Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Christine ( XI IPA 1 )
Menentukan pH suatu larutan elektrolit dengan cara menguji larutan itu dengan indikator
yang diketahui trayek perubahan warnanya.
II. Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit, getir, asam, asin dan
manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi, bukan? Pada dasarnya rasa makanan,
minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit, getir, asin dan manis disebabkan karena sifat
zat tersebut, yaitu sifat yang berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan
suatu zat yang dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan
lain yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit
merupakan basa. Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam dicampur dengan
basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat asam dan basa dihilangkan. Hasil
reaksi antara asam dengan basa kita sebut garam. Adapun rasa manis terkait dengan kehadiran
sifat asam dan basa secara bersama-sama.
Teori Asam-Basa:
A. MENURUT ARRHENIUS
Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.
Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.
Contoh:
B. MENURUT BRONSTED-LOWRY
Asam ialah donor proton (H+), sedangkan basa adalah akseptor proton (H+). Contoh:
Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton
donor) dan sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat
ampiprotik (amfoter)
C. MENURUT LEWIS
Asam adalah penerima pasangan elektron dari basa, sedangkan basa adalah
pemberi pasangan electron kepada asam.
Definisi yang dikemukakan oleh Gilbert N. Lewis ini dapat mencakup asam
yang tak mengandung hidrogen atau proton yang dapat dipindahkan, seperti besi(III)
klorida. Definisi Lewis dapat pula dijelaskan dengan teori orbital molekul. Secara
umum, suatu asam dapat menerima pasangan elektron pada orbital kosongnya yang
paling rendah dari orbital terisi yang tertinggi dari suatu basa. Jadi, pasangan elektron
dari basa dan pasangan elektron dari asam bergabung membentuk orbital molekul
ikatan.
Walaupun bukan merupakan teori yang paling luas cakupannya, definisi Bronsted-
Lowry merupakan definisi yang paling umum digunakan. Dalam definisi ini, keasaman suatu
senyawa ditentukan oleh kestabilan ion hidronium dan basa konjugat terlarutnya ketika senyawa
tersebut telah memberi proton ke dalam larutan tempat asam itu berada. Stabilitas basa konjugat
yang lebih tinggi menunjukkan keasaman senyawa bersangkutan yang lebih tinggi.
Sifat asam atau basa suatu senyawa dapat diketahui dengan cara mencicipi. Namun,
pengnenalan dengan cara ini beresiko tinggi karena ada senyawa kimia yang bersifat racun.
Pengenalan senyawa atau basa dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus dan indikator asam –
basa.
a. Kertas Lakmus
Indikator sebagai asam lemah
Lakmus
Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang
akan kita sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang
lain. "Lit" adalah molekul asam lemah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan
dalamair. Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:
Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.
Apa yang terjadi jika anda menambahkan ion hidroksida atau beberapa
ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini?
Penambahan ion hidroksida:
a.
b.
Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak
terdapat alasan yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk
lakmus, terjadi perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 – hal itulah yang
menjadi alasan kenapa lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti
yang akan anda lihat pada bagian berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.
Ada 2 macam kertas lakmus yang biasa digunakan untuk mengenali senyawa asam
atau basa, yaitu kertas lakmus merah dan kertas lakmus biru. Kertas lakmus biru berubah
menjadi merah jika bereaksi dengan senyawa asam, sedangkan kertas lakmus merah berubah
menjadi biru jika bereaksi dengan senyawa basa.
- Methyl orange
Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada
larutan yang bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:
- Fenolftalein
Fenolftalein adalah indikator titrasi yang lain yang sering digunakan, dan fenolftalein
ini merupakan bentuk asam lemah yang lain.
4. Amatilah apa yang terjadi dan ulanglah kegiatan tersebut dengan menguji
air kapur pada air bunga tersebut.
7. Dengan cara yang sama, lakukan kembali percobaan kedua pada air kapur
dan larutan cuka.
8. Dengan cara yang sama, lakukan kembali untuk menguji larutan lain
(larutan gula, larutan amoniak, larutan HCl, larutan NaOH, larutan NaCl,
larutan CuSO4, larutan Na2CO3, alkohol, air jeruk, air sabun, air kapur)
dengan kertas lakmus merah dan biru, metil orange, penolfletain, dan
indikator universal.
V. Hasil Pengamatan
Warna Kelompok
Nama Lakmus Lakmus Methyl Bromtimol
Merah Biru Orange Biru Penolftalein Netral Asam Basa
Larutan Gula Merah Merah Kuning Biru Ungu X
Larutan Amoniak Biru Tetap Kuning Biru Ungu X
Larutan Hidrogen
Klorida Merah Merah Pink Kuning Tetap X
Larutan Natrium
Hidroksida Biru Biru Kuning Biru Ungu muda X
Larutan Natrium
Klorida Merah Biru Kuning Biru Tetap X
Larutan Natrium
Karbonat Biru Biru Kuning Biru Ungu X
Air Jeruk Merah Merah Pink Biru Tetap X
Air Sabun Biru Biru Kuning Biru Tetap X
Larutan Tembaga
(II) Sulfat Merah Merah Kuning Biru Tetap X
Alkohol Merah Merah Kuning Kuning Tetap X
VI. Pembahasan
Dalam pengukuran pH, kita dapat melakukan berbagai cara, salah satunya
dengan kertas lakmus dan larutan indikator. Melalui penggunaan kertas lakmus,
kita melihat sifat larutan melalui perubahan warna kertas (biru jika basa, merah
jika asam), sedangkan melalui penggunaan larutan indikator, kita dapat
mengamati lebih jauh tidak hanya sifat larutan, namun kadar keasaman atau
kebasaannya. Biasanya, larutan indikator telah memiliki rentang / trayek
indikatornya masing – masing.
Warna Trayek
Indikator Asam Basa pH
Methyl
Orange Merah Kuning 3.2 - 4.4
Penolftalein Bening Pink 8.2 - 10.0
Bromtimol
Biru Kuning Biru 6.0 - 7.6
VII. Kesimpulan
- Untuk mengetahui sifat asam – basa suatu larutan, kita dapat
menggunakan kertas lakmus maupun larutan indikator.
- Agar kita dapat mengetahui perkiraan pH secara kuantitatif, kita harus
memiliki trayek pH dari pelarutan indikator yang kita campurkan.
- Asam seringkali identik dengan zat warna merah dan basa seringkali
identik dengan zat warna biru.
- Biasanya, asam adalah senyawa yang memiliki ion H+, sedangkan basa
memiliki ion OH- sesuai dengan teori Arrhenius dimana asam melepaskan
ion H+ dan basa melepaskan OH- saat dilarutkan (dengan air).
- Semakin kecil pH suatu larutan, semakin asam larutan tersebut, dan
sebaliknya semakin besar pH suatu larutan, semakin basa larutan tersebut.