Professional Documents
Culture Documents
Ê Ê
Ê
menjadikan karya sastra lebih memesona daripada karya yang lain. Hal ini
pada suatu masa, dan sebagainya. Pada karya sastra tercermin masalah -
masalah yang dihadapi oleh masyarakat pada suatu masa serta usaha
lebih banyak, lebih rinci, lebih detil, dan lebih banyak melibatkan berbagai
dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal ini, antara lain,
itu, diperlukan suatu upaya untuk menjelaskanya, dan biasanya, hal itu
u
kerja analisis kesastraan, fiksi, puisi, atau pun yang lain adalah untuk
perbenturan sikap hidup yang terlalu vertikal dengan sikap hidup yang
Pengarang tidak hanya lan gsung mempertarungkan kedua belah pih ak itu
yang terpengaruh oleh kebudayaan modern. Den gan uraian yang luas,
Ê
penelitian, yaitu:
1. Manfaat Teoretis
sastra Indonesia.
1. Manfaat Praktis
sastra.
Ê Ê
"
#$
Berbicara tentang sastra, tidak lepas dari ragam sastra yang ada di
cerpen, novel, dan drama (Laelasari, 2007:22). Dalam penelitian ini yang
dibahas.
barang baru yang kecil, kemudian novel didefin isikan sebagai sebuah
diri. Namun, hal itu tidak berarti bahwa tema kemanusiaan ya ng ingin
Î
2007:72).
salah satu karya sastra yang lahir pada angkatan 45. Karya sastra yang
lainnya, antara lain urat ingkat Tentang Esai karya Asrul Sani, Deru
dalam Kritik dan Esai karya H.B. Jassin, urat Kertas karya Sitor
2007:21).
berkaitan satu dengan yang lain secara erat dan saling menggantungkan.
è
½
%
&
'
karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut pembaca, unsur -unsur
cerita inilah yang akan dilihat atau dijumpai jika membaca sebuah novel.
"(
tujuan pemaparan prosa fiksi oleh pengara ng, maka untuk memahami
pengarangnya.
rindu, takut, maut, religious, dan sebagainya. Dalam hal tertentu, sering
tema dapat disinonimkan dengan ide atau tujuan utama cerita (Laelasari,
paling tidak pelukisan yang secara langsung atau khusus. Kehadiran tema
Hal ini pulalah antara lain yang menyebabkan tidak mudahnya penafsiran
2007:69).
peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa,
setting yang bersifat psikologis itu, dapat kita lihat contoh kutipan di bawah
ini.
Anak kecil itu masih duduk sendiri di atas gunduka n sampah yang
menjulang. Di tangannya tergenggam kertas -kertas bekas,
sementara di sebelah kanannya tumpuan kertas -kertas, kardus
pilihan yang dikumpulkannya. Matanya yang kecil dan m anis itu
melihat ke atas, memandanga fajar yang pelan -pelan
memancarkan sinar.
(³Burik´, N.K.. Hendrowinoto)
fungsi yang bersifat fisikal. Akan tetapi, pada sisi lain, setting itu juga
bahwa anak kecil tersebut tentu anak seorang yang tidak mampu. Hal itu
pilihan si anak.
Akan tetapi, meskipun ia anak kecil dari golongan bawah, pada sisi
lain juga masih diberi setting berupa fajar yang mamancarkan sinar.
Pemberian setting itu dalam hal ini juga memberikan perbedaan makna
tertentu, mungkin ada harapan bahwa anak kecil tersebut suatu saat akan
tanda bahwa meskipun sekarang nasib anak itu men derita, di depan
masih menunggu sejuta harapan. Selain itu, pemberian setting itu juga
akan mampu mengajak emosi pembaca, mungkin rasa iba atau sedih.
setting yang bersifat fisikal dengan setting yang bersifat psikologis, yaitu 1)
dapat berupa suasana maupun sikap serta jalan pikiran suatu lingkungan
½( #
bagian, yaitu alur lurus, alur sorot balik, alur gabungan, dan alur rapat dan
alur renggang.
awal. Flash back sering juga sebagai jenis alur dan juga sebagai unsur
alur. Sebagai unsur alur terlihat pada khayalan tokoh tentang masa
lalunya. Hal ini dapat dilihat dalam novel Arus karya Asp ar. Sedangkan
flash back sebagai jenis alur terlihat dalam novel ³Atheis´ karya Achdiat
cu
memakai satu jenis alur tetapi kadang -kadang menggabungkan dua jenis
alur. Jenis alur ini terdapat dalam karya Mochtar Lubis yang berjudul
³Perempuan´. Alur rapat terlihat bahwa antara alur pokok dan alur
pembantu tidak dapat dise lipkan alur baru karena susuna nnya rapat.
u( ##
sebagai jawab terhadap perta nyaan ³siapakah tokoh utama novel itu?´,
atau ³Ada berapa orang jumlah pelaku dalam novel itu?´, dan sebagainya.
Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para
tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
Nurgiyantoro, 2007:165).
naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral
dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Untuk kasus kepribadi an seorang
tingkah laku lain (nonverbal). Pe rbedaan antara tokoh yang satu dengan
yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik.
Jadi, dalam istilah penokohan itu sekaligus terkandung dua aspek : isi dan
bentuk. Sebenarnya, apa dan siapa tokoh cerita itu t idak penting benar
atau pembaca dapat memahami dan menafsirkan tokoh -tokoh itu sesuai
2007:166).
Para tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang
cerita disebut tokoh inti atau tokoh utama. Sedangkan tokoh yang memiliki
serta tokoh tambahan dapat juga ditentukan lewat petunjuk yang diberikan
tokoh tambahan hanya dibicarakan ala kadarnya. Selain itu, lewat judul
jika terdapat cerita berjudul Siti Nurbaya, Maling Kundang, dan lain -
Sehubungan dengan watak ini, pelaku cerita yang memiliki watak yang
watak yang tidak sesuai dengan yang diidamkan oleh pembaca disebut
yang lainnya.
Ñ(
Latar memberi pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini
dalam cerita itu sesuatu yang sebenarnya menjadi bagian dirinya. Hal ini
cÎ
akan terjadi jika latar mampu mengangkat suasana tempat, warna lokal,
tempat, waktu, dan sosial (Nurgiyantoro, 2007:227). Ketiga unsur itu walau
dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat
sebab itu, pengertian setting meliputi latar belakang fisik, ruang dan
cè
ini.
Dengan lukisan latar yang tetap, cerita akan menjadi lebih mantap.
dan waktu terjadinya harus jaga benar -benar agar menjadi terang di
dalam pikiran pembaca. Iklim dan periode sejarah dapat pula membantu
sekarang bahwa di samping latar belakang fisik yang dapat dilihat, waktu,
iklim, atau suasana, dan periode sejarah juga merupakan bagian latar
(Kusdiratin, 1985:70).
5) &&
tentang apa yang ada dalam be nak pelaku utama maupun sejumlah
terjadi.
batas tertentu tentang perilaku bati niah para pelaku. Bila dalam narrator
nama pengarang sendiri, saya atau aku, maka dalam narrator observer
½
pengarang, meskipun hanya menjadi pengamat dari pelaku, dalam hal itu
pengisah masih juga menyebut nama pelaku dengan ia, mereka, dan dia.
Hal itu memang masih mungkin terjadi karena pengarang prosa fiksi
adalah juga pencipta dari para pelaku dalam prosa fiksi yang
yang diciptakannya sebagai pelaku ketiga yang serba tahu. Dalam hal ini,
sendiri, saya, atau aku. Sebagai pelaku ketiga yang tidak terlibat secara
hal ini masih merupakan juga sebagai penu tur yang serba tahu tentang
( !'Ê
Istilah gaya diangkat diangkat dari istilah style yang berasal dari
bahasa Latin, yaitu stilus dan mengandung arti leksikal µalat untuk
makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi
yang suci, sebagai sesuatu yang indah dan lemah gemulai serta sebagai
nuansa makna tertentu saja. Oleh sebab itulah masalah gaya dlam sastra
akhirnya juga berkaitan erat dengan masalah gaya dalam bahasa itu
sendiri.
Unsur gaya yan terdapat dalam suatu cipta karya sastra yang akan
Î(
tengah atau akhir cerita terutama mengenai hal -hal yang berkenaan
merupakan solusi (jalan keluar) atau ajaran moral yang disiratkan mela lui
×
sistem organisme karya sastra. Atau secara lebih khusus, sebagai unsur-
sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Wala upun demikian, unsur
dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah tetap
itu akan memengaruhi karya sastra yang ditulisnya. Pendek kata, unsur
dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra, dan hal itu
dalam pribadinya, ia mencoba memberi bentuk pada hal itu, ia tidak begitu
memikirkan tantang bagus atau tidak bagus, berguna atau tidak ber guna´.
terhadap peristiwa yang akan dijadikan bahan ceri ta. Penafsiran itu
Yampolski dalam film dokumenter, Suara dari Zaman Pergerakan. Film ini
¶45, pria kelahiran Garut ini disebut kurang produktif. Sepanjan g hayatnya,
karya Achdiat yang berupa puisi, cerpen, novel hanya bisa dihitu ng
dengan jari, tetapi ia lebih banyak menulis esai. Achdat bersama istrinya
½
Dari semua karyanya, hanya ada tiga karya yang di anggap sebagai
karya sastra, yaitu roman Atheis, Debu Cinta Berterbangan , serta yang
terakhir yang diterbitkan oleh Mizan pada Januari 2005 adalah sebuah
kispan karena terlalu panjang untuk disebut cerpen dan terlalu pendek
Achdiat juga menghasilkan dua kumpulan cerpen dan satu naskah drama.
Universitas Indonesia ini disebut sebagai salah satu pelopor berdir inya
½Î
darta, Nyoto, dan lain-lain dibentuk sebagai reaksi kritis atas kedekatan
kelompok sastrawan angkatanl ¶45 (seperti Chairil Anwar, Asrul Sani, dan
lainnya), dengan para politisi Belanda pada masa itu. Namun, ketika
buku yang yang judulnya kemudia n dikenal sebagai salah satu momentum
Australia.
Nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita
dalam hidup. Oleh sebab itu, nilai menduduki tempat penting dalam
yang abstrak dapat dilacak dari tiga realitas, yakni pola tingkah laku, pola
sifat yng berguna bagi perkembangan kualitas hidup manusia yang dapat
Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi
(
Ada dua konsekuensi perilaku dan nilai hidup seperti ini sebagaimana
karena hidup itu baik, lalu orang yang memiliki nilai seperti itu cenderung
hidup itu merupakan nilai hidup yang menunjang pada produktivitas yang
tinggi. Kedua, orang yang menganggap itu baik, dapat juga membuat
orang yang memiliki nilai yang seperti itu tidak berusaha untuk bekerja
lebih keras lagi. Untuk apa bekerja lebih keras, kalau hidup itu sudah baik.
Orang yang menganggap bahwa hidup ini sudah baik, tidak berusaha
yang lebih luas dari agama. Seorang yang religius tidak selalu harus
Seorang yang religius adalah mereka yang memahami arti hidup ini
secara lebih jauh daripada batas -batas yang lahiriah saja. Seorang yang
religius adalah orang yang berusaha bergerak dalam dimensi yang vertikal
dari kehidupan ini, dan dia berusaha mentransendir hidup ini. Dia bisa
memeluk suatu agama tertentu, tetapi tentu saja hal ini bukan suatu
menyembah Tuhan yang satu, Yang Maha Esa, tetapi adanya berma cam-
sama. Bagi umat Islam, Tuhan adalah Allah Yang Mahakuasa; bagi umat
Kristen, Tuhan adalah Allah Bapa yang terwujud dalam trinitas; dan
Yang maha Besar, yaitu Tuhan yang menjadi sumber segala kehidupan.
Iman terhadap Tuhan Yang Maha Agung ini merup akan sumber bagi
masyarakat, dan bahkan sebagai warga negara. Oleh karena itu, setiap
Tuhan). Dalam etika Timur, terutama sudut pandang agama Islam, suatu
surga dan neraka, dan lain -lain. Hal tersebut berbeda dengan e tika Barat.
jawab.
susila sesuai dengan aturan formal yang berlaku ialah kesadaran moral.
pergaulan hidup sehari-hari. Sebab, di dalam nilai etika dijabarkan hal -hal
penciptaan karya sastra berarti akan mengetahui pula keadaan sos ial
berpendapat bahwa ³Suatu cerita itu dapat memberikan lukisan yang jelas
tidak dapat lepas dari pembicaraan tiga masalah utama, yaitu individu,
Individu tanpa mayarakat satu hal yang mustahil. Dari tingkah laku individu
dinamakan kebudayaan.
uÑ
Ê
saat itu.
seperti tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, bahasa, dan amanat.
terkandung di dalam karya sastra tersebut. Dalam hal ini, penulis hanya
menganalisis nilai agama, nilai mor al, dan nilai sosial budaya. Oleh karena
Ê ! !
ÿ
Y
Y
·
ÿ
u
Ê Ê
*
+
×&
"
+
×
satu syarat mutlak yang harus ada dalam suatu penelitian. Sehubungan
dengan hal tersebut, dalam penelitian ini adalah unsur intrinsik dan
½
Achdiat Karta Mihardja. Adapun prosedur yang ditempuh ada lah tahap
uÎ
simpulan.
Ê
Achdiat Karta Mihardja sekitar tahun 1948. Novel Atheis ini merupakan
dan unsur ekstrinsik. Unsur Intrinsik adalah unsur -unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri, seperti tema, alur, penokohan, latar, sudut
yang berada di luar karya satra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung
biografi pengarang dan nilai -nilai yang terkandung dalam karya sastra
tersebut, seperti nilai agama, nilai moral, nilai politik, nilai sosial budaya,
&×
Data dalam penelitian ini bersumber dari novel Atheis karya Achdiat
Atheis dikarang oleh penulis karya sastra ternama Indonesia yang telah
Republik Indonesia.
,
1. Teknik Inventarisasi
uº
mengumpulkan sejumlah data; dalam hal ini adalah novel yang menjadi
2. Teknik Baca-Simak
yang menjadi objek penelitian. Teknik ini dilakukan dengan berulang -ulang
3. Teknik Catat
dari tiap kalimat hingga ke bagian terbesar secara keseluruhan isi teks
novel.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelit ian ini adalah
deskripsi.
1. Identifikasi
2. KLasifikasi
dengan hasil identifikasi, yaitu tahap unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
3. Analisis
4. Deskripsi
ѽ
Ñu
Ê Ê
hasil dan pembahasan yang diperoleh melalui kajian unsur intrinsik dan
'
"
#,#$
Hasan tumbuh menjadi anak yang patuh pada orang tua dan taat kepada
agama. Salat dan berpuasa sering dijalankannya. Ketika dewa sa, Hasan
mengikuti jejak orang tuanya untuk memiliki ilmu sareat dan tarekat. Ia
sekantornya.
ukuran-ukuran kaca mata ajaran agama. Hal ini sangat membatasi gerak
mereka berdua, Hasan merasa lebih senang tinggal di Bandung. Taip -tiap
Hasutan Rusli sedikit demi sedikit berbekas pada jiwa Hasan, yang
Anwar, seorang seniman anarkhis, yang tidak mau terikat oleh hukum
yang berlaku. Karena itu pulalah Hasan telah dibuang oleh keluarganya
yang hanya percaya pada apa yang dikatakan agamanya. Hasan sudah
pergi tanpa suaminya. Hasan selalu dihantui ole h larangan ayahnya untuk
pada ajaran agama yang pernah diberikan oleh orang tuanya. Dia
yang telah membawa ke jalan yang sesat, jalan yang menyimpang dari
agama.
Islam. Hasan kembali sadar. Sementara itu penyakit TBC -nya kambuh, ia
beristirahat.
ÑÎ
gelap, lari terus. Pada waktu itu keadaan di luar sedang bahaya, bunyi
sirene tanda bahaya meraung-raung, namun Hasan tak peduli, dia terus
berjalan mencari Anwar. Sebelum bertemu yang dia cari, hasan tiba -tiba
½
½
"
Hasan, seorang pemuda yang isi hatinya mendesak -desak dan terpecah-
pecah dalam kegugupan karena tidak bisa memilih pendirian yang benar.
merasa sebagai teis yang tulen, tetapi lebih merasa sebaga i ateis
Sejak malam Rabu itu, jadi empat hari yang lalu, aku seolah -olah
terombang-ambing di antara riang dan bimbang. Riang aku, apabila
terkenang-kenang kepada Kartini yang sejak malam itu makin
mengikat hatiku saja. Tapi bimbanglah aku, apabila aku teringat -
ingat kepada segala pemandangan dan pendirian Rusli, yang
sedikit banyaknya memengaruhi juga pikiran dan pendirianku (90).
Menghadap Rusli, ia sudah kalah mental. Kalau sebelumnya ia
½
½
tokoh tertentu sampai tema tertentu. Jadi, latar hendaknya dapat menyatu
perkotaan.
Latar pada novel Atheis meliputi berbagai hal, antara lain, tempat
Ayah dan ibuku tergolong orang yang sangat soleh dan alim.
Sudah sedari kecil
jalan hidup ditempuhnya dengan tasbeh dan mukena. Iman
Islamnya sangat
tebal. Tidak ada yang lebih nikmat dilihatnya, daripada orang yang
sedang
bersembahyang film daripada menonton film.
(hlm. 11)
akhir penjajahan Belanda hingga akhir penjajahan Jepang. Hal ini kita
Dua minggu yang lalu mereka itu masih merasa dirinya singa yang
suka makan
daging. Kini telah menjadi daging yang hendak dimakan singa.
Mereka telah
hancur kekuasaannya oleh tentara Sekutu dan Rusia. (1).
bulan itu. Juga kejadian -kejadian yang seolah-olah mau menyesuaikan diri
kejadian yang berlangsung sejak akhir penjajahan Bel anda hingga akhir
penjajahan.
½
u##
pun cara berpakaian, (3) tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri, (4)
memahami bagaimana jalan pikirannya, (5) melihat bagaim ana tokoh lain
dengannya, (7) melihat bagaimana tokoh -tokoh yang lain itu memberikan
£u
Tokoh dan penokohan dalam novel Atheis dapat kita lihat berikut
ini.
kehidupan orang intelek dan modern. Tampak pada kutipan berikut i ni.
Seperti namanya pula, rupa dan tampang Hasan pun biasa saja,
sederhana.
Hanya badannya kurus, dan karena kurus itulah maka nampaknya
seperti orang
yang tinggi. Mata dan pipinya cekung.
(hlm. 7)
pengetahuan pun tidak luas. Corak kehidupan ini akan berpengaruh be sar
Sejak kecil Hasan anak yang taat, pemeluk agama Islam yang
tekun. Setelah bergaul dengan Rusli, Kartini, Anwar, dan kawan -kawanya,
berani menentang orang tuanya, imannya goyah, dan hanyut pada aliran
menyesali kelalaiannya.
Keras aku mengucapkan nama Tuhan itu pada tiap kali aku
berubah sikap. Keras-keras, supaya bisa mengatasi suara hati dan
pikiran. Keras-keraspula nama Tuhan itu kuucapkan dalam hati.
Tapi tak lama kemudian melantur-lantur lagi pikiran itu. Sekarang
malah makin simpang siur, makin kacau rasanya.
berpikir yang matang, kehidupan psikis yang belum dewasa, iman Hasan
Orang tua Hasan adalah orang yang saleh dan alim, orang yang
sangat kuat pendirian. Hal ini tampak pada waktu Ayah Hasan (Raden
meninggal karena diketahui Hasan sudah tidak patuh lagi pada ajaran -
ajaran agama Islam. Dengan ini tampak bahwa betapa kuat pendirian
Ayah dan ibuku tergolong orang yang sangat saleh dan alim.
Sudah sedari kecil
jalan hidup ditempuhnya dengan tasbeh dan mukena. Iman
Islamnya sangat
tebal tidak ada yang lebih nikmat dilihatnya dari pada orang yang
sedang
bersembahyang , seperti tidak ada pula yag lebih nikmat bagi
penggemar film
daripada menonton film.
(hlm. 11)
3) Rusli
Rusli adalah kawan Hasan ketika kecil dan banyak bersama -sama.
khatib tua yang tuli, atau memukul-mukul bedug. Lebih jelasnya dapat
Rusli itu adalah seorang kawanku ketika kecil. Agak karib juga kami
berteman, bukan saja oleh kare na satu kelas, tapi juga oleh karena
kami bertetangga.Kami banyak bersama«. Hanya dalam dua hal
kami tidak pernah bersama-sama, yaitu kalau Rusli berbuat nakal,
apabila bersembahyang. Orang tua ku melarang nakal, menyuruh
£
bahwa Hasan heran dengan sikap Rusli yang dulu orang yang beragama
mempercayai adanya Tuhan dan mengatakan bahwa Tuhan itu tidak ada.
Selain itu, Rusli mengangap bahwa agama dan Tuhan adalah ciptaan
juga.
5) Anwar
Anwar adalah seorang yang anarkhis, sikapnya kasar, tidak pan dai
bergaul. Seperti Rusli, dia seorang Marxis. Anwar seorang yang optimis,
6) Siti
Siti adalah pembantu orng tua Hasan. Dia seorang wanita yang
½
u#
£è
pula oleh plot di dalam karya tersebut. Plot adalah susunan peristiwa di
akibat.
umumnya adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahap -tahap dalam
suatu cerita. Tahap peristiwa yang menjalin suatu cerit bisa berbentuk
1. Bagian I
2. Bagian II
3. Bagian III
memperkenalkan siapa dan dari mana tokoh utama Hasan. Hasan putra
pengairan.
4. Bagian IV
5. Bagian V
Hubungan Hasan dengan Kartini dan Rusli makin hari makin akrab.
Makin hari makin bertambah teman Rusli yang dikenal Hasan antara lain
Anwar.
6. Bagian VI
sampai pada bagian ini. Hasan sudah tidak mampu lagi melupakan
Kartini.
dikenalnya yakni Bung Sumi, Bung Gondo, Bung Bakr i, Bung Parta.
terjadi pada bagian IX, dan dilanjutkan pada bagian X sampai denganXIII.
khawatir kalau hal ini disampaikan kepada Kartini dan Rusli, dengan tegas
terhadap orang tua dan ajaran agama, lalu mengambil keputusan untuk
yang hebat. Perisriwa ini merupakan salahatu puncak yang tragis ditinjau
dari segi tema sebab hal ini menunjukkan adanya kehancuran akibat tidak
setahu Hasan. Dalam perjalanan, atas buj ukan Anwar, Kartini bermaksud
meninggal dunia.
Dari daftar nama tamu, ia tahu bahwa Kartini pernah berada di situ
½
bersama Anwar. Hasan lari meniggalkan penginapan itu sebab tak kuasa
novel Atheis berplot sorot balik atau flash back. Pada dasarnya Bab
pertama adalah bab penutup. Dapat kita lihat k ematian tokoh hasan
½
Ñ##+.&&(
view pada novel Atheis ialah multiple atau campuran antara gaya aku dan
gaya dia. Dengan gaya ini maksud yang terkandung di dalam Atheis
2.5!'Ê
Kongkretnya adalah gaya bahasa. Gaya bahasa dikatakan efektif bila dpat
(hlm. 96)
³Pada senja hari yang indah seperti itu, di jaman yang lalu kota itu
seolah-olah mulai berdendam.´ (hlm. 213).
3.Unsur Ekstrinsik
Abdullah Mubaak.
buku sastra. Dari lemari ayahnya yang suka pada sastra, ia dapat
Dari semua karyanya, hanya ada tiga karya sastra yang dianggap
sebagai karya sastra, yaitu Atheis, Debu Cinta Beterbangan, se rta yang
terakhir yang diterbitkan oleh Mizan pada Januari 2005 adalah sebuah
disebut kispan karena terlalu panjang untuk disebut cerpen dan terlalu
yang bukan hanya dialami oleh seorang Indonesia atau orang Timur. Apa
yang terjadi atas diri Hasan (sebagai tokoh utama dalam novel Atheis)
kumpulan cerpen dan satu naskah drama. Tetapi dari semuanya, Atheis
u
½
Ê#Ê&'
Î
pengakuan Hasan.
è
Dari kutipan di atas dapat kita ketahui latar belakang sosial budaya
Rusli yang berada pada tingkat kebudayaan modern. Dia memilih politik
modernisasi.
Dua minggu yang lalu mereka itu masih merasa dirinya singa yang
suka makan daging. Kini telah menjadi daging yang hendak
dimakan singa. Mereka telah hancur kekuasaannya oleh t entara
Sekutu dan Rusia (hlm.1).
segala-galanya.
watak yang berbeda bertemu dan satu sama lain ingin saling
mempengaruhi.
Ê
×
Benturan Dua Dunia (2010:7) (oleh Puji Santosa, 2010. Benturan Dua
Jawa Barat, pada masa perang dunia kedua. Di dalam menyusun cerita,
yaitu antara dunia lama´ dan ³dunia modern´. Dunia lama diwakili oleh
pola pikir kosmosentris, taat beribadah kepada Tuhan dan sangat relig ius.
Dunia lama diwakili oleh orang tua H asan. Dunia modern diwakili oleh
dengan pola pikir antriposentrs, agresif, dan atheis. Gologan ini diwakil i
oleh tokoh Anwar, Rusli, dan Kartini. Posisi tokoh utama, Hasan berada
dalam situasi terjepit antara dua dunia dengan perangkat nilai yang
berbeda.
Pada awalnya dunia yang dikenal oleh Hasan adalah dunia yang
statis, penuh kedamaian, dan jauh dari huru -hara keramaian dunia. Ia
terkenal sebagai anak yang saleh, alim, dan taat beribadah kepada Tuhan
yang didatangkan dari guru tarekat di Banten. Akan tetapi setelah Hasan
arus dunia modern yang dinamis dan pe nuh aroma petualangan. Mulanya
tidak beragama itu. Rusli dan K artini beberapa kali di beri nasihat dan
khotbah keagamaan oleh Hasan biar mereka sadar dan berja lan di jalan
ν
yang lurus dan benar. Na mun, kemudian justru terbalik, Hasan tidak
zaman tanpa memiliki pertahanan mental yang kokoh. Dia tidak memiliki
mental yang kuat yang sekuat baja. Kepribadian Hasan sangat rapuh. Ia
mudah dipengaruhi orang lain, terutama oleh tokoh Anwar dan Rusli,
secara keras. Hasan terseret oleh arus pemikiran material yang konkret
yang seiman. Hasan menolak gadis pilihan orang tuanya itu karena terikat
Rumah tangga Hasan dan Kartini tidak bahagia dan sekaligus tidak
tuanya. Namun, orang tuanya menolak permintaan maaf Hasan itu hingga
meninggal dunia.
bahwa Anwarlah penyebab dari segala malapeta ka bagi dirnya. Malam ini
Seketika itu pula Hasan terkapar di atas aspal jalanan sambil berlumuran
modern. Kata ³atheis´ artinya tidak percaya akan adanya Tuhan. Mereka
lebih mempercayai benda atau materi yang bersifat konkret, dapat dilihat
oleh mata dan dapat diraba oleh pancaindra. Unsur ke pada Tuhan
ketuhanan dalam dirinya. Oleh karena itu, kaum atheis tidak mempercayai
menganggap Tuhan telah mati. Dialog Anwar berikut membukti kan paham
atheism yang dipegang teguh oleh tokoh Anwar yag keras dan dipercayai
³Dan tahu Bung, apa yang harus kita insafi seagai perintis jalan?
Tidak tahu? Ialah orang tua itu tidak selamanya benar«. Bukan
begitu? )matanya tajam mena tap ke dalam wajahku) Lihat saja
pada Marx, Lenin! Lihat juga pada Nietszche, Nietszche, Bakunin,
dan lain-lain. Mana bisa mereka menjadi peganjur dunia yang
begitu hebat, kalau mereka mau nongkrong saja tunduk kepad
kehendak orang tuanya (meggeliat dengan kedua belah tangannya
menjulur ke atas). Vooral Nietszche! Ya, ya, Nietszche! Heerlijk.
Der Uebermensch! Nietszche yang berani berkata kepada sang
Surya, Gij grot ester, wat zult gij betekenen zonder mij! (menepuk -
nepuk dada). Sesungguhnya, apa arti kamu , wahai bintang raya,
kalau aku tidak ada?! Begitulah mestinya kita semua!
Uebermensch! (membusugkan dada). Uebermensch yag berani
merombak, meentang, menghancurkan untuk kepentingan
kepribadian kita sebagai manusia yang harus maju, harus hidup,
harus berkembang!´
Karl Marx, Lenin, dan Nietszche adalah tokoh -tokoh dunia yang
Negara yag menganut paham keras pemikiran Marx, Lenin, dan Ni etszche
anggap modern dengan paham materialisme dan atheis itu tidak akan
badai hujan dan terik matahari sepanjang waktu. Keimanan kepada Tuhan
tetap membuka kecerahan hidup yang leb ih baik dan mulia (Santosa,
2010:8).
Î
Ê Ê+
budaya, serta menyadari bahwa karya sastra itu diciptakan oleh suatu
/
Alwi, Hasan. 1993. Citra Manusia dalam Puisi Indonesia Modern 1920 -
1960. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pustaka Setia.
Zulkifli. 2008. Analisis NIlai -nilai Religious dalam Novel Ayat -ayat Cinta
Karya Habiburahman El Shirazy. kripsi tidak diterbitkan.
Makassar: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
lepas dari pembicaraan tiga masalah utama, yaitu individu, masyara kat,
berkaitan. Masyarakat tanpa individu jelas tak mun gkin ada. Individu tanpa
masyarakat satu hal yang mustahil. Dari tingkah laku individu (kelompok
κ