You are on page 1of 7

Tempat suci Hindu adalah suatu tempat maupun bangunan yang

dikeramatkan oleh umat Hindu atau tepat persembahyangan bagi umat


Hindu untuk memujaBrahman beserta aspek-aspeknya. Di Tanah Hindu,
banyak kuil yang didedikasikan untuk Dewa-Dewi Hindu, beserta
inkarnasinya ke dunia (awatara), seperti misalnya Rama dan Kresna.
Di India setiap kuil menitikberatkan pemujaannya terhadap Dewa-Dewi
tertentu, termasuk memuja Bhatara Rama dan Bhatara Kresna sebagai
utusan Tuhan untuk melindungi umat manusia.
Tempat suci Hindu umumnya terletak di tempat-tempat yang dikelilingi
oleh alam yang asri, seperti misalnya laut, pantai, gunung, gua, hutan,
dan sebagainya. Namun tidak jarang ada tempat suci Hindu yang
berada di kawasan perkotaan atau di dekat pemukiman penduduk.

[sunting]Istilah lain
Tempat suci Hindu memiliki banyak sekali sebutan di berbagai belahan
dunia, dan nama tersebut tergantung dari bahasa yang digunakan.
Umumnya berbagai nama tersebut memiliki arti yang hampir sama, yaitu
merujuk kepada pengertian “Rumah pemujaan kepada Tuhan”.
Berbagai istilah tempat suci Hindu yaitu:

 Mandir atau Mandira (bahasa Hindi – salah satu bahasa


resmi India)
 Alayam atau Kovil (bahasa Tamil)
 Devasthana atau Gudi (Kannada)
 Gudi , Devalayam atau Kovela (bahasa Telugu)
 Puja pandal (bahasa Bengali)
 Kshetram atau Ambalam (Malayalam)
 Pura atau Candi (Indonesia: Bali, Jawa, dll.)

Terdapat juga berbagai nama lain seperti Devalaya, Devasthan, Deval


atau Deul, dan lain-lain, yang berarti “Rumah para Dewa”. Biara Hindu
sering disebut Matha, dimana para pendeta dididik dan guru spiritual
tinggal. Kebanyakan tempat-tempat tersebut merupakan rumah kuil.
[sunting]Struktur dan arsitektur

Pura Besakih, kuil Hindu terbesar di pulau Bali

Bangunan suci Hindu umumnya menyerupai replika sebuah gunung,


karena menurut filsafat Hindu, gunung melambangkan alam semesta
dengan ketiga bagiannya. Selain itu, gunung merupakan kediaman para
Dewa, seperti misalnya gunung Kailasha yang dipercaya sebagai
kediaman Dewa Siwa. Selain menyerupai gunung, terdapat bangunan
suci Hindu yang memiliki atap bertumpuk-tumpuk, dan di Indonesia
dikenal dengan istilah Meru. Meru merupakan lambang dari lapisan
alam, mulai dari alam terendah sampai alam tertinggi.
Arsitektur bangunan suci Hindu tidak lepas dari aturan-aturan yang
termuat dalam kitab suci. Dalam pembangunan suatu tempat suci Hindu,
arsitekturnya harus mengikuti apa yang termuat dalam sastra suci
Hindu. Di Indonesia, selain berbentuk candi dan meru, bangunan suci
Hindu juga berbentuk gedong danpadmasana.
Dalam bangunan suci Hindu, tidak jarang dijumpai relief atau pahatan,
serta patung-patung yang berada di sekeliling areal suatu tempat suci.
Umumnya patung-patung tersebut melambangkan Dewa-Dewi yang
muncul dalam sastra dan mitologi Hindu. Fungsi berbagai patung dalam
bangunan suci Hindu adalah sebagai hiasan atau simbol, karena bukan
untuk disembah.
[sunting]
Tempat Suci
Sang Suyasa:
Sudah banyak yang Gurunda uraikan tentang hal-hal yang suci. Orang-orang
suci atau Rsi-Rsi kita, sudah. Pustaka suci dan Hari Suci juga sudah. Adakah
lagi yang patut hamba ketahui yang ada hubungannya dengan ketiga hal tadi?

Rsi Dharmakerti:
Memang ada anaknda, suatu hal yang tak boleh dilupakan dan merupakan
tempat kita menghaturkan bakti yaitu: TEMPAT SUCI.

Tempat-tempat suci yang di dalam agama Hindu disebut Pura Kahyangan,


Candi atau Mandir itu ada dua macam yaitu:
a. Pura tempat untuk memuja dan mengagungkan kebesaran Tuhan, Hyang
Widhi Wasa dengan berbagai manifestasinya di sebut Pura Kahyangan.
b. Pura atau tempat suci untuk memuja roh leluhur yang sudah dipandang
suci atau roh para Rsi yang dianggap telah menjadi dewa-dewa atau Bhatara
Bhatari ini disebut Pura Dadya, Pura Kawitan atau Pura Pedharman.

Tujuan dan fungsi dari Pura sebagai tempat suci yang dibangun secara khusus
menurut peraturan-peraturan yang telah ditentukan secara khusus pula ialah
untuk menghubungkan diri dengan Sang Hyang Widhi serta prabhawanya
untuk mendapatkan waranugraha. Juga pura itu merupakan tempat kegiatan-
kegiatan sosial dan pendidikan dalam hubungan agama. Adapun Pura atau
Kahyangan itu terdiri dari pada Pura/Kahyangan Tiga, Pura/Kahyangan
Jagat.

Yang disebut Pura Kahyangan Tiga ialah pura tempat memuja Hyang Widhi
dalam manifestasinya sebagai Tri Wisesa, yaitu Pura Desa/Bale Agung untuk
Brahma sebagai Pencipta, Pura Puseh atau Sagara untuk Wisnu sebagai
Pemelihara dan Pura Dalem untuk Bhatari Durga (Sakti Siwa) sebagai
manifestasi Hyang Widhi dalam fungsinya sebagai Pralina. Itulah sebabnya
Pura Dalem terletak dekat kuburan sebagai simbul peleburan atau pralina.
Dan setiap kuburan mempunyai tempat pemujaan dinamai Prajapati. Di
samping Kahyangan-kahyangan itu ada juga tempat-tempat pemujaan yang
berfungsi sosial ekonomis yaitu:
Pura Subak yang disebut Ulun Suwi dan Ulun Danu. Kahyangan ini khusus
untuk memuja dan mengagungkan Hyang Widhi dalam manifestasinya
sebagai Sakti Wisnu (Dewi Sri), yaitu prabhawa Sang Hyang Widhi yang
melindungi dan memberi kesejahteraan terhadap semua mahluk.

Sang Suyasa:
Gurunda, dengan uraian di atas baha ada juga Kahyangan yang berfungsi
sosial ekonomis disamping untuk pemujaan yang bersifat spiritual saja sudah
tercerminlah tujuan agama kita “Moksa artham jagadhita” itu, yaitu untuk
mencapai moksa dan juga untuk kesejahteraan umat manusia.

Tetapi Gurunda, ada lagi golongan Kahyangan yang belum Gurunda


terangkan. Kalau tidak salah, Kahyangan Jagat yang Gurunda sebutkan tadi.

Rsi Dharmakerti:
Benar anaknda, dan baik-baiklah mendengarkannya karena Kahyangan Jagat
ini sangatlah penting maknanya. Yang disebut pura Kahyangan Jagat ialah
pura-pura

Kahyangan Agung terutama yang terdapat di delapan penjuru mata angin dan
pusat Pulau Bali yaitu:

1. Pura Lempuyang, tempat Hyang widhi dalam perwujudannya sebagai


Iswara, di ujung Timur Pulau Bali
2. Pura Andakasa, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya
sebagai Brahma, terletak di selatan pulau Bali
3. Pura Batukaru, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudananya
sebagai Mahadewa, terletak di bagian barat pulau Bali
4. Pura Batur Ulun Danu, yang mempunyai fungsi sebagai pura Ulun Danu
tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Wisnu, terletak
di utara pulau Bali.
5. Pura Goa Lawah, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya
sebagai Maheswara, terletak di tenggara pulau Bali
6. Pura Ulu Watu, tempat memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya
sebagai Rudra, terletak di barat daya pulau Bali
7. Pura Bukit Pangelengan yang disebut juga pura di Gunung Mangu, tempat
memuja Hyang Widhi dalam perwujudannya sebagai Sangkara, terletak di
barat laut pulau Bali.
8. Pura Besakih, tempat memuja Hyang Widhi di dalam perwujudannya
sebagai Sambhu, terletak di timut laut pulau Bali. Di samping merupakan
Pura Kahyangan Jagat tempat Sambhu Pura BEsakih juga merupakan pura
suci pusat dari semua pura Kahyangan Agung Penyungsungan Jagat di Bali.

Kalau dihitung maka semua Kahyangan Agung penyungsungan jagat di Bali


ini berjumlah sembilan buah yang terletak di kedelapan penjuru mata angin
pulau Bali, di mana BEsakih menjadi tempat dua Kahyangan Agung yaitu
tempat Sambhu dan juga merupakan tempat Siwa. Dari sembilan Pura tadi di
ambil tiga Pura Kahyangan yaitu:

a. Pura Batur Ulun Danu sebagai tempat memuja Wisnu


b. Andakasa, sebagai tempat memuja Brahma dan
c. BEsakih sebagai pusat Kahyangan Agung tempat memuja Siwa, yaitu yang
merupakan pelinggih-pelinggih atau tempat pemujaan Trimurti.

“Sad” berarti enam dan Kahyangan berarti pura pelinggih untuk memuja
Hyang Widhi.

Sad Kahyangan ialah Kahyangan-Kahyangan Agung penyungsungan jagat


yang jumlahnya enam yang terletak di penjuru-penjuru mata angin pulau Bali.
Yang terletak di:

a. timur – Lempuyang, tempat Iswara


b. tenggara – Goa Lawah, tempat Maheswara
c. barat daya – Ulu Watu, tempat Rudra
d. barat – Watukaru, tempat Mahadewa
e. barat laut – Bukit Pangelengan atau Gunung Mangu, tempat Sangkara
f. timur laut – Besakih, tempat Sambhu (bukan Besakih pusat tempat Siwa)

Adapun fungsi dari Kahyangan-Kahyangan Agung penyungsungan jagat yang


terletak di seluruh penjuru mata angin pulau Bali itu ialah sebagai
perlambang untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Semua para Dewa
atau Bhatara-Bhatara yang distanakan atau disemayamkan di pelinggih-
pelinggih atau pura Kahyangan Agung itu adalah personifikasi atau
perwujudan dari kemahakuasaan Sang Hyang Widhi (Siwa) yang delapan
jumlahnya (asthaiswarya) yang disimbulkan dengan dewa-dewa atau bhatara-
bhatara yang bersemayam di kedelapan penjuru mata angin, sehingga
digambarkan sebagai bunga padma – asta – dala atau teratai berdaun bunga
delapan.
Sang Suyasa:
Tetapi Gurunda, di Bali sendiri hamba lihat penuh dengan Kahyangan-
Kahyangan, malah dikatakan pulau Bali itu “Pulau ribuan Kahyangan”.
Hamba mengerti yang kelihatan banyak itu ialah Kahyangan-Kahyangan Tiga
yang terdapat di setiap desa. Tetapi ada lagi Kahyangan-Kahyangan yang
besar yang lainnya Gurunda.

Rsi Dharmakerti:
Betul sekali apa yang anaknda katakan.

Apa yang Guru uraikan merupakan dasar-dasarnya saja. Ada juga Kahyangan-
Kahyangan lain yang sama mendapat perhatian dengan Kahyangan-
Kahyangan Agung itu yang mempunyai fungsi istimewa misalnya sebagai pura
Pulaki, di bagian barat laut pulau Bali, Pura MAsceti yang terletak di pantai
selatan Gianyar, Sakenan di pulau Serangan Daerah Badung, Tanah Lot di
pantai Tabanan dan banyak lagi pura-pura lainya. Ketahuilah anakku bahwa
Kahyangan-Kahyangan serta tempat-tempat suci ini tidak hanya terdapat di
Bali saja. Ia tersebar di seluruh pelosok tanah air di mana saja agama Hindu
dianut dari jaman dahulu.

Sang Suyasa:
Sekarang hamba mengerti, Gurunda, karena betul-betul kemahakuasaan Sang
Hyang Widhi itu tidak terbatas, sehingga fungsi-fungsinya pun tidak terbatas
pula.

Bagaimana tentang pura keluarga?

Rsi Dharmakerti:
Ketahuilah anakku, bahwa pura keluarga inipun ada bermacam-macam.
Hanya yang pokok yang Guru akan uraikan.Adapun pura tempat pemujaan
roh-roh leluhur yang dianggap telah suci dan roh-roh para Rsi yang telah
dipandang sebagai Dewa atau Bhatara-Bhatari dinamai Sanggah, Merajan dan
Paibon.

Pura ini disebut juga Pura Dadya atau “Pura Sangkaning Dadi” yang artinya
pura mula perjelmaan dan sering juga pura ini disebut pura KAwitan yang
khusus untuk keluarga. Untuk mengenang jasa pahlawan-pahlawan dibuatkan
pelinggih-pelinggih yang disebut Pedharman.
Sang Suyasa:
Gurunda, ada pula hamba lihat Kahyangan yang hanya mempunyai
Padmasana sebagai Pura Agung Jagatnatha di Denpasar. Apakah arti
Padmasana itu?

Rsi Dharmakerti:
Padamasana artinya persemayaman suci bagi Sang Hyang Widhi. “PAdma”
berarti teratai, “asana” berarti tempat bersemayam atau tempat duduk.

Padmasana itu adalah lambang kemahakuasaan Sang Hyang widhi yang


dibuat berbentuk tempat bersemayam yang menjulang tinggi yaitu simbul
dari gunung Mahameru atau gunung Mandara yang merupakan sadhana
terdapatnya Amrta (air suci kehidupan). Mengenai pemutaran gunung
Mandara ini dapat diketahui dari buku Adi Parwa di mana Dewa dan Raksasa
untuk mendapat air suci Amrta memutar gunung Mandara di lautan susu
dengan beralaskan Kurmaraja atau Badawang (Awatara Wisnu) serta diikat
dengan naga Anantabhoga (kemakmuran tak berakhir).

Pemutaran Gunung Mandara atau Padmasana ini merupakan contoh


perjuangan hidup manusia untuk mencapai kebebasan abadi dengan jalan
dharma serta memakai artha dan kama sebagai alatnya.

Jadi fungsi Padmasana ialah untuk memuja Hyang Widhi dengan


mengenangkan perjuangan hidup dengan kebebasan abadi (moksa), sebagai
tujuan hidup, dharma (kebenaran) merupakan landasan serta artha dan kama
sebagai alat.

You might also like