Professional Documents
Culture Documents
Ingin Tahu ??
Pada saat mencapai usia diatas 50 tahun, pria mengalami fenomena yang hampir mirip
menopause pada wanita, dan disebut andropause. Pada wanita, masa menopause memiliki
batas yang jelas, yakni berhentinya haid sebagai tanda perubahan dari masa reproduksi menuju
masa senja, sedangkan pada pria batas tersebut tidak jelas. Namun demikian, keduanya sama-
sama mengalami penurunan kadar hormon seks. Pada wanita, yang menurun adalah kadar
estrogen, sedangkan pada pria kadar testosteronnya. Penurunan kadar steroid seks tersebut
menyebabkan perubahan-perubahan, yang akan disertai dengan berubahnya sikap dan emosi,
kelelahan, berkurangnya energi, menurunnya libido dan ketangkasan fisik. Berbeda dengan
menopause yang secara umum terjadi pada wanita di usia 45-55 tahun, maka masa perubahan
andropause pada pria ini mungkin lebih panjang dan secara bertahap.
Definisi andropause (andro = laki-laki, pause = berhenti) adalah berhentinya fungsi maskulin
(kelaki-lakian) akibat hilangnya fungsi testis (buah zakar) dan/atau kelenjar anak ginjal (adrenal)
dalam memproduksi hormon testosteron, yang ditandai dengan sekumpulan gejala. Sebagian
pakar beranggapan bahwa istilah andropause secara biologis kurang tepat, karena di sini tidak
terjadi penghentian fungsi dalam arti sesungguhnya. Produksi spermatozoa terus berlangsung
meski dalam jumlah lebih sedikit. Fungsi seksual maupun fertilitas masih terjadi, hanya memang
menurun. Pada andropause tidak terjadi penghentian proses biologis tertentu, melainkan hanya
kemunduran fungsi sejumlah organ tubuh, termasuk fungsi seksual. Istilah andropause tersebut
lebih ditujukan untuk sindrom klinis yang ditandai perubahan fisik dan emosional pada pria yang
dihubungkan dengan proses penuaan dan menurunnya kadar hormon steroid seks secara
bermakna.
Penyebab
Andropause disebabkan oleh menurunnya jumlah hormon seks tertentu dalam tubuh
seiring proses penuaan, terutama testosteron. Mulai sekitar umur 30-an, kadar testosteron
menurun sekitar 10% tiap 10 tahun. Pada saat yang sama, faktor lain dalam tubuh yang
disebut globulin pengikat hormon seks (sex hormone binding globulin atau SHBG)
meningkat. SHBG mengikat lebih banyak testosteron yang beredar dalam darah dan
membuat testosteron tidak dapat mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan-jaringan
tubuh. Akibatnya testosteron bebas yang tersisa (bioavailable testosterone) semakin
sedikit untuk menjalankan fungsi-fungsinya.
Manfaat testosteron
Testosteron merupakan hormon yang berdampak unik terhadap tubuh pria secara
keseluruhan. Testosteron dihasilkan dari testis dan kelenjar adrenal. Pada pria hormon ini
sama seperti estrogen pada wanita.
Aktivitas biologis testosteron bersifat androgenik (berkhasiat pada organ reproduksi) dan
anabolik (berkhasiat pada organ somatik). Oleh karena itu, penurunan kadar testosteron
akan mempengaruhi semua metabolisme yang terkait dengannya seperti otot, tulang,
susunan saraf pusat, prostat, sumsum tulang dan fungsi seksual.
3
Ingin Tahu ??
Pada saat mencapai usia diatas 50 tahun, pria mengalami fenomena yang hampir mirip
menopause pada wanita, dan disebut andropause. Pada wanita, masa menopause memiliki
batas yang jelas, yakni berhentinya haid sebagai tanda perubahan dari masa reproduksi menuju
masa senja, sedangkan pada pria batas tersebut tidak jelas. Namun demikian, keduanya sama-
sama mengalami penurunan kadar hormon seks. Pada wanita, yang menurun adalah kadar
estrogen, sedangkan pada pria kadar testosteronnya. Penurunan kadar steroid seks tersebut
menyebabkan perubahan-perubahan, yang akan disertai dengan berubahnya sikap dan emosi,
kelelahan, berkurangnya energi, menurunnya libido dan ketangkasan fisik. Berbeda dengan
menopause yang secara umum terjadi pada wanita di usia 45-55 tahun, maka masa perubahan
andropause pada pria ini mungkin lebih panjang dan secara bertahap.
Definisi andropause (andro = laki-laki, pause = berhenti) adalah berhentinya fungsi maskulin
(kelaki-lakian) akibat hilangnya fungsi testis (buah zakar) dan/atau kelenjar anak ginjal (adrenal)
dalam memproduksi hormon testosteron, yang ditandai dengan sekumpulan gejala. Sebagian
pakar beranggapan bahwa istilah andropause secara biologis kurang tepat, karena di sini tidak
terjadi penghentian fungsi dalam arti sesungguhnya. Produksi spermatozoa terus berlangsung
meski dalam jumlah lebih sedikit. Fungsi seksual maupun fertilitas masih terjadi, hanya memang
menurun. Pada andropause tidak terjadi penghentian proses biologis tertentu, melainkan hanya
kemunduran fungsi sejumlah organ tubuh, termasuk fungsi seksual. Istilah andropause tersebut
lebih ditujukan untuk sindrom klinis yang ditandai perubahan fisik dan emosional pada pria yang
dihubungkan dengan proses penuaan dan menurunnya kadar hormon steroid seks secara
bermakna.
Penyebab
Andropause disebabkan oleh menurunnya jumlah hormon seks tertentu dalam tubuh
seiring proses penuaan, terutama testosteron. Mulai sekitar umur 30-an, kadar testosteron
menurun sekitar 10% tiap 10 tahun. Pada saat yang sama, faktor lain dalam tubuh yang
disebut globulin pengikat hormon seks (sex hormone binding globulin atau SHBG)
meningkat. SHBG mengikat lebih banyak testosteron yang beredar dalam darah dan
membuat testosteron tidak dapat mengeluarkan pengaruhnya pada jaringan-jaringan
tubuh. Akibatnya testosteron bebas yang tersisa (bioavailable testosterone) semakin
sedikit untuk menjalankan fungsi-fungsinya.
Manfaat testosteron
Testosteron merupakan hormon yang berdampak unik terhadap tubuh pria secara
keseluruhan. Testosteron dihasilkan dari testis dan kelenjar adrenal. Pada pria hormon ini
sama seperti estrogen pada wanita.
Aktivitas biologis testosteron bersifat androgenik (berkhasiat pada organ reproduksi) dan
anabolik (berkhasiat pada organ somatik). Oleh karena itu, penurunan kadar testosteron
akan mempengaruhi semua metabolisme yang terkait dengannya seperti otot, tulang,
susunan saraf pusat, prostat, sumsum tulang dan fungsi seksual.
Testosteron juga membantu pembentukan protein dan sangat penting untuk aktivitas
seksual normal dan menghasilkan ereksi. Testosteron juga berdampak pada banyak
aktivitas metabolik seperti menghasilkan sel-sel darah pada sumsum tulang, pembentukan
tulang, metabolisme lemak, metabolisme karbohidrat, fungsi hati dan pertumbuhan
kelenjar prostat.
4
Jika testosteron yang tersedia kurang untuk menjalankan fungsinya, tanggapan organ-
sasaran testosteron menurun, dan menyebabkan banyak perubahan. Seiring dengan proses
penuaan, setiap pria akan mengalami penurunan jumlah testosteron bebas, tetapi
kadangkala pada beberapa pria kadarnya lebih rendah dibanding lainnya. Bilamana hal
ini terjadi maka pria tersebut akan mengalami gejala-gejala andropause.
Gejala-gejala tersebut dapat mengganggu kualitas hidup dan dapat memajankan mereka
pada gangguan kesehatan lain, akibat dari pengaruh jangka panjang testosteron rendah.
Diperkirakan 30% pria di usia 50-an akan mempunyai kadar testosteron cukup rendah
yang dapat memunculkan gejala-gejala atau membuat mereka berisiko.
Gejala-gejala
Penurunan kadar testosteron pada akhirnya akan terjadi pada semua pria, dan
belum ada cara untuk menduga siapakah yang akan mengalami gejala-gejala
andropause cukup parah sehingga perlu bantuan. Juga tidak dapat diduga pada
usia berapakah gejala-gejala tersebut akan muncul pada individu tertentu. Gejala-
gejala yang dialami setiap pria dapat berbeda-beda.
Beberapa gejala-gejala khas andropause adalah:
1. Penurunan libido (gairah seksual) dan impotensi (gagal ereksi)
2. Perubahan suasana hati (mood ), disertai penurunan aktivitas intelektual, kelelahan,
depresi, dan mudah tersinggung.
7. Pengecilan organ-organ seks dan kerontokan rambut di sekitar daerah kelamin dan
ketiak
osteoporosis.
Selain itu, antara usia 40-70 tahun densitas tulang pria menurun hingga 15%. Densitas
tulang yang rendah menyebabkan risiko patah tulang lebih sering, dan disertai nyeri.
Pergelangan, pinggang, tulang punggung, dan tulang rusuk adalah bagian yang paling
sering berisiko patah. Kejadian patah tulang pinggang pada pria usia lanjut meningkat
eksponensial, sama seperti yang terjadi pada wanita. Pada pasien osteoporosis, patah tulang
pinggang dapat membahayakan jiwa atau dapat menyebabkan 1/3 pasien tidak dapat
bergerak lagi seperti semula.
Risiko penyakit jantung
Telah lama diketahui bahwa risiko wanita terkena aterosklerosis (pengerasan pembuluh
darah) cenderung meningkat setelah menopause. Fenomena yang hampir sama juga terjadi
pada pria karena kadar testosteronnya menurun sejalan dengan proses penuaan. Meskipun
penelitian yang dilakukan belum selengkap seperti yang dilakukan pada wanita, tetapi
temuan klinis menunjukkan adanya hubungan antara kadar testosteron rendah dan
peningkatan faktor risiko penyakit jantung pada pria. Hubungan sebab-akibatnya masih
belum diketahui pada percobaan klinis dalam jumlah kasus yang besar dan masih
diperlukan penelitian klinis lanjutan pada kajian bidang ini.
Pemeriksaan
Dahulu andropause sering kurang terdiagnosis karena gejala-gejalanya tidak jelas dan
beragam antara satu pria dengan pria lain. Bahkan, beberapa pria sulit untuk mengakui
bahwa mereka mengalami masalah. Sering para dokter tidak menduga kadar testosteron
yang rendah sebagai penyebab masalah, sehingga faktor-faktor ini sering mengarahkan
dokter untuk mengambil kesimpulan bahwa gejala-gejala itu berhubungan dengan
keadaan penyakit lain (misalnya depresi) atau hanya berhubungan dengan penuaan,
sehingga sering mendorong pasien untuk menerima kenyataan bahwa mereka tidak muda
lagi.
Kini, penentuan diagnosis lebih mudah dilakukan dengan cara peneraan hormon steroid
seks untuk memastikan gejala-gejala andropause. Pemeriksaan itu mencakup:
mengukur kadar testosteron bebas dalam darah, atau
menghitung indeks androgen bebas (free androgen index, FAI) = total testosteron
x 100/SHBG
Kadar normal androgen Rata-rata Rentang
Pengobatan
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi andropause adalah pemberian hormon
testosteron, yang lebih dikenal sebagai pengobatan sulih hormon (hormone replacement
therapy, HRT) dengan testosteron. Seperti halnya pengobatan sulih hormon estrogen pada
wanita menopause, sulih hormon testosteron pada pria andropause juga efektif dan
bermanfaat, serta tidak menimbulkan rasa sakit. Namun pengobatan ini tidak diberikan
6
kepada semua pria, karena pada pria dengan gejala-gejala andropause, mungkin juga
mengidap masalah kesehatan lain yang dapat menimbulkan gejala-gejala tersebut.
Terdapat beberapa keadaan yang tidak mengizinkan pria andropause diberikan
pengobatan sulih hormon, yaitu:
Kanker payudara (pada pria)
Kanker prostat
Pada beberapa kasus lain, pengobatan sulih hormon ini bahkan mungkin tidak tepat. Bilamana
terdapat keadaan berikut ini, pengobatan sulih hormon testosteron perlu dipertimbangkan apakah
akan menjadi pilihan terbaik.
Penyakit hati
Pembesaran prostat
Penyakit ginjal
Guna menentukan rencana pengobatan yang terbaik untuk Anda, dokter perlu diberitahukan
apakah Anda:
Berencana memiliki anak lagi, karena dosis tinggi androgen dapat menyebabkan
infertilitas.
Pengobatan sulih hormon testosteron dapat berupa pil atau kapsul yang diminum, suntikan,
implan (susuk dalam tubuh), krim dan patch (tempelan di kulit). Sebelum pemberian obat, perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti kadar hormon masing-masing
dalam tubuh, agar dokter dapat menentukan jenis pengobatan hormonal yang dibutuhkan, berikut
dosisnya. Selama pengobatan, peran dokter sangat besar, karena pengobatan hormon sangat
mungkin menimbulkan penyulit (komplikasi) yang merepotkan. Oleh karena itu, selama
pengobatan periksa ke dokter secara teratur diperlukan untuk memantau perkembangan dan
kesehatan Anda secara keseluruhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pengobatan sulih hormon testosteron:
1. Pemeriksaan fisik lengkap. Pria usia lanjut harus mempunyai indikasi jelas untuk
diberikan testosteron.
2. Pemeriksaan laboratorium untuk profil lemak darah, hemoglobin, dan kadar hormon.
3. Penderita hipogonadisme yang diduga disebabkan oleh kelainan pada
hipofisis/hipotalamus harus diperiksa menyeluruh.
7
Keseimbangan hidup
hasil pengobatan tidak akan optimal. Pendekatan spiritual dapat membantu seseorang
menjadi lebih realistis menerima fakta kehidupan dan menganggap setiap kekurangan
sebagai tantangan. Pada kasus-kasus tertentu seperti depresi berat atau yang menjurus
pada gangguan jiwa diperlukan pertolongan ahli jiwa (psikolog) atau dokter spesialis jiwa
(psikiater).
Setiap kiat yang dijalankan untuk mengurangi gejala-gejala dan risiko andropause
tersebut harus digabungkan dengan pendekatan gaya hidup yang baik seperti diet yang
optimal, olahraga teratur, pengelolaan cekaman (stress) dan menghentikan minum
alkohol dan merokok.
Menopause
1. Klimakterium adalah masa peralihan dalam kehidupan normal seorang wanita sebelum mencapai
senium, yang mulai dari akhir masa reproduktif dari kehidupan sampai masa non-reproduktif.
2. Masa klimakterium meliputi pramenopause, menopause, dan pascamenopause. Pada wanita terjadi
antara umur 40-65 tahun.
3. Klimakterium prekoks adalah klimakterium yang terjadi pada wanita umur kurang dari 40 tahun.
4. Pramenopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause, keluhan klimakterik sudah mulai
timbul, hormon estrogen masih dibentuk. Bila kadar estrogen menurun maka akan terjadi
perdarahan tak teratur.
5. Menopause adalah henti haid yang terakhir yang terjadi dalam masa klimakterium dan hormon
estrogen tidak dibentuk lagi, jadi merupakan satu titik waktu dalam masa tersebut. Umumnya
terjadi pada umur 45-55 tahun.
6. Pascamenopause adalah masa 3-5 tahun setelah menopause, dijumpai hiper-gonadotropin (FSH
dan LH), dan kadang-kadang hipertiroid.
7. Sindrom klimakterik klinis adalah keluhan-keluhan yang timbul pada masa pramenopause,
menopause, dan pascamenopause.
Beberapa penulis menyatakan bahwa masa klimakterik adalah masa penyesuaian dari
seorang wanita terhadap menurunnya produksi hormon-hormon yang dihasilkan ovarium
dan dampaknya terhadap poros hipotalamus-hipofisis dan organ sasaran. Sudah lama
diketahui bahwa hampir semua wanita menopause hidup dalam keadaan defisiensi
estrogen. Kekurangan hormon ini menyebabkan menurunnya fungsi organ tubuh yang
9
bergantung pada estrogen, seperti ovarium, uterus (rahim) dan endometrium. Kekuatan
serta kelenturan vagina dan jaringan vulva menurun, dan akhirnya semua jaringan yang
bergantung pada estrogen akan mengalami atrofi (mengkerut). Cepat atau lambat
gangguan akibat kekurangan estrogen pasti akan muncul, yaitu berupa peningkatan kadar
kolesterol dan trigliserida, pengurangan jaringan tulang yang menjurus ke osteroporosis,
gangguan psikis, kelelahan dan depresi. Keluhan-keluhan ini perlu dikenal agar dapat
dilakukan penanganan yang tepat.
Sebagian pakar kesehatan berpendapat bahwa menopause merupakan peristiwa alamiah
dan bukan diakibatkan oleh penyakit khusus (penyakit defisiensi hormon), sehingga tidak
memerlukan pengobatan tetapi hanya membutuhkan pengertian dari keluarga, lingkungan
dan dirinya sendiri. Namun banyak pula yang menganggap proses ini sebagai kelainan
yang memerlukan pengobatan tersendiri.
Agar kehidupan usia senja ini berlangsung dalam kepuasan dan kebahagiaan, maka setiap
wanita perlu mengadakan persiapan untuk menghadapinya. Salah satu persiapan yang
penting adalah mengetahui organ tubuh kita sendiri dan fungsinya, serta mengenal
bagaimanakah sebenarnya kejadian masa klimakterik itu.
Pada saat menopause, wanita mengalami kondisi di mana hormon seksual (terutama estrogen dan
progesteron) yang sebelumnya diproduksi menjadi tidak diproduksi lagi. Konsekuensi dari tidak
diproduksinya lagi hormon-hormon ini adalah terjadinya penyakit-penyakit inflamasi yang bersifat kronik,
seperti penyakit jantung, kanker, osteoporosis, Alzhaimer, dan penyakit autoimun.
Sebelum masa menopause, kadar estrogen seimbang dan inflamasi/radang yang terjadi umumnya
sedang-sedang saja dan tubuh pada dasarnya berfungsi secara efektif untuk mencegah masuknya kuman-
kuman yang merugikan. Hal ini akan berangsur-angsur berubah seiring dengan berhentinya produksi
estrogen pada masa menopause.
Penelitian membuktikan, pada wanita dengan kadar estrogen yang rendah seperti pada wanita menopause
lebih berisiko terhadap terjadinya proses inflamasi kronik. Beberapa teori mengatakan hubungannya adalah
dengan rendahnya produksi estrogen, menyebabkan penambahan berat badan yang berarti bertambahnya
jumlah sel lemak. Sel lemak memproduksi "protein cytokines" yang bersifat pro-inflamasi. Dengan
bertambahnya jumlah sel lemak maka protein cytokine ini juga bertambah dan berisiko dengan semakin
mudahnya terpapar infeksi yang bersifat kronik
Jadi, jika dibandingkan dengan wanita yang belum menopause, wanita yang sudah menopause memang
akan lebih mudah terserang penyakit seperti penyakit jantung, kanker, osteoporosis, Alzhaimer, dan
penyakit autoimun.
12
Apakah akan cepat lelah? Karena pada wanita menopause biasanya mengalamai insomnia (sulit tidur),
keringat, dan kepanasan di malam hari, hal ini akan mengganggu istirahat/tidur di waktu malam. Akibatnya
pada siang hari akan terjadi kelelahan. Penyebab lainnya juga bisa akibat reaksi hormonal yang
menyebabkan perubahan metabolisme tubuh.
1. Mengonsumsi makanan-makanan bergizi yang secara alami bersifat anti-inflamasi, seperti whole grain,
buah-buahan, ikan, sayuran berdaun hijau tua, kacang-kacangan, dan memasak dengan minyak zaitun.
Hindari konsumsi makanan yang mengandung trans fat, seperti margarin.
2. Berolahraga yang teratur, sebab olahraga teratur akan mengurangi jumlah deposit lemak.
3. Merokok, minum alkohol, dan obat-obatnan harus dihindari karena bersifat pro-inflamasi dan merusak
jaringan yang sehat.
4. Hindari stres, karena stres dapat merusak sistem pertahanan tubuh.
5. Tidur yang cukup akan sangat bermanfaat untuk mencegah proses inflamasi kronik.
Meskipun terlihat ada hubungan antara menopause dengan proses peradangan, namun hal ini tentunya
masih harus dipelajari lebih lanjut untuk lebih membuktikan hubungannya.
merupakan masa ketika siklus bulanan normal wanita (haid) berhenti. Umumnya ini
terjadi pada saat wanita berusia 45 tahun.
“Pada saat-saat mendekati masa menopause, tingkat estrogen (hormon seks penting
wanita) mulai mengalami penurunan. Penurunan kadar estrogen ini dapat membawa
sejumlah dampak, seperti lapisan vagina menjadi tipis dan perlendiran pun sedikit
sehingga ketika berhubungan intim wanita mengalami rasa nyeri. Itulah yang
menyebabkan pasangan tidak bisa mendapatkan orgasme,”
Kehidupan pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan yang kontinyu atau
serangkaian perkembangan yang kontinyu dari lahir sampai mati. Jadi perkembangan
akan dialami oleh setiap individu. Setiap perkembangan mengandung pengertian adanya
suatu proses menuju pada suatu kemasakan dan kematangan yang meliputi aspek
jasmaniah, rohaniah dan sosialnya. Bila seorang individu telah mencapai periode
kemasakan, baik aspek fisik, psikis maupun sosial, yang umumnya dapat dicapai pada
usia remaja - dewasa, maka periode berikutnya adalah tahap kemantapan dan untuk
selanjutnya adalah peiode penurunan.
Menjadi tua adalah suatu proses yang merupakan bagian dari kehidupan
seseorang, dan sudah terjadi sejak konsepsi dalam kandungan yang berlangsung terus
sepanjang kehidupan. Usia lanjut mengandung pengertian adanya perubahan yang
progresif pada organisme yang telah mencapai kemasakan, perubahan ini bersifat umum
dan irreversible (tidak dapat kembali).
Sudah merupakan hukum alam (sunnatullah) , bahwa dalam kehidupannya
manusia tidak dapat melepaskan diri peristiwa-peristiwa kehidupan yang menekan atau
yang dikenal dengan stressor - crises. Krisis yang dialami manusia secara garis besar,
dibedakan menjadi macro stressor dan krisis perkembangan (development crises).
Macro stressor adalah peristiwa-peristiwa “besar dan berat”, yang dialami seseorang dan
berdampak sangat menekan, seperti kematian orang yang dicintai, mengalami bencana
alam, kehilangan pekerjaan dlsb. Krisis perkembangan adalah peristiwa “menekan” yang
pada dasarnya akan dialami oleh semua manusia, sebagai resiko dari perkembangan
manusia, seperti krisis identitas pada remaja, menstruasi, pensiun dan menopause pada
wanita.
15
mengalami berbagai keluhan baik fisik, psikologis dan sosial ? Bagaimana caranya agar
wanita dapat melalui menopause dengan alamiah, relaks, penuh penerimaan, pasrah, dan
tawakal. Bagaiman cara mempersiapkan dan mengatasinya sehingga menopause dapat
dilalui dengan penuh semangat dan bergairah.
Berikut ini akan dibahas menganai beberapa aspek dari menopase, sehingga dapat
diperoleh pengertian mengenai periode menopause secara obyektif.
Aspek fisiologis menopause
Bersamaan dengan bertambahnya usia, maka wanita mengalami perubahan atau
penurunan berfungsinya aspek fisiologis yang meliputi sistem-sistem panca indera,
lokomosi, pembuluh darah, pernafasan, urogenitalitas, pencernakan, pertahanan tubuh
dan sistem syaraf. Perubahan-perubahan ini dialami manusia secara bertahap.
Masa menopause ditandai dengan masa transisi kira-kira lima tahun dari
berhentinya fungsi reproduksi, tetapi secara biologis menopause berarti berhentinya
menstruasi. Pada umumnya wanita akan mengalami menopause antara usia 40 –55
tahun, walaupun ada beberapa perkecualian. Periode ini disebut sebagai periode
klimakterium yang menggambarkan hilangnya kemampuan untuk reproduksi
(menurunkan). Dengan berhentinya menstruasi berarti proses ovulasi atau pembuahan sel
telur juga berhenti. Periode ini dianggap sebagai masa transisi atau peralihan ke masa tua,
yaitu masa yang ditandai dengan berkurang dan menurunnya vitalitas manusia.
Menopause merupakan tahap akhir proses biologi yang dialami wanita berupa
penurunan produksi hormon seks wanita yaitu estrogen dan progesteron pada indung
telur. Proses berlangsung tiga sampai lima tahun yang disebut masa klimakterik atau
perimenapouse. Disebut menopause jika seseorang tidak lagi menstruasi selama satu
tahun. Umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. Sebagaimana awal haid, akhir haid juga
bervariasi antara perempuan yang satu dengan perempuan yang lainnya.
Mackenzie, menyatakan bahwa setiap bayi wanita yang baru lahir dilengkapi
dengan berjuta-juta telur yang belum matang didalam rahim, dan telur ini akan masak
beberapa saat setelah haid pertama, demikian seterusnya sampai satu atau dua tahun
sebelum menopause. Menjelang menopause persediaan telur akan habis dan ini akan
merupakan salah satu faktor pencetus menopause. Matangnya telur-telur sejak masa
pubertas sampai menopause diatur oleh suatu jaringan pengendali hormon yang disebut
17
hipotalamus dan hipofisis. Hipotalamus sering dianggap sebagai otak emosional atau
sebagai otak konduktor sistem endoktrin. Pengendalian ini dapat menghentikan sistem
hormon jika tiba-tiba seseorang mengalami stres atau mengalami kejutan, seperti
misalnya suatu kecelakaan atau kematian keluarga terdekat, hipotalamus dapat
memerintah hormon untuk berhenti sementara waktu. Hal inilah yang menyebabkan bila
seseorang sedang mengalami stres siklus haidnya mundur. Sedangkan hipofisis adalah
suatu kelenjar yang memang hanya memproduksi hormon, perantara kimiawi yang
berkeliling dari suatu tempat ketempat lainnya dalam tubuh memberitahukan bagian-
bagian lain untuk menjalankan semacam tugas. Hipofisis ini memproduksi sejumlah
besar hormon, salah satunya adalah hormon yang membuat seorang manusia menjadi
tumbuh dan berkembang, selain itu hipofisis juga mengendalikan indung telur atau
ovarium. Indung telur selain menyimpan telur-telur yang belum matang juga
memproduksi dua hormon yaitu hormon estrogen dan progesteron.
Bersamaan dengan bertambahnya usia seorang wanita, sisa-sisa folikel sel telur
yang berada di indung telur akan menghilang, kejadian ini tidak akan sama pada setiap
wanita dan akan terjadi diantara usia 45 – 55 tahun itupun tidak terjadi secara mendadak
tetapi akan berlangsung secara bertahap yaitu dari masa aktif menjadi tidak aktif lagi
ketika wanita mulai memasuki usia menopause. Rangkaian peristiwa dalam tahap
perubahan ini diawali dengan berkurangnya kepekaan folikel sel telur terhadap
rangsangan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofise.
Mengenai terjadinya menopause ini Sheldon, menyebutkan bahwa mula-mula
estrogen hanya menghalangi ovulasi atau pelepasan telur tetapi menstruasi masih tetap
berlangsung, namun makin lama haid menjadi jarang dan akhirnya akan berhenti.
Meskipun demikian, dengan berhentinya haid bukan berarti sudah tidak ada estrogen
sama sekali, walaupun haid sudah berhenti indung telur masih tetap memproduksi
estrogen. Berhentinya haid sebenarnya adalah ketuaan indung telur itu sendiri sehingga
kurang bereaksi terhadap hormon estrogen.
Dalam kehidupan wanita, hormon estrogen berpengaruh pada perkembangan
seksual tubuh wanita, atau yang memberikan ciri khas pada wanita, antara lain:
mempersiapkan rahim menerima janin, pertumbuhan payudara; penimbunan jaringan
lemak di bawah kulit seperti di pinggul, paha, dan pantat, memperhalus kulit,
18
melebutkan suara dan menghambat tumbuhnya kumis dan rambut di sekitar wajah. Juga
menjaga perkembangan alat kelamin. Jadi menurun bahkan berhentinya estrogen akan
mengakibatkan dinding liang rahim menjadi kering dan kaku, payudara menjadi lembik,
kulit berkeriput dan rambut menjadi kering dan berkeriput, timbul kantung dibawah mata,
dan perasaan kewanitaannya juga berubah. Ada sebagian wanita, yang mengeluh setelah
menopause gairah seksual menurun. Salah satu fungsi dari hormon estrogen adalah
bertanggung jawab atas sebagian besar karateristik wanita, sehingga menurunnya hormon
estrogen mengakibatkan hilangnya jaringan di vagina yang berarti terjadi pengerutan.
Keadaan ini menyebabkan hubungan kelamin menjadi sakit. Namun bukan berarti wanita
yang mengalami menopause harus menghindari hubungan seksual. Elastisitas jaringan
genital dapat dikembalikan dengan memberikan hormon pengganti estrogen.
Disamping itu, penurunan drastis kadar hormon estrogen dan progresteron akan
diikuti berbagai perubahan fisik seperti kulit mengendur, inkontinensia (gangguan kontrol
berkemih) pada waktu beraktivitas, jantung berdebar-debar, hot flushes (peningkatan
suhu tubuh secara tiba-tiba), sakit kepala, mudah lupa, sulit tidur, rasa semutan pada
tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot Dalam jangka panjang rendahnya kadar
hormon estrogen setelah menopause menimbulkan ancaman osteoporosis (pengeroposan
tulang) yang membuat udah patah tulang serta peningkatan resiko gangguan
kardiovaskuler.
Semua gejala tersebut sebenarnya tergantung pada kadar hormon estrogen yang
ada pada diri seseorang, sehingga bisa berlangsung sebentar dan bisa pula menetap pada
seseorang.
marah, mudah tersinggung, suli konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna - tidak
berharga, stres dan bahkan ada yang mengalami depresi.
Tetapi apakah semua wanita akan mengalami gangguan psikologis dalam
menghadapi menopause ?. Kenyataannya tidak semua wanita tengah baya mengalami
kecemasan, ketakutan bahkan depresi saat menghadapi menopause. Jadi ada juga wanita
yang tidak merasakan adanya gangguan pada kondisi psikisnya. Mengapa demikian. ?.
Berat ringannya stres yang dialami wanita dalam menghadapi dan mengatasi menopause
sangat dipengaruhi oleh bagaimana penilaiannya terhadap menopause. Penilaian individu
terhadap peristiwa yang dialami ada yang negatif (su’udzon) ada yang positif
(khusnudzon)
Bagi wanita yang menilai atau menganggap menopause itu sebagai peristiwa yang
menakutkan (stressor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit
dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan
yang selama ini dibanggakannya. Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause
sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia
tidak akan mengalami stres. Atau, kemungkinan stres yang dialami tidak seberat
dibanding wanita yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau “kiamat”.
Dalam Islam, dipahami bahwa kehidupan manusia akan mengalami tiga fase,
yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua, sehingga menopause juga harus dipahami
sebagai ketentuan Allah. Didalam Al Qur’an, Allah SWT telah berfirman:
“Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-
angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan
ada pula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatupun yang dulunya diketahuinya.” (QS.Al Hajj: 5).
“Allah-lah yang mencipatkan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan
kamu sesudah lemah menjadi kuat, setelah kua,t lemah lagi dan beruban.” (QS.ArRuum:
54)
Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologi, pada dasarnya gangguan
emosi (takut, cemas, stres) yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana
individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya.
Jadi, bagaimana individu mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh
20
pada kondisi emosi-psikologisnya. Bila wanita memandang menopause sebagai hal yang
“mengerikan” maka iapun akan menghadapi menopause dengan penuh kecemasan,
ketakutan, stres bahkan depresi.
awal. Mereka sibuk dengan kegiatannya, sehingga tidak lagi “merusuhi” ibunya bahkan
ada kesan anak tidak lagi “membutuhkan” ibunya. Bagi wanita yang selama ini
mengabdikan total pada keluarga berkurangnya kerepotan mengurus suami dan anak,
akan menimbulkan perasaan bahwa dirinya sudah tidak berharga dan tidak dibutuhkan
lagi. Perasaan bahwa dirinya tidak dibutuhkan dan tidak dihargai lagi, ini akan
menurunkan bahkan menghentikannya keinginannya untuk melakukan aktivitas. Iapun
akan makin mengisolir dan menyingkir dari aktivitas sosial dan kemasyarakatan.
3. Wanita yang mengalami menopause, kehilangan daya tarik seksualnya dan
menurun aktivitas seksualnya. Ada beberapa wanita yang beranggapan sesudah
menopause, tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi suaminya. Iapun tidak dapat
menikmati hubungan intim dengan suaminya, karena jaringan genitalnya berkurang
elasitisitasnya. Bahkan ada anggapan wanita yang sudah menopause seyogyanya tidak
melakukan hubungan seksual karena akan mengakibatkan munculnya penyakit.
Keyakinan ini menggiring wanita untuk mengurangi atau menghindari aktivitas seksual,
yang akan berpengaruh pada berkurangnya keharmonisan hubungan suami istri. Kondisi
ini akan memicu munculnya problem suami-istri yang lebih komplek.
4. Mitos lainnya yaitu bahwa periode menopause sama dengan periode goncangan
jiwa, yaitu munculnya gejala rasa takut, tegang, sedih , lekas marah, mudah tersinggung,
gugup, stres dan depresi. Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa semua emosi
negatif yang muncul itu sangat dipengaruhi oleh penilaian negatif atas menopause.
Dari apa yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa ada wanita yang
mengalami gangguan emosi – psikologi saat menghadapi dan mengalami menopause.
Tetapi tidak berarti semua wanita pada masa mengalami gangguan emosi, karena
sebenarnya bagaimana individu menanggapi suatu peristiwa itu sangat ditentukan oleh
faktor kepribadiannya khususnya bagaimana ia mengintrepetasi atau menilai peristiwa
tersebut. Bila menopause dipandang sebagai hal yang alamiah/sunnatullah bahkan
disyukuri atas kenikmatan yang diberikan Allah, maka iapun akan menghadapinya
dengan penuh penerimaan dan keikhlasan sehingga berbagai gangguan fisiologis yang
dialaminya tidak berdampak pada gangguan psikologis.
Disamping itu wanita yang sangat mencemaskan menopause besar
kemungkinannya karena ia kurang mempunyai informasi yang benar mengenai seluk
22
beluk menopause. Oleh karena sosialisasi mengenai apa, bagaimana pencegahan dan
pengatasan menopause sangat diperlukan masyarakat. Mengingat menurut data dari
WHO tahun 2030 nanti diperkirakan ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun
dan sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang.
Bagaimana cara mengatasinya ?
Berbagai keluhan fisik pada wanita yang mengalami menopause, dapat diatasi dengan
pemberian obat yang bersifat mengganti hormon estrogen. Pemberian obat ini
digunakan untuk memulihkan sel-sel yang mengalami kemunduran. Disamping itu
juga bisa menngkonsumsi vitamin yang fungsinya memperlambat proses penuaan.
Untuk pengatasan ini perlu konsultasi dengan dokter yang berwewenang.
Olah raga yang sesuai dengan usia tengah baya, dengan olah raga produksi
endorphine dalam otak meningkat, kondisi ini dapat memelihara keceriaan dan
kegembiraan, pengiriman oksigen ke otakpun meningkat, sehingga ketegangan otot
dan berbagai gangguan fisik pun sirna. Olahraga teratur akan menyehatkan jantung
dan tulang, mengatur berat badan, menyegarkan tubuh, dan memperbaiki suasana
hati. Jarang berolahraga menyebabkan peredaran darah kurang lancar, otot lemah,
napas pendek, masa tulang cepat berkurang. Hal ini menyebabkan rentan terhadap
gangguan kardiovaskuler, darah tinggi, kegemukan, diabetes, nyeri tulang,
osteoporosis dan depresi.
Makanan yang baik. Makanlah makanan yang rendah lemak. Banyak makan sayuran,
buah, biji-bijian. Vitamin, mineral dan serat dalam makanan itu akan membantu
pencernaan dan metabolisme tubuh.
Melakukan hobi. Hidup tanpa sesuatu yang menyenangkan rasanya hambar, maka
terlibat dengan aktivitas yang merupakan hobi dapat mengusir kebosanan dan
mengatasi ketegangan-ketegangan dalam hidup termasuk krisis pada menopause.
Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi orang lain,
datangnya menopause tidak perlu dipandang sebagai penderitaan. Banyak peluang
atau usaha yang dapat dijalani, yang dapat memberi pekerjaan bagi orang lain. Upaya
ini dapat meningkatkan perasaan bahwa diri kita masih mampu memberi manfaat bagi
orang lain
23
Berpikirlah bahwa menopause itu sesuatu yang wajar. Jutaan wanita telah mengalami,
dan mereka tidak merasa terganggu. Bahkan sampai sekarang perempuan di desa
tidak pernah merasa ada gangguan saat menopause. Disamping itu berpikirlah secara
positif, apapun peristiwa yang dialami (termasuk menopause) bila dilihat dengan
“kaca mata” positif (khusnudzon) maka tidak akan berdampak negatif bagi kehidupan.
Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan-sosial, dengan memberikan apa yang di
miliki baik itu pengetahuan atau ketrampilan pada orang lain, akan dapat mengurangi
perasaan-perasaan negatif yang mungkin muncul. Keterlibatan dalam berbagai
aktivitas juga dapat mempertebal kepercayaan diri dan meningkatkan citra diri yang
mulai menurun.
Disamping itu bersilaturahmi atau bertemu dengan teman yang mungkin mempunyai
masalah yang sama, dapat berfungsi sebagai obat. Pertemuan yang memungkinkan
untuk saling “berbagi rasa berbagi duka” sehingga beban itu tidak hanya dirasakan
sendiri.
Komunikasikan masalah dengan suami, berbagai perubahan maupun gangguan fisik-
psikis-sosial yang dirasakan perlu diketahui suami. Pengertian, penerimaan dan
dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang mengalami menopause,
sehingga ketegangan yang munul dapat di cegah. Lebih baik bila keterbukaan ini juga
ditumbuhkan dalam keluarga secara keseluruhan, artinya anak-anak juga memberikan
dukungan.
Dan yang paling penting adalah tingkatkan ibadah, dekatkan diri pada Allah SWT,
yang akan memperkaya kehidupan ruhani dan menyadari sepenuhnya bila tujuan
hidup ini untuk mengabdi pada Allah SWT. Yakinlah bahwa semua proses kehidupan
manusia sejak dalam kandungan, lahir, tumbuh dan meninggal, itu semua sudah
merupakan merupakan perwujutan dari ketentuan Allah yang harus dijalani dalam
kehidupan dunia, sebelum memasuki kehidupan akhirat yang kekal dan tidak
berakhir. Pandanglah bahwa semua yang dialami sebagai kenikmatan dari Allah
SWT. Menopause bukan akhir dari suatu kehidupan, bahkan merupakan saat yang
tepat untuk lebih mendekatkan diri pada Allah SWT
Penutup
24
Kita semua menyadari bahwa hidup merupakan suatu proses, yang pada dasarnya
berbagai krisis perkembangan tidak dpat dihindari. Menopause sebagai bagian dari proses
kehidupan memang tidak dapat dihindari. Sebagai konsekuensi dari proses penuaan,
maka menurunnya fungsi organ bahkan berhentinya pruduksi hormon estrogen harus
dihadapi dengan penuh Tawakal, keikhlasan, dan sikap positif. Kemungkinan terjadi
gejolak-gejolah psikologis itu merupakan suatu hal wajar. Maka sangat perlu wanita yang
mengalami menopause mencari informasi yang obyektif mengenai segala sesuatu yang
menyangkut menopause. Khususnya bagi wanita yang belum mengalami menopause hal
ini sangat penting Yang tidak kalah pentingnya adalah membina komunikasi terbuka
dengan suami dan anak-anak, agar semuanya mengerti dan dapat memahami kondisi istri
dan ibunya. Dukungan dari seluruh anggota keluarga sangat besar artinya bagi kondisi
kesehatan mental wanita yang mengalami menopause. Dan yang paling penting,
peningkatan kehidupan agama, sehingga dapat lebih dapat menerima ketentuan Allah
SWT dengan penuh tawakal dan ikhlas.
BACAAN
Peter. B, 1989. Menopause (alih bahasa). Jakarata. Penerbit Arcan.
Hammasa, S.N. 2004. Menopause. Kiat wanita lansia sehat menuju khusnul khatimah.
Ma’sum Press. Solo
Hawari, 1996. Al Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta.
PT.Dana Bhakti Prima Yasa.
Pernahkah terpikir dan muncul pertanyaan mengapa ada beberapa orang yang
tampak tenang, bahagia dalam menghadapi situasi yang makin sulit ini ?. Apa resepnya ?.
Bagaimana mengelola stres agar efektif bagi diri kita ?.
Beberapa ahli psikologi mengajukan beberapa cara untuk menurunkan stres agar
tidak berdampak fatal bagi kesehatan fisik-jiwa manusia, antara lain.
Mengenal diri, yaitu upaya untuk memahami dan menerima keterbatasan-kelebihan
diri kita. Tanpa mengenal diri, sering tuntutan terhadap diri terlalu berlebihan
sehingga konflik, frustrasi dan strespun tidak dapat dihindari.
Relaksasi, antara lain relaksasi otot, pernafasan dan imaginasi. Relaksasi fisik dapat
menumbuhkan rasa kebugaran, yang dapat melenyapkan ketegangan otot. Dalam
relaksasi yang penting adalah menemukan otot bagian mana yang tegang dan belajar
untuk mengendurkannya. Bila sudah menguasai maka ini akan menjadi kebiasaan
yang sangat positif.
Pemijatan, dapat memperlanjar peredaran darah dan ketegangan ototpun hilang.
Makan-istirahat yang cukup tidak berlebihan. Pada usia tertentu perlu berhati- hati
dengan jenis makan tertentu.
Sempatkanlah untuk rekreasi terutama bersama keluarga, “lari” sejenak dari rutinitas
dan kebosanan. Kesegaran yang dibawa pulang sangat besar pengaruhnya terhadap
kesegaran dalam kehidupan.
Temuilah profesi yang dipercaya seandainya memang ada masalah yang menjadi beban. Jangan
biarkan beban masalah makin berat dan makin ruwet sehingga sulit diatasi.
hitam dan lain sebagainya. Akibat dari perasaan-perasaan tersebut muncullah gangguan
tidak dapat tidur, mudah tersinggung, tidak bersemangat, gelisah, merasa kurang
berharga, atau tidak berarti sama sekali.
Perubahan pada kondisi fisik pada usia ini tentu akan mempengaruhi kondisi
psikisnya terutama perasaannya. Bagi wanita peran tugas sebagai ibu sangat menentukan
“harga dirinya” maka berarti berhentinya haid berarti dirinya merasa tidak berharga atau
tidak lagi menjadi wanita sejati. Tentunya perasaan ini timbul pada wanita yang hanya
merasa berharga dengan fungsinya sebagai alat untuk melahirkan anak.
antara lain mengeringnya dinding liang rahim, payudara menjadi lembik, kulit menjadi
kendur dan berkeriput, timbul kantung dibawah mata, tulang-tulang kehilangan kalsium.
Juga muncul berbagai keluhan fisik, antara lain jantung berdebar-debar, berkeringat
diwaktu malam, rasa panas pada wajah (hot-flashes), sakit kepala, rasa semutan pada
tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot.
Menurut para ahli, penurunan gairah terkait dengan masalah interpersonal, faktor
psikologis dan budaya, misalnya merasa tua dan tak pantas memikirkan seks lagi atau
27
gairah menurun karena memang jarang melakukan. Di sisi lain, sebagian wanita justru
merasa bebas setelah menopause dan gairah seksualnya meningkat karena tidak perlu lagi
khawatir hamil atau berurusan dengan alat kontrasepsi.