You are on page 1of 8

Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu

Sejak terjadinya krisis kegiatan Posyandu juga ikut menurun, oleh karena itu untuk
meningkatkan kegiatan Posyandu kembali telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor :411.3/536/SJ tanggal 3 Maret 1999 tentang Revitalisasi Posyandu. Tetapi
dalam pelaksanaannya dan menghadapi era otonomi dan desentralisasi dianggap
penting bahwa pedoman tersebut perlu diperbarui dan disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan. Oleh karena itu telah diterbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri dan
Otonomi Daerah Nomor :411.3/1116/SJ tanggal 13 Juni 2001 tentang Pedoman Umum
Revitalisasi Posyandu yang ditujukan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh
Indonesia, yang merupakan pembaharuan atau surat edaran Menteri Dalam Negeri yang
lalu.

Surat edaran tersebut diharapkan dapat dijadaikan acuan bersama dalam upaya
pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat melalui
Posyandu dimasa yang mendatang dengan semangat kebersamaan dan keterpaduan
sesuai dengan fungsi masing-masing. Revitalisasi Posyandu ini dititik beratkan pada
strategi pendekatan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat dengan akses kepada
modal social budaya masyarakat yang didasarkan atas nilai-nilai tradisi gotong royong
yang telah mengakar didalam kehidupan masyarakat menuju kemandirian dan
keswadayaan masyarakat. Ada 6 point dalam surat edaran tersebut untuk meningkatkan
kegiatan Posyandu dan juga dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah yaitu :

o Posyandu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan


peningkatan status gizi masyarakat.
o Posyandu mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis
masyarakat.
o Pelaksanaan Posyandu perlu dihimpun seluruh kekuatan masyarakat agar
berperan serta secara aktif sesuai dengan kemampuannya.
o Posyandu perlu dilanjutkan sebagai upaya investasi pembangunan sumber daya
manusia yang dilaksanakan secara merata.
o Pemerintah daerah untuk mensosialisasikan dan mengkoordinasikan
pelaksanaannya dengan melibatkan peran masyarakat (LSM, ormas, sektor
swasta, dunia usaha, lembaga/negara donor dll).
o Pedoman ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam melaksanakan
revitalisasi Posyandu yang secara teknis masing-masing daerah dapat
menyesuaikan.

o Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk menurunkan angka


kematian ibu dan anak maka telah  dilakukan suatu pendekatan keterpaduan program
KB dan  Kesehatan yang dalam pelaksanaannya dilakukan melalui Posyandu.

o
Posyandu merupakan suatu kegiatan perwujudan peran serta masyarakat yang
dikelola oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat dalam  mencapai
pelayanan kesehatan yang lebih baik (1)
 Penyelenggaraannya dilakukan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan
KB dengan keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemudi. (2)
Pada awalnya Posyandu berkembang dari dari salah satu program puskesmas yaitu
program perbaikan gizi masyarakat, untuk mendorong peran serta masyarakat maka
program ini didorong ke tingkat desa dengan mengadakan pos penimbangan dan
pemberian makanan tambahan
 Keberhasilan pos penimbangan ini mendorong pemerintah menambah program lain
sehingga pos penimbangan berubah nama menjadi posyandu (pos pelayanan terpadu).
Pos pelayanan terpadu semakin tahun semakin bertambah jumlahnya sehingga hampir
setiap banjar memiliki posyandu. (3)
 Sejalan dengan otonomi daerah (desentralisasi pelayanan dasar) kehadiran posyandu
semakin lama semakin berkurang tidak saja jumlahnya tetapi juga kegiatannya.
Pernyataan otonomi menurunkan aktivitas posyandu ini didukung oleh Menkes Siti
Fadilah. Hal ini disebabkan karena alokasi dana APBD untuk kesehatan yang begitu
rendah, yaitu kurang dari 15 persen (4). Kita baru tersentak ketika muncul gambaran
status gizi balita persis seperti kondisi tahun tujuh puluhan. Dimana pada masa itu
bangsal anak di rumah sakit setiap hari pasti ada anak dengan gizi buruk yang dirawat
(5)
 Masalah ini akhirnya disadari oleh pemerintah, dan pemerintah mulai mengadakan
program revitalisasi, seperti dalam ucapan pidato kenegaraan tahun 2006 oleh
presiden bahwa ”pemerintah akan terus berupaya, untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan, guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan penyuluhan
kesehatan, termasuk kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) juga mulai
diaktifkan kembali”. Dalam pidato tersebut dikatakan bahwa jumlah Posyandu yang
telah berhasil diaktifkan kembali sampai 2006, telah mencapai 42.221 unit di seluruh
tanah air. (6)
 Di Ibukota, revitalisasi posyandu ini dikampanyekan melalui program Gebyar
Posyandu 27 sejak Desember 2005 lalu.
 Sejak itu, jadwal kunjungan anak-anak balita ke posyandu dijadikan serentak, yakni
pada tanggal 27 setiap bulannya. Sebelumnya, jadwal kunjungan tiap posyandu
berbeda-beda. Selama 10 bulan program berjalan, sebanyak 3.984 posyandu dari total
4.019 posyandu yang tercatat, telah aktif kembali di DKI Jakarta. Idealnya masih
diperlukan 6.023 posyandu lagi untuk melayani 602.353 balita. Dari jumlah itu masih
9.253 balita yang berat badannya masih di bawah garis merah (batas normal) sehingga
harus dipantau intensif. (7)
 Namun, sejauh ini revitalisasi itu masih menemui kendala menyangkut jumlah tenaga
medis pemerintah yang tersedia. Penyeragaman jadwal membuat tenaga medis
pemerintah, yang jumlahnya terbatas, tersedot serentak ke berbagai posyandu.
Akibatnya, banyak posyandu yang tidak kebagian tenaga paramedis. Oleh karena itu,
seringkali kegiatan imunisasi terpaksa ditunda karena absennya tenaga medis di
posyandu.
 Di lain sisi, kendala revitalisasi tidak hanya datang dari pihak posyandunya saja,
mengingat posyandu merupakan kegiatan yang berbasis masyarakat, ketidak pedulian
dan rendahnya partisipasi masyarakat juga berdampak pada berhasil tidaknya
revitalisasi itu sendiri
 Kurang sadarnya masyarakat mengenai program posyandu terlihat dari tingkat
kunjungan bayi ke posyandu masih rendah. Bahkan di beberapa daerah hampir 50%
bayi tak pernah dibawa ke posyandu (8), Banyaknya angka drop out balita ketika usia
24 bulan yang menunjukan kurangnya komitmen masyarakat untuk mengikuti
program posyandu
 Hasil penelitian Hendrik L. Blum yang sudah sering diangkat para pakar kesehatan,
mengungkapkan bahwa dari empat faktor kunci yang mempengaruhi derajat
kesehatan, maka aspek pelayanan ternyata hanya memiliki kontribusi sebesar 20
persen. Sementara sebagian besarnya, 80 persen, dipengaruhi oleh tiga faktor lainnya.
Persisnya, 45 persen ditentukan oleh lingkungan, 30 persen ditentukan oleh perilaku,
dan sisanya, 5 persen ditentukan oleh faktor genetik atau keturunan.
 Dari penelitian ini dapat disimpulkan faktor perilaku memegang peranan penting dan
semestinya mendapat perhatian utama
 Kita ketahui bahwa sampai sekarang sebagian besar anggaran yang disediakan
pemerintah untuk sektor kesehatan kira kira 80 persen nya, ternyata masih diarahkan
untuk pelayanan atau peran pengobatan. Artinya, bahwa pembangunan rumah sakit
serta pengadaan obat dan sejenisnya masih menjadi prioritas utama. Sebaliknya,
pelaksanaan kebijakan dan program yang ditujukan untuk memutus akar
penyebabnya, yakni mengubah sikap, perilaku dan lingkungan masyarakatnya, hanya
didukung oleh sisanya, sekira 20 persen (9).

o POSYANDU

o Sejarah Lahirnya Posyandu (10)

o Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari


kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,
Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan
Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah
strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip gotong royong dan
swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri
melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama
petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sector terkait. Diperkenalkannya
PKMD pada tahun 1975 mendahului kesepakatan internasional tentang konsep yang
sama, yang dikenal dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum
dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.
Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk. Kegiatan
PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk
penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan Diare, untuk
pengobatan masyarakat di perdesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi
dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi dan Pos KB Desa.
   Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat yang seperti ini, disamping menguntungkan masyarakat, karena
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan,
ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan kesehatan
menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta memerlukan lebih banyak
sumber daya.
 Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara
Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang
mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah
yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Kegiatan yang
dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI – 3F (Growth Monitoring, Oral Rehydration,
Breast Feeding, Imunization, Female Education, Family Planning, dan Food
Suplementation), untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu
KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare.
 Perencanaan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara missal
untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di
Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan hari Kesehatan nasional. Sejak saat itu
Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat
luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Mneteri Dalam Negeri (Inmendagri)
Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui
instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu
Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh satu Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat
dengan Pemerintah Daerah (Pemda).

o Pengertian Posyandu (10)


 Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk  dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam
memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
 UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan
bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sector dan lembaga terkait lainnya.
 Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif,
guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu
mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.
 Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan,
yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.

o Landasan Hukum Posyandu (10)(11)


1. Undang-undang Dasar tahun 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan.
2. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
5. Surat Edaran Mendagri Nomor 411.3/1116/SJ tahun 2001 tentang Revitalisasi
Posyandu.
6. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1457 tahun 2003 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.
8. Undang-undang Nomor 32 tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.
9. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Pemerintah Daerah.
10. Peraturan Pemerintah Nomor  8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar
Pusat Kesehatan Masyarakat.
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131 tahun 2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional.
13. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional
14. PP No.7 tahun 2005 tentang RPJMN

o  
o Tujuan Posyandu (10)
Tujuan umum
 Menunjang percepatan penurunan angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

o Tujuan Khusus
a. Meningkatnya peran serta masyarakt dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam Penyelenggaraan Posyandu, terutama
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang
berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

o Sasaran Posyandu (10)


Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1. Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)

o Fungsi Posyandu (10)


1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan
dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka
mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI dan AKB.

o Manfaat Posyandu (10)


1. Bagi masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan
dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan
terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.
2. Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan
penurunan AKI dan AKB.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan
masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Pusskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
strata pertama.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan
sesuai kondisi setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan
secara terpadu.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor
terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi
setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian perlayanan secara terpadu sesuai dengan
tupoksi masing-masing sektor.

o Lokasi Posyandu (10)


 Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/nagari. Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang
sesuai.

o Kedudukan Posyandu (10)


1. Kedudukan Posyandu Terhadap  Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh
pemerintahan desa/kelurahan.
2. Kedudukan Posyandu Terhadap Pokja Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan, yang
anggotanya terdiri dari aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh masyarakat
yang bertanggung jawab membina Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja
adalah sebagai satuan organisasi  yang mendapat binaan aspek administratif,
keuangan, dan program dari Pokja.
3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan,
yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM
dan pelbagai lembaga kemasyarakatan /LSM desa/kelurahan yang bergerak di bidang
kesehatan adalah sebagai mitra.
4. Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan
Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di bidang
keshatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di kecamatan yang berfungsi
menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah
sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari
Konsil Kesehatan Kecamatan.
5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di kecamatan. Kedudukan
Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di
bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
Kegiatan Posyandu (10) (11)(12)
 Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan / pilihan.
Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
Kegiatan utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
 a. Ibu Hamil
  Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader
kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah
dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah
dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemkan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok
Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan
kesepakatan. Kegiatan kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
a. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan
menyusui, KB dan gizi
b. Perawatan payudara dan pemberian ASI
c. Peragaan pola makanan ibu hamil
d. Peragaan perawatan bayi baru lahir
e. Senam ibu hamil

o  b. Ibu Nifas dan Ibu Menyusui


  Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
1. Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan
lahir (vagina)
2. Pemberian vitamin A dan tablet besi
3. Perawatan payudara
4. Senam ibu nifas
5. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan
kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan
lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

o  c. Bayi dan Anak Balita


 Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan
memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada
waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan
dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan
kader.
 Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1. Penimbangan berat badan
2. Penentuan status pertumbuhan
3. Penyuluhan
4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi
dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.

o 2. Keluarga Berencana (KB)


 Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian
kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan
suntukan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang 
menunjang dilakukan pemasangan IUD.

o 3. Imunisasi
 Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baikterhadap
bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.

o 4. Gizi
 Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu
hamil dan WUS. Jenis Pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,
deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian
vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan ibu nifas ditambah
dengan pemberian tablet besi serta kapsul Yodium untuk yang bertempat tinggal di
daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat
badan, segera dirujuk ke Puskesmas.

o 5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare


 Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara
lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh
masyarakat atau pemberian Oralit yang disediakan.

o Posted in Uncategorized | Tags: kesehatan

You might also like