Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Seperti telah dimaklumi, arti patologi dalam ilmu kedokteran adalah ilmu
tentang penyakit, pentingnya patologi adalah agar diketahui berbagai jenis penyakit
yang mungkin diderita oleh manusia, sekaligus dimaklumi bahwa tidak ada manusia
menderita semua jenis penyakit tersebut.
Analogi itulah yang berlaku pula bagi suatu birokrasi. Artinya, agar seluruh
birokrasi pemerintahan negara mampu menghadapi berbagai tantangan yang mungkin
timbul, baik sifatnya politis, ekonomi, sosiokultural, dan teknologikal, berbagai
“penyakit” yang mungkin sudah “dideritanya” atau mengancam akan
“menyerangnya” perlu diidentifikasikan untuk kemudian dicarikan terapi
pengobatannya.
Dalam bab ini akan dibahas berbagai patologi birokrasi yang dapat
dikategorikan pada lima “kelompok”, yaitu :
1. Patologi yang timbul karena persepsi dan gaya manajerial para pejabat
dilingkungan birokrasi;
2. Patologi disebabkan karena kurangnya atau rendahnya pengetahuan dan
keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional;
3. Patologi yang timbul karena tindakan para anggota birokrasi yang
melanggar norma-norma hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
4. Patologi yang dimanifestasikan dalam perilaku para birokrat yang bersifat
disfungsional atau negatif;
5. Patologi yang merupakan akibat situasi internal dalam berbagai instansi
dalam berbagai pemerintahan.
PATOLOGI KARENA PERSEPSI, PERILAKU DAN GAYA MANAJERIAL
Sudah diakui secara universal, bahwa keseluruhan perilaku dan gaya
manajerial yang seyogyanya digunakan oleh para pejabat pimpinan pada semua
jenjang hierarki organisasi adalah bertumpu pada gaya yang demokratik.
Pengaburan Masalah
Merupakan kenyataan bahwa dalam kehidupan setiap organisasi pasti akan
selalu timbul berbagai permasalahan. Berbagai permasalahan itu dapat bersifat politis,
ekonomi, hukum, budaya, administratif, atau teknikal.
Menerima Sogok
Menerima uang sogok atau suap merupakan bentuk terburuk dari perilaku
disfungsional seorang pejabat pimpinan. Bentuk paling nyata dari kekuasaan
dimaksud adalah wewenang memberikan izin.
Berbagai cara yang mungkin ditempuh, dan memang sering terjadi antara lain
adalah :
a. Memperlambat proses penyelesaian pemberian izin;
b. Mencari berbagai dalih, seperti kekurangan lengkapan dokumen
pendukung, keterlambatan pengajuan permohonan, dan dalih lain yang sejenis;
c. Alasan kesibukan melaksanakan tugas lain;
d. Sulit dihubungi;
e. Memperlambat dengan menggunakan kata-kata sedang diproses.
Pertentangan Kepentingan
Teori administrasi negara mengatakan bahwa seluruh anggota birokrasi
pemerintahan mengabdikan dirinya kepada kepentingan seluruh masyarakat,
pemerintah, bangsa dan negara karena hakikat tugasnya adalah pengabdian tersebut.
Dan menjalankan roda pemerintahan negara, pertentangan kepentingan antara para
anggota birokrasi terutama para pimpinannya dengan kepentingan negara dapat
timbul apabila menjadi “alat” kekuatan untuk alat kekuatan tertentu seperti kekuatan
politik, kekuatan ekonomi atau kelompok-kelompok penekan yang terdapat dalam
masyarakat.
Pilih Kasih
Salah satu prinsip kepemimpinan yang sudah diakui kebenarannya ialah, sikap
yang obyektif dan rasional dalam memperlakukan para bawahan yang didasarkan
pada kriteria yang jelas. Tidak ada tempat untuk bertindak atas dasar pilih kasih,
karena pertimbangan-pertimbangan yang tidak rasional seperti nepotisme dan
primordialisme.
Penipuan
Ditinjau dari sudut apapun, seperti hukum, administrasi, etika, moral dan
agama, penipuan tidak pernah dapat dibenarkan. Kalaupun ada yang melakukannya,
biasanya terjadi dalam bentuk yang terselubung.
Sikap Sombong
Kesombongan, sebagai suatu perilaku yang negatif dapat disebabkan oleh
berbagai faktor seperti kekuasaan yang dimiliki, jabatan yang dipangku, kekayaan,
status sosial yang tinggi, keberhasilan meraih gelar-gelar akademik dan rasa percaya
diri yang berlebihan.
Ketidakpedulian pada Kritik dan Saran
Telah ditekankan dimuka, bahwa gaya manajerial yang seharusnya digunakan
oleh seorang pejabat pimpinan pada umumnya, pejabat pimpinan dalam birokrasi
pemerintahan khususnya, adalah gaya yang demokratik. Salah satu perwujudan gaya
ini dalam praktik adalah keterbukaan.
Jarak Kekuasaan
Dalam kehidupan sosial, organisasi dan bahkan kenegaraan, dikenal apa yang
disebut dengan “jarak kekuasaan” (power distance).
Intimidasi
Intimidasi merupakan salah satu perwujudan gaya manajerial yang autokratik.
Di negara yang dipimpin oleh seorang diktator misalnya, selalu terdapat satuan
organisasi yang menjadi instrumen untuk menjamin kepatuhan para warga
kepadanya, tidak peduli bahwa kepatuhan itu sebenarnya didasarkan pada rasa takut.
Kurangnya Komitmen
Sering terdengar bahwa tidak ada yang memaksa seseorang untuk menjadi
pegawai pada suatu organisasi, juga tidak untuk menjadi pegawai negeri tetapi begitu
seseorang menjatuhkan pilihan meniti karya dalam birokrasi sebagai jalur
pengabdiannya kepada bangsa dan negaranya, serta merta yang bersangkutan
sesunggunya terikat pada kewajiban membuat komitmen penuh kepada organisasi,
dalam arti bahwa ia akan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya dan
memikul tanggungjawabnya dengan penuh hati.
BAB III
PARADIGMA BIROKRASI YANG IDEAL
Prinsip-Prinsip Organisasi
Sebagai paradigma dibidang kelembagaan, prinsip-prinsip organisasi penting
dipahami dan diimplementasikan.
Mekanisme Perencanaan
Telah dimaklumi bahwa dikenal dua jenis pola perencanaan. Yang pertama
adalah perencanaan terpusat untuk kemudian dilaksanakan oleh semua jajaran
birokrasi. Perencanaan terpusat biasanya menggunakan pendekatan dari atas ke
bawah (top down approach).
Pola perencanaan terpusat seperti itu kini makin ditinggalkan dan yang makin
banyak dianut ialah perencanaan dengan pendekatan “dari bawah ke atas” (button up
approach). Hanya saja sering terbukti bahwa keterampilan teknis menyusun rencana
tidak selalu dimiliki oleh aparat di satuan-satuan kerja di lingkungan birokrasi,
terutama di daerah-daerah. Oleh karena itu, dalam rangka pengembangan sistem
kerja, diselenggarakan pula program pendidikan dan pelatihan dalam bidang ini agar
satuan-satuan kerja yang bersangkutan memiliki kemampuan yang memadai untuk
menyusun rencana yang baik.
Bidang Keuangan
Salah satu bidang yang teramat penting disoroti dalam rangka pemenuhan
paradigma birokrasi yang ideal adalah keuangan. Seperti dimaklumi selalu terdapat
dua segi administrasi keuangan, yaitu segi penerimaan dan segi pengeluaran.
Penerimaan bukan pajak terdiri dari berbagai pungutan karena jasa-jasa tertentu yang
diberikan oleh pemerintah kepada para warga yang membutuhkannya. Sisi lain
administrasi keuangan ialah pengeluaran atau belanja negara. Dapat dikatakan bahwa
semua negara menganut sistem anggaran berimbang yang berarti jumlah penerimaan
sama dengan pengeluaran, satu kondisi yang ternyata sangat sulit dicapai.
Kecenderungan yang sering terlihat adalah defisit oleh karena itu, suatu birokrasi
dihadapkan pada berbagai tantangan berat dalam mengelola keuangan negara.
Contoh-contoh tantangan tersebut dapat dilihat pada uraian berikut :
Pertama, karena kegiatan pemerintah makin luas, baik dalam arti kegiatan
rutin dan pembangunan, harus diupayakan agar pengeluaran benar-benar didasarkan
pada prinsip efisiensi dan efektifitas. Artinya harus dicegah adanya pemborosan.
Kedua, jangan sampai terjadi kebocoran anggaran (keuangan). Harus
diusahakan agar semua penerimaan masuk ke kas negara dan dalam pengeluaran
tidak terjadi korupsi atau penyalahgunaan uang negara.
Ketiga, birokrasi harus bekerja atas dasar skala prioritas yang jelas dan
rasional yang harus dikaitkan dengan keseluruhan kegiatan dalam rangka pencapaian
tujuan dan sasaran nasional.
Keempat, sarana dan prasarana kerja yang dimiliki harus diusahakan agar
masa pemanfaatannya selama mungkin, yang berarti bahwa pemeliharaan mutlak
perlu mendapat perhatian.
Berbicara mengenai masalah birokrasi yang ada di pusat maupun di daerah
tingkat Kabupaten sangat erat kaitannya dengan isi dari buku ini yang membahas
dan mewarnai birokrasi baik dari segi politik, ekonomi, sosial dan keamanan serta
manajerial yang berbeda-beda seiring dengan program otonomi daerah yang berlaku
di setiap kabupaten. Sistem manajerial “top down” atau dari atas ke bawah, dan
Kedua sistem manajerial ini digunakan oleh hampir seluruh daerah kabupaten
sesuai kondisi masyarakat, pegawai dan sistem birokrasi. Sistem tersebut masing-
Persoalan yang paling sering muncul adalah jumlah pegawai tidak sesuai
kerja. Hal ini disebabkan oleh sistem rekruitmen yang tidak jelas pola kerjanya.
Dalam buku ini dipaparkan bahwa sistem rekruitmen pegawai terkadang melenceng
dari prosedur yang ada saat ini. Dimana sistem primordialisme masih sering
fasilitas sumber daya manusia yang potensial tetapi tidak terpantau dikarenakan
penyalahgunaan sistem.
Tidak bisa kita pungkiri bahwa cara kerja para pegawai tidak selalu
memuaskan. Hal ini didasari oleh sistem penempatan yang biasanya tidak sesuai
dengan kemampuan. Hal ini akan menimbulkan masalah dikemudian hari bilamana
adanya rasa jenuh yang muncul yang disebabkan oleh penempatan kerja seseorang
yang tidak sesuai dengan kemampuan. Imbas dari semua ini adalah hasil kerja yang
Sikap tanggungjawab yang rendah dan sering melalaikan tugas adalah hal
yang lazim pada sebagian pegawai yang tanpa didasari akan mempengaruhi kinerja