You are on page 1of 13

Pengertian Tari ( seni tari )

Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas
dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang
diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.Beberapa pakar tari melalui
simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.

Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan
diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai
ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan
penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang
disamarkan.

Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa
tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan
kesenian yang kompleks.

® Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.

® Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke


generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Definisi Budaya

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya
seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan
perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.Budaya adalah suatu pola
hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak
kegiatan sosial manusia.

Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai
yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam berbagai budaya
seperti "individualisme kasar" di Amerika, "keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan
"kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang brsifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan
nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.Dengan demikian, budayalah yang
menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.

Tari Piring
Tarian Piring (Minangkabau: Tari Piriang) merupakan sebuah seni tarian milik orang
Minangkabau yang berasal dari Sumatra Barat. Ia merupakan salah satu seni tarian Minangkabau
yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan Minangkabau.

Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam,
membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur
dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari
memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong
dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah
dan dipijak oleh penari-penari tersebut. Bagi menambah unsur-unsur estetika , magis dan kejutan
dalam tarian ini, penari lelaki dan perempuan akan memijak piring-piring pecah tanpa rasa takut
dan tidak pula luka. Penonton tentu akan berasa ngeri apabila kaca-kaca pecah dan tajam itu
dipijak sambil menarik.
Tarian Piring merupakan seni tari yang dimiliki oleh orang Minangkabau yang berasal dari
Sumatera Barat. Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur masyarakat
Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda mudi mengayunkan
geraklangkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam mempermainkan piring yang ada di
tangan mereka.Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, yang
dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka.
Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke
tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.

Kesenian tari piring ini dilakukan secara berpasangan maupun secara berkelompok dengan
beragam gerakan yang dilakukan dengan cepat, dinamis serta diselingi bunyi piring yang
berdentik yang dibawa oleh para penari tersebut. Pada awalnya sejarah tari piring ini memiliki
maksud dalam pemujaan masyarakat minangkabau terhadap Dewi Padi dan penghormatan atas
hasil panen. Namun pada jaman sekarang tarian tersebut lebih sering diadakan pada acara
pernikahan.Tari Piring ini menjadi sangat digemari bahkan di negeri tetangga juga seperti
Malaysia tari ini sering dibawakan. di luar negeri tari piring dikenal dan disenangi karena tarian
ini memiliki gerakan yang enerjik, bersemangat, atraktif, dinamis, serta gerakan dari tari tersebut
tidak monoton sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton Tari Piring.

Tarian Piring merupakan seni tari yang dimiliki oleh orang Minangkabau yang berasal dari
Sumatera Barat. Tarian tersebut menggambarkan rasa kegembiraan dan rasa syukur masyarakat
Minangkabau ketika musim panen telah tiba, dimana para muda mudi mengayunkan gerak
langkah dengan menunjukkan kebolehan mereka dalam mempermainkan piring yang ada di
tangan mereka.Tarian ini diiringi lagu yang dimainkan dengan talempong dan saluang, yang
dimana gerakannya dilakukan dengan cepat sambil memegang piring di telapak tangan mereka.
Kadangkala piring-piring tersebut mereka lempar ke udara atau mereka menghempaskannya ke
tanah dan diinjak oleh para penari tersebut dengan kaki telanjang.

Kesenian tari piring ini dilakukan secara berpasangan maupun secara berkelompok dengan
beragam gerakan yang dilakukan dengan cepat, dinamis serta diselingi bunyi piring yang
berdentik yang dibawa oleh para penari tersebut. Pada awalnya sejarah tari piring ini memiliki
maksud dalam pemujaan masyarakat minangkabau terhadap Dewi Padi dan penghormatan atas
hasil panen.
Namun pada jaman sekarang tarian tersebut lebih sering diadakan pada acara pernikahan.Tari
Piring ini menjadi sangat digemari bahkan di negeri tetangga juga seperti Malaysia tari ini sering
dibawakan. di luar negeri tari piring dikenal dan disenangi karena tarian ini memiliki gerakan
yang enerjik, bersemangat, atraktif, dinamis, serta gerakan dari tari tersebut tidak monoton
sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton Tari Piring.

Tari Topeng Betawi


Masyarakat Jakarta asli atau dikenal dengan suku Betawi mempunyai banyak kesenian, salah
satunya adalah Topeng Betawi. Topeng Betawi memiliki tiga unsur utama yaitu : musik, tari, dan
teater. Tarian dalam Topeng Betawi inilah yang disebut Tari Topeng.

Mengapa menggunakan “topeng”? Ini dikarenakan dahulu masyarakat Betawi menganggap


Topeng memiliki kekuatan magis. Selain dapat menolak bala, juga dinilai mampu
menghilangkan kedukaan karena kematian, sakit, atau pun petaka lainnya. Selain itu, masyarakat
Betawi menggunakan pendekatan berbeda mengenai istilah topeng. Mungkin bagi banyak orang,
topeng itu adalah kedok (penutup wajah). Namun, tidak untuk masyarakat Betawi. Masyarakat
Betawi menggunakan “topeng” untuk istilah pertunjukan. Anda pasti kenal kesenian yang
bernama Topeng Monyet, bukan? Ya, kesenian yang biasa Anda temui di Jakarta dan sekitarnya
ini adalah pertunjukkan yang menampilkan atraksi dari monyet yang terlatih.

Jadi, Topeng Betawi dapat diartikan pertunjukan dalam bentuk teater yang mengandung aspek
tari, nyanyi, narasi dengan dialog maupun monolog. Para penarinya menggunakan topeng yang
mirip dengan Topeng Banjet Karawang Jawa Barat, namun dalam Topeng Betawi memakai
bahasa Betawi.

Salah seorang tokoh seniman Betawi yang telah mengusung aneka tari-tarian Betawi khususnya
Tari Topeng hingga ke mancanegara adalah Entong Kisam. Dirinya sudah berkeliling ke 5
benua, serta 33 negara. Negara yang paling sering ia lawati bersama grup tari topengnya adalah
Perancis, Cina dan Thailand.
Bagi masyarakat Betawi, Topeng Betawi digunakan dalam ritual kehidupan yang dianggap
cukup penting, seperti pernikahan dan khitanan. Pada kedua ritual itu, Topeng Betawi
dipagelarkan untuk memeriahkan pesta. Selain itu, Topeng Betawi juga digelar dengan tujuan
membayar nazar. Meskipun harus membayar mahal untuk sebuah pertunjukan Topeng Betawi,
namun rasanya hal itu tidak menjadi persoalan. “Biar tekor asal kesohor” begitu ungkapan
kalangan masyarakat Betawi tertentu dalam menjaga image status sosiainya. Nah, bila si
empunya hajat ingin menggelar Topeng Betawi, ia lebih dulu membayar panjer (uang muka)
pada grup yang telah dipilih. Setelah ada kesepakatan biaya, kekurangannya akan dibayar pagi
setelah pesta usai. Uangnya diambil dari amplop sumbangan dari para tamu yang hadir.

Seiring pergantian zaman, nampaknya Topeng Betawi juga telah mengalami perubahan yang
cukup signifikan. Tercatat ada lima bentuk perubahan yang disebabkan oleh urutan waktu dalam
sejarah.Pertama, esensi Topeng yang sakral dan magis tak lagi menjadi motivasi bagi yang
punya hajat. Topeng tak lagi berfungsi sebagai penolak bala atau nazar bagi anak yang sering
sakit-sakitan. Masyarakat Betawi lebih percaya rumah sakit atau puskesmas untuk mengobati
seseorang yang sakit.Kedua, pagelaran yang diselenggarakan dalam lingkup tradisi yaitu acara
pernikahan dan khitanan, juga mengalami pergeseran ke acara yang lebih bersifat nasional.

Ketiga, keragaman estetika yang muncul di antara orang-orang Betawi pun mulai menghilang
karena masuknya para pendatang ke daerah orang-orang Betawi. Termasuk berbagai bentuk
kedok yang memperlihatkan keragaman topeng, hilang secara perlahan lahan.Keempat, durasi
seni pertunjukan mengalami pergeseran. Jika dulu (tahun 70-an) masih berlangsung hingga pukul
4 pagi, lama kelamaan bergeser durasinya, sekarang paling lambat pukul 3 harus sudah selesai.
Ini dikarenakan orang-orang harus bersiap diri untuk sholat Subuh agar tidak kesiangan.

Kelima, narasi pagelaran Topeng, tak lagi mengangkat tema kemiskinan di wilayah-wilayah
tuan-tuan tanah, dan telah beralih dengan mengunakan isu nasional yang kadang-kadang menjadi
legitimasi kepentingan politik tertentu.Bisa dirasakan, berkembangnya zaman telah merubah
historical sequences dari Topeng Betawi. Tidak saja secara fisik tetapi juga ideologinya.

Dengan kata lain, telah terjadi pertumbuhan keragaman budaya, dalam hal ini keragaman
pagelaran Topeng Betawi. Itu bisa dimaklumi, mengingat rasa memiliki terhadap budaya Betawi,
kini bukan hanya milik orang Betawi saja, tapi juga dimiliki para pendatang yang ingin
melestarikan budaya Betawi menurut zamannya.

TARI JAIPONG
aipong adalah sebuah genre seni tari kreasi rakyat yang lahir dari kreativitas seorang seniman
asal Bandung, yaitu Gugum Gumbira. Yang tumbuh mulai tahun 1985. Tari Jaipong berhasil
dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh
masyarakat Jawa Barat ( khususnya ), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.
Perkembangannya saat ini sudah sampai mancanegara. Tari Jaipong biasanya dipentaskan pada
acara pernikahan, sunatan, dan penyambutan tamu. Unsur dasar dari tari jaipong adalah
perpaduan dari gerak tari ketuk tilu, pencak silat, tari gerege, dan tari klasik, yang dikemas oleh
Bapak Gugum Gumbira. Tari Jaipong sangat menarik dan diminati banyak orang, hal yang
paling menarik adalah setiap gerakan yang terkandung dalam tarian ini enerjik dan unik.
Gerakannya bebas, tapi harus sopan. Gerakan – gerakan yang dilakukan oleh kaum pria,
biasanya mengandung gerakan – gerakan pencak silat, sedangkan para kaum wanita gerakannya
mengandung gerakan – gerakan pergaulan.

Jaipongan dipercaya dapat menghilangkan pikun, karna penari dituntut harus mampu mengingat
setiap gerakan – gerakan yang terkandung dalam tarian ini. Selain itu jaipongan juga dapat
membugarkan badan dan menjaga kecantikan, karna dari ujung kaki sampai kepala semua
dituntut untuk bergerak. Dulu jaipong dikenal dengan nama ketuk tilu, ketuk tilu ada dua nama
yaitu ketuk tilu perkembangan dan ketuk tilu abc-an. Pada tahun 1985 Bapak Gugum Gumilang
mengubah ketuk tilu menjadi jaipongan, perubahan yang dilakukan oleh bapak Gugum sangat
signifikan. Karena antara ketuk tilu dan jaipongan sangat banyak yang berbeda dari mulai
gerakan tari, sampai musik pengiring semua diubah dengan sangat modern, energik, dan lebih
unik.

Tarian daerah di jaman sekarang, mungkin sudah banyak yang tenggelam, dikarenakan semakin
majunya perkembangan jaman. Tapi di dalam objek wisata Taman Mini Indonesia Indah,
tepatnya di anjungan Jawa Barat. Masih ada yang melestarikannya, bahkan menjadikan tarian ini
sebagai diklat. Diklat ini sudah berdiri sejak tahun 1982 hingga tahun ini diklat sudah berjalan
kurang lebih 28 tahun. Peserta diklat untuk tarian jaipong tidak dibatasi usianya, hal yang
menarik dalam diklat ini, adalah peserta diklat yang masih sangat anak - anak, ada juga wanita
yang berumur sekitar 67 tahun, kebanyakan adalah wanita. Diklat ini juga tidak terlalu mahal
biayanya yaitu tiga puluh lima ribu rupiah perbulan, dan diklat dilakukan 3 kali dalam seminggu.
Diklat di anjungan Jawa Barat sudah mengikuti banyak event yang ada bukan hanya di regional,
tapi juga di kanca internasional, yaitu dalam rangka misi kebudayaan. Sebagai duta kesenian.
Informasi ini disampaikan oleh Bapak Ahmad Maulana, selaku pengajar diklat di anjungan Jawa
Barat.

Sejarah

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi
bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball
Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng
dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara,
tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya
tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu
dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai
seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti
waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian
pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang
sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan
aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni
pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta,
Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun
peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk
Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari,
khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam
Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk
Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam
gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-
gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah
Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan,
yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama
Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi
maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan
kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada
pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di
Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan
Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di
daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2)
Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya
dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi
melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian
pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah
jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan Tari Jaipong


Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser
Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan
(putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti
Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut
sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar.
Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat,
apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta.
Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media
televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan
pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari
untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan
munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan
kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai
pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk
oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau
grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya
"kaleran" (utara).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum
Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul
Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut
muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri,
Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa
Suryabrata dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini
nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang
datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan
misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan
banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada
seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua
pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.

Tari merak
tarian merak adalah tarian dari tanah pasundan , tarian merak ini termasuk tarian baru hasil
ciptaan oleh Raden Tjetjep Somantri pada tahun 1950an dan dibuat ualng oleh dra. Irawati
Durban pada tahun 1965 .

Tarian eksotik ini mengambarkan tentang pesona merak jantan yang terkenal pesolek untuk
menarik hati sang betina, meskipun tarian ini dibawakan oleh wanita .Sang jantan akan
menampilkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan berwarna-warni untuk menarik hati
sang betina. Gerak gerik sang jantan yang tampak seperti tarian yang gemulai untuk
menampilkan pesona dirinya yang terbaik sehingga sang betina terpesona dan melanjutkan ritual
perkawinan mereka.

Setiap gerakan penuh makna ceria dan gembira, sehingga tarian ini kerap digunakan sebagai
tarian persembahan bagi tamu atau menyambut pengantin pria menuju pelaminan.Kostumnya
yang berwarna warni dengan aksen khas burung merak dan ciri khas yang paling dominan adalah
sayapnya dipenuhi dengan payet yang bisa dibentangkan oleh sang penari dengan satu gerakan
yang anggun menambah indah pesona tarian ini, serta mahkota yang berhiaskan kepala burung
merak yang disebut singer yg akan bergoyang setiap penari menggerakkan kepalanya.

Dalam setiap acara tari Merak paling sering ditampilkan terutama untuk menyambut tamu agung
atau untuk memperkenalkan budaya Indonesia terutama budaya Pasundan ke tingkat
Internasional.Jenis tarian merak ini juga terdapat juga didaerah jawa tengah dan jawa timur
dengan jenis tarian dan kostum berbeda namun masih menggunakan nama tarian merak.

Seperti halnya burung-burung lain burung Merak jantan akan berlomba-lomba menampilkan
keindahan ekornya untuk menarik hati merak betina. Merak jantan yang pesolek akan
melenggang dengan bangga mempertontonkan keindahan bulu ekornya yang panjang dan
berwarna-warni untuk mencari pasangannya, dengan gayanya yang anggun dan mempesona.

Tingkah laku burung Merak inilah yang divisualisasikan menjadi tarian Merak yang
menggambarkan keceriaan, keanggunan gerak.
Pesona bulu ekor yang berwarna-warni diimplementasikan dalam kostum yang indah dengan
sayap yang seluruhnya diberikan payet, dan hiasan kepala (mahkota) yang disebut “siger”
dengan hiasan berbentuk kepala burung merak yang akan bergoyang mengikuti gerakan kepala
sang penari.Tarian ini sendiri banyak ditarikan di beberapa even baik Nasional maupun
perkenalan budaya di luar negeri, bahkan tarian Merak ditampilkan juga sebagai tari
persembahan dan penyambutan pengantin.

Tari serimpi
Ada lagi satu tarian yang juga termasuk keramat, ialah Srimpi Anglirmendhung. Tarian
Srimpi ini diduga lebih muda daripada Bedhaya Ketawang. Kedua tarian ini ada
kemiripannya, bila ditilik dari:

 MENDHUNG = awan; Tempatnya di langit (=TAWANG)

 Dipakainya kemanak sebagai alat pengiring utama

   Pelaksanaan tariannya juga dibagi menjadi 3 babak


Menurut R.T. Warsadiningrat, Anglirmedhung ini digubah olehK.G.P.A.A.Mangkunagara
I. Semula terdiri atas tujuh penari, yang kemudian dipersembahkan kepada Sinuhun

Paku Buwana. Tetapi atas kehendak Sinuhun Paku Buwana IV tarian inidirubah sedikit,
menjadi Srimpi yang hanya terdiri atas empat penari saja

Namun begitu mengenai kekhudusan dan kekhidmatannya tiada bedanya dengan Bedhaya
Ketawang, meskipun dalam pergelarannya Srimpi Anglirmendhung boleh dilakukan kapan
saja dan di mana saja. Bedhaya Ketawang hanya stu kali setahun dan hanya di dalam
keraton, di tempat tertentu saja.

Bila akan ditinjau keistimewaan Bedhaya Ketawang, letaknya terdapat dalam hal:

1.   Pilihan hari untuk pelaksanaannya, yaitu hanya pada haru Anggarakasih. Bukan pada
pergelaran resminya saja, melainkan juga pada latihan-latihannya.

2.    Jalannya penari di waktu keluar dan masuk ke Dalem Ageng. Mereka selalu mengitari
Sinuhun dengan arah menganan.

3.      Pakaian penari dan kata-kata dalam hafalan sindhenannya.

Pakaian: Mereka memakai dodot banguntulak). Sebagai lapisan bawahnya dipakai cindhe
kembang, berwarna ungu, lengkap dengan pending bermata dan bunta. Riasan mukanya
seperti riasan temanten putri. Sanggulnya bokor mengkureb lengkap dengan perhiasan-
perhiasannya, yang terdiri atas: centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk
mentul dan memakai tiba dhadha (untaian rangkaian bunga yang digantungkan di dada
bagian kanan).

4.     Kata-kata yang mengalun dinyanyikan oleh suarawati jelas melukiskan rayuan yang
dapat merangsang rasa birahi. Dari situ dapat diperkirakan bahwa Bedhaya Ketawang dapat
juga digolongkan dalam “Tarian Kesuburan” di candi, yang inti sarinya menggambarkan
harapan untuk mempunyai keturunan yang banyak.

5.     Gamelannya berlaras pelog, tanpa keprak. Ini suatu pertanda bahwa Bedhaya Ketawang
ini termasuk klasik.

Rakitan taridan nama peranannya berbeda-beda. Dalam lajur permulaan sekali, kita lihat para
penari duduk dan menari dalam urutan tergambar dibawah in

Dalam melakukan peranan ini para penari disebut:  

1. Batak 4. Apit ngarep 7. Gulu

2. Endhel ajeg 5. Apit mburi 8. Dhada  

3. Endhel weton 6. Apit meneg 9. Boncit

Selama menari tentu saja susunannya tidak tetap, melainkan berubah-rubah, sesuai
dengan adegan yang dilambangkan. Hanya pada penutup tarian mereka duduk berjajar
tiga-tiga.
Dalam susunan semacam inilah pergelaran Bedhaya Ketawang diakhiri, disusul dengan
iringan untuk kembali masuk ke Dalem Ageng, juga dengan cara mengitari dan
menempatkan Sinuhun di sebelah kanan mereka semua.

Tarian srimpi sangopati karya Pakubuwono IX ini, sebenarnya merupakan tarian karya
Pakubuwono IV yang memerintah Kraton Surakarta Hadiningrat pada tahun 1788-1820
dengan nama Srimpi sangopati kata sangapati itu sendiri berasal dari kata “sang apati”
sebuah sebutan bagi calon pengganti raja.Ketika Pakubuwono IX memerintah kraton
Surakarta Hadiningrat pada tahun 1861-1893, beliau berkenaan merubah nama Sangapati
menjadi Sangupati.Hal ini dilakukan berkaitan dengan suatu peristiwa yang terjadi di masa
pemerintahan beliau yaitu pemerintah Kolonial Belanda memaksa kepada Pakubuwono IX
agar mau menyerahkan tanah pesisir pulau Jawa kepada Belanda. Disaat pertemuan
perundingan masalah tersebut Pakubuwono IX menjamu para tamu Belanda dengan
pertunjukan tarian srimpi sangopati

Sesungguhnya sajian tarian srimpi tersebut tidak hanya dijadikan sebagai sebuah hiburan
semata, akan tetapi sesungguhnya sajian tersebut dimaksudkan sebagai bekal bagi
kematian Belanda, karena kata sangopati itu berarti bekal untuk mati. Oleh sebab itu pistol-
pistol yang dipakai untuk menari sesungguhnya diisi dengan peluru yang sebenarnya. Ini
dimaksudkan apabila kegagalan, maka para penaripun telah siap mengorbankan jiwanya.
Maka ini tampak jelas dalam pemakaian “sampir” warna putih yang berarti kesucian dan
ketulusan.Pakubuwono IX terkenal sebagai raja amat berani dalam menentang
pemerintahan Kolonial Belanda sebagai penguasa wilayah Indonesia ketika itu.

Sebetulnya sikap berani menentang Belanda dilandaskan atas peristiwa yang menyebabkan
kematian ayahnya yaitu Pakubuwono VI (pahlawan nasional Indonesia) yang meninggal
akibat hukuman mati ditembak Belanda saat menjalani hukuman dibuang keluar pulau Jawa
saat Pakubuwono VI meninggal Pakubuwono IX yang seharusnya menggantikan menjadi
raja saat itu masih berada didalam kandungan ibunda prameswari GKR Ageng disebabkan
masih dalam kandungan usia 3 bulan maka setelah Pakubuwono ke VI meninggal yang
menjadi raja Pakubuwono VII adalah paman Pakubuwono IX ketika Pakubuwono VII
meninggal yang menggantikan kedudukan sebagai raja adalah paman Pakubuwono IX
sebagai Pakubuwono VII. Baru setelah Pakubuwono VIII meninggal Pakubuwono
menuruskan IX meneruskan tahta kerajaan ayahandanya Pakubuwono VI sebagai raja yang
ketika itu beliau berusia 31 tahun.

Setelah Pakubuwono IX meninggal 1893 dalam usia 64 tahun beliau digantikan putranya
Pakubuwono X atas kehendak Pakubuwono X inilah tarian Srimpi Sangupati yang telah
diganti nama oleh ayahanda Pakubuwono IX menjadi srimpi Sangapati , dengan maksud
agar semua perbuatan maupun tingkah laku manusia hendaknya selalu ditunjukkan untuk
menciptakan dan memelihara keselamatan maupun kesejahteraan bagi kehidupan. Hal ini
nampak tercermin dalam makna simbolis dari tarian srimpi sangopati yang sesungguhnya
menggambarkan dengan jalan mengalahkan hawa nafsu yang selalu menyertai manusia
dan berusaha untuk saling menang menguasai manusia itu sendiri.

Salah satu kekayaan Keraton kasunanan Surakarta ini tengah diupayakan konservasinya
adalah berbagai jenis tarian yang sering menghiasi dan menjadi hiburan pada berbagai
acara yang digelar di lingkungan keraton. Dari berbagai jenis tarian tersebut yang terkenal
sampai saat ini adalah tari Serimpi Sangupati. Penamaan Sangupati sendiri ternyata
merupakan salah satu bentuk siasat dalam mengalahkan musuh. Tarian ini  sengaja di
tarikan  sebagai salah satu bentuk politik untuk menggagalkan perjanjian yang akan
diadakan dengan pihak Belanda pada masa itu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi agar
pihak keraton tidak perlu melepaskan daerah pesisir pantai utara dan beberapa hutan jati
yang ada, jika perjanjian dimaksudkan bisa digagalkan. Tarian Serimpi Sangaupati sendiri
merupakan tarian yang dilakukan 4 penari wanita dan di tengah-tengah tariannya dengan
keempat penari tersebut dengan keahliannya kemudian memberikan minuman keras
kepada pihak Belanda dengan memakai gelek inuman.

Ternyata taktik yang dipakai saat sangat efektif, setidaknya bisa mengakibatkan pihak
Belanda tidak menyadari kalau dirinya dikelabui. Karena terlanjur terbuai dengan keindahan
tarian ditambah lagi dengan semakin banyaknya minuman atau arak yang ditegak maka
mereka (Belanda) kemudian mabuk. Buntutnya, perjanjian yang sedianya akan diadakan
akhirnya berhasil digagalkan. Dengan gagalnya perjanjian tersebut maka beberapa daerah
yang disebutkan diatas dapat diselamatkan.

Namun demikian yang perlu digarisbawahi dalam tarian ini adalah keberanian para prajurit
puteri tersebut yang dalam hal ini diwakili oleh penari serimpi itu. Karena jika siasat itu
tercium oleh Belanda, maka yang akan menjadi tumbal pertama adalah mereka para penari
tersebut. Boleh dibilang mereka adalah prajurit di barisan depan yang menjadi penentu
berhasil dan tidaknya misi menggagalkan perjanjian tersebut. Sehingga untuk mengaburkan
misi sebenarnya yang ada dalam tarian tersebut maka nama tari itu disebut dengan Serimpi
Sangaupati yang diartikan sebagai sangu pati. Saat ini Serimpi Sangaupati masih sering
ditarikan, namun hanya berfungsi sebagai sebuah tarian hiburan saja. Dan adegan minum
arak yang ada dalam tari tersebut masih ada namun hanya dilakukan secara simbol; saja,
tidak dengan arak yang sesungguhnya. Perjanjian antara Keraton Kasunanan Surakarta
dengan pihak Belanda tersebut yang terjadi sekitar tahun 1870-an.  

Tari payung
Tari Payung adalah salah satu tari klasik dari Minang, Sumatera Barat . Tarian yang
menggambarkan kasih sayang seorang kekasih. Tarian ini merupakan tari pergaulan muda-mudi
yang dilambangkan dengan payung sebagai pelindung. Makanya, tarian ini dibawakan secara
berpasangan. Selain menggunakan payung sebagai alat bantu yang dimainkan oleh penari pria,
penari wanita juga menggunakan selendang sebagai pelengkapnya.Musiknya cukup variatif,
mulai dari agak pelan, lalu agak cepat dan cepat, sangat dinamis. Tari ini biasa dibawakan untuk
memeriahkan acara pesta, pameran, dan lain sebagainya.

Tari Payung merupakan tari tradisi Minangkabau yang saat ini telah banyak perubahan dan
dikembangkan oleh senian-seniman tari terutama di Sumatra Barat. Awalnya tari ini memiliki
makna tentang kegembiraan muda mudi (penciptaan) yang memperlihatkan bagaimana perhatian
seorang laki-laki terhadap kekasihnya. Payung menjadi icon bahwa keduanya menuju satu tujuan
yaitu membina rumah tangga yang baik. Keberagaman Tari Payung tidak membunuh tari payung
yang ada sebagai alat ungkap budaya Minangkabau. Keberagaman tersebut hanyalah varian dari
tari-tari yang sudah ada sebelumnya. Sikap ini penting diambil untuk kita tidak terjebak dengan
penilaian bahwa varian tari yang satu menyalahi yang lainnya. Sejauh tri terseut tidak melenceng
dari akar tradisinya, maka kreasi menjadi alat kreativitas seniman dalam menyikapi budaya yang
sedang berkembang.

Penelitian ini memakai teori perubahaan yang dikembangkan oleh Herbert Spencer. Teori
perubahan akan dipakai untuk melihat perkembangan yang terjadi pada tari payung. Teori lain
yang akan mendukung adalah teori akulturasi yang dikembangkan oleh Koentjaraningrat dan
GM. Foster. Teori ini dipakai untuk melihat budaya apa saja yang mempengaruhi perkembangan
tari payung dari dulu hingga sekarang. Jumlah penari dalam tari payung selau genap dan selalu
berpasangan, bisa tiga atau empat pasang. Kalaupun ada gerakan lelaki berpindah pasangan,
bukan berarti hatinya terbagi dua atau lebih, akan tetapi hanya wujud dari kreasi yang dimainkan.
Pada hakekatnya mereka hanya satu pasang, tetapi divisualkan dalam bentuk banyak. Hal ini bisa
dlihat dari kostum yang dimainkan, dimana seluruh penari permpuan berpakaian sama, begitu
dengan penari laki-laki yang semuanya juga sama. Payung yang dimainkan juga berbentuk sama.
Tari Payung sejak mulanya telah mengalami  perkembangan yang sangat berarti terutama oleh
seniman-seniman muda Minagkabau. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh tingkat keilmuan
yang sudah beragam. Pengaruh gaya dari mana saja msuk menyentuh wilayah seni, tidak
terkecuali tari payung. Melayu merupakan unsur utama dalam mempengaruhi gerak tari payung.
Begitu juga dengan pola gerak barat, sedikit banyak menyentuh wilayah ini. Senian pembaharu
tari payung menjadikan fungsi seni tari itu bergeser dari ritual adat menjadi seni untuk profan
yang perkembangannya sangat pesat.Fungsi seni ritual tidak mengalami perkembangan yang
berarti, karean seni ritual didukungh oleh pakem-pakem yang jelas dan sulit untu diubah, bahkan
tidak mungkin untuk diubah, karena dia berkaitan dengan persolan adat yang memiliki hukum-
hukum yang jelas. Berkaitan dengan hal itu, seniman pebaharu tari payung memasuki gerak-
gerak yang inovatif supaya bisa menyeimbangkan antara seni profan dengan seni ritual. Mereka
hanya memasuki wilayah seni profan yang memiliki potensi untuk dikembangkan dan dijual
untuk masyarakat luas.

Seniman pembaharu tari payung melakukan tindakan dalam membentuk gaya baru dalam tyari
payung agar keteraturan dan arah yang diinginkan dalam dunia kreativitas bisa terjaga dengan
baik tanpa adanya konflik yang merusak sosial itu sendiri. Sistem sosial di Minangkabau
memiliki sebuah tipe tertentu yang berbeda dengan sistem sosial yang lain.

You might also like