You are on page 1of 13

Bab 1

Mengenal Tanaman Karet

A. Karakteristik Tanaman Karet


Tanaman karet adalah tanaman tahunan yang dapat tumbuh sampai umur 30
tahun. Habitus tanaman ini merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15
– 20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5
sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh latek. Oleh karena itu fokus pengelolaan
tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin.
Deskripsi untuk pengenalan tumbuhan karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.).
Tanaman karet memiliki sifat gugur daun sebagai respon tanaman terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan (kekurangan air/kemarau). Pada saat ini
sebaiknya penggunaan stimulan dihindarkan. Daun ini akan tumbuh kembali pada awal
musim hujan.
Tanaman karet juga memiliki sistem perakaran yang ekstensif/menyebar cukup luas
sehingga tanaman karet dapat tumbuh pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan.
Akar ini juga digunakan untuk menyeleksi klon-klon yang dapat digunakan sebagai batang
bawah pada perbanyakan tanaman karet.
Tanaman karet memiliki masa belum menghasilkan selama lima tahun (masa TBM 5
tahun) dan sudah mulai dapat disadap pada awal tahun ke enam. Secara ekonomis
tanaman karet dapat disadap selama 15 sampai 20 tahun.
B. Persyaratan Tumbuh Tanaman Karet
1. Kesesuaian Iklim
Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim sebagai
berikut : suhu rata-rata harian 28° C (dengan kisaran 25-35 o C) dan curah hujan
tahunan rata-rata antara 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari per
tahun. Pada daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mepengaruhi kegiatan
penyadapan. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan
kurang. Keadaan daerah di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah
daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab
iklimnya lebih basah.
Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang cocok untuk
tanaman karet adalah pada zone antara 15° LS dan 15° LU. Bila ditanam di luar zone
tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih
lambat. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian
sampai 200 meter di atas permukaan laut. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya
makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari
permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet.
Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pertanaman karet, angin yang
kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang dianjurkan
untuk ditanamai penahan angin di sekeliling kebun. Selain itu angin menyebabkan
kelembaban udara di sekitar tanaman menipis. Dengan keadaan demikian akan

1
memperlemah turgor tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap
keluarnya lateks pada waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin
akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.
2. Kesesuaian Lahan
Tanaman karet akan tumbuh baik pada kondisi lahan sebagai berikut : tidak ada
lapisan hardpan (kalaupun ada lebih dari 2 m dari permukaan tanah), kandungan liat <
20% , pH tanah 5,0 – 6,5, kedalaman efektif > 100 cm dan kemiringan lahan 0 – 8
persen. Secara lebih rinci persyaratan untuk suatu lahan perkebunan karet.
C. Ciri-ciri tanaman karet
1. Karet Alam
a. Memiliki Banyak Biji.
b. Ukuran daun kecil.
c. Memiliki kulit yang kasar.
d. Debit air meningkat terus menerus.
e. Memiliki warna lateks yang berwarna putih susu.
2. Karet Sintetis
a. Memiliki biji yang sedikit.
b. Ukuran daun kecil.
c. Kulit nya halus.
d. Debit air tergantung pada diameter pohon.
e. Memiliki warna lateks yang berwarna putih kekuning-kuningan.

2
Bab 2
Pembibitan Tanaman Karet

A. Ciri-ciri Dan Morfologi Bibit Tanaman Karet


Klon adalah “keturunan” yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu
tanaman sehingga sifat dari tanaman tersebut sama dengan tanaman induknya. Ciri-ciri
suatu tanaman (klon) kadang-kadang berubah. Perubahan ini disebabkan oleh pengaruh
keadaan lingkungan tempat tanaman itu tumbuh, seperti jenis tanah, kesuburan tanah,
tinggi tempat, iklim, kekurangan unsur hara tertentu, lindungan dan lain sebagainya.
Pengenalan klon-klon karet dengan mengetahui ciri-cirinya sangat penting dalam
menentukan mutu tanaman karet yang unggul untuk dibudidayakan.
Seperti telah disebutkan diatas bahwa untuk mendapatkan pertanaman karet yang
seragam diperlukan bahan tanam okulasi yang baik. Bibit yang baik diperoleh dari
semaian batang bawah yang dianjurkan dan menggunakan mata okulasi dari kebun
entres yang baik dan murni. Pemurnian kebun entres dilakukan dengan melihat ciri-ciri
yang dimiliki oleh masing-masing klon oleh tenaga yang terlatih dan terampil.
Pengamatan dilakukan secara visual dengan memperhatikan ciri-ciri yang khas pada
masing-masing klon. Dengan teknik ini diperlukan kemampuan pengenalan ciri yang khas
melalui latihan yang intensif. Ciri-ciri morfologi yang diamati dapat di lihat pada :
Ciri-Ciri Morfologi untuk Membedakan Klon Karet
Bagian Tanaman
No. Ciri-ciri Morfologi
Karet
Ciri-ciri yang diamati adalah: keadaan
Batang (umur 10 – 18
1. pertumbuhan, ketegakan batang, dan
bulan)
bentuk batang.
Kulit Batang (telah Ciri-ciri yang diamati adalah : corak kulit
2.
berwarna coklat) gabus, warna kulit gabus dan lenti sel.
Ciri-ciri yang diamati adalah : letak
3. Mata (bakal tunas)
mata, dan bekas pangkal tangkai daun.
Ciri-ciri yang diamati adalah : bentuk
Payung (kelompok
4. payung, ukuran payung, kerapatan
daun) termuda
payung, dan jarak antar payung.
Ciri-ciri yang diamati adalah : posisi dan
Tangkai Daun (payung
5. bentuk tangkai daun, ukuran besar,
ke dua dari atas)
ukuran panjang, dan bentuk kaki.
Anak Tangkai Daun Ciri-ciri yang diamati adalah : posisi,
(pada payung yang bentuk, ukuran besar, ukuran panjang,
6.
telah tumbuh dan sudut anak tangkai daun.
sempurna)
7. Helai Daun Ciri-ciri yang diamati adalah : warna
daun, kilauan, bentuk, tepi helai daun,
penampang memanjang, penampang
melintang, letak helai daun dan posisi
daun tengah, kedudukan simetri helaian
daun pinggir, ukuran daun, dan ekor
3
daun.
Pada dasarnya klon-klon karet tertentu
8. Ciri-ciri Khusus kadang-kadang mempunyai ciri khusus,
misalnya helaian daun tengah terpuntir.
B. Klon Unggul Tanaman Karet Dalam Budidaya Tanaman Karet
Klon karet yang dianjurkan dapat berupa hasil seleksi klon-klon introduksi atau hasil
persilangan sendiri. Kegiatan seleksi klon-klon karet merupakan satu rangkaian dalam
kegiatan pemuliaan yang senantiasa berkembang, baik metode maupun materi yang diuji.
Klon-klon anjuran tersebut dievaluasi setiap 2 tahun melalui lokakarya pemuliaan
tanaman karet, yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Karet.
Klon unggul untuk tanaman karet terus dikembangkan oleh pusat penelitian karet.
Klon ini dikelompokan ke dalam klon skala besar, klon skala kecil dan klon skala
percobaan. Pada umumnya klon yang dianjurkan adalah klon yang termasuk skala besar.
Pada tahun 1999/2000 Pusat Penelitian Karet mengeluarkan klon anjuran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Beberapa klon-klon tersebut adalah.
 Klon Penghasil Latek : BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 217, PB 260, PR 261, PR 255,
PR 300, RRIM 600.
 Klon Penghasil Latek-Kayu : AVROS 2037, BPM 1, PB 330, RRIC 100, TM 2 dan TMN 6.
 Klon Penghasil Kayu : IRR 2, IRR 5, IRR 7.
-Pengadaan Bahan Tanam
Bahan tanam yang digunakan pada pengusahaan tanaman karet ada beberapa jenis,
yaitu: stump mata tidur, bibit dalam polybag, stump mini dan stump tinggi. Dari segi
kepraktisan, stump mata tidur lebih mudah ditangani sehingga biaya lebih murah.
Kelemahannya adalah tingkat kematian di lapang cukup tinggi sehingga diperlukan
jumlah yang cukup banyak. Bibit dalam polybag sangat menjamin tingkat keberhasilan
penanaman di lapang serta kemurnian klon lebih terjamin, tetapi biayanya cukup mahal.
Pengadaan bahan tanaman dilakukan dengan dua tahap yaitu : pesemaian dan
dilanjutkan dengan pembibitan. Di lokasi pembibitan dilaksanakan okulasi dan jika
okulasi berhasil maka akan dihasilkan stump mata tidur atau bibit dalam polybag atau
stump mini.
C. Teknik Budidaya Tanaman Karet (Tahap Persiapan)
1. Survei dan desain blok
Survei awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal lokasi kebun yang akan
dibangun. Kondisi awal ini akan mempengaruhi kegiatan, manajemen dan biaya
persiapan lainnya. Data yang dikumpulkan pada survei ini adalah, vegetasi awal,
topografi lahan dan luas areal.
Sebuah kebun terdiri atas beberapa afdeling dan setiap afdeling terdiri atas
beberapa blok kebun. Berdasarkan data topografi yang diperoleh dapat ditentukan
lokasi-lokasi peruntukan kantor, emplasemen, pabrik dan kebun. Sebagai gambaran
ukuran blok yang digunakan adalah 16 ha (400 m x 400 m) atau 25 ha (500 m x 500 m)
dan setiap afdeling terdiri atas 10 sampai 20 blok. Total luas lahan yang digunakan
untuk tanaman dan emplasemen ini sangat tergantung dari kondisi lahan yang ada.
Biasanya luasan ini bervariasi antara 80 sampai 85 persen.
2. Persiapan dan pembukaan lahan
Tata cara pembukaan lahan yang akan dilakukan sangat dipengaruhi oleh kondisi
vegetasi awal (hutan primer, hutan sekunder, semak belukar/padang alang-alang atau

4
kebun karet tua). Secara garis besar kegiatan yang tercakup dalam pembukaan lahan
adalah: penebangan pohon kecil (diameter < 20 cm), penebangan pohon besar,
peracunan tunggul, perumpukan kayu ke pinggir jalan, pemotongan dan pengangkutan
kayu tumbang dari areal penebangan, pembersihan jalur tanam, pemancangan titik
tanam, pembuatan teras (jika perlu), penanaman penutup tanah dan pembuatan
lubang tanam.
Pada lahan yang vegetasi awalnya berupa semak belukar/padang alang-alang,
tahap kegiatannya akan lebih mudah. Pada lahan berupa semak dapat langsung
ditebas dan dibersihkan dan lahan siap untuk dibuatkan lubang tanamnya. Pada lahan
padang alang-alang penggunaan herbisida (dengan dosis 6 l/ha) akan lebih efektif
untuk pembukaan lahan.
3. Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air pada daerah yang baru dibuka merupakan kegiatan
yang sangat penting agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal. Kegiatan ini sangat
tergantung dari tingkat kemiringan lahan yang dibuka. Pada lahan-lahan yang datar
(kemiringan lahan 0 – 3%), konservasi tanah dapat dilakukan dengan membuat
guludan-guludan pada daerah-daerah yang agak miring. Pada tingkat kemiringan yang
lebih besar, konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan membuat rorak (saluran
buntu) atau dengan pembuatan teras. Saluran air juga perlu dibuat untuk menghindari
terjadinya limpasan air yang terjadi akibat terbukanya lahan. Selain secara fisik
konservasi tanah dan air dapat dilakukan dengan cara biologi yaitu dengan
penggunaan tanaman penutup tanah.
4. Penanaman tanaman penutup tanah
Tanaman penutup tanah (legum cover crops/LCC) berfungsi untuk melindungi
tanah yang terbuka terhadap erosi terutama yang disebabkan oleh air hujan, sebagai
sumber bahan organik dan meningkatkan kandungan nitrogen tanah. Jenis legum yang
digunakan adalah Pueraria javanica, Centrocema pubecens dan Calopogonium
mucunoides dengan dosis 12 kg sampai 15 kg per hektar. Dianjurkan pula untuk
menyisipkan Calopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) yang
berasal dari biji atau stek dalam polybag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha.
Penanaman kacangan ini dilakukan sebelum penanaman bibit karet dilakukan
dengan tujuan.

 Menghindari kemungkinan erosi.


 Memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah (pelapukan bahan organik dan fiksasi
nitrogen dari udara).
 Mengurangi penguapan air, dan sebagai reservoir air bagi tanaman karet.
 Membatasi pertumbuhan gulma.

LCC ditanam dengan cara menebarkan benih yang telah dicampur dengan pupuk
Rock Phospate (RP) dengan dosis 50 kg/ha yang ditebar merata di dalam alur di
gawangan karet. Untuk meningkatkan daya tumbuh LCC selama 3 bulan pertama
pemeliharaan (pengendalian gulma dan pemupukan) harus intensif dilakukan.
5. Pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan)
Pembangunan infrastruktur jalan sebaiknya dilakukan sejak awal agar proses
pembangunan kebun dapat berjalan dengan baik. Pada kebun karet ada beberapa
kelas jalan yaitu : jalan utama, jalan transpor, jalan produksi dan jalan blok. Jalan
5
utama menghubungkan kantor pusat kebun ke afdeling atau ke jalan raya dibuat
dengan lebar 6 m, jalan transpor menghubungkan lokasi afdeling ke jalan utama dibuat
dengan lebar 4 m, jalan produksi adalah jalan yang menghubungkan antar blok dibuat
dengan lebar 3 m. Total luas jalan ini diperkirakan mencapai 15% dari total lahan.
D. Teknik Budidaya Tanaman Karet (Tahap Pembangunan Kebun)
Pembibitan tanaman karet dilakukan dua tahap yaitu, persemaian benih dan
pembibitan. Persemaian bertujuan untuk menyeleksi kecambah yang tumbuh. Benih
ditanam dalam bedengan selama maksimum 21 hari. Benih-benih yang tumbuh segera
dipindahkan ke pembibitan. Benih-benih yang baru tumbuh setelah 21 hari dianggap
afkir.
Kecambah ditanam di pembibitan dengan jarak tanam 40 cm x 40 cm x 60 cm.
Pemeliharaan di pembibitan dilaksanakan selama 12 sampai 18 bulan (untuk siap
diokulasi coklat) dimana pada saat itu diameter batang telah mencapai 2 sampai 3 cm dan
berwarna coklat. Jika tanaman karet alam Tidak perlu diokulasi.
Untuk mendapatkan bibit karet sintetis harus melalui okulasi. Oleh karena itu perlu
batang atas (entres) yang berasal dari kebun entres. Kebun entres adalah kebun yang
dibangun untuk memproduksi batang atas. Bahan tanam yang digunakan adalah stump
mata tidur dan ditanam dengan jarak tanam 1 m x 1 m. Biasanya kebun entres ini baru
dapat dipanen pada umur 1,5 tahun setelah tanam. Batang entres ini dapat dipersiapkan
sendiri atau membeli di pusat penelitian karet. Persiapan tanam dan penanaman.
Sebelum penanaman di lapang, lahan perlu diajir untuk menentukan titik-titik
penanaman. Tanaman karet ditanam dengan populasi 500 tanaman per hektar (jarak
tanam yang digunakan dapat 8 m x 2,5 m atau 7 m x 3,3 m) dengan arah barisan utara-
selatan. Lubang tanam dibuat 2 minggu sebelum tanam dengan ukuran 40 cm x 40 cm x
40 cm.
Penanam dilakukan pada saat awal musim hujan, sehingga bibit yang ditanam di
lapang akan memperoleh air yang cukup untuk pertumbuhannya. Lubang yang telah
dibuat diisi kembali dengan tanah sedalam setengah dalam lubang tanam kemudian bibit
diletakan ditengah lubang tanam dan setangah bagian lagi tanah dimasukan dan
dipadatkan. Bibit tertanam baik jika bibit tidak mudah bergoyang.

6
Bab 3
Perawatan Tanaman Karet

A. Perawatan tanaman Karet Belum Menghasilkan


1. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada tanaman belum menghasilkan dipusatkan di sekitar
barisan tanaman. Pada tahap awal, daerah di sekitar pangkal batang dibebaskan dari
gulma. Dengan bertambahnya umur tanaman pada daerah yang dibebaskan dari
gulma adalah daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman. Dengan cara
demikian maka kegiatan pemeliharaan selanjutnya dan penyadapan dapat dilakukan
dengan mudah.
Pada masa TBM, pengendalian gulma lebih banyak menggunakan cara manual
yaitu dengan mencabut/membersihkan gulma secara langsung dengan tangan/kored.
Pada saat yang bersamaan juga dilakukan pengaturan tanaman penutup tanah yang
melilit batang karet. Cara pengendalian dengan menggunakan herbisida hanya
dilakukan secukupnya saja.
2. Pemupukan
Pemupukan pada TBM berfungsi untuk mempercepat tanaman mencapai
matang sadap. Pada umumnya unsur yang diberikan adalah N, P, K dan Mg dengan
dosis sesuai anjuran daerah setempat. Pupuk ini diberikan dua kali dalam setahun
yaitu pada awal dan akhir musim hujan. Jika dirasa perlu, penggunaan pupuk daun juga
dapat dilaksanakan. Dosis pupuk bagi TB, TBM, maupun TM disajikan pada Tabel di
bawah ini.
Kebutuhan Pokok
Umur SP-
Urea SP-36 KCl Urea KCl
Tanama 36
n …… (gram/pohon) …… (gram/pohon)
……. ………
TB 50 100 - 25 50 -
TBM 1 236 100 100 118 50 50
TBM 2 333 267 150 160 123 75
TBM 3 381 267 200 175 128 92
TBM 4 429 333 200 188 147 88
TBM 5 476 333 200 200 140 84
TM 1 – 524 333 350 265 170 175
25
3. Irigasi dan pemberian mulsa
Pemberian irigasi pada tanaman belum menghasilkan jarang sekali dilakukan.
Untuk mengurangi tingkat evapotranspirasi di sekitar pertanaman, maka pada daerah
perakaran tanaman diberikan mulsa jerami. Dari beberapa penelitian perlakuan ini
akan mengurangi evapotranspirasi, menurunkan suhu tanah dan meningkatkan
ketersediaan air dalam tanah. Pemberian mulsa ini dapat dilakukan sejak awal
tanaman ditanam di lapang sampai tajuk tanaman sudah saling menutup.
4. Pembentukan bidang sadap.
Pembentukan bidang sadap dilakukan dengan dua cara di bawah ini.
1. Untuk klon yang cenderung membentuk cabang digunakan cara pembuangan tunas.
Semua tunas yang tumbuh di bawah ketinggian 2,5 m dipotong/dibuang sehingga
batang tanaman akan tumbuh dengan baik (tinggi dan lurus).
7
2.Untuk klon yang sulit membentuk cabang/tunas maka dilakukan pemenggalan
(topping) pada ketinggian 2,5 m atau penguncupan (pengikatan daun-daun dalam
satu payung) pada ketinggian 2,5 m. Dengan cara demikian diharapkan akan
tumbuh tunas dan menghasilkan bidang sadap yang baik.
5. Pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan
tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan
hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin
(early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi
tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit.

Pada tanaman belum menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari
pada hama. Penyakit yang sering menyerang tanaman karet pada umumnya adalah rayap
(Coptotermes sp), yang dapat diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau
Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3%. Sementara itu hama Kuuk (Exopholis hypoleuca)
dapat diberantas dengan Basudin 10 G.Penyakit tanaman karet lainnya yang seringpula
ditemukan pada antara lain.

1. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar


protectant.
2. Penyakit daun Gloesporium pada TBM, dapat diberantas penyemprotan larutan KOC,
misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1% atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 0,1
sampai 0,2%. Sementara itu, jika menyerang TM, dapat diberantas dengan sistem
fogging menggunakan Daconil atau fungisida lainnya.
3. Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus), dapat diberantas dengan Fomac 2 atau
Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant.
4. Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready
Mix 2%.
5. Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate konsentrasi
0,1 – 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 – 2 %.
6. Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan
Difolatan 4 F konsentrasi 2 – 4 %.

Sensus dan konsolidasi tanaman. Sensus tanaman bertujuan untuk mengetahui


jumlah dan kondisi tanaman yang ada di lapang. Dengan demikian dapat diketahui berapa
jumlah tanaman yang harus disulam (konsolidasi tanaman). Kegiatan sensus tanaman
akan terus dilakukan sampai tanaman menghasilkan, sedangkan penyulaman hanya
dilakukan sampai tanaman berumur 4 tahun.

Pemeliharaan jalan produksi. Pemeliharaan jalan secara rutin dilaksanakan dengan


selang/rotasi pemeliharaan 6 bulan sekali. Pada kondisi khusus (curah hujan tinggi) dapat
saja perbaikan/peningkatan mutu jalan dilakukan di luar jadwal yang telah ditentukan.
Pemeliharaan jalan ini dapat berupa penimbunan/pemadatan, pemeliharaan saluran dan
perbaikan badan jalan.

Pengukuran lilit batang. Pengukuran lilit batang dilakukan untuk melihat


perkembangan pertumbuhan tanaman dan terutama untuk menentukan waktu matang
sadap. Pengukuran ini secara rutin dilakukan 6 bulan sekali pada semua tanaman yang

8
ada di lapangan. Dengan dilakukannya pengukuran lilit batang ini dapat dipersiapkan
jumlah peralatan dan tenaga kerja penyadap yang diperlukan.

Secara umum setiap tahun lilit batang tanaman karet akan bertambah antara 10
sampai 12 cm. Tanaman karet baru dapat disadap jika (1) lilit batangnya pada ketinggian 1
m dari pertautan lebih besar atau sama dengan 45 cm dan (2) 60% dari populasi.

B. Perawatan Tanaman Karet Menghasilkan


1. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma pada tanaman karet menghasilkan lebih diarahkan pada
daerah 1 meter sebelah kiri dan kanan barisan tanaman karet, sedangkan gawangan
karet tetap dapat ditumbuhi gulma lunak.
Pada daerah barisan tanaman karet harus bebas dari gulma. Untuk itu digunakan
pengendalian gulma secara kimia/herbisida. Pengendalian gulma dengan herbisida
dilakukan 1 bulan sebelum pemberian pupuk agar pada saat pemupukan tanaman
dapat menyerap pupuk secara optimal. Walaupun pada daerah gawangan terdapat
gulma lunak tetapi tidak boleh tumbuh gulma berkayu seperti Melastoma
malabatrichum.
2. Pemupukan
Pemupukan pada tanaman karet menghasilkan didasarkan pada analisis tanah
dan daun yang dapat dilakukan 1 sampai 2 tahun sekali. Oleh karena itu untuk masing-
masing daerah dosis pupuk yang diberikan akan sangat bervariasi. Pupuk diberikan
dengan cara disebar di sekitar daerah perakaran tanaman lalu dicampur dengan tanah.
Pemupukan dilakukan dua kali tahun sekali yaitu pada awal dan akhir musim hujan.
3. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara rutin dengan memperhatikan
tingkat serangan yang terjadi. Untuk mengetahui akan terjadinya serangan
hama/penyakit sejak awal maka perlu dilakukan pengontrolan tanaman secara rutin
(early warning system). Pada cara ini terdapat tim yang bertugas mengidentifikasi
tingkat serangan dan tim pengendalian serangan hama/penyakit. Dengan
menggunakan insektisida berupa:
-Furandan 3G 0,2%
-Agrolene 26 Wp 0,2%
-Lindamul 250 Ec 0,2%
Cara Pemakaian Insektisida digunakan Furandan 3G sebanyak 5-10 gram per pohon
lalu taburkan di sekeliling batang karet dapat pula dilakukan dengan cara
penyemprotan larutan Agrolene dan Lindamul.
Pada tanaman menghasilkan lebih banyak mengalami serangan penyakit dari pada hama.
Penyakit gugur daun yang menyerang daun muda (setelah gugur daun) sering dijumpai di
lapangan jika kondisi iklim lembab. Pada tanaman yang disadap cukup berat juga sering
dijumpai penyakit kekeringan alur sadap (KAS).
4. Pengelolaan tanaman penutup tanah
Pengelolaan tanaman penutup tanah pada tahap ini tidak seintensif pada
tanaman belum menghasilkan. Kegiatan lebih diarahkan pada menjaga tanaman
penutup tanah agar tidak mengganggu kegiatan pemeliharaan dan penyadapan yaitu
dengan cara memangkas tanaman penutup tanah yang menjalar ke tanaman karet.

9
Bab 4
Penyadapan

A. Penyadapan Karet Alam


Pada umumnya, cara penyadapan karet alam dibedakan menjadi 3 yaitu:
1. S (Alur bentuk spiral)
S (Alur bentuk spiral) memakai setengah dari batang karet atau sebagian dari
batang karet. Penyadapan ini bisa sebelah kanan atau sebelah kiri dan kualitas airnya
pun tergolong sedikit karena penyadapannya memakai setengah dari batang karet, S/2
merupakan tergolong dalam alur penyadapan yang memiliki intensitas sadap 100%.
2. V (Alur bentuk V)
V (Alur bentuk V) memakai dua bagian dari batang karet yaitu disebelah kanan
dan disebelah kiri atau diseluruh batang karet kena sadap dan jumlah airnya lebih
maksimal dibandingkan dengan cara penyadapan S (Alur bentuk spiral) karena seluruh
dari kulit batang karet mengeluarkan air.
3. C (Alur tanpa bentuk)
Alur ini berbentuk (C) atau tanpa arah cara penyadapan ini sangat merugikan
para petani karet karena cara penyadapan ini sangat merusak batang karet sehingga
hama dapat menyerang karet, jumlah airnya pun sangat banyak dibandingkan cara
sadap V (Alur bentuk V) dan tahan menetes sampai 1 hari penuh.
B. Penyadapan Karet Sintetis
Karet sintetis pun memakai 3 jenis penyadapan yaitu:
1. S (Spiral)
Dalam karet sintet cara penyadapan S (Spiral) ini berbeda dengan cara
penyadapan karet alam. Cara penyadapan ini memakai 1/3 dari batang karet karena
batangnya yang kecil tetapi jumlah airnya tak kalah dengan jumlah air karet alam dan
intensitasnya pun 100%.
2. V (Bentuk V)
Dalam Karet sintetis pantadapan ini sangat berpengaruh pada batang karet
sintetis karena batang karet sintetis ukuran batangnya lebuh kecil daripada laret alam
biasanya karet sintetis besar batangnya yang siap di sadap sebesar kaleng cat tetapi
jumlah airnya sangatlah banyak dari karet alam karena batangnya yang kecil tetapi
banyak mengandung air.
3. C (Tanpa bentuk)
Sistem sadap ini sangat merusak batang karet dan hama pun dapat menyerang
batang karet tetapi jumlah air yang dihasilkan sangat banyak dari cara penyadapan V
(Bentuk V) dan tahan menetas sampai 1 hari penuh.

C. Alat-alat untuk penyadapan karet


1. Pisau Penyadapan
Pisau penyadapan ini menggunakan ujung pisau yang melengkung yang
berbentuk seperti huruf V , Pisau ini disebut juga pisau sadap.

10
2. Pancur Saluran Karet
Pancur ini biasanya menggunakan kaleng atau seng yang digunting dan memiliki
ukuran lebar 1-2 cm dan panjang 2-4 cm, gunanya untuk saluran lateks supaya tidak
menetes di tempat lain.
3. Mangkuk Penampung Lateks Saat Disadap
Kegunaan mangkuk ini adalah untuk menampung lateks pada saat disadap yang
berbentuk bulat setengah bola dan memiliki diameter 8-13 cm.
4. Pengasah Pisau Sadap
Pengasah pisau sadap ini berbentuk seperti papan yang memiliki panjang 8-10
cm, lebar 4-5 cm, dan tebal 0,5 cm, gunanya untuk mempertajam mata pisau sadap.

11
Bab 5
Pengolahan Hasil

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Takaran
b. Bak Pembeku
c. Alat Pengaduk
d. Mesin Penggiling
e. Tempat Pengeringan
f. Tempat Pengasapan
g. Air
2. Bahan
a. Lateks
b. Bahan Pembeku (asam semut)
B. Pembekuan Karet Alam
Pada umumnya bentuk bahan olah karet rakyat berupa lateks kebun, slab tipis, sit angin,
dan lump segar. Rendahnya mutu bahan olah karet rakyat pada dasarnya disebabkan
karena teknik pengolahan di tingkat petani tidak sesuai dengan persyaratan. Petani
biasanya mengolah slab tipis secara tidak beraturan bahkan menambahkan bahan lain
seperti tanah dan kotoran lainnya untuk menambah berat dan biasanya menggunakan
bahan pembeku berupa gadung tawas dan asam sulfat, sebelum dijual terlebih dahulu
mereka merendam karet di sungai atau dikolam.
C. Teknik Pegolahan Karet Sintetis
1. Alat dan Bahan yang diperlukan ialah:
a. Lateks Segar
b. Takaran atau Galas Ukur
c. Gilingan Tangan
d. Alat pengaduk
2. Cara Pengolahan
1. Bersihkan semua peralatan yang akan digunakan.
2. Encerkanlah lateks segar yang belum mengalami pra koagulasi.
3. Saring lateks dan masukan ke dalam bak pembeku.
4. Aduk sampai merata Kemudian dicampur dengan cuka/setiap 1 Kg karet kering 350
s/d 375 Cc larutan 1% cuka.
5. Diamkan lateks sekitar ± 30 menit agar membeku.
6. keluarkanlah lateks yang telah beku, kemudian digiling dalam gilingan polos dan
kembang, kemudian direndam rata-rata 60 menit.
7. Cuci lembaran sit dengan air bersih untuk menghilangkan serum.
8. Simpan di tempat yang kering.

12
Penutup

Kami ucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah mempermudah
kami dalam menyusun makalah ini, kami juga tidak lupa kepada guru mata pelajaran kami
yaitu Pak. Heron yang telah membibimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dengan
makalah ini kami harapkan mendapat nilai yang memuaskan yang sebelumnya kami
mendapatkan nilai yang tidak puas Amin. Sekianlah penutup dari kami semoga makalah ini
bermanfaat bagi kalian semua.

13

You might also like