You are on page 1of 4

Interaksi Sosial di dalam Keluarga

Keluarga merupakan basis pertama dan utama dalam berbagai rangkaian proses interaksi sosial
yang dialami individu selama hidupnya. Hal tersebut dimungkinkan, karena kedudukan keluarga
sebagai komponen terkecil dari struktur masyarakat, merupakan tempat pertama bagi individu
mengenal manusia lain diluar dirinya. Di samping itu juga di dalam keluargalah anak mulai
mengenal peranan dirinya sebagai manusia.

Proses terjadinya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga dimulai sejak kelahiran. Saat
anak mulai merasakan dunia lain dari dunia kandungan yang selama ini dikenalnya sebelum
kelahiran. Sedangkan kelahiran itu sendiri merupakan prasyarat bagi seseorang untuk
berkembang dan memiliki kepribadian sendiri.

Pada tahapan pertama, apa yang diberikan oleh keluarga merupakan potensi-potensi atau
kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang. Pada perkembangan lebih lanjut hal tersebut
menadapatkan rangsangan dan pengarahan dari lingkungan keluarganya sehingga lebih
berkembang.

Agar perkembangan yang dicapai dapat berjalan dengan normal dan ideal, peranan keluarga
sebagai suatu lingkungan keluarga yang menyediakan segala sarana yang memungkinkan
terjadinya perkembangan sangat menentukan.

Peranan keluarga yang dimaksud dalam hal ini, tidak hanya menyangkut pemenuhan segala
kebutuhan anak yang berwujud materi, tetapi juga menyangkut pemenuhan kebutuhan psikologis
dan sosiaologis. Bahkan dua kebutuhan tersebut seharusnya mendapatkan porsi yang lebih besar.
Karena mengingat pengaruhnya yang cukup besar pada perkembangan selanjutnya yang dialami
anak pada masa-masa mendatang.

Kebutuhan-kebutuhan psikologis dan sosiologis anak meliputi penghayatan-penghayatan rohani


psikis dan sosial yang dialami anak sebagai suasana, sikap pergaulan, antara manusia yang
mengikat anak didalam keluarganya, yang kemudian menjadi dasar untuk pergaulannya dengan
masyarakat sosial yang lebih luas. Wujud yang nyata dari hal itu dibnerikan dalam bentuk kasih
sayang yang memberi anak rasa nyaman., rasa diterima serta rasa diakui keberadaanya. Dengan
demikian interakasi sosial yang pertama kali dirasakan anak adalah perlakuan dan kasih sayang
dari kedua orang tuanya, terutama dari ibunya. Pada saat anak sepenuhnya tergantung dari kedua
orang tuanya untuk memenuhi segala kebutuhannya, baik yang berupa fisik ataupun psikis.

Dengan semakin bertambahnya usia anak yang diikuti oleh berfungsinya organ-organ tertentu
dari tubuhnya, nteraksi sosial yang dialami anak semakin berkembang. Anak sudah dapat
melakukan komunikasi dengan orangtuanya, meskipun masih dalam bentuk-bentuk yang sangat
sederhana dan bersifat simbolik. Jawaban-jawaban yang diberikan yang diberikan orang tuanya
sebagai pengertian terhadap komunikasi simbolik anak, akan dirasakan sebagai suatu interaksi
sosial, sehingga dengan jawaban-jawaban tersebut anak akan menentukan sikap yang dianggap
sesuai dengan jawaban orang tuanya.
Dengan berfungsinya organ-organ bicara pada anak, komunikasi dengan orang tuanya
berkembang dengan penggunaan bahasa, sehingga interaksi sosialpun semakin menampakkan
bentuk yang nyata. Anak telah mampu mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada
orangtuanya dan sebaliknya orang tuapun dapat mengerti secara benar perasaan anak. Dalam
situasi yang demikian kemungkinan terjadinya hubungan saling pengaruh mempengaruhi antara
orang tua dan anak sangat besar.

Setelah anak mampu menggunakan kognisinya yang didukung dengan berfungsinya secara
sempurna keseluruhan inderanya, anak mulai mengerti wujud yang sebenarnya dari pola-pola
interaksi sosial yang berlaku didalam keluarganya.

Pengertian anak didalam hal ini, terutama didasarkan paa pengalaman-pengalamannya dengan
kedua orang tuanya. Karena itulah keharmonisan hubungan antara suami dan istri sangat
diperlukan, sehingga hal itu memberikan suatu gambaran yang baik kepada anak. Keduanya
harus mempunyai keseragaman didalam cara dan tekhnik-tekhnik melaksanakan hubungan
dengan anak. Hal itu didasarkan pada suatu kenyataan bahwa untuk perkembangan
kepribadiannya, anak memerlukan kedua orangtuanya sebagai pembimbing, pendidik serta
sebagai pengayon.

Adalah satu faktor yang menentukan terjadinya interaksi sosial adalah faktor identiikasi,
khususnya didalam rangka pembentukan ego dan superego anak. Timbulnya identifikasi tersebut
didasarkan pada suatu rasa kagum anak terhadap perbuatan orang tuanya bahkan menyamainya.
Disamping itu juga timbulnya identifikasi disebabkan usaha anak untuk menghindari hukuman-
hukuman yang mungkin diberikan oleh orang tuanya, sehingga anak berusaha mempersatukan
dirinya dengan larangan-larangan yang ditentukan oleh orang tuanya. Dengan demikian
identifikasi dapat dijadikan alasan mengapa anak-anak cenderung menyerupai orang tua mereka.

Jika keluarga dianggap sebagai suatu lingkungan, masyarakat yang kecil, maka peranannya di
dalam rangka pembentukan ego sangat menentukan. Jika mengingat bahwa ego merupakan hasil
dari tindakan saling mempengaruhi antara lingkungan dengan garis-garis perkembangan yang
ditetapkan oleh keturunan. Begitupun di dalam rangka pembentukan superego anak, keluarga
memegang peranan yang menentukan. Bahkan dalam dalam rangkan pembentukan superego
inilah keluarga sangat menonjol.

Superego merupakan kode moral seseorang yang berkembang dari ego, sebagai akibat perpaduan
yang dialami anak dengan ukuran orang tuanya mengenai apa yang baikl, apa yang salah, serta
apa yang buruk. Dengan memperpadukan kewibawaan tersebut dengan kewibawaan moril orang
tuanya, anak akan mengganti kewibawaan tersebut dengan kewibawaannya sendiri.

Dengan menuangkan kekuasaan orang tuanya ke dalam batinnya sendiri, anak akan dapat
menguasai kelakuannya sesuai dengan keinginan orang tuanya, dan dengan bertindak seperti itu
anak akan mendapatkan persetujuan dan mencegah kegusaran mereka.

Atau dengan kata lain, anak akan belajar bahwa ia bukan saja harus tunduk kepada prinsip
kenyataan untuk mendapatkan kesenangan, tetapi ia juga harus mencoba berkelakuan sesuai
dengan perintah-perintah moril dari kedua orangtuanya.
2. Interaksi Sosial di dalam Lingkungan Kemasyarakatan

Apa yang didapatkan anak dari lingkungan keluarganya sebagai dasar-dasar untuk menjalani
interaksi sosial yang lebih kompleks di dalam lingkungan masyarakatnya.

Dengan semakin banyaknya manusia yang dikenal anak, menyebabkan pergaulan anak semakin
meluas. Akibatnya apa yang diberikan oleh keluarganya sebagai dasar tersebut juga akan lebih
berkembang, sehingga hal itu akan lebih menyempurnakan interaksi sosialnya.

Anak akan lebih banyak belajar untuk menyesuaikan diri dengan keragaman prilaku yang
ditemuinya didalam lingkungan masyarakatnya. Dimana dari penyesuaian diri tersebut, anak
mendaptkan pengalaman-pengalaman baru yang menjadi masukan-masukan yang sanagt
berharga bagi anak untuk pengemangan kepribadian lebih lanjut. Pengalaman-pengalaman
tersebut menjadi dorongan bagi anak untuk lebih mengaktifkan diri menjalani interaksi
sosialnya. Akhirnya pengalaman-pengalaman tersebut berubah menjadi simbol-simbol yang
memiliki nilai tersendiri bagi anak.

Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam interaksi sosial didalam lingkungan
sosial kemasyarakatan ini adalah lembaga-lembaga sosial tersebut berperan sebagai suatu respon
kulturil dari kebutuhan dasar biologis dan psikologis manusia untuk hidup berkelompok. Juga
sekaligus berfungsi sebagai alat untuk mengembangkandiri dan alat yang memberikan batas-
batas tertentu, agar segala jenis hubungan antar manusia dipelihara dalam keadaan equilibirium
yang dinamis.

Disamping itu juga faktor waktu memegang peranan menentukan. Lamanya individu menjalani
inteaksi sosialnya, memberikan kesempatan kepada individu untuk bekerjasama dan menemukan
pola-pola tingkah laku dan sikap yang bersifat timbal balik, serta menemukan teknik-teknik
hidup bersama yang lebih baik.

Akibat lebih lanjut terbentuklah integrasi psikologik dan sosiologik di dalam masarakat yang
menyebabkan pola, sikap, relasi serta reaksi emosi dari anggota masyarakat cenderung memiliki
kesamaan.

Kenampakan dari integrasi tersebut akan terlihat sebagai kesamaan-kesamaan kepribadian dari
segenap individu yang hidup di dalam lingkungan sosial kemasyarakatan tertentu.

3. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Interaksi Sosial

Proses terjadinya interaksi sosial, baik didalam lingkungan keluarga maupun di dalam
lingkungan sosial kemasyarakatan yang lebih luas, tidak dapat dilepaskan dari pola kebudayaan
yang berlaku didalam masyarakat tersebut. Karena lingkungan sosial dan kulturil menetapkan
syarat-syarat bagi individu dalam menetapkan bentuk pemuasan kebutuhan yang mungkin dipilih
oleh indiidu, termasuk didalamnya interaksi sosial.

Hal tersebut sangat mempengaruhi mekanisme kerja dari ego sebagai pembuat keputusan. Ego
berkewajiban menetapkan bentuk tingkah laku penyesuaian sebaik-baiknya dan sesuai dengan
pola-pola kebudayaan yang berlaku, sehingga apa yang diputuskan sebagai pemuasan kebutuhan
akan baik baginya dan juga bagi lingkungan masyarakatnya yang lebih luas. Atau dengan
perkataan lain, kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat, serta menentukan sikap jika berhubungan dengan orang lain. Karena
keduanya sebenarnya merupakan perwujudan atau abstraksi dari pada prilaku manusia dengan
kepribadian sebagai latar belakangnya.

A. KESIMPULAN

Pembentukan kepribadian seseorang merupakan hasil perpaduan dari berbagai faktor yang saling
terkait satu dengan yang lainnya, dengan berbagai proses pendukungnya. Salah satu faktor yang
memegang peranan penting di dalam hal ini adalah interaksi sosial. Karena pada dasarnya
manusia selama hidupnya mengalami interaksi sosial, yang memungkinkan manusia yang
bersangkutan berkembang.

You might also like