Professional Documents
Culture Documents
“Cari data GNP/GDP, Produksi, Konsumsi, Ekspor, Impor dan Harga Dunia Komoditas
Padi ”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perdagangan internasional
Semester IV tahun ajaran 2011/2012
Disusun Oleh:
Raga Dely 150610090110
Ilham Munazat 150610090126
Elfhat Patriot 150610090159
Regina Hanifah P 150610090168
Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas mata kuliah Perdagangan Internasional, yaitu membuat makalah dengan sebaik-baiknya.
Dengan selesainya makalah yang berjudul “Data GNP/GDP, produksi, konsumsi, ekspor,
impor dan harga dunia komoditas pertanian” ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
dosen mata kuliah Perdagangan Internasional yang telah membimbing dan memotifasi penulis
untuk mencari informasi mengenai makalah yang dibuat.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar para pembaca dapat mengetahui lebih
banyak mengenai masalah yang dibahas pada makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua. Oleh karena itu kritik dan saran akan penulis terima dengan senang
hati.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB III Penutup
BAB II
PEMBAHASAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan yang signifikan dalam
pembangunan perekonomian Indonesia. Selain sebagai sektor yang mampu menyediakan pangan
bagi penduduk Indonesia, pertanian juga mampu menyerap 46,5 persen dari total angkatan kerja
di Indonesia, dan mampu memberikan kontribusi sebesar 14,7 persen bagi GNP. Misalnya pada
komoditas padi yang menghasilkan 1,5 persen bagi GNP.
Negara produsen padi terkemuka adalah Republik Rakyat Cina (31% dari total produksi
dunia), India (20%), dan Indonesia (9%). Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia yang
diperdagangkan antar negara (hanya 5%-6% dari total produksi dunia). Thailand merupakan
pengekspor padi utama (26% dari total padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Vietnam
(15%) dan Amerika Serikat (11%). Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar dunia (14%
dari padi yang diperdagangkan di dunia) diikuti Bangladesh (4%), dan Brazil (3%).Produksi padi
Indonesia pada 2006 adalah 54 juta ton , kemudian tahun 2007 adalah 57 juta ton (angka ramalan
III), meleset dari target semula yang 60 juta ton akibat terjadinya kekeringan yang disebabkan
gejala ENSO.
Penolakan keras terhadap impor beras yang disampaikan oleh beberapa kalangan,
termasuk : petani padi, Gubernur, DPR, HKTI dan pengamat perberasan sejak penghujung tahun
2005 lalu menunjukkan adanya empati kepada petani dan merupakan hal yang amat positif
dalam upaya melindungi kekuatan nilai tukar ekonomi petani. Dari segi kualitas, dibandingkan
dengan total konsumsi beras yang mencapai hampir 31juta ton per tahun, impor 110.000 ton
sebenarnya merupakan jumlah yang relatif kecil, hanya 0,36% dari total kebutuhan beras
nasional. Berkaitan dengan isu impor beras ini, banyak kalangan mempertanyakan tentang
programperberasan nasional. Adanya lumbung padi menunjukkan bahwa petani memiliki jumlah
hasil panen padi yang relatif surplus. Dengan kata lain, petani membutuhkan lumbung padi untuk
menyimpan kelebihan hasil panennya. Mungkin petani pada jaman dahulu tidak mengenal sistem
produksi yang baik, seperti sistem pengairan, pupuk organik dan non organik, model dan tata
cara penanaman yang efektif, dan pemanfaatan lahan yang optimal, namun demikian buktinya
para petani masih bisa surplus, minimal untuk memenuhi kebutuhan sendiri, kebutuhan keluarga
dan masyarakat kampung disekitarnya.Begitu kontrasnya kondisi tersebut dengan kondisi saat
ini, dengan pesatnya kemajuan teknologi pertanian, akan tetapi hasil yang dihasilkan malah lebih
rendah. Mungkin kita akan menjawab permasalahan ini dengan berkurangnya lahan pertanian
dan bertambahnya jumlah penduduk yang pesat.
Dalam menjaga stabilisasi harga beras, Bulog menetapkan pembelian beras pada
musimpanen dengan harga minimum pembelian guna menghindari adanya penurunan
hargaakibat stok beras yang terlalu banyak. Selain itu, Bulog juga membeli padi dari para
petaniguna menghindari petani dari kejahatan tengkulak yang membeli dengan harga rendah.Hal
ini bertujuan untuk pengadaan beras untuk konsumsi dalam negeri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pemerintah Indonesia memiliki kebijakan yang jauh berbeda dalam mengatur
komoditas berasnya. Kebijakan lebih diprioritaskan untuk ekspor. Akan tetapi, kebutuhan
beras di dalam negeri juga masih dipenuhi oleh pemerintah. Lahan negara ditanami beras
untuk kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu,sisanya baru kemudian untuk dikespor.
Untuk menjaga jumlah ekspor beras sebagai negara pengekspor beras terbanyak di dunia,
biasanya memproduksi beras sebanyak 2 kali lipat dari produksi beras untuk komoditas
dalam negeri. Pada awal tahun Pemerintah mengestimasi berapa kebutuhan dalam negeri
terlebih dahulu kemudian baru Pemerintah mengestimasi berapa jumlah produksi beras
keseluruhannya. Indonesia, tampaknya Indonesia masih belum bisa memenuhiketahanan
pangan dalam negeri. Produksi yang dibuat sebatas hanya untuk dikonsumsi langsung
pada tahun tersebut.
3.2 Saran
Saran kami dalam GNP/GDP, Produksi, Konsumsi, Ekspor, Impor dan Harga Dunia
untuk Komoditas Padi supaya lebih di tingkatkan lagi dalam menjaga komoditas padi ini karena
komoditas padi merupakan salah satu tanaman pangan utama yang paling di butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
www.wikipedia.com
http://www.rakyatbicara.com/krisis-panga-dunia
http://bataviase.co.id/node/404531
http://id.wikipedia.org/wiki/Padi
http://www.bappenas.go.id/node/138/346/luas-panen-produktivitas-dan-produksi-padi-indonesia-
gkg/
http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi_2009_itkp_02.pdf