Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
-1/28-
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/II
II. Tujuan
III. Sasaran
umumnya, enzim dapat mempercepat reaksi dengan cara bereaksi aktif dengan substrat
sedemikian sehingga reaksi tersebut berlangsung dengan mekanisme yang memberikan
energi pengaktifan yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan energi pengaktifan reaksi
tanpa katalis enzim. Meskipun demikian, enzim tidak mengalami perubahan yang tetap
sehingga pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali seperti semula. Enzim mempercepat
pencapaian keadaan kesetimbangan tetapi tidak mempengaruhi letak kesetimbangan.
Konsentrasi kesetimbangan tetap ditentukan oleh sifat-sifat termodinamika substrat dan
produk reaksi. Substrat adalah ungkapan dalam bidang biokimia untuk reaktan, yaitu zat
yang mengalami konversi biokimia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mekanisme reaksi enzimatik umumnya
sangat kompleks dengan melibatkan serangkaian tahap reaksi dasar antara enzim dan
substratnya. Kompleks enzim-substrat ini terjadi dengan terikatnya substrat di daerah
tertentu pada badan enzim yang disebut dengan pusat aktif (active centre), yaitu tempat
reaksi berlangsung dan dihasilkan produk. Keaktifan enzim bergantung pada banyaknya
pusat aktif yang terdapat padanya.
Keberadaan pusat aktif merupakan hasil proses konformasi tiga dimensi enzim
yang sangat teratur. Konformasi berarti suatu proses pembentukan yang runtun
keberlangsungannya sangat menentukan struktur atau susunan bentuk produk. Dalam hal
enzim, konformasi ini ditentukan selama berlangsungnya aktivitas metabolisme protein
oleh sel organisme yang menghasilkannya. Seringkali protein yang dihasilkan ini baru
aktif sebagai enzim setelah bergabung dan bekerja sama dengan zat lain yang disebut
kofaktor. Kofaktor merupakan senyawa nonprotein. Kofaktor yang paling sederhana
adalah berupa ion-ion logam. Kofaktor lain yang disebut koenzim merupakan senyawa
organik bermolekul kompleks seperti ATP, NAD, FAD. Proses konformasi semacam ini
memberikan keaktifan enzim menjadi lebih cepat dan lebih spesifik bila dibandingkan
dengan katalis non-enzim.
Kebergantungan laju reaksi enzimatik pada konsenrtrasi substrat dan produk
umumnya bukan merupakan hubungan yang sederhana. Konsentrasi enzim dalam
medium reaksi, temperatur, dan pH medium rekasi juga mempengaruhi laju reaksi.
substrat tunggal untuk tingkat yang tersederhana dapat diperoleh dari Gambar 1.
Keterangan yang dapat diperoleh dari gambar tersebut adalah:
1. Laju rekasi berbanding lurus terhadap konsentrasi substrat untuk batas konsentrasi
rendah, sehingga reaksi mendekati kelakukan reaksi orde 1
2. Laju reaksi tidak bergantung pada konsentrasi substrat untuk batas konsentrasi tinggi
sehingga reaksi mendekati kelakuan reaksi orde 0
3. Orde reaksi di daerah antara batas konsentrasi berkurang berkesinambungan dari satu
menjadi 0 dengan naiknya konsentrasi.
k2
ES→ E + P
Reaksi antara enzim dan substratnya dalam membentuk produk diperkirakan terjadi
sesuai ilustrasi pada Gambar 2.
Mekanisme ini menjelaskan bahwa enzim (E) dan substrat (S) bereaksi timbal
balik membentuk kompleks enzim-substrat (ES), dan akhirnya sebagian dari kompleks ini
berdisosiasi membentuk produk P dan enzim bebas. Jumlah enzim bebas E dan enzim
terikat ES selalu sama dengan enzim mula-mula. Bila volume medium reaksi tetap, maka
berlaku
[E]0 = [E] + [ES] (1)
Hubungan berikut berlaku pula bila pada saat mulai reaksi hanya terdapat substrat dan
enzim,
[S]0 = [S] + [ES] (2)
dan
d[P]
r= = k 2 .[ES] (3)
dt
Berdasarkan mekanisme rekasi enzim dan substrat dapat ditulis persamaan kinetika
berikut:
d[S]
r= = k1.[E].[S] - k -1.[ES] (4)
dt
dan
d[ES]
r= = k1.[E].[S] - (k -1 + k 2 )[ES] (5)
dt
dengan kondisi awal:
[S]t=0 = [S]0 dan [ES] t=0 = 0
Dengan metoda substitusi akan dihasilkan 2 persamaan deferensial biasa dengan 2
besaran tidak diketahui yaitu [E] dan [ES]. Untuk harga perbandingan [E]0 /[S]0 yang
cukup kecil, perhitungan komputer terhadap konsentrasi S, E, ES dan P sebagai fungsi
waktu menunjukkan bahwa konsentrasi ES dapat dianggap tetap sesaat sesudah reaksi
dimulai. Anggapan ini biasa disebut dengan mendekatan quasi-steady-state, yang
memberikan:
d[ES]
=0 (6)
dt
dimana:
rmax = k 2 .[E]0 (8)
k −1 + k 2
KM = (9)
k1
rmax merupakan laju reaksi maksimum/pembatas dan KM disebut konstanta Michaelis.
Perhatikan bahwa KM merupakan konsentrasi substrat pada saat r = rmax /2. Ungkapan
matematik laju reaksi yang diturunkan dari mekanisme reaksi usulan Michaelis Menten
ternyata sesuai dengan keterangan kualitataif yang dikemukakan terdahulu. Meskipun
demikian, perlu diketahui bahwa keberhasilan suatu usulan mekanisme reaksi dalam
memberikan kesimpulan yang sesuai dengan hasil pengamatan belum tentu menunjukkan
mekanisme tersebut sesuai benar dengan kejadian yang sesungguhnya. Mekanisme reaksi
yang berbeda bisa saja memberikan rumusan laju reaksi yang sama. Sebagai contoh,
mekanisme berikut juga menghasilkan rumusan laju reaksi seperti pada persamaan
kinetika enzim yang terinhibisi secara nonkompetitif berikut:
E +S ↔ ES K’m
ES +I ↔ ESI K1
ES → E +P k2
Mekanisme ini menjelaskan bahwa enzim (E) dan substrat (S) bereaksi timbal
balik membentuk kompleks enzim-substrat (ES), sebagian kompels (ES) ini kemudian
terinhibisi sehingga membentuk kompleks ESI. Kompleks ESI ini mengurangi jumlah
kompleks ES bebas yang dapat mengakomodasi reaksi menghasilkan produk. Kompleks
ESI ini adalah inhibitor kompleks ES karena ESI tidak dapat membentuk produk dan
melepaskan kembali enzim bebas. Jumlah enzim bebas E dan enzim terikat ESI dan ES
selalu sama dengan enzim mula-mula. Bila volume medium reaksi tetap, maka berlaku
[E]0 = [E] + [ES]+[ESI] (10)
Hubungan berikut berlaku pula bila pada saat mulai reaksi hanya terdapat substrat dan
enzim,
[S]0 = [S] + [ES]+[ESI] (11)
dan
d[P]
r= = k 3 .[ES] (12)
dt
Berdasarkan mekanisme rekasi enzim dan substrat dapat ditulis persamaan kinetika
berikut:
d[S]
r=− = k1.[E].[S] - k -1.[ES] (13)
dt
dan
d[ES]
r= = k1.[E].[S] - (k -1 + k 2 )[ES] (14)
dt
d[ESI]
r= = k 2 .[ES] - k 3 [ESI] (15)
dt
Diturunkan:
rmax
.[S]
[I]
1 +
d[S] K 1 r , .[S]
r= = = max APP (21)
dt K' M K M , APP +[S]
+ [S]
[I]
1 +
K1
dimana:
rmax = k 2 .[E]0 (22)
rmax
rmax , APP = (23)
[I]
1 +
K1
k −1 + k 2 K' m
KM = = .[S] (24)
k1 [I]
1 +
K1
rmax merupakan laju reaksi maksimum/pembatas dan KM disebut konstanta Michaelis
Menten. Karena itulah model Michelis Menten disebut unstructured model. Dari model
kinetika yang sama dapat didefinisikan bermacam-macam mekanisme reaksi dan nilai
rmax dan K’m nergantung pada definisnya.
laju reaksi hanyalah dipengaruhi konsentrasi substrat dan enzim. Hubungan berikut
adalah dasar analisisnya:
[laju akumulasi zat i di dalam sistem] = [laju alir massa zat i masuk ke sistem] + [laju alir
massa zat i keluar sistem] + [laju reaksi zat i
karena reaksi di dalam sistem]
S = A.e− Bt (28)
Harga konstanta A dan B diperoleh dari pengerjaan regresi linier terhadap data
konsentrasi berdasarkan persamaan:
lnS = lnA − Bt (29)
Model persamaa tersebut sebetulnya terbatas penggunaannya karena persamaan
tersebut diturunkan berdasarkan laju reaksi bergantung linier terhadap konsentrasi.
Pembahasan terdahulu menyatakan hal ini berlaku bila harga konsentrasi kecil
sedemikian sehingga dapat diabaikan terhadap KM. Model yang lebih umum
diperoleh dengan menyelesaikan persamaan diferensial neraca massa sengan syarat
batas [S]t=0 = [S]0. Hasilnya adalah:
K M So 1
ln + .(So - S) = t (30)
rM S rmax
Bila ln(So/S), (S0-S), dan t masing-masing dinyatakan dengan x1, x2, dan y
persamaan tersebut menjadi:
KM 1
y= .x1 + .x 2 (31)
rM rmax
Harga KM dan 1/RM dapat ditentukan dengan regresi linear bertingkat.
rmax .S
Q.(So − S) = V. (35)
(K M + S)
V. Rancangan Percobaan
8. Labu takar
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes
11. Termometer
12. Botol semprot
Ditangas
Campurkan
Data Transien
Lakukan Perhitungan
Masukan Reaktor
Variasikan:
- T dan pH medium
- [substrat awal]
- [enzim]
- laju alir dan waktu tinggal
- rpm
Data Transien
Lakukan Perhitungan
Data Mekanisme Reaksi
Buktikan Mekanisme Reaksi Didapat KM dan rmax yang didapat dari
Didapat KM dan rmax percobaan batch dan semi-batch
Bandingkan
Analisis Kualitatif
Hasil Percobaan
V.5 Pengamatan
Dalam percobaan ini, konsentrasi glukosa merupakan data utama. Temperatur perlu
dicatat pada setiap pengambilan cuplikan untuk mengetahui tingkat kebaikan dalam
penjagaan kondisi isotermal. Terjadinya konversi glukosa menjadi fruktosaa
V.6 Pengukuran
Cara pengukuran untuk memperoleh data tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran konsentrasi campuran reaksi menggunakan polimeter, karena baik
glukosa maupun fruktosa membentuk larutan y ang optis aktif
2. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa
3. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas penunjuk pH universal.
Dalam hal keakuratan pengukuran pH dikehendaki, disarankan penggunaan pH
meter menggunakan elektroda.
Perlu diingat, karena peralatan dan kondsi pengukuran pda saat praktikum
berbeda dengan yang ditunjukkan pada literatur, θ (sf) dan θ (sg) perlu diukur sendiri.
- Sifat optis aktif, glukosa memutar bidang polarisasi ke kanan, fruktosa ke kiri.
- Fruktosa lebih manis daripada glukosa.
- Konstanta kesetimbangan reaksi pada temperature 50 0C, berdasarkan literatur,
adalah 1
[Fruktosa] αobserved
0.2
0.1
0
-0.1 0 5 10 15 20
-0.2
-0.3
Konsentrasi Aw al (g/m L)
gradien = 0.0443
0.0443 adalah α glukosa. L
L = panjang tabung polarimeter = 2 dm
αobs glukosa = 0.02215
Fruktosa
0
0 5 10 15 20
-0.5
Sudut putar
-1
-1.5
y = -0.1325x - 0.2526
-2
R2 = 0.8976
-2.5
Konsentrasi Aw al (g/m L)
gradien = -0.1325
α fruktosa. L = -0.1325
L = panjang tabung polarimeter = 2 dm
αobs fruktosa = -0.06625
t (menit) αobs
3 0.65
6 0.7
9 -0.4
12 0.6
15 0.55
18 0.4
21 0.5
24 0.55
[Glukosa] [ln
t (menit) αobs ln (S0/S) (S-S0)/t
(g/L) (S0/S)]/t
3 0.65 241.7986 -0.1898 -0.0633 13.9329
6 0.7 248.8688 -0.2186 -0.0364 8.1448
9 0.65 241.7986 -0.1898 -0.0211 4.6443
12 0.6 234.7285 -0.1601 -0.0133 2.8940
15 0.55 227.6584 -0.1295 -0.0086 1.8439
18 0.4 206.4480 -0.0317 -0.0018 0.3582
21 0.5 220.5882 -0.0980 -0.0047 0.9804
24 0.55 227.6584 -0.1295 -0.0054 1.1524
-0.0300
-0.0400
-0.0500
y = -0.0045x - 0.0002
-0.0600 R2 = 0.9999
-0.0700
(S-So)/t
250.0000
230.0000
t (menit)
210.0000
150.0000
0 5 10 15 20 25 30
[glukosa] (g/m L)
1 Km 1 1
= * +
r rm [glukosa] rm
Dari hasil percobaan dapat dialurkan persamaan grafik 1/r pada sumbu y terhadap
1/[glukosa] pada sumbu x, sehingga didapatkan slope Km/rm dan intercept 1/rm.
Fungsi 1/[glukosa] terhadap 1/laju perubahan konsentrasi (1/r) dari data tersebut
dirangkum dalam tabel berikut
1/S 1/r
0.0041 -0.3597
0.0040 -0.4184
0.0041 -0.4999
0.0043 -0.6210
0.0044 -0.8195
0.0048 -1.2044
0.0045 -2.2712
0.0044 -19.8807
Plot dari data tersebut yang jelas menunjukkan 1/[glukosa] = f (1/r), pengaluran ini disebut Plot
Lineweaver-Burk.
Plot Lineweaver-Burk
0.0000
0.0035 0.0037 0.0039 0.0041 0.0043 0.0045 0.0047 0.0049 0.0051
-0.5000
-1.0000
1/r
-2.0000
-2.5000
1/S
Daftar Pustaka
1. Bailey, J.E., and Ollis, D.F., Biochemical Enginering Fundamentals, McGraw-Hill
Kogakusha Ltd., Tokyo, 1987, Chapter 3
2. Smith, J.m., Chemical Engineering Kinetics, 2nd Edition., McGraw Hill Co.,
Singapore, 1981
3. Micaelis and Menten, M.C., Biochem. Z., 49, pp.333-, 1931
4. Stanbury and Whitaker, A., Principle of Fermentation Technology, Pergamon Press,
1984, Chapter 2.
5. Wiseman, A., Hanbook ofnzyme Biotechmology, 2nd Edition., John Wiley & Sons,
1985, pp. 61-85