You are on page 1of 11

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAHAYA ROKOK

DI DESA SUKASENANG

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Seminar Proposal Penelitian

Pada Program D III Keperawatan

STIKes Karsa Husada Garut

SINTA WAHYU LESTARI

NIM : 08041

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

2011
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk
dewasa sedunia, atau 1,1 milyar orang, 200 ribu diantaranya wanita adalah perokok. Data
menunjukkan bahwa di seluruh dunia sekitar 47% pria dan 12% wanita adalah perokok (Anton,
2004: 1). Di Indonesia, dari 208 juta jiwa penduduk pada tahun 2001, sekitar 27,7% yang berusia di
atas 10 tahun menyatakan merokok dalam satu bulan terakhir. Prosentase yang mulai merokok pada
usia di bawah 20 tahun sebanyak 68%. Proporsi terbesar (92,0%) dari individu yang merokok
menyatakan biasa merokok di rumah ketika bersama anggota keluarga lainnya. Penelitian Tjandra
Yoga Aditama dari Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, pada tahun 2000, dengan 2.074 responden
siswa usia sekolah, mendapatkan fakta sebanyak 21% responden merokok (Prima Armiati, 2004: 1).
Hal ini didukung dengan survei yang dilakukan oleh Sarjani Jamal (2006: 1) pada anak-anak
sekolah usia 13-15 tahun di Jakarta menunjukkan bahwa lebih dari 20% adalah perokok tetap dan
80% diantaranya ingin berhenti merokok tetapi tidak berhasil.

Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai kebiasaan merokoknya sejak
berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada saat
dewasa. Karena itulah, masa remaja sering kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah
nantinya individu menjadi perokok atau bukan (Guntoro Utamadi, 2002: 2). Menurut Zainun
Mutadin (2002: 1) hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap tahun semakin
muda, bila dahulu individu mulai berani merokok biasanya mulai SMP maka sekarang dapat
dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai banyak yang merokok secara diam-diam. Merokok di
usia muda merupakan titik awal untuk menjadikan individu sebagai perokok di masa yang akan
datang. Remaja merupakan kelompok yang rentan untuk menjadi perokok. Menurut A. Setiono
Mangoenprasodjo dan Sri Nur Hidayati (2005: 58) ketertarikan awal individu untuk merokok pada
umumnya muncul saat usia remaja, 15-19 tahun atau sewaktu duduk di bangku SMA. Kebiasaan
merokok di kalangan remaja mempunyai dampak negatif yang lebih berbahaya jika dibandingkan
dengan perokok secara umum, karena dari kebiasaan merokok tersebut dapat menjadi “Jembatan”
yang membawa individu pada bahaya yang lebih besar seperti bahaya narkotika terutama ganja.

Banyak alasan yang melatarbelakangi mengapa remaja merokok, beberapa sebabnya adalah
kurangnya pengetahuan secara mendalam akan akibatnya, melihat dan mengikuti kebiasaan di
lingkungannya (misalnya orang tua, teman, guru), identitas diri, menyangkut rasa kedewasaan dan
harga diri, terpengaruh oleh iklan-iklan rokok, memperoleh rasa tenang ketika merokok, serta
merokok sudah lumrah bagi manusia (Kevin, 2003: 1). Remaja yang merokok juga merupakan
fenomena yang ada di masyarakat. Berdasarkan dari penelitian Surindo tentang gaya hidup remaja,
dapat dijelaskan bahwa gaya hidup remaja banyak dipengaruhi gemerlapnya kota besar yang
glamor. Berkaitan dengan gaya hidup ini, menurut Surindo 41,8% remaja pria pernah merokok.
Dari jumlah itu, hampir setengahnya menjadi perokok tetap. Bahkan remaja putri yang merokok
mencapai 26,7%. Menurut Surindo (Nhiru Muhammad, 2000: 1) sebagian besar karena yakin dapat
mengurangi stres (44,8%), dan hanya 19,8% merokok karena pergaulan. Sebaliknya menurut
pelajar SMU 13 (Surindo dalam Nhiru Muhammad, 2000: 2) munculnya budaya merokok di
kalangan remaja diakibatkan oleh pergaulan dan gencarnya iklan rokok, yang mendorong remaja
untuk merokok.

Adapun pengertian dari iklan rokok dalam PP RI No. 19 Pasal 1 Thn. 2003 adalah suatu
kegiatan untuk memperkenalkan, memasyarakatkan dan mempromosikan rokok dengan atau tanpa
imbalan kepada masyarakat dengan tujuan mempengaruhi konsumen agar menggunakan rokok
yang ditawarkan (www.tempointeraktif.com). Iklan rokok secara tidak langsung dapat mendorong
para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan mencoba untuk merokok. Iklan tersebut
menggambarkan bahwa rokok, khususnya bagi kaum pria, melambangkan kejantanan dan
sportivitas serta lifestyle merupakan alasan utama para wanita merokok. Rokok menjadi gaya hidup
dan citra diri individu yang sehat, sukses dan dinamis. Dalam usahanya memperluas pasar bagi
produknya, perusahaan rokok, bahkan menjadikan remaja sebagai target utamanya, mengingat
kebiasaan merokok akan terbawa terus sampai dewasa (Guntoro Utamadi, 2002: 1-2). Selama ini
orang menganggap citra atau image dari merokok menandakan orang gaul, terlihat keren, membuat
tubuh bugar, stres hilang, menjaga kecantikan atau membuat tubuh ideal. Ini adalah akibat promosi
rokok yang dilakukan sedemikian rupa (Raun Gultom, 2004: 2). Di Indonesia, perusahaan rokok
berlomba-lomba memberikan sponsor pada kegiatan olahraga, acara remaja, dan konser musik.
Dalam promosinya, rokok diasosiasikan dengan keberhasilan dan kebahagiaan. Di Indonesia pada
tahun 2002 iklan rokok mencapai 7% dari pendapatan media massa (A. Setiono Mangoenprasodjo
dan Sri Nur Hidayati, 2005: 45), sehingga menimbulkan persepsi bahwa rokok adalah sarana untuk
mencapai kedewasaan, mencapai kepercayaan diri dan sebagainya (Raun Gultom, 2004: 2). Hal ini
didukung dengan penelitian dari WHO yang memperkirakan bahwa kenaikan jumlah perokok
Indonesia, khususnya anak usia muda, karena gencarnya iklan rokok melalui berbagai media,
sponsorship pada kegiatan olahraga dan hiburan (A. Setiono Mangoenprasodjo dan Sri Nur
Hidayati2005: 50).

Masa remaja merupakan usia peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dalam usia
ini remaja selalu berusaha mencari identitas, selama pencarian itu remaja tidak terlepas dari
pengaruh teman sebaya. Sikap, kebiasaan, dan perilaku remaja, pada dasarnya banyak dipengaruhi
juga oleh kelompok teman sebayanya yang dianggap oleh para remaja sebagai orang-orang yang
mampu memberikan dukungan emosional dan perasaan aman pada remaja ketika mencoba peran
barunya. Yang merupakan teman sebaya adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau
tingkat kedewasaan yang sama (Santrock, 1996: 219). Oleh karena itu, rokok terus diisap dan dibeli
dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun. Dan jumlah orang yang berhenti merokok,
tak seberapa dibandingkan perokok-perokok baru dari kalangan kaum muda, pelajar atau
mahasiswa. Rokok sudah beredar akrab di kalangan pelajar SLTP dan SLTA hingga mahasiswa.
Bahkan ada anak-anak jalanan yang masih kecil-kecil sudah merokok, tak peduli itu puntung rokok
yang dibuang orang lain (Raun Gultom, 2004: 1). Merokok merupakan hal yang baru bagi remaja
dan biasanya remaja mau melakukan perilaku merokok agar mendapat pengakuan sebagai anggota
dalam suatu kelompok teman sebaya.
Kecenderungan remaja untuk melakukan perilaku merokok akan meningkat, jika memiliki
teman-teman yang merokok atau sering berkumpul bersama teman-teman yang merokok. Menurut
Zainun Mutadin (2002 : 3) ada beberapa faktor yang menjadi alasan bagi remaja melakukan
perilaku merokok yaitu pengaruh orangtua, pengaruh teman, faktor kepribadian dan pengaruh iklan.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar
kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian pula sebaliknya. Dari fakta
tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya semua
menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang merokok, begitu pula dengan remaja non perokok biasanya mempunyai sahabat
yang non perokok juga (Al Bachri dalam Zainun Mutadin, 2002 : 3).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka diperlukan penelitian mengenaigambaran


pengetahuan dan sikap remaja di desa sukasenang terhadap rokok.Oleh karena itu maka masalah
yang bias dijabarkan dalam rumusan :

a.Bagaimana pengetahuan remaja tentang rokok ?

b.Bagaimana sikap remaja tentang bahaya rokok ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu diketahuinya gambaran pengetahuan sikap remaja tentang
bahaya rokok di desa sukasenang tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran pengetahuan sikap remaja di desa sukasenang tentang bahaya


rokok.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakandalam upaya meningkatkan kesadaran remaja


di desa sukasenang terhadap bahaya rokok dan ikut berperan dalam menyesuaikan hari tanpa
tembakau sedunia.

Manfaat bagi peneliti sendiri

Penelitian ini diharapkan dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan bagi diri sendiri
darhasil penelitian mengenai gambaran pengetahuan sikap remaja tentang bahaya merokok.

Manfaat bagi remaja di desa sukasenang

Memberikan masukan bagi remaja-remaja tentang gambaran pengetahuan sikap bahaya


rokok,sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih baik,agar remaja-remaja berhenti merokon
setelah mengetahuai bahaya rokok.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lain.

Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya
kesehatan bagi diri sendiri maupun masyarakat, oleh karena itu diperlukan berbagai
kegiatan pengamanan rokok bagi kesehatan
Rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya
yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.
Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4 000 bahan kimia beracun yang
membahayakan dan boleh membawa maut. Dengan ini setiap sedutan itu menyerupai satu sedutan maut. Di
antara kandungan asap rokok termasuklah bahan radioaktif (polonium-201) dan bahan-bahan yang digunakan
di dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun serangga (DDT), racun
anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang digunakan di “kamar gas maut” bagi pesalah yang
menjalani hukuman mati, dan banyak lagi. Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar, Nikotin dan
karbon monoksida.
Tar mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui menjadi penyebab kanker
(karsinogen)..
Nikotin turut menjadi puncak utama risiko serangan penyakit jantung dan strok. Hampir satu perempat
mangsa penyakit jantung adalah hasil puncak dari tabiat merokok. Di Malaysia, sakit jantung merupakan
menyebab utama kematian sementara strok adalah pembunuh yang keempat.
Karbon Monoksida pula adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh kenderaan. Apabila racun
rokok itu memasuki tubuh manusia ataupun hewan, yang akan membawa kerusakkan pada setiap organ, yaitu
bermula dari hidung, mulut, tekak, saluran pernafasan, paru-paru, saluran penghazaman, saluran darah,
jantung, organ pembiakan, sehinggalah ke saluran kencing dan pundi kencing, yaitu apabila sebahagian dari
racun-racun itu dikeluarkan dari badan.
Efek racunnya terhadap sang perokok dibandingkan yang tidak merokok yaitu :
· 14x menderita kanker paru-paru, mulut, dan tenggorokan
· 4x menderita kanker esophagus
· 2x kanker kandung kemih

• 2x serangan jantung

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan
filter pada rokok.
Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

• Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.


• Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
• Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
• Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.

Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.


• Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi
saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
• Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.

Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan
menyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok berdasarkan proses pembuatannya.

• Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya dengan cara
digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu sederhana.
• Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya menggunakan
mesin.

Rokok berdasarkan penggunaan filter.

• Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
• Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

Merek-merek rokok yang terkenal

• LA Lights
• LA Menthol
• Djarum BLACK
• Djarum Super
• A Mild
• Clas Mild
• Bentoel
• Benson & Hedges
• Lestees
• Lintang Enam
• Dji Sam Soe
• Gudang Garam
• Lucky Strike
• Marlboro
• Wismilak
• Star Mild
• X Mild
• U Mild

2.1.1SIKAP TERHADAP ORANG YANG MEROKOK

Kepercayaan menyangkut pandangan terhadap rokok

KERANGKA KONSEP
Faktor predisposisi

-pengetahuan tentang rokok dan bahayanya,

penyakit dan dampak akibat rokok,

jenis rokok,dan merk rokok

-sikap terhadap orang yang merokok

-Kepercayaan menyangkut pandangan terhadap rokok

- Keyakinan akan kebenaran informasi yang ada

Faktor Pemungkin

- Ketersediaan rokok

- Cara mendapatkan rokok

- Jumlah uang saku

Faktor Pendorong

- Perilaku ada / tidak ada guru yang merokok

- Perilaku orangtua dan teman terhadap rook

You might also like