You are on page 1of 7

MDGs Kesehatan di INDONESIA

BAB I. PENDAHULUAN

Pada masa belakangan ini, pembangunan ternyata tidak selalu berdampak positif
terhadap masyarakat, baik di negara maju, juga di negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Pembangunan terkadang membuat kesenjangan sosial antara si kaya dan si
miskin semakin jauh, sehingga membuat masyarakat yang tidak mampu tidak dapat
memiliki kehidupan yang layak sebagaimana hak yang dimiliki oleh seorang manusia,
antara lain hak asasi manusia yang sangat mendasar, yaitu hak setiap umat manusia
yang hidup di planet bumi untuk dapat hidup sehat, memperoleh pendidikan, tempat
tiinggal, dan keamanan.
Atas dasar hal tersebut, maka pemerintah Indonesia pada September 2000
bersama dengan negara lain, berkumpul dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium di New York untuk membahas tentang pembangunan dan pengentasan
kemiskinan di seluruh dunia sehingga kemudian menghasilkan apa yang disebut
dengan Millenium Development Goal (MDGs), yang ditandatangani oleh 147 kepala
negara dan diadopsi oleh 189 negara.
The millennium development goal (MDGs) adalah target kuantitatif
pembangunan global sampai dengan tahun 2015 dalam rangka menurunkan angka
kemiskinan dan kelaparan. Lebih dari satu miliar penduduk yang hidup dibawah garis
kemiskinan harus dapat diubah menjadi kehidupan yang produktif. Semua orang
harus memiliki hak dan kewajiban untuk mencari jawaban agar hidup mereka lebih
aman dan tentram dibumi ini. Target-target MDGs akan dicapai melalui berbagai
dimensi, termasuk dimensi sosial dan lingkungan sehingga bukan hanya dimensi
ekonomi. Dalam hal ini kemiskinan tidak hanya dilihat dari rendahnya penghasilan,
tetapi kemiskinan juga dilihat dari dimensi terjadinya kelaparan, penyakit infeksi,
tidak memadainya tempat tinggal, dan ketertinggalan di berbagai perkembangan
social.
MDGs bertujuan pula secara simultan untuk melakukan promosi kesetaraan dan
keadilan gender, pendidikan, dan keberlangsungan kondisi lingkungan dalam rangka
pembangunan berkelanjutan serta perlunya kerjasama antar bangsa untuk mencapai
sasaran-sasaran MDGs. tujuan yang kan dicapai tersebut juga merupakan hak asasi
manusia yang sangat mendasar, yaitu hak setiap umat manusia yang hidup di planet
bumi untuk dapat hidup sehat, memperoleh pendidikan, tempat tinggal, dan keamanan
seperti yang didengungkan dalam The Universal Declaration of Human Rights, dan
UN Millenium Declaration.
MDGs sendiri terdiri atas 8 bahasan yang disetujui, bahwa semua Negara harus
berusaha untuk :
1. Pengentasan kemiskinan dan kelaparan yang ekstrim
2. Pemerataan pendidikan dasar
3. Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan
4. Mengurangi tingkat kematian anak
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Kini MDGs telah menjadi referensi penting pembangunan di Indonesia, mulai
dari tahap perencanaan seperti yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) hingga pelaksanaannya. Walaupun mengalami kendala, namun
pemerintah memiliki komitmen untuk mencapai sasaran-sasaran ini dan dibutuhkan
kerja keras serta kerjasama dengan seluruh pihak, termasuk masyarakat madani, pihak
swasta, dan lembaga donor. Pencapaian MDGs di Indonesia akan dijadikan dasar
untuk perjanjian kerjasama dan implementasinya di masa depan.
Namun MDGs bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tiap
masyarakat memiliki kewajiban untuk membantu masayarakat lain untuk dapat
memiliki kehidupan yang layak sesuai dengan kemampuan dan ilmu yang dimiliki
oleh masing-masing dari kita. Dalam hal ini, seseorang yang memiliki kemampuan di
bidang kesehatan maka secara tidak langsung memiliki kewajiban moral untuk
membantu sesama khususnya dalam bidang kesehatan. Dimana setidaknya terdapat 3
poin dalam MDGs yang terkait dengan bidang kesehatan, yakni poin no 4,5, dan 6.
Yaitu adanya usaha untuk mengurangi tingkat kematian anak, meningkatkan
kesehatan ibu, dan perlawanan terhadap penyakit-penyakit.
Terkait dengan hal tersebut diatas, makalah ini ingin mengulas mengenai MDGs
bidang kesehatan di Indonesia. Antara lain mengenai target pencapaian, usaha yang
telah dilakukan serta hasil yang telah dicapai sampai dengan saat ini, serta mengulas
bagaimana cara memberikan kontribusi dalam rangka membantu masyarakat lain
untuk hidup layak sesuai dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam MDGs.

BAB II. PEMBAHASAN

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, MDGs yang terkait dalam bidang


kesehatan terdapat dalam poin, 4, 5, dan 6 yaitu usaha untuk mengurangi tingkat
kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, dan perlawanan terhadap penyakit-
penyakit.
Poin –poin MDGs yang berhubungan dengan kesehatan yaitu :
4. Mengurangi tingkat kematian anak
Target untuk 2015 : Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di
bawah 5 tahun
Tolak ukur : - Angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup
- Angka kematian balita (AKBA) per 1000 kelahiran hidup
- Angka (%) anak usia 12-23 bulan yang diimunisasi campak

5. Meningkatkan kesehatan ibu


Target untuk 2015 : Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam proses
melahirkan
Tolak ukur : - Proporsi angka kematian ibu melahirkan (AKI) per 100.000
kelahiran hidup
- Proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (%)
- Proporsi wanita 15 – 49 tahun berstatus kawin yang sedang
menggunakan atau memakai alat keluarga berencana (%)

6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya


Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan penyebaran HIV/
AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
Tolak ukur : - Prevalensi HIV / AIDS (%)
- Penggunaan kondom pada hubungan seks beresiko tinggi (%)
- Penggunaan kondom pada pemakai kontrasepsi (%)
- Persentase anak muda usia 15 – 24 tahun yang mempunyai
pengetahuan komprehensif mengenai HIV / AIDS (%)
- Prevalensi malaria per 1000 penduduk
- Prevalensi tuberculosis per 100.000 penduduk
- DOTS – Angka penemuan penderita tuberculosis BTA positif baru
- DOTS – Angka kesembuhan penderita tuberkulosis

Secara umum pemerintah Indonesia sudah banyak melaksanakan program


-program untuk mampu mengatasi ketiga hal tersebut diatas. Hal ini dapat dilihat dari
menurunnya angka kematian bayi dari 46 (1997) menjadi 34 (2007) per 1.000
kelahiran hidup, angka kematian ibu melahirkan menurut data SDKI menurun dari
334 (1997) menjadi 146 per 100.000 kelahiran (2007), selain itu usia harapan hidup
meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 69,8 tahun (2007), prevalensi gizi kurang
menurun dari 34,4 % (1999) menjadi 28 % (2005). Namun hasil tersebut masih
kurang memenuhi target-target MDGs, dengan itu dibutuhkan banyak saran untuk
membuat program-program baru dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat.
Beberapa factor penyebab kematian bayi dan kematian ibu ialah adanya
perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, infeksi, serta beberapa factor
lain seperti rendahnya derajat kesehatan wanita secara umum, kemiskinan, tingkat
pendidikan, factor budaya, dan transportasi serta akses terhadap sarana kesehatan.
Data menunjukkan bahwa pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan
terlatih di fasilitas kesehatan masih relative rendah. Selain itu persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan di perkotaan lebih tinggi sekitar 25 % disbanding
wanita pedesaan (87,6 dibanding 62,7 %). Hal ini menunjukkan tidak meratanya akses
financial terhadap pelayanan kesehatan dan tidak meratanya distribusi tenaga terlatih
terutama bidan.
Dengan demikian terdapat beberapa cara yang mungkin dapat dilakukan untuuk
dapat mengatasi masalah kesehatan ibu dan anak serta perlawanan terhadap penyakit-
penyakit seperti HIV, malaria, dan penyakit berat lainnya. Antara lain ialah
pemenuhan tenaga kesehatan terlatih di tiap daerah, khususnya di pedesaan dimana
data terbaru dari Bappenas menunjukkan bahwa jumlah bidan di desa yang
menyediakan pelayanan bagi kelompok rentan dan keluarga miskin mengalami
penurunan. Hal ini tentu saja harus sangat diperhatikan sehingga jumlah tenaga
kesehatan harus segera ditambah.
Tenaga kesehatan yang terlatih sangatlah berkaitan dengan banyak langkah yang
dapat diambil selanjutnya. Antara lain ialah adanya penyuluhan serta pendidikan
kesehatan bagi masyarakat, dimana masyarakat yang berpendidikan rendah khususnya
wanita hamil dan anak-anak dapat mengetahui kesehatannya, resiko kehamilan, dll.
Selain itu akses yang harus dilakukan oleh masyarakat tentu saja semakin mudah
dengan banyaknya tenaga kesehatan di sekitar mereka.
Penyuluhan serta pendidikan kesehatan terhadap masyarakat sangatlah penting,
dimana masyarakat harus mampu untuk menjaga kesehatan dirinya sendiri dan
keluarga mereka. Hal ini juga mendukung adanya strategi Making Pregnancy Safer
(MPS) yang ditujukan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan
bayi baru lahir. Penyuluhan ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada
masyarakat mengenai keluarga berencana, alat kontrasepsi, serta dapat memberikan
pemahaman kepada remaja mengenai seks bebas dan juga aborsi.
Peningkatan kualitas layanan kesehatan di tengah masyarakat tak hanya
bergantung pada tenaganya saja, namun juga pada fasilitas-fasilitas lain seperti
tempat, obat-obatan, dan peralatan yang memadai. Hal ini tentu saja membutuhkan
dukungan pemerintah untuk memberi fasilitas-fasilitas tersebut. Namun masyarakat
hendaknya tidak hanya selalu menunggu peran pemerintah, namun harus proaktif.
Dengan kata lain hendaknya masyarakat bisa bahu membahu untuk mewujudkan
fasilitas yang dibutuhkan. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan bergotong
royong membuat bangunan sederhana untuk tempat praktek, atau secara bergantian
ditempati praktek atau posyandu.
Peningkatan gizi hendaknya juga diperhatikan oleh masyarakat. Masyarakat
miskin kerap kali kurang memperhatikan asupan gizinya, padahal gizi yang cukup
sangat berpengaruh terhadap kesehatan seseorang khusunya ibu hamil serta anak-
anak. Asupan gizi yang baik sebetulnya tidak harus diperoleh dari makanan mahal,
namun juga banyak makanan murah. Banyak tumbuhan yang ada disekitar kita
memiliki kadar gizi yang baik, sehingga masyarakat pun bisa menanam atau mencari
di lingkungan sekitar mereka. Pengetahuan semacam ini yang harus disampaikan
kepada masyarakat sehingga masyarakat tahu asupan apa yang baik untuk tubuh
mereka.
Kebersihan lingkungan sekitar tentu saja mempengaruhi kesehatan masyarakat
di sekitarnya juga. Penyakit-penyakit seperti TBC dan beberapa penyakit berat
lainnya diperkirakan bersumber dari lingkungan yang tidak bersih. Malaria juga dapat
dengan mudah menyebar di lingkungan yang tidak sehat. Lingkungan yang kotor
tentu saja membuat banyak penyakit mampu menyebar dengan mudah. Hal ini perlu
untuk diperhatikan masyarakat, sehingga mereka secara sadar diri menjaga
lingkungan sekitar mereka.
Program-program terjadwal untuk imunisasi dan pengecekan kesehatan
masyarakat, khususnya ibu hamil dan anak-anak harus disampaikan dengan merata
kepada semua lapisan masyarakat. Hal ini agar semua tahu pentingnya mengetahui
kesehatan ibu dan anak, serta imunisasi yang terprogram juga fungsi dari imunisasi
tersebut.
Penyampaian informasi mengenai kesehatan masyarakat seperti jadwal
imunisasi, dan penyuluhan tidak hanya dilakukan melalui media masyarakat, namun
juga secara langsung disampaikan kepada masyarakat dengan cara adanya tenaga-
tenaga yang turun langsung ke masyarakat. Hal ini antara lain dapat bekerjasama
dengan perangkat desa, dusun, ataupun secara langsung ke RT atau RW setempat.
Adanya jaringan komunikasi seperti ini dapat membuat informasi dapat mencapai
sasaran dengan baik.

BAB III. KESIMPULAN

Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah Indonesia telah
melaksanakan berbagi program dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat,
hal ini dapat dilihat dari beberapa data yang menunjukkan peningkatan kesehatan atau
menurunnya kematian. Namun upaya Pemerintah Indonesia merealisasikan Sasaran
Pembangunan Milenium pada tahun 2015 tidaklah mudah karena pada saat yang sama
pemerintah juga harus menanggung beban pembayaran utang yang sangat besar.
Program-program MDGs seperti pendidikan, kemiskinan, kelaparan, kesehatan,
lingkungan hidup, kesetaraan gender, dan pemberdayaan perempuan membutuhkan
biaya yang cukup besar.
Untuk itu diharapkan adanya peran serta masyarakat untuk secara swadaya
dapat meningkatkan kesehatan diri mereka, keluarga, atau lingkungan di sekitar
mereka. Hal ini dapat dicapai dengan beberapa program seperti tersebut diatas yaitu :
pemenuhan tenaga kesehatan di setiap lapisan masyarakat khususnya pedesaan yang
kurang memiliki akses kesehatan, pemenuhan fasilitas kesehatan seperti tempat
praktek, tempat posyandu, peralatan yang memadai, serta obat-obatan, penyuluhan-
penyuluhan tentang kesehatan masyarakat (seperti tentang kehamilan, kontrasespsi,
KB, kebersihan lingkungan, makanan sehat, penyakit berat, dll), mewujudkan
kebersihan lingkungan, asupan gizi yang baik, pengetahuan yang cukup mengenai
penyakit-penyakit berat yang mudah menular serta penangannya, dan yang tidak
kalah pentinng adalah adanya jaringan komunikasi mengenai penanganan atau
informasi kesehatan dimana tenaga kesehatan bekerjasama dengan perangkat atau
tokoh masyarakat untuk menginformasikan langkah-langkah yang harus dilakukan
masyarakat tentang penanganan kesehatan, jadwal imunisasi, penyuluhan, dll.
Bagaimanapun tujuan MDGs untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang
sangatlah penting, namun hal itu bukan semata hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, namun juga menjadi kewajiban setiap elemen masyarakat untuk dapat
bahu membahu membantu dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat disekitarnya.

You might also like