penyakit Campak, Diare, DBD, dll).
Dengan penggunaan PWS penyakit secara mingguan ini dapat
dikenali/diketahui secara dini kenaikan/distribusi suatu penyakit
menular tertentu menurut tempat (Desa), dan waktu adalah Minggu.

Penyakit Menular Potensial Mewabah

Ke dalam kelompok ini dimasukkan sejumlah penyakit menular sebagai


berikut :

1. Diare

2. Demam Berdarah Dengue

3. Malaria (di daerah endemik tinggi)

4. Filaria (di daerah endemik tinggi)

1. DIARE

Definisi

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan


konsistensi tinja (melembek sampai mencair) dan bertambahnya
frekuensi berak lebih dari biasanya (lazimnya tiga kali atau lebih
dalam sehari).

Agen Penyebab

Terdapat 6 kelompok penyebab penyakit diare, yaitu sebagai


berikut :

5
a. Akibat peradangan usus yang disebabkan oleh :

(i) Bakteri (Vibrio cholera, Shigella, Salmonella, E.coli, Bacilus


cereus, Clostridium perfringens, Staphylococcus aureus,,
dan Camphylobacter jejuni).

(ii) Virus (Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk like


agent).

(iii) Parasit :

• Protozoa :Entamoeba histolytica, Giardia lambia,


Balantidium coli

• Cacing perut : Ascaris, Trichuris, Strongyloides

• Jamur : Candida

b. Akibat keracunan makanan atau minuman, baik oleh bakteri


maupun bahan kimia

c. Akibat kekurangan gizi, yaitu kekurangan energy protein

d. Akibat tidak tahan terhadap makanan tertentu, misalnya


intoleransi terhadap makanan (susu).

e. Akibat imunodefisiensi

f. Oleh sebab – sebab lain

Di antara agen penyebab tersebut di atas, yang potensial


mewabah ialah Kolera

Penyebaran

Diare banyak terdapat di negara – negara Asia, Afrika dan Amerika


Latin

Sumber penularan (Reservoir)

Sumber penularan ialah pasien diare dan carrier diare.

Cara penularan

6
Cara penularan diare ialah melalui makanan dan minuman yang
tercemar dengan tinja atau cairan muntahan pasien. Vektor (lalat)
dapat pula menularkan penyakit diare. Kuman yang terdapat pada
kotoran dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat
pada tangan dan kemudian dimasukkan ke mulut atau dipakai
untuk memegang makanan. Diare pada bayi dapat disebabkan
puting susu ibu yang kotor.

Masa tunas

Masa tunas ialah waktu antara masuknya agen ke dalam badan host
sampai timbulnya gejala awal penyakit yang bersangkutan. Untuk
penyakit Kolera ditetapkan menurut U.U.Karantina : 5 hari. Masa
tunas penyakit diare dapat singkat (beberapa jam) sampai beberapa
hari, tergantung pada etiologinya.

Masa penularan

Masa penularan diare tergantung pada etiologinya. Masa penularan


Kolera akan terus berlangsung selama dalam tinja dan cairan
muntahan pasien terdapat agen penyebabnya. Masa penularan
pada carrier Kolera dapat berlangsung selama 2 minggu.

Kekebalan dan Kerentanan

Faktor determinan untuk kekebalan dan kerentanan seseorang


adalah faktor ekonomi, keadaan gizi, umur (balita lebih rentan),
budaya (perilaku), kepadatan penduduk, ketersediaannya air
jamban, dan sarana air bersih. Pasien yang baru sembuh dari
penyakit diare mempunyai kekebalan yang hanya berlangsung
singkat saja, sehingga reinfeksi mudah terjadi.

Tatalaksana pencegahan peristiwa diare

Pencegahan peristiwa diare dapat dilakukan dengan cara :

a) Penyuluhan kesehatan

b) Meningkatkan penggunaan air susu ibu (ASI)

c) Memperbaiki praktek pemberian makanan pendamping ASI

7
d) Penggunaan air bersih

e) Kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah makan

f) Penggunaan jamban yang benar

g) Pembuangan tinja bayi dan anak – anak yang benar

h) Imunisasi campak

Tatalaksana penderita, kontak, dan lingkungan pada


peristiwa diare

Tatalaksana penderita diare di rumah :

a) Meningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah


sayur, air tajin, dan larutan gula garam,bila ada berikan oralit.

b) Meneruskan pemberian makanan lunak yang tidak


merangsang selama diare serta makanan ekstra sesudah diare.

c) Membawa pasien diare ke sarana kesehatan, bila tidak


membaik dalam 3 hari atau ada salah satu tanda sebagai berikut
:

(i) Buang air besar encer semakin sering dalam jumlah banyak.

(ii) Ada muntah yang berulang.

(iii) Rasa haus yang nyata.

(iv) Tidak makan / minum.

(v) Demam yang tinggi.

(vi) Ada darah dalam tinjanya.

Tatalaksana penderita diare di sarana kesehatan :

a) Rehidrasi oral dengan oralit

b) Memberikan cairan intravena dengan Ringer laktat untuk


pasien dengan dehidrasi berat atau tidak bisa minum

c) Penggunaan obat secara rasional

8
d) Nasihat tentang meneruskan pemberian makanan, rujukan
dan pencegahan

Pada orang – orang yang kontak (close contact) saat waktu terjadi
KLB yang disebabkan Kolera, dapat diberikan prophilaksis dengan
dosis sama dengan dosis terapi.

Pada masyarakat di lingkungan pasien perlu diberikan penyuluhan


tentang diare, terutama yang menyangkut cara – cara penularan
penyakit dan cara – cara pencegahannya.

Tatalaksana peristiwa KLB diare

Masa pra – KLB :

a) Meningkatkan kewaspadaan dengan surat edaran atau


instruksi di setiap tingkatan

b) Intensifikasi surveilens

c) Membentuk Tim Gerak Cepat

d) Mengintensifkan penyuluhan kesehatan masyarakat

e) Meningkatkan kegiatan laboratorium

f) Perbaikan dan evaluasi sanitasi

g) Menyiapkan logistic

h) Meningkatkan kegiatan lintas program dan sektoral

Masa KLB :

a) Pembentukan Pusat Rehidrasi misalnya dib alai desa,


sekolahan dan sebagainya asal bangunan tersebut tidak menjadi
satu dengan bangunan keluarga. Pusat Rehidrasi ini memberikan
tatalaksana kepada pasien yang perlu dirawat serta memberikan
penyuluhan kepada keluarga pasien, mengatur logistic, mencatat
kunjungan pasien dan jumlah yang dirawat di Pusat ini.

b) Meningkatkan peran Tim Gerak Cepat, setiap saat siap


bergerak ke tempat – tempat yang terjangkit sesuai dengan data
pasien dari Puskesmas atau Pusat Rehidrasi dan data
penyelidikan epidemiologi.

9
Masa Pasca KLB :

Setelah KLB mereda, pengamat intensif masih dilakukan selama 2


minggu berturut – turut untuk menjaga kemungkinan timbulnya KLB
susulan.

Tindakan Internasional

Untuk penyakit Kolera, karena termasuk penyakit karantina, maka


laporan harus sampai ke perwakilan WHO. Laporan dari Puskesmas
ke Dinas Kesehatan Tingkat II, dari sini ke Dinas Kesehatan Tingkat
I, lalu diteruskan ke Menteri Kesehatan lalu selanjutnya dilaporkan
ke Perwakilan WHO di Jakarta, lalu ke kantor Regional WHO di New
Delhi untuk diteruskan ke WHO Geneva.

Indikator :

(i) Cakupan Pelayanan :

Realisasi penemuan pe x 100 %

Target

Target minimal 10 % x 28 % x jumlah penduduk

(ii) Angka Penggunaan Oralit :

Jumlah penderita yang diberi x 100 %

Jumlah penderita

(iii) Angka Penggunaan Infus :

Jumlah penderita yang di infus

Jumlah penderita

(iv) Angka Kematian (CFR – KLB) :

Jumlah kematian pada diare

Jumlah penderita saat KLB

10
2. DEMAM BERDARAH DENGUE

Definisi

Penyakit demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever)


adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan
demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,
lemah / lesu, gelisah, nyeri ulu hati, sakit kepala, nyeri retro orbita,
mialgia, arthralgia, rash, manifestasi perdarahan (petekhie), lebam
(echymosis), atau ruam (purpura), kadang – kadang mimisan
(epitaksis), berak darah (melena), muntah darah (hematemesis),
kesadaran menurun atau renjatan (syok).

a) Demam

Penyakit DBD ditandai dengan demam tinggi secara mendadak


disertai facial flushing dan sakit kepala. Demam ini dapat
berlangsung selama 2 – 7 hari, kadang disertai kejang pada anak
dengan riwayat kejang demam. Pasien kehilangan nafsu makan,
muntah, nyeri epigastrium, nyeri perut di daerah lengkung iga
sebelah kanan.

b) Manifestasi Perdarahan

Sebab perdarahan pada pasien DBD ialah adanya


trombositopenia dan gangguan trombosit. Perdarahan ini terjadi
di semua organ tubuh, yang di tandai sekurang – kurangnya satu
dari :

(i) Uji Torniquet (Rumple Leede) positif, Petechie, purpura,


echymosis dan perdarahan konjungtiva. Petechie sering sulit
dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk. untuk
membedakannya tekan dengan obyek gelas / penggaris
plastik pada petechiae di kulit, jika hilang maka itu bukan
petechiae.

(ii) Epitaksis, perdarahan gusi

(iii) Hematemesis, melena

(iv) Hematuri

11
c) Hepatomegali

Pembesaran hati pada DBD pada umumnya dapat ditemukan


pada awal penyakit bervariasi dari hanya sekedar dapat diraba
(just palpable) sampai 2 – 4 sentimeter di bawah lengkung iga
kanan. Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit,
nyeri tekan di daerah hati, sering ditemukan pada sebagian kecil
kasus ikterus. Nyeri tekan daerah hati tampak jelas pada anak
besar dan ini berhubungan dengan perdarahan.

d) Dengan atau tanpa gejala syok

Pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara hari
sakit ke – 3 – 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi; kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis
disekitar mulut, pasien menjadi sering gelisah, nadi cepat,
lemah, kecil sampai tidak teraba.

Walaupun pada beberapa pasien tampak sangat lemah, pada


saat akan terjadi syok, pasien sangat gelisah. Sesaat sebelum
syok sering kali pasien mengeluh nyeri perut.

Syok ditandai dengan denyut nadi cepat dan lemah, tekanan


nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), jadi untuk
menilai tekanan nadi perhatikan tekanan sistolik dan diastolik,
misalnya 100 / 90 mmHg berarti tekanan nadi 10 mmHg atau
hipotensi (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang), kulit dingin dan lembab.

Syok merupakan tanda kegawatan yang harus mendapat


perhatian serius, oleh karena bila tidak diatasi sebaik – baiknya
dan secepatnya dapat menyebabkan kematian. Pasien dapat
cepat masuk ke dalam fase krisis yaitu syok berat, pada saati itu
tekanan darah dan nadi tidak dapat terukur lagi. Syok dapat
terjadi dalam waktu yang sangat singkat, pasien dapat
meninggal dalam waktu 12 – 24 jam atau sembuh cepat setelah
mendapat penggantian cairan yang memadai. Apabila syok tidak
dapat segera diatasi dengan baik, akan terjadi asidosis
metabolik, perdarahan saluran cerna hebat atau perdarahan lain,
hal ini pertanda prognosis buruk.

e) Trombositopeni

12
Penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000 / mm3 atau
kurang dari 1 – 2 trombosit / lapangan pandang besar (lpb)
dengan rata – rata pemeriksaan dilakukan pada 10 lpb, pada
umumnya trombositopenia terjadi sebelum ada peningkatan
hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit <
100.000 / mm3 biasanya akan ditemukan antara hari sakit ke – 3
sampai hari sakit ke 7. Pemeriksaan trombosit perlu diulang
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit dalam batas normal
atau menurun.

Pemeriksaan dilakukan pertama pada saat pasien diduga


menderita DBD, bila normal maka diulang pada hari sakit ke – 3
tetapi bila perlu diulang setiap hari sampai suhu turun.

f) Hemokonsentrasi / kadar hematokrit

Peningkatan nilai hematokrit (Ht) atau hemokonsentrasi selalu


dijumpai pada DBD, merupakan indicator yang peka akan
terjadinya perembesan plasma, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan Ht secara berkala.

Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan


hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit 20
% atau lebih (misalnya dari 35 % menjadi 42 %), mencerminkan
peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma.

Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi


oleh penggantian cairan atau perdarahan.

Agen penyebab

Agen penyebab sakit DBD ialah virus dengue yang sampai sekarang
dikenal ada 4 tipe (tipe 1,2,3 dan 4) termasuk dalam grup B
Arthropod borne Virus (Arbovirus). Ke empat virus ini telah
ditemukan di Indonesia. Penelitian di Indonesia menunjukkan
Dengue tipe 3 merupakan serotype virus yang dominan yang
menyebabkan kasus yang berat.

Penyebaran

Penyakit DBD banyak terdapat di Asia seperti Indonesia, Malaysia,


India, Vietnam, Singapura, Thailand, Pakistan, dan lain-lain.

Di Pasifik seperti Queenland, Fuji, Samoa, Tahiti, dll.

13
Di Amerika seperti Meksiko, Guatemala, Brasil, Panama, Peru,
Venezuela, dll.

Di Afrika seperti Sinegal, Nigeria, Angola, Sudan, Madagaskar,


Kepulauan Comoro, dll.

Sumber penularan (Reservoir)

Sumber penularan penyakit DBD ialah pasien DBD.

Cara penularan

Cara penularan penyakit DBD umumnya melalui gigitan nyamuk


Aedes aegypti tetapi dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus
yang hidup di kebun. Ke dua jenis nyamuk ini terdapat di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali ditempat dengan ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut. Nyamuk dewasa betina
menghisap darah dari pagi sampai petang dengan dua puncak
waktu ialah 08.00-10.00 dan 15.00-17.00.

Nyamuk ini bersifat antropofilik (senang sekali kepada manusia) dan


hanya nyamuk betina yang menggigit. Penghisapan dilakukan baik
di dalam rumah maupun diluar rumah di tempat yang agak gelap.
Pada malam hari nyamuk beristirahat pada benda-benda yang
digantung seperti pakaian, kelambu, pada dinding dan di bawah
rumah dekat tempat berbiaknya, biasanya di tempat yang lebih
gelap. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang
(multiple biters), ialah menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan nyamuk Aedes aegypti
sangat se3nsitif dan mudah terganggu. Keadaan ini sangat
membantu nyamuk dalam memindahkan virus Dengue ke beberapa
orang sekaligus sehingga dilaporkan adanya beberapa orang DBD di
satu rumah. Telur Aedes aegypti bewarna hitam seperti sarang
tawon, diletakkan satu demi satu di permukaan atau sedikit di
bawah permukaan air dengan jarak lebih kurang 2-5 cm dari dinding
tempat perindukan.

Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu -2°celcius


sampai +42°celcius. Bila kelembaban terlampau rendah, maka telur
akan menetas dalam waktu 4 hari. Dalam keadaan optimal
perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa berlangsung
sekurangnya selama 9 hari. Nyamuk betina dewasa yang mulai
menghisap darah manusia, 3 hari sesudahnya sanggup bertelur
sampai 100 butir. Dua puluh empat jam kemudian nyamuk ini

14
menghisap darah lagi, selanjutnya bertelur lagi. Walaupun umur
nyamuk dewasa betina di alam bebas sekitar 25 hari, waktu itu
cukup bagi nyamuk untuk berkembang biak, dan selanjutnya
menyebarkan virus kepada manusia lain. Pada saat nyamuk betina
menghisap darah pasien DBD, maka bersama darah virus Dengue
masuk ke dalam perut nyamuk. Di perut nyamuk , virus ini virus ini
berkembang biak secara propagatif. Diperlukan waktu selama 8-11
hari sampai nyamuk ini dapat menularkan DBD kepada orang lain,
inilah yang dinamakan sebagai masa tunas ekstrinsik. Virus tidak
ditemukan pada telur nyamuk, jadi tidak ada penularan
transovarian (herediter). Jarak terbang umumnya pendek ialah
sekitar 50 meter, sedangkan jarak terjauh ialah 2 km.

Tempat perindukan utama nyamuk A.aegypti ialah tempat-tempat


berisi air bersih (yang tidak berhubungan dengan tanah) yang
berdekatan dengan rumah-rumah penduduk, biasanya tidak
melebihi jarak 500 meter dari rumah.

Tempat perindukan tersebut dapat berupa tempat perindukan


buatan manusia (man made breeding places), berupa tempayan,
bak mandi, gentong air, drum air, kaleng bekas, ban bekas, pecahan
botol dsb dan dapat pula berupa tempat perindukan alamiah,
seperti kelopak daun tanaman (keladi dan pisang), tempurung
kelapa, tonggak bamboo, dan lubang pohon berisi air hujan.

Masa tunas

Masa tunas ialah waktu antara sejak masuknya agent ke dalam


badan host sampai timbulnya gejala awal penyakit yang
bersangkutan. Untuk penyakit DBD mempunyai masa tunas selama
4-6 hari.

Masa periode penularan

Masa penularan bagi nyamuk berlangsung sejak pasien demam


sampai virus tidak ada lagi dalam badan. Nyamuk yang baru
menggigit paswien memerlukan waktu selama 9 hari untuk mulai
dapat menularkan kepada orang lain. Masa ini disebut sebagai masa
tunas ekstrinsik. Nyamuk tersebut akan tetap infeksius selama
hidupnya. Masa penularan pada carrier dapat berlangsung
bertahun-tahun.

15
Kekebalan dan kerentanan

Semua orang rentan terhadap infeksi penyakit DBD, lebih-lebih


untuk kelompok anak-anak. Pasien yang baru sembuh dari penyakit
DBD mempunyai kekebalan yang hanya berlangsung singkat saja.
Reinfeksi mudah terjadi.

Tatalaksana pencegahan peristiwa DBD

Pencegahan penyakit DBD yang terpenting ialah dengan


memutuskan rantai penularan antara host dengan vektor yang
menularkan penyakit DBD. Cara pencegahan yang terbaik ialah
dengan melaksanakan Pe3mberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan melibatkan peran serta masyarakat.

a. Penyuluhan kesehatan

b. Membersihkan tempat-tempat penyimpanan air sedikitnya


sekali/minggu.

c. Mengubur : benda-benda yang dapat menampung air hujan


seperti kaleng bekas, botol, ban bekas, dan tempat-tempat lain
yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aides Aegypti.

d. Mengganti air pot bunga seminggu sekali.

e. Menutup tempat-tempat penyimpanan air seperti tempayan,


drum, dll.

f. Melipat baju-baju yang tergsantung.

g. Memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,


dll) pada kolam-kolam hias yang ada di rumah / di lingkungan
rumah.

h. Memasukkan larvasida (abate) pada tempat penampungan air


yang tidak dapat dikuras / ditutup rapat 10 gram untuk 100
liter air.

Untuk memberantas nyamuk dewaa dilakukan pengasapan


atau fogging di dalam rumah pasien dan di dalam rumah-

16
rumah di sekitar rumah pasien dengan radius sejauh 100
meter sebanyak 2 kali dengan interval waktu 10 hari.

Tatalaksana pasien, kontak, dan lingkungan

Bila ada kasus DBD harus segera dilaporkan ke Dinas Kesehatan


Tingkat II dalam waktu 24 jam. Pasien harus dirawat untuk
mencegah timbulnya syok. Berikan pengobatan simtomatis dan
dimonitor tensinya serta dimonitor pula kadar trombosit darahnya.

Pada orang-orang yang berada di sekitar pasien perlu diamati


sedikitnya selama 6 hari untuk memastikan apakah tetap sehat
atau jatuh sakit.

Pada masyarakat di lingkungan pasien perlu diberikan penyuluhan


tentang penyakit DBD, terutama yang menyangkut cara-cara
penularan penyakit dan cara-cara pencegahannya.

Tatalaksana waktu KLB

Bila ada KLB DBD, harus segera dilakukan tindakan terhadap


pasien dan tindakan terhadap masyarakat sekitar pasien.
Penyuluhan harus segera diberikan kepada masyarakat yang tinggal
disekitar rumah pasien. Segera lakukan pengasapan (fogging) masal
di desa / kelurahan dengan prioritas yang insiden (attack rate)
tinggi serta dengan memperhatikan wilayah kesatuan
epidemiologis. Gerakan pemberantasan nyamuk melalui ‘3M’ di
desa / kelurahan, sekolah dan tempat-tempat umum. Melaksanakan
PSN dengan mengikut sertakan partisipasi masyarakat.

Tindakan Internasional

Karena penyakit DBD termasuk penyakit wabah, maka laporan


harus sampai ke perwakilan WHO (lihat penyakit diare).

1.3. Malaria

Pengenalan

17
Orang yang terkena malaria dimulai dengan badan merasa lemah,
sakit kepala, tidak nafsu makan, mual, dan muntah-muntah.
Kemudian timbul gejala demam, mengigil, berkeringat disertai sakit
kepala. Tanda dan gejala ini bervariasi sangat tergantung imunitas
dan kondisi fisik penderita dan gejal spesifik daerah setempat.

Pasien pucat karena kekurangan darah disertai pembesaran limpa


(padat dan keras), ikterus, bagi mereka yang sering terserang
malaria (daerah endemik).

Pasien kurang tenaga, hingga produktivitas kerja menurun.


Gambaran klinis malaria dapat dibagi menjadi 2 kelompok ialah
malaria klinis ringan / tanpa komplikasi dan malaria klinis berat /
dengan komplikasi.

Malaria ringan / tanpa komplikasi :

Gejala klasik malaria merupakan suatu paroksisme yang biasanya


terdiri dari 3 stadium yang berurutan ialah :

a. Mengigil (15- 60 menit)

Terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan keluar zat-zat


antigenic yang menimbulkan mengigil / dingin selama 15-60 menit.

b. Demam (2-6 jam)

Setelah penderita mengigil, timbul gejala demam biasanya suhu


sekitar 39-40 derajat Celcius, pada penderita hiper parasitemia
(>5%), suhu meningkat sampai >40 derajat Celcius, proses demam
berlangsung selama 2-6 jam.

c. Berkeringat (2-4 jam)

Setelah demam timbul gejala berkeringat yang terjadi akibat


gangguan metabolism tubuh, sehingga produksi keringat
bertambah. Kadang-kadang dalam keadaan berat berkeringat
sampai seperti orang mandi. Proses ini berjalan 2-4 jam. Biasanya
setelah berkeringat penderita merasa sehat kembali. (Sumber WHO
1997, Bruce Chwatt’s).

Agen Penyebab

18
Penyebab penyakit malaria ialah Plasmodium malaria, yang dikenal
ada 4 macam, ialah :

a. Plasmodium falciparum (malaria tropika)

b. Plasmodium vivax (malaria tertian)

c. Plasmodium malariae (malaria kuartana)

d. Plasmodium ovale (malaria ovale)

Penyebaran

Penyakit malaria terdapat di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan


Negara-negara tropis lain dimana nyamuk malaria dapat hidup.
Daerah endemik malariadi Indonesia sebagian besar terdapat di luar
Jawa-Bali, terutama di Kawasan Timur Idonesia. Di Jawa-Bali kasus
malaria masih terdapat pula di focus-fokus tertentu.

Sumber penularan (Reservoir)

Sebagai sumber penularan penyakit malaria ialah manusia (pasien)


yang mengandung parasit malaria.

Cara penularan

Cara penularan dari pasien ke orang lain ialah melalui gigitan


nyamuk Anopheles betina yang terkena infeksi.

Masa tunas

Masa tunas penyakit malaria ialah 12 hari untuk P.falciparum, 14


hari untuk P.vivax, dan 30 hari untuk P.malariae.

Masa periode penularan

Penularan malaria terus terjadi selama daerah pasien ada parasit.

19
Kekebalan dan kerentanan

Penyakit malaria dapat menyerang semua orang, semua golongan


umur dari bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Menyerang semua
golongan ekonomi dari kelompok ekonomi rendah, sedang dan
tinggi.

Tata laksana pencegahan khusus malaria

Penyakit malaria dapat dicegah dengan memberantas sarang


nyamuk, mencegah gigitan nyamuk, mengizinkan rimah disemprot
dengan insektisida, dan segera berobat bila sakit malaria.

a. Memberantas sarang nyamuk dengan cara :

a) Mengalirkan aliran air tergenang

b) Membersihkan semak belukar di sekitar rumah

c) Membersihkan dan merawat tambak ikan dan udang

d) Merawat dan membersihkan saluran air sawah

e) Melestarikan hutan bakau di rawa-rawa sepanjang pantai

f) Menanam padi secara serentak dan diselingi palawija

g) Melipat baju dan kainyang bergantungan

h) Memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, guppy,dll).

b. Mencegah gigitan nyamuk dengan cara :

a) Memasang kawat kasa pada pintu, jendela, dan lubang angin

b) Tidur menggunakan kelambu

c) Berada di dalam rumah pada malam hari

d) Pakailah obat nyamuk

c. Bila akan bepergian ke wilyah endemik malaria :

Dua minggu sebelum berangkat minum klorokuin basa 300 mg


single dose, seminggu sebelum berangkat minum klorokuin basa
300 mg single dose. Di tempat endemik minimum 300 mg klorokuin

20
basa single dose / minguu, setelah kembali diteruskan sampai 4
minggu setelah kembali pulang.

Dosis klorokuin untuk propfilaksis menurut umur:

a. 0 – 11 bulan : ¼ tablet

b. 1 – 4 tahun : ½ tablet

c. 5 – 9 tahun : 1 tablet

d. 10 – 14 tahun : 1½ tablet

e. > 15 tahun : 2 tablet

Tata laksana penderita, kontak, dan lingkungan

Tata laksana malaria ringan / tanpa komplikasi :

a. Anamnesis :

a) Keluhan utama adanya : demam, mengigil, berkeringat, dapat


disertai sakit kepala, mual dan / muntah, atau disertai gejala
khas daerah seperti diare pada balita dan nyeri otot / pegel-pegel
pada orang dewasa.

b) Riwayat berpergian ke daerah malaria

c) Riwayat tinggal di daerah malaria

d) Pernah menderita malaria (untuk mengetahui imunitas)

e) Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria (untuk


mengetahui pernah mendapat obat pencegahan atau
pengobatan teraptik).

b. Pemeriksaan fisik :

a) Suhu > 38 derajat Celcius

b) Adanya pembesaran limpa (splenomegali)

c) Pembesaran hati (hepatomegali)

d) Anemia

21
c. Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan sediaan darah tebal (SD), untuk mengetahui parasit


malaria aseksual dan mengetahui kepadatan parasit. Kepadatan
parasit sediaan darah dinyatakan dalam :

SD Negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100


(+) : LP)

SD Positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100


(++) : LP)

SD Positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100


(+++) : LP)

(++++) : SD Positif 3 (ditemukan 1-19 parasit dalam 1 LP)

SD Positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1


(+++++) : LP)

d. Pengobatan malaria ringan / tanpa komplikasi :

Jenis obat

Nama Obat Dosis / hari Sediaan / Kemasan

Tablet 250 mg berisi 150


Klorokuin Untuk 3 hari = 25 mg/kgBB mg
Hari 1 dan 2 : 10mg/kgBB klorokuin basa
Injeksi berisi 100 mg
Hari 3 : 5mg/kgBB basa/ml
(1 ampul = 1 ml)

Oral :30 mg/kgBB dibagi Tablet berisi 200 mg kina


Kina dalam 3x basa dan
pemberian Injeksi berisi 250 mg kina
Parenteral : dihidrolHCL/ml, (ampul
10mg/kgBB/8jam(im/iv) berisi 2ml)

Sulfadoksin
+ Tablet Sulfadoksin 500 mg
Primetanin Sulfadoksin = 25 mg/kgBB dan
Primetamin = 1,25
(SP) mg/kgBB Primetamin 25 mg

Primakuin 0,75 mg/kgBB (2-3 tablet) Tablet berisi 15 mg basa


0,25 mg/kgBB (1 tablet)

22
Keterangan :
1. Klorokuin dan primakuin dan SP diberikan dalam dosis tunggal/per hari pada
jam yang sama

2. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong

3. Primakuin dan SP tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan bayi umur < 1
tahun

4. Selain minum obat, pada penderita juga diterangkan efek samping obat
(telinga berdenging, tuli, pusing, mual, dan diminta dating kembali 3 hari
setelah pengobatan)

5. Dosis lethal, klorokuin >30 mg/kgBB/hari, primakuin >4 gram/kgBB/hari

6. Dosis toksis, klorokuin = 25-30 mg/kgBB/hari, primakuin 1-4 gram/kgBB/hari

7. Kina diberikan 3 kali sehari (bukan dosis tunggal)

Jenis dan Dosis Pengobatan

Pengobatan malaria klinis

Diberikan pada penderita malaria klinis tanpa laboratorium

Jenis
obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Ha 1
ri 0- - 10
1 4 5- - >
Dosis 1 t 9 14 15t
Tanggal bl h th th h

Klorokui 3-
1 n ½ 1 2 3 4*

Primaku 1 2-
in - ¾ ½ 2 3*

Klorokui 3-
2 n ½ 1 2 3 4*

Klorokui 1
3 n ¼ ½ 1 ½ 2

*Klorokuin 4 tablet, Primakuin3 tablet, diberikan bila berat badan penderita > 50
kg

Bila dalam waktu 2 – 3 hari penderita masih demam, maka Klorokuin diganti
dengan Kina selama 7 hari dan Primakuin 1 hari.

23
Jenis
obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Ha 10
ri 0- 5- - >
Dosis 11 1-4 9 14 15t
Tanggal bl th th th h

3 3
3 x x x 3 x
1 Kina # ¼ ½ 1 2

Primaku 1
in - ¾ ½ 2 2-3

3 3
3 x x x 3 x
2 Kina # ¼ ½ 1 2

#Kina diberikan pada bayi < 1 tahun dengan dosis 10mg/umur dalam bulan per
hari selam 7 hari.

Misalanya : bayi umur 6 bula, dosis obat =6 x 10 mg =60 mg. Dosis obat =3 x 20
mg/hari selama 7 hari.

Pengobatan radikal

Pengobatan radikal diberikan kepada penderita positif malaria


berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.

(i) Malaria Falciparum

24
Bila dapat pemeriksaan laboratorium sediaan darah ditemukan
plasmodium falciparum, maka dosis dan lama pemberian obat
Klorokuin menurut umur sbb :

Jenis
obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Ha 1
ri 0- - 10
1 4 5- - >
Dosis 1 t 9 14 15t
Tanggal bl h th th h

Klorokui 3-
1 n ½ 1 2 3 4*

Primaku 1 2-
in - ¾ ½ 2 3*

Klorokui 3-
2 n ½ 1 2 3 4*

Klorokui 1
3 n ¼ ½ 1 ½ 2

*Klorokuin 4 tablet, Pramakuin 3 tablet, diberikan bila berat badan penderita > 50
kg.

Bila pada hari ke 3 penderita dating kembali, perlu diperiksa SD dan bila jumlah
parasit sama atau meningkat, diberikan pengobatan alternative dengan SP.

Pengobatan Malaria Falciparum dengan SP dosis tunggal (SP)


ditambah Pramakuin 1 hari (P) dosis menurut kelompok umur :

Jenis
obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Ha 1
ri 0- - 10
1 4 5- - >
Dosis 1 t 9 14 15t
Tanggal bl h th th h

1
SP - ¾ ½ 2 3

Primaku 1 2-
in - ¾ ½ 2 3*

25
Bila pada hari ke3 penderita datang kembali, perlu diberikan SD dan
bila jumlah parasit sama atau meningkat, diberikan pengobatan
alternative dengan SP.

Pengobatan Malaria Falciparum dengan SP dosis tunggal (SP)


ditambah Primakuin 1 hari (p) dosis menurut kelompok umur :

Jenis
obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Ha 1
ri 0- - 10
1 4 5- - >
Dosis 1 t 9 14 15t
Tanggal bl h th th h

1
SP - ¾ ½ 2 3

Primaku 1 2-
in - ¾ ½ 2 3*

Bila penderita datang dengan disertai gejala malaria berat / dengan


komplikasi, maka penderita harus dirawat dan ditanggulangi secara
malaria berta.

Bila jumlah parasit menurun dan penderita masih timbul gejala


klinis, maka diberikan obat simtomatisdan penderita diminte datang
lagi pada hari ke 7 untuk diperiksa SD. Bila hasilnya masih positif,
diberikan obat alternative SP;bila negative tetapi masih ada gejala
klinis maka diberikan obat simtomatik.

Bila masih positif, maka diberikan kina 7 hari + Primakuin 1 hari.

(ii) Malaria Tertianan (vivax) / ovale

Dengan Klorokuin 3 hari dan Primakuin 5 hari, dosis sesuai


kelompok umur :

Ha Jenis
ri obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Dosis 0- 1 5 10 >
Tanggal 1 - - - 15t

26
4 9
1 t t 14
bl h h th h

Klorokui
1 n ½ 1 2 3 3-4

Primaku
in - ¼ ½ ¾ 1

Klorokui
2 n ½ 1 2 3 3-4

Primaku
in - ¼ ½ ¾ 1

Klorokui 1
3 n - ½ 1 ½ 2

Primaku
in - ¼ ½ ¾ 1

4
s/d Primaku
5 in - ¼ ½ ¾ 1

Bila 2 – 3 hari setelah menyelesaikan pengobatan dengan Klorokuin


3 hari ditambah Primakuin 5 hari, penderita masih panas atau
menderita sakit, maka pengobatan dilanjutkan dengan pemberian
Klorokuin 3 hari ditambah Primakuin 14 hari.

Jenis
obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Ha 1 5
ri 0- - - 10
1 4 9 - >
Dosis 1 t t 14 15t
Tanggal bl h h th h

Klorokui
1 n ½ 1 2 3 3-4

Primaku
in - ¼ ½ ¾ 1

Klorokui
2 n ½ 1 2 3 3-4

Primaku
in - ¼ ½ ¾ 1

Klorokui 1
3 n ¼ ½ 1 ½ 2

27
Primaku
in - ¼ ½ ¾ 1

4
s/d Primaku
5 in - ¼ ½ ¾ 1

(iii) Malaria Berat / dengan komplikasi

Ditemukan Plasmodium falciparum dalam bentuk aseksual pada


pemeriksaan darah tepi disertai salah satu gejala dibawah ini :

- Malaria serebal. Dapat terjadi koma yang dalam, koma dapat


kembali ormal dalam waktu yang sangat singkat. Penurunan
kesadaran dapat pula oleh hipoglikemia, gangguan elektrolit, dan
hiperleukimia.

- Anemia berat dengan Hb < 5% dan hematokrit <15% pada


kepadatan parasit 10.000/mikro liter. Bila anemianya hipokrom dan
mikrositik, harus dikesampingkan anemia defisiensi besi dan
Talasemia.

- Produksi urin < 400cc/24jam pada orang dewasa atau


12ml/kgbb/24jam pada anak-anak setelah dehidrasi dan kreatinin >
3g%.

- Edema paru, dapat terjadi akibat oder hidraso atau ARDS.

- Hipoglikemia (gula darah <40mg%)

- Gagal sirkulasi (syok), ialah hipotensi dengan tekanan darah sistolik


< 50 mmHg pada anak atau < 70 mmHg pada orang dewasa,
disertai keringat dingin, nadi kecil dan cepat.

- Perdarahan spontan pada gusi, hidung dan saluran gastro intestinal


disertai dengan atau kelainan laboratorium dan adanya gangguan
koagulasi intravaskuler.

- Kejang-kejang berulang lebih dari 2x dalam waktu 24 jam.

- Asidosis, pH darah < 7.25 atau plasma bikarbonat < 15mmol/liter.

- Makroskopis hemoglobinuria.

- Beberapa gejala yang juga termasuk malaria berat menurut


presentaso darah ialah:

28
• Penurunan kesadaran lebih ringan dari koma.

• Kelemahan yang sangat seperti tidak bisa duduk atau berjalan


tanpa kelainan neurologik.

• Hiperpasitemia (>5%)

• Hiperbilirubinemia (bilirubin > 3%)

• Hipertermia dengan suhu >40% derajat Celcius

Penatalaksanaan Malaria Berat:

- Anamnesisi

• Adanya gejala malaria ringan disertai dengan gejala malaria


berat/dengan komplikasi ialah:

 Mulainya gangguan kesadaran dan beberapa lama


gangguan kesadaran(>30menit bermakna)

 Kejang beberapa kali

 Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran

 Mata kuning dan tubuh kuning

 Adanya perdarahan hidung, gusi, atau saluran


pencernaan.

 Jumlah urine berkurang(oliguria)

 Muntah terus menerus

 Makan dan minum penderita

 Warna urine seperti teh tua

 Kelemahan umum ( tidak bisa duduk/berdiri)

 Nafas cepat/sesak nafas.

• Riwayat berpergian/ tinggal di daerah endemik malaria

• Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria

• Riwayat pernah menderita malaria.

Pemeriksaan fisik

29
• Suhu badan > 40 derajat Celsius
• Tekanan darah sistolik < 70 mmHg pada orang dewasa dan < 50
mmHg pada anak-anak.
• Nadi cepat dan lemah/kecil
• Frekuensi nafas > 35x/menit pada orang dewasa atau > 40x/menit
pada balita atau > 50x/menit pada umur < 1 tahun.

• Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas berkurang,


lidah kering, produksi urine berkurang)
• Tanda-tanda anemia berat ( konjungtiva pucat, telapak tangan
pucat, lidah pucat, dan lain-lain)
• Pembesaran limpa dan atau hepar.
• Adanya ronkhi pada kedua paru.
• Penurunan derajat kesadaran ( dengan Glasgow Coma Scale)
• Gagal ginjal, ditandai dengan oliguria sampai anuria)
• Terlihat mata kuning
• Tanda-tanda perdarahan di kulit (ptekiae, purpura, hematom)
• Gejala neurologi (kaku kuduk, reflek patologi, fisiologik)

Pemeriksaan Laboratorium

• Pemeriksaan darah tebal dan tipis untuk menentukan parasit


aseksual dan menghitung jumlah parasit aseksual. Bila SD negatif,
perlu diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 kali
• Pemeriksaan darah untuk Hb, lekosit, dan hitung jumlah lekosit,
trombosit, dan hematokrit.
• Pemeriksaan urine untuk berat jenis dan urinalisis urine.

Diagnostik banding:

• Radang otak
• Stroke (gangguan cerebro vaskuler)
• Hepatitis
• Leptospirosis
• Tifoid encephalitis
• Sepsis gagal
• Gagal ginjal

Tindakan umum

30
• Persiapan penderita berat malaria berat untuk dirujuk ke rumah
sakit
• Perbaiki keadaan umum penderita ( beri cairan dan perawatan
umum)
• Ukur suhu, nadi, nafas, tekanan darah setiap 30 menit.
• Jaga jalan nafas dan mulut untuk menghindari terjadinya asfiksia
bila diperlukan beri oksigen (O2)
• Lakukan pemeriksaan SD tebal
• Bila hipotensi, tidurkan dalam posisi Tredelenburg dan awasi tensi
terus menerus, warna kulit dan suhu laporkan ke dokter segera
• Kasus dirujuk ke rumah sakit bila kondisi memburuk.

Pemberian obat anti malaria

Sebelum penderita dirujuk ke rumah sakit dilakukan pengobatan sbb:

• Kina HCL ( 1ampul berisi 500mg/2cc)

Satu ampul kina dilarutkan dalam 500ml dekstrose 5% diberikan selama


8jam diulang dengan cairan yang sama setiap 8jam. Dosis untuk anak-
anak Kina HCl 10mg/kgbb ( 1 ampul kina HCl berisi 500mg/2cc) dalam 5-
10 ml/kgbb dekstran 5% selama 8jam dan diulang 8jam berikutnya. Jika
penderita sudah sadar dan dapat minum obat, maka kina diberikan per
oral dengan dosis 10mg/kgbb setiap pemberian(3x sehari)

Bila tidak dapat dilakukan infus, kina HCl dapat diberikan secara intra
muskuler tiap 8jam pada dosis yang sama dengan infus.

Tindakan terhadap komplikasi organ

• Malaria serebral

Gangguan kesadaran pada malaria cerebral disebabkan gangguan


metabolisme di otak. Pada malaria serebral dapat terjadi kejang secara
berulang-ulang.Tindakan terhadap kejang ialah pemberian
Phenobarbital(luminal) 100mg i.m. 1kali, Diazepam 10-20mg i.m./i.v.

• Hipoglikemia (gula darah < 40mg %)

Sering terjadi pada pemberian kina (setelah 3jam), hiperparasitemia


malaria berat pada kehamilan hiperparasitemia dan malaria berat pada
gangguan fungsi hati. Tindakan : Bolus dekstrosa 50-100cc glukosa 40%
( 1ml/kgbb) i.v., kemudian glukosa 10% per infus.

Monitor kadar gula darah setiap 4-6 jam karena mungkin timbul lagi
hipoglikemia.

31
• Syok(Algid malaria)

Bila syok terjadi pada malaria berat (malaria algid) penderita segera
dirujuk ke rumah sakit terdekat.

• Gagal ginjal

Paling sering terjadi gagal ginjal ekstra renal. Bila ada tanda gagal ginjal
pada malaria berat, segera rujuk ke rumah sakit terdekat.

• Perdarahan

Biasanya terjadi akibat thrombositopenia berat ditandai manifestasi


perdarahan pada kulit berupa ptekiae, purpura, hematom, atau
perdarahan pada hidung, gusi, dan saluran pencernaan. Tindakan: berikan
vitamin K 10mg intravena, lalu dirujuk ke rumah sakit terdekat.

• Edema paru:

Edema paru pada malaria terjadi bukan karena gangguan fungsi jantung,
tetapi karena: overdehidrasi atau karena ARDS ( Adult Respiratory
Distress Syndrome), maka bila ada tanda edema paru, penderita segera
dirujuk, sebelum dirujuk lakukan tindakan berikut:

 Akibat over hidrosis:

 Pembatasan pemberian cairan


 Pemberian furosemid 40mg i.v. bila perlu diulang 1jam
lagi.
 Monitoring produksi urine.

 Akibat ARDS : pemberian oksigen

• Ikterus

Manifestasi ikterus pada malaria berat sering dijumpai di Asia dan di


Indonesia, yang mempunyai prognosis jelek.

Tindakan: Penderita segera dirujuk, bila ditemukan adanya tanda


perdarahan diberi vitamin K 10mg i.v.

• Anemia

Anemia berat (Hb <5mg %) memberatkan oksigenisasi otak dan jantung


terlebih pada keadaan hiperparasitemia. Bila ada tanda anemia berat,
penderita segera dirujuk.

32
• Asidosis

Terjadi pada tahap akhir pada malaria berat yang ditandai dengan
peningkatan respirasi (cepat dan dalam), penurunan pH darah, dan
penurunan bikarbonat. Tindakan: penderita segera dirujuk, sebelumnya
dilakukan pemberian larutan bikarbonas.

Alir Penatalaksaan Kasus Malaria Berat / Dengan Komplikasi di


Puskesmas

Kasus Malaria Berat/ Dengan Komplikasi

Dengan Pengobatan
komplikasi malaria

Kejang- Quiline injeksi 10mg/kgbb


kejang dalam infus D-55% atau
Hipoglikem Kina injeksi im selama
ia
8jam
Syok
Gagal
ginjal
Perdarahan Kesadaran
Edema
paru

Sadar dan Tidak sadar


dapat makan atau tidak
dan minum dapat makan
dan minum
Lihat penatalaksanaan
komplikasi pada kasus malaria
berat
Tablet quiline
10mg/kgbb sampai
hari ke 7
Malaria klinis ringan tanpa
Malaria klinis komplikasi
berat/komplikasi
Alir Pengobatan Malaria di Puskesmas
Gejala umum:
1. Demam
1.Gangguan kesadaran
2. Menggigil
2.Panas tinggi (>40)
3.Kejang umum berulang 3. Berkeringat
4.Dehidrasi ringan/berat Sering diikuti:
5.muntah terus menerus 4. Mual-muntah
6. anemia berat 5. Sakit kepala
7. ikterik Gejala spesifik daerah:
8. sesak nafas 6. Nyeri pada otot
Frek>35/menit dewasa
7. Diare
Frek>40/menit anak 33
10. Hematuria Riwayat penderita:
11.Oliguria 8. 1-2 minggu ke daerah
12. Asidosis malaria
13. Malaria dengan syok
Ada Tidak ada Klo + P1 Kn7 + P1
dokter dokter

Pem SD
Kina Kina i.m.
perinfus (10mg/kgb
(10mg/kgbb b per
per 8jam) 8jam)
Falcifarum Vivax/oval
e

SP1 + P1 Klo + P5

Kn7 + P1 Klo + P5

Rujuk ke RS/Pukesmas Perawatan

Keterangan gambar:

1. Klo=Klorokuin, P=Primakuin

2. Pem SD=Pemeriksaan Sediaan Darah tebal

3. Bila 2-3 hari tidak sembuh dari pengobatan awal diberikan pengobatan
lanjutan/alternatif

4. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong

5. Primakuin dan SP tidak boleh diberikan pada bayi < 1tahun dan bumil.

34
6. Bila ada salah satu dari gejala malaria berat/komplikasi di atas, harus dirujuk

7. SP1 + P1 diberikan pada penderita malaria klinis apabila tablet kina tidak
tersedia.

Tatalaksana pada waktu KLB Malaria

Bila ada KLB malaria tindakan yang dilakukan ialah sbb:

a. Pengobatan masal (Mass Drug Administrian = MDA) dengan


pengobatan klorokuin selama 3hari dan primakuin dosis tunggal.

b. Penyemprotan rumah dengan insektisida dengan cakupan rumah


yang disemprot >90%

c. Pengobatan penderita malaria klinis dengan pemberian klorokuin


selama 3 hari dilaksanakan 2minggu setelah MDA dan diulang
setiap 2minggu sampai penyemprotan selesai.

d. Meniadakan tempat-tempat perindukan nyamuk (breeding places)

e. Penyuluhan kesehatan masyarakat

f. Meningkatkan kualitas penemuan penderita dengan Sistem


Kewaspadaan Dini(SKD)

Tindakan Internasional

a. Semua alat angkut darat, laut, dan udara bebas nyamuk.

b. Termasuk disease under surveillence by WHO

1.4 Filaria

Pengenalan

Gejala dini Filaria ditandai dengan gejala akut seperti demam yang
berulang, limfangitis, limfadenitis yang dapat berlanjut menjadi abses,
limfadema, hidrokele, dan gejala kronis seperti elefentiasis pada
ekstrimitas atas dan bawah, skrotum dan vulv, payudara pada wanita.
Pasien menjadi kurang tenag, sehingga produktivitas kerja menurun
sampai menjadi cacat.

Agen Penyebab

Penyebab penyakit Filaria di Indonesia ada 3 macam ialah:

Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, dan ketiganya


termasuk golongan nematoda. Cacing-cacing filaria ini ditularkan oleh

35
nyamuk vektor dari golongan Mansonia, Culex, Anopheles, Aedes, dan
Armigeres yang jumlahnya ada 23jenis.

Penyebaran

Penyakit Filaria terdapat di negara beriklim tropik dan sub tropik


seperti Amerika Latin, Afrika, Asia dan Kepulauan Pasific. Penyakit ini
banyak terdapat baik di perkitaan maupun di pedesaan, terutama yang
sanitasinya kurang baik sehingga memungkinkan nyamuk berkembang
biak. Penyakit Filaria menyebabkan kelemahan tenaga kerja dan
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja.

Sumber penularan(Reservoir)

Sebagai sumber penularan penyakit Filaria ialah manusia (pasien)yang


dalam darahnya mikrofilaria. Di Malaysia, Kalimantan, dan Sumatera
bertindak selaku sumber penularan selain pasien ialah kucing dan
kera/primata.

Cara Penularan

Cara penularan dari pasien ke orang lain ialah melalui gigitan nyamuk
vektor yang mengandung larva infektif.

Masa Tunas

Masa tunas penyakit Filaria dimulai dengan reaksi alergi sekitar


sebulan setelah terjadinya infeksinya. Untuk B. malayi mikfofilaria baru
ada di dalam darah setelah 2-3 bulan, sedangkan untuk W. bancrofti
setelah 8-12 bulan sejak infeksi terjadi.

Masa Penularan

Penularan Filaria terus terjadi selama 5 tahun atau lebih lama. Masa
tunas ekstrinsik pada nyamuk berlangsung selama 10 hari.

Kekebalan dan kerentanan

Penyakit Filaria dapat menyerang semua orang, semua golongan umur


dari bayi, anak-anak, dan orang dewasa. Di suatu daerah endemik tidak
semua orang terkena infeksi menjadi sakit. Pendatang baru ke daerah
endemik (misalnya transmigran) akan lebih banyak terinfeksi dengan
gejala lebih berat, sedangkan pada pemeriksaan darah lebih sedikit
mengandung mikrofilaria.

Infeksi berulang menyebabkan manifestasi penyakit berat seperti sampai


terjadinya elefantiasis.

36
Tatalaksana kasus Filaria

Pencegahan

1. Pemberantasa sarang nyamuk, mencegah gigitan nyamuk dengan


memasang kas nyamuk, tidur menggunakan kelambu,
menggunakan repelen, mengizinkan rumah disemprot dengan
insektisida residual.

2. Penyuluhan tentang cara penularan penyakit dan cara


memberantas nyamuk.

3. Perbaikan perumahan dan sanitasi lingkungan.

Tatalaksana pasien, kontak, dan lingkungan

Pasien Filariasis dicegah jangan sampai digigit nyamuk, karena


nyamuk ini akan menularkan pada orang lain. Pasien diobati dengan
Dietilkarbamazin(DEC). Orang yang kontak tidak perlu dilakukan, kecuali
bila orang ini di gigit nyamuk. Diadakan penyuluhan kesehatan dan
perbaikan sanitasi lingkungan.

Tatakaksana waktu KLB Filatria

1. Penyuluhan kesehatan.

2. Pemberantasan vektor

3. Pengobatan massal dengan Dietilkarbamazin citrat(DEC).

Tindakan internasional

Tidak ada tindakan internasional yang khusus.

37
38

You might also like